بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 59
“Keluarga Surgawi”
akan Berkumpul Lagi di Akhirat
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai falsafah firman Allah Swt. mengenai pembatasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang beriman dan hubungannya dengan dua macam “bidadari surgawi”, firman-Nya:
قُلۡ لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَغُضُّوۡا مِنۡ اَبۡصَارِہِمۡ وَ یَحۡفَظُوۡا فُرُوۡجَہُمۡ ؕ
ذٰلِکَ اَزۡکٰی لَہُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ خَبِیۡرٌۢ بِمَا یَصۡنَعُوۡنَ ﴿﴾ وَ قُلۡ
لِّلۡمُؤۡمِنٰتِ یَغۡضُضۡنَ مِنۡ اَبۡصَارِہِنَّ وَ یَحۡفَظۡنَ
فُرُوۡجَہُنَّ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ
زِیۡنَتَہُنَّ اِلَّا مَا
ظَہَرَ مِنۡہَا وَ لۡیَضۡرِبۡنَ
بِخُمُرِہِنَّ عَلٰی جُیُوۡبِہِنَّ ۪ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ زِیۡنَتَہُنَّ اِلَّا
لِبُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ
اٰبَآئِہِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اَبۡنَآئِہِنَّ اَوۡ اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ
اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ
اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ اَخَوٰتِہِنَّ اَوۡ نِسَآئِہِنَّ اَوۡ مَا
مَلَکَتۡ اَیۡمَانُہُنَّ اَوِ التّٰبِعِیۡنَ غَیۡرِ اُولِی الۡاِرۡبَۃِ مِنَ
الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِیۡنَ لَمۡ
یَظۡہَرُوۡا عَلٰی عَوۡرٰتِ النِّسَآءِ ۪ وَ لَا یَضۡرِبۡنَ
بِاَرۡجُلِہِنَّ لِیُعۡلَمَ مَا
یُخۡفِیۡنَ مِنۡ زِیۡنَتِہِنَّ ؕ وَ تُوۡبُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ جَمِیۡعًا اَیُّہَ
الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡن ﴿﴾
Katakanlah
kepada orang-orang laki-laki yang beriman,
mereka hendaklah menundukkan
matanya dan menjaga furūj (aurat/indera)
mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang mereka
kerjakan. Dan katakanlah kepada orang-orang
perempuan yang beriman, mereka hendaknya menundukkan penglihatannya
dan memelihara furūj (aurat/indera) mereka, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya
kecuali apa yang dengan sendirinya
nampak darinya, dan hendaklah mereka mengenakan
kudungannya hingga menutupi dadanya,
dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya
kecuali kepada suaminya, atau
kepada bapaknya, atau bapak suaminya, atau anak lelakinya atau anak lelaki suaminya atau saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara lelaki mereka, atau
anak lelaki saudara perempuan mereka,
atau perempuan-perempuan teman
mereka atau apa yang dimiliki oleh
tangan kanan mereka, atau pelayan-pelayan
lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengetahui mengenai
aurat perempuan. Dan janganlah
mereka itu menghentakkan kaki mereka supaya dapat diketahui apa yang mereka sembunyikan dari kecantikan mereka.
Dan kembalilah kamu semua kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu
mendapat keberhasilan. (An-Nūr [24]:32).
Makna Lain Furūj
Karena melalui mata semua pikiran jahat masuk ke dalam hati
manusia, maka dalam ayat yang sedang dibahas ini, orang-orang laki-laki dan perempuan yang beriman telah diperintahkan untuk merundukkan pandangan mereka, bila
kebetulan mereka bertemu satu sama lain.
Furūj yang artinya celah atau lubang, dapat
pula berarti indera-indera.
Apabila orang-orang beriman laki-laki mau pun perempuan dalam rangka
menjaga kesucian akhlak dan ruhani mereka melaksanakan perintah Allah Swt. dalam firman-Nya
tersebut dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan maka di akhirat
mereka itu digambarkan sebagai perempuan-perempuan surgawi yang “menahan
pandangan”, yang menjadi jodoh (pasangan) ahli surga golongan as-sābiqūn (yang terdahulu/terdepan), firman-Nya:
وَ عِنۡدَہُمۡ قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾ کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ
مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan di sisi
mereka ada perempuan-perempuan bermata
jeli yang merundukkan (menahan) pandangan,
mereka seakan-akan telur-telur terlindung.
(Ash-Shāffāt
[37]:49-50). Lihat pula QS.38:53; QS. 55:57-59.
Sedangkan laki-laki dan perempuan
beriman yang dalam rangka memelihara
kesucian akhlak dan ruhani mereka memerlukan berbagai langkah-langkah penjagaan – akibat lemahnya makrifat Ilahi
mereka -- maka di akhirat keadaan mereka
digambarkan sebagai perempuan-perempuan surgawi
yang berada dalam kemah-kemah, firman-Nya:
فِیۡہِنَّ خَیۡرٰتٌ حِسَانٌ ﴿ۚ﴾
فَبِاَیِّ
اٰلَآءِ رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ
﴿ۚ﴾ حُوۡرٌ مَّقۡصُوۡرٰتٌ فِی الۡخِیَامِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ﴿ۚ﴾ لَمۡ یَطۡمِثۡہُنَّ
اِنۡسٌ قَبۡلَہُمۡ وَ لَا جَآنٌّ ﴿ۚ﴾
Di dalamnya terdapat pasangan-pasangan
yang baik lagi cantik. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua dustakan? Pasangan-pasangan
jelita di dalam kemah-kemah. Maka
nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? Yang
sebelum mereka manusia tidak pernah menyentuhnya dan tidak
pula jin. (Al-Rahmān [55]:71-75).
“Bidadari-bidadari Surgawi” adalah
Perempuan-perempuan
(istri-istri) yang Beriman dan Bertakwa
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “bidadari-bidadari surgawi” dalam Al-Quran yang akan menjadi jodoh
(pasangan) hidup para ahli
surga dari kalangan laki-laki, mereka itu bukanlah makhluk
lain yang terdapat di dalam surga yang
disebut “bidadari”, melainkan perempuan-perempuan beriman dan bertakwa dari jenis manusia. Dan bisa jadi mereka itu adalah istri-istri yang beriman
dan bertakwa dari kaum laki-laki
yang beriman dan bertakwa di
dunia ini.
Salah satu
istri mulia Nabi Muhammad saw. bernama ummu Salamah r.a., ia bertanya kepada
Nabi Besar Muhammad saw.: ”Ya Rasulullah, jika
seorang perempuan mempunyai dua
orang suami, jadi istri siapakah dia dari kedua suaminya itu?” Nabi Besar
Muhammad saw. bersabda, “Ia akan menjadi istri dari suaminya yang lebih
bertakwa.”
Seperti
diketahui bahwa Ummu Salamah r.a.
sebelum dinikahi oleh Nabi Besar Muhammad saw. adalah istri dari Abu Salamah r.a., salah seorang sahabat terkenal Nabi
Besar Muhammad saw. yang meninggal
dunia. Ummu Salamah r.a. sangat
mencintai suaminya karena ketakwaannya
yang luar biasa, sehingga dalam kesedihannya Ummu Salamah r.a. mengadu kepada
Nabi Besar Muhammad saw..
Beliau saw.
bersabda, “Berdoalah agar Allah Swt. memberikan pengganti yang lebih baik
daripada Abu Salamah.” Mendengar ucapan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut Ummu
Salamah r.a. menjawab, “Ya Rasulullah, apakah ada orang lain yang lebih baik
daripada Abu Salamah?”
Beberapa lama
kemudian Nabi Besar Muhammad saw. menikahi
Ummu Salamah r.a., dengan demikian terjawablah pertanyaan Ummu Salamah r.a.
yang sangat membanggakan suaminya yang meninggal dunia, Abu Salamah, dan
benarlah ucapan Nabi Besar Muhammad saw..
Itulah latar
belakang pertanyaan Ummu Salamah
r.a., dengan demikian jelaslah bahwa pada hakikatnya “bidadari-bidadari surgawi” itu adalah istri-istri yang bertakwa dari kaum
laki-laki penghuni surga, yang merupakan pengabulan doa mereka ketika
masih hidup di dunia, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ
اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ یُجۡزَوۡنَ الۡغُرۡفَۃَ بِمَا صَبَرُوۡا وَ یُلَقَّوۡنَ فِیۡہَا تَحِیَّۃً وَّ
سَلٰمًا ﴿ۙ﴾ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ حَسُنَتۡ مُسۡتَقَرًّا وَّ مُقَامًا ﴿﴾ قُلۡ
مَا یَعۡبَؤُا بِکُمۡ رَبِّیۡ لَوۡ لَا دُعَآؤُکُمۡ ۚ فَقَدۡ
کَذَّبۡتُمۡ فَسَوۡفَ یَکُوۡنُ
لِزَامًا ﴿٪﴾
Dan
orang-orang yang mengatakan: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami,
dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” Mereka
itulah yang akan dianugerahi kamar-kamar tinggi di surga karena mereka bersabar, dan mereka akan disambut di dalamnya dengan
penghormatan dan doa selamat, mereka akan
kekal di dalamnya, itulah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. Katakanlah: “Tuhan-ku tidak akan mempedulikan kamu jika tidak karena doamu, maka sungguh kamu telah mendustakan maka segera azab menimpa
kamu.”
(Al-Furqān
[25]:75-78).
Berkumpulnya “Keluarga Surgawi” di Akhirat
Kemudian dalam Surah berikut ini Allah
Swt. berfirman mengenai akan berkumpulnya “keluarga
surgawi” di alam akhirat, termasuk istri-istri
mereka:
اَلَّذِیۡنَ یَحۡمِلُوۡنَ الۡعَرۡشَ وَ مَنۡ حَوۡلَہٗ یُسَبِّحُوۡنَ
بِحَمۡدِ رَبِّہِمۡ وَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ
وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ لِلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ۚ رَبَّنَا وَسِعۡتَ کُلَّ
شَیۡءٍ رَّحۡمَۃً وَّ عِلۡمًا
فَاغۡفِرۡ لِلَّذِیۡنَ تَابُوۡا وَ اتَّبَعُوۡا
سَبِیۡلَکَ وَ قِہِمۡ عَذَابَ الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾
رَبَّنَا وَ اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ
وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾ وَ قِہِمُ السَّیِّاٰتِ
ؕ وَ مَنۡ تَقِ السَّیِّاٰتِ یَوۡمَئِذٍ
فَقَدۡ رَحِمۡتَہٗ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ٪﴿﴾
Wujud-wujud yang memikul
‘Arasy dan yang di sekitarnya, mereka
bertasbih dengan pujian Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman: “Wahai Tuhan
kami, Engkau meliputi segala sesuatu
dengan rahmat dan ilmu maka ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan lindungilah mereka dari azab Jahannam. “Hai
Tuhan kami, karena itu masukkanlah
mereka ke dalam surga-surga abadi yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan begitu pun orang-orang
yang beramal saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka.
Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana. Dan lindungilah
mereka dari segala keburukan. Dan barangsiapa Engkau pelihara dari
keburukan-keburukan pada hari itu maka sungguh
Engkau telah mengasihinya,
dan yang demikian itu kemenangan yang besar.” (Al-Mu’mīn
[40]:8-10). Lihat pula QS.13:24.
Ayat 9
meletakkan suatu asas yang agung. Tidak ada pekerjaan dilaksanakan dan tidak ada kemenangan dapat dicapai oleh seseorang di dunia ini tanpa bantuan orang lain. Orang-orang
lain masing-masing dengan sadar atau tidak sadar telah memberikan sumbangan kepada pekerjaan itu.
Sekutu-sekutu
dan pembantu-pembantu yang sadar atau
tidak sadar itu -- terutama ayah
bunda, istri, dan anak-anaknya, maka
anggota keluarga yang terdekat itu pun -- akan diizinkan ikut serta menikmati
karunia-karunia yang akan dianugerahkan kepada orang-orang yang beriman atas amal-amal
shalihnya, itulah makna ayat 9:
رَبَّنَا وَ اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ
وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾
“Hai Tuhan
kami, karena itu masukkanlah mereka ke
dalam surga-surga abadi yang telah Engkau
janjikan kepada mereka, dan begitu pun
orang-orang yang
beramal saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka.
Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.
Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar