Jumat, 08 Maret 2013

"Keluarga Surgawi" Akan berkumpul Lagi di Akhirat




 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 
 
Bab 59
  
 “Keluarga Surgawi” 
akan Berkumpul Lagi di Akhirat 

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab  sebelumnya  telah dijelaskan mengenai falsafah  firman Allah Swt. mengenai pembatasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang beriman dan hubungannya dengan dua macam “bidadari surgawi”,  firman-Nya:
قُلۡ لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَغُضُّوۡا مِنۡ  اَبۡصَارِہِمۡ وَ یَحۡفَظُوۡا فُرُوۡجَہُمۡ ؕ ذٰلِکَ اَزۡکٰی لَہُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ خَبِیۡرٌۢ  بِمَا یَصۡنَعُوۡنَ ﴿﴾  وَ قُلۡ  لِّلۡمُؤۡمِنٰتِ یَغۡضُضۡنَ مِنۡ اَبۡصَارِہِنَّ وَ یَحۡفَظۡنَ فُرُوۡجَہُنَّ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ  زِیۡنَتَہُنَّ  اِلَّا مَا ظَہَرَ  مِنۡہَا وَ لۡیَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِہِنَّ عَلٰی جُیُوۡبِہِنَّ ۪ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ زِیۡنَتَہُنَّ  اِلَّا  لِبُعُوۡلَتِہِنَّ  اَوۡ اٰبَآئِہِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اَبۡنَآئِہِنَّ  اَوۡ اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ  اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ اَخَوٰتِہِنَّ اَوۡ نِسَآئِہِنَّ اَوۡ مَا مَلَکَتۡ اَیۡمَانُہُنَّ اَوِ التّٰبِعِیۡنَ غَیۡرِ اُولِی الۡاِرۡبَۃِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِیۡنَ لَمۡ  یَظۡہَرُوۡا عَلٰی عَوۡرٰتِ النِّسَآءِ ۪ وَ لَا یَضۡرِبۡنَ بِاَرۡجُلِہِنَّ لِیُعۡلَمَ  مَا یُخۡفِیۡنَ مِنۡ زِیۡنَتِہِنَّ ؕ وَ تُوۡبُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ جَمِیۡعًا اَیُّہَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡن ﴿﴾
Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yang  beriman,  mereka hendaklah menundukkan matanya  dan menjaga  furūj  (aurat/indera) mereka,    yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada orang-orang perempuan yang beriman, mereka hendaknya menundukkan penglihatannya  dan memelihara furūj  (aurat/indera) mereka, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya kecuali apa yang dengan sendirinya nampak darinya, dan hendaklah mereka mengenakan kudungannya  hingga menutupi dadanya, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya kecuali kepada suaminya, atau kepada bapaknya, atau bapak suaminya, atau anak lelakinya atau anak lelaki suaminya atau saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan teman mereka atau apa yang dimiliki oleh tangan kanan mereka, atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengetahui mengenai aurat perempuan. Dan janganlah mereka itu menghentakkan kaki mereka supaya dapat diketahui apa yang mereka sembunyikan dari kecantikan mereka. Dan kembalilah kamu semua kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu mendapat keberhasilan. (An-Nūr [24]:32).
Makna Lain Furūj
       Karena  melalui mata semua pikiran jahat masuk ke dalam hati manusia, maka dalam ayat yang sedang dibahas ini, orang-orang   laki-laki dan perempuan  yang beriman telah diperintahkan untuk merundukkan pandangan mereka, bila kebetulan mereka bertemu satu sama lain.   Furūj  yang artinya celah atau lubang, dapat pula berarti indera-indera.
     Apabila orang-orang beriman laki-laki mau pun perempuan dalam rangka menjaga kesucian akhlak dan ruhani mereka melaksanakan perintah Allah Swt. dalam firman-Nya tersebut  dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan maka di akhirat mereka itu digambarkan sebagai  perempuan-perempuan  surgawi  yang “menahan pandangan”, yang menjadi jodoh (pasangan) ahli surga golongan as-sābiqūn   (yang terdahulu/terdepan), firman-Nya:
وَ عِنۡدَہُمۡ  قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾  کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan di sisi mereka ada perempuan-perempuan bermata jeli yang merundukkan (menahan) pandangan, mereka seakan-akan telur-telur terlindung. (Ash-Shāffāt [37]:49-50). Lihat pula QS.38:53; QS. 55:57-59.
    Sedangkan laki-laki dan perempuan beriman  yang dalam rangka memelihara kesucian akhlak dan ruhani  mereka memerlukan berbagai langkah-langkah penjagaan – akibat  lemahnya makrifat  Ilahi mereka --  maka di akhirat  keadaan mereka digambarkan sebagai  perempuan-perempuan surgawi  yang berada dalam kemah-kemah, firman-Nya:
فِیۡہِنَّ خَیۡرٰتٌ حِسَانٌ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿ۚ﴾ حُوۡرٌ  مَّقۡصُوۡرٰتٌ فِی  الۡخِیَامِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ﴿ۚ﴾ لَمۡ یَطۡمِثۡہُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَہُمۡ وَ لَا جَآنٌّ ﴿ۚ﴾
Di dalamnya terdapat pasangan-pasangan yang baik lagi cantik. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? Pasangan-pasangan jelita  di dalam kemah-kemah. Maka  nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan?  Yang  sebelum mereka  manusia tidak pernah menyentuhnya  dan tidak pula jin. (Al-Rahmān [55]:71-75).
“Bidadari-bidadari  Surgawi” adalah
Perempuan-perempuan (istri-istri)  yang Beriman dan Bertakwa
  Dengan demikian  jelaslah bahwa yang  dimaksud dengan “bidadari-bidadari surgawi” dalam Al-Quran yang akan menjadi jodoh (pasangan) hidup   para  ahli surga dari kalangan laki-laki, mereka itu  bukanlah makhluk lain yang terdapat di dalam surga yang disebut “bidadari”, melainkan perempuan-perempuan beriman dan bertakwa dari jenis manusia. Dan bisa jadi mereka itu adalah istri-istri yang beriman dan bertakwa  dari kaum laki-laki yang beriman dan bertakwa di dunia ini.
    Salah satu istri mulia Nabi Muhammad saw. bernama ummu Salamah r.a., ia bertanya kepada Nabi Besar Muhammad saw.: ”Ya Rasulullah, jika    seorang perempuan mempunyai dua orang suami, jadi istri siapakah dia dari kedua suaminya itu?” Nabi Besar Muhammad saw. bersabda, “Ia akan menjadi istri dari suaminya yang lebih bertakwa.”
    Seperti diketahui bahwa Ummu  Salamah r.a. sebelum dinikahi oleh Nabi Besar Muhammad saw. adalah istri dari Abu Salamah r.a., salah seorang sahabat terkenal Nabi Besar Muhammad saw. yang meninggal  dunia. Ummu Salamah  r.a. sangat mencintai suaminya karena ketakwaannya yang luar biasa, sehingga dalam kesedihannya Ummu Salamah r.a. mengadu kepada Nabi Besar Muhammad saw..   
     Beliau saw. bersabda, “Berdoalah agar Allah Swt. memberikan pengganti yang lebih baik daripada Abu Salamah.” Mendengar ucapan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut Ummu Salamah r.a. menjawab, “Ya Rasulullah, apakah ada orang lain yang lebih baik daripada Abu Salamah?”
   Beberapa lama kemudian Nabi Besar Muhammad saw. menikahi Ummu Salamah r.a., dengan demikian terjawablah pertanyaan Ummu Salamah r.a. yang sangat membanggakan suaminya yang meninggal dunia, Abu Salamah, dan benarlah ucapan Nabi Besar Muhammad saw..
   Itulah latar belakang pertanyaan Ummu Salamah r.a., dengan demikian jelaslah bahwa pada hakikatnya “bidadari-bidadari surgawi” itu adalah istri-istri yang bertakwa dari kaum  laki-laki penghuni surga,  yang merupakan pengabulan doa  mereka ketika masih hidup di dunia, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾  اُولٰٓئِکَ یُجۡزَوۡنَ الۡغُرۡفَۃَ  بِمَا صَبَرُوۡا وَ یُلَقَّوۡنَ فِیۡہَا تَحِیَّۃً  وَّ  سَلٰمًا ﴿ۙ﴾  خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ حَسُنَتۡ مُسۡتَقَرًّا وَّ مُقَامًا ﴿﴾  قُلۡ  مَا یَعۡبَؤُا بِکُمۡ  رَبِّیۡ  لَوۡ لَا دُعَآؤُکُمۡ ۚ فَقَدۡ کَذَّبۡتُمۡ  فَسَوۡفَ  یَکُوۡنُ  لِزَامًا ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang mengatakan: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”  Mereka itulah yang akan dianugerahi  kamar-kamar tinggi di surga karena mereka bersabar, dan mereka akan disambut di dalamnya dengan penghormatan dan doa selamat,    mereka akan  kekal di dalamnya, itulah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.    Katakanlah: Tuhan-ku tidak akan mempedulikan kamu jika tidak karena doamu, maka sungguh kamu telah mendustakan maka segera   azab  menimpa kamu.” (Al-Furqān [25]:75-78).
Berkumpulnya “Keluarga Surgawi” di Akhirat
  Kemudian dalam Surah berikut ini Allah Swt. berfirman mengenai akan berkumpulnya “keluarga surgawi” di alam akhirat, termasuk istri-istri mereka:
اَلَّذِیۡنَ یَحۡمِلُوۡنَ الۡعَرۡشَ وَ مَنۡ حَوۡلَہٗ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ  رَبِّہِمۡ وَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ رَبَّنَا وَسِعۡتَ کُلَّ  شَیۡءٍ رَّحۡمَۃً  وَّ عِلۡمًا فَاغۡفِرۡ  لِلَّذِیۡنَ تَابُوۡا وَ اتَّبَعُوۡا سَبِیۡلَکَ وَ قِہِمۡ  عَذَابَ  الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾  رَبَّنَا وَ اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ  ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾  وَ قِہِمُ السَّیِّاٰتِ ؕ وَ مَنۡ تَقِ السَّیِّاٰتِ یَوۡمَئِذٍ  فَقَدۡ رَحِمۡتَہٗ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ٪﴿﴾
Wujud-wujud  yang memikul ‘Arasy dan yang di sekitarnya, mereka bertasbih dengan pujian Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman: “Wahai Tuhan kami, Engkau meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu maka ampunilah  orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan lindungilah mereka dari azab Jahannam.   “Hai Tuhan kami, karena itu masukkanlah mereka ke dalam surga-surga abadi yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan begitu pun  orang-orang yang beramal saleh  dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Dan lindungilah mereka dari segala keburukan.  Dan barangsiapa Engkau pelihara dari keburukan-keburukan pada hari itu  maka sungguh  Engkau telah mengasihinya, dan yang demikian itu  kemenangan yang besar.” (Al-Mu’mīn [40]:8-10). Lihat pula QS.13:24.
   Ayat 9  meletakkan suatu asas yang agung. Tidak ada pekerjaan dilaksanakan dan tidak ada kemenangan dapat dicapai oleh seseorang di dunia ini tanpa bantuan orang lain. Orang-orang lain masing-masing dengan sadar atau tidak sadar telah memberikan sumbangan kepada pekerjaan itu.
Sekutu-sekutu dan pembantu-pembantu yang sadar atau tidak sadar itu -- terutama ayah bunda, istri, dan anak-anaknya, maka anggota keluarga yang terdekat itu pun -- akan diizinkan ikut serta menikmati karunia-karunia yang akan dianugerahkan kepada orang-orang yang beriman  atas amal-amal shalihnya, itulah makna ayat 9:
رَبَّنَا وَ اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ  ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾
“Hai Tuhan kami, karena itu masukkanlah mereka ke dalam surga-surga abadi yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan begitu pun  orang-orang yang beramal saleh  dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 7 Maret  2013
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar