Sabtu, 09 Maret 2013

Yang Terbaik Adalah "Suami yang Terbaik Terhadap Keluarganya"


      بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 61
  
Yang Terbaik Adalah "Suami yang Terbaik Terhadap Keluarganya"  

 Oleh
  
Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab  sebelumnya  telah dijelaskan mengenai  akan berkumpulnya “keluarga surgawi” di alam akhirat, termasuk istri-istri mereka:
اَلَّذِیۡنَ یَحۡمِلُوۡنَ الۡعَرۡشَ وَ مَنۡ حَوۡلَہٗ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ  رَبِّہِمۡ وَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ رَبَّنَا وَسِعۡتَ کُلَّ  شَیۡءٍ رَّحۡمَۃً  وَّ عِلۡمًا فَاغۡفِرۡ  لِلَّذِیۡنَ تَابُوۡا وَ اتَّبَعُوۡا سَبِیۡلَکَ وَ قِہِمۡ  عَذَابَ  الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾  رَبَّنَا وَ اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ  ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾  وَ قِہِمُ السَّیِّاٰتِ ؕ وَ مَنۡ تَقِ السَّیِّاٰتِ یَوۡمَئِذٍ  فَقَدۡ رَحِمۡتَہٗ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ٪﴿﴾
Wujud-wujud  yang memikul ‘Arasy dan yang di sekitarnya, mereka bertasbih dengan pujian Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman: “Wahai Tuhan kami, Engkau meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu maka ampunilah  orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan lindungilah mereka dari azab Jahannam.   “Hai Tuhan kami, karena itu masukkanlah mereka ke dalam surga-surga abadi yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan begitu pun  orang-orang yang beramal saleh  dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Dan lindungilah mereka dari segala keburukan.  Dan barangsiapa Engkau pelihara dari keburukan-keburukan pada hari itu  maka sungguh  Engkau telah mengasihinya, dan yang demikian itu  kemenangan yang besar.” (Al-Mu’mīn [40]:8-10). Lihat pula QS.13:24.
Ayat 9  meletakkan suatu asas yang agung. Tidak ada pekerjaan dilaksanakan dan tidak ada kemenangan dapat dicapai oleh seseorang di dunia ini tanpa bantuan orang lain. Orang-orang lain masing-masing dengan sadar atau tidak sadar telah memberikan sumbangan kepada pekerjaan itu.

“Bidadari-bidadari Surgawi” adalah
Istri-istri “Penyejuk Mata” Suami-suami Mereka

  Sekutu-sekutu dan pembantu-pembantu yang sadar atau tidak sadar itu -- terutama ayah-bunda, istri, dan anak-anaknya, maka anggota keluarga yang terdekat itu pun -- akan diizinkan ikut serta menikmati karunia-karunia yang akan dianugerahkan kepada orang-orang yang beriman  atas amal-amal shalihnya, itulah makna ayat 9:
رَبَّنَا وَ اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ  ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾
“Hai Tuhan kami, karena itu masukkanlah mereka ke dalam surga-surga abadi yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan begitu pun  orang-orang yang beramal saleh  dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
       Doa “orang-orang yang memikul ‘Arasy Ilahi” dan “yang di sekitarnya” tersebut memiliki hubungan dengan doa yang dipanjatkan oleh ‘ibādu rahmān (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah) berikut ini, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾  اُولٰٓئِکَ یُجۡزَوۡنَ الۡغُرۡفَۃَ  بِمَا صَبَرُوۡا وَ یُلَقَّوۡنَ فِیۡہَا تَحِیَّۃً  وَّ  سَلٰمًا ﴿ۙ﴾  خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ حَسُنَتۡ مُسۡتَقَرًّا وَّ مُقَامًا ﴿﴾  قُلۡ  مَا یَعۡبَؤُا بِکُمۡ  رَبِّیۡ  لَوۡ لَا دُعَآؤُکُمۡ ۚ فَقَدۡ کَذَّبۡتُمۡ  فَسَوۡفَ  یَکُوۡنُ  لِزَامًا ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang mengatakan: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”  Mereka itulah yang akan dianugerahi kamar-kamar tinggi di surga karena mereka bersabar, dan me-reka akan disambut di dalamnya dengan penghormatan dan doa selamat, mereka akan  kekal di dalamnya, itulah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.    Katakanlah “Tuhan-ku tidak akan mempedulikan kamu jika tidak karena doamu, maka sungguh kamu telah mendustakan maka segera   azab  menimpa kamu.” (Al-Furqān [25]:75-78).

Suami yang Baik adalah “Yang Berlaku Baik
Terhadap Istri dan Keluarganya

      Kenyataan tersebut membuktikan bahwa pada hakikatnya yang dimaksud dengan “bidadari-bidadari surgawi” tersebut adalah “perempuan-perempuan yang bertakwa”, yang akan menjadi  jodoh-jodoh yang suci  kaum laki-laki bertakwa di dalam surga, terutama istri-istri  ketika di dunia benar-benar  merupakan penyejuk mata suami-suami mereka, firman-Nya:
زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّہَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَ الۡبَنِیۡنَ وَ الۡقَنَاطِیۡرِ الۡمُقَنۡطَرَۃِ مِنَ الذَّہَبِ وَ الۡفِضَّۃِ وَ الۡخَیۡلِ الۡمُسَوَّمَۃِ وَ الۡاَنۡعَامِ وَ الۡحَرۡثِ ؕ ذٰلِکَ مَتَاعُ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ ﴿﴾  قُلۡ اَؤُنَبِّئُکُمۡ بِخَیۡرٍ مِّنۡ ذٰلِکُمۡ ؕ لِلَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا عِنۡدَ رَبِّہِمۡ جَنّٰتٌ  تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا وَ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ وَّ رِضۡوَانٌ مِّنَ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ بَصِیۡرٌۢ  بِالۡعِبَادِ ﴿ۚ﴾  
Ditampakkan indah bagi manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini yaitu: perempuan-perempuan,  anak-anak, kekayaan yang berlimpah berupa emas dan perak,  kuda pilihan,  binatang ternak dan sawah ladang.  Yang demikian itu adalah perlengkapan hidup di dunia, dan Allah, di sisi-Nya-lah  sebaik-baik tempat kembali.   Katakanlah: “Maukah kamu aku beri tahu sesuatu  yang lebih baik daripada yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan  jodoh-jodoh suci serta  keridhaan dari Allah, dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya   (Āli ‘Imran [3]:15-18).
       Islam tidak melarang mempergunakan atau mencari barang-barang yang baik dari dunia ini, tetapi tentu saja Islam mencela mereka yang menyibukkan diri dalam urusan duniawi dan menjadikannya satu-satunya tujuan hidup mereka.
Dengan demikian benarlah sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai pentingnya  berlaku baik terhadap istri  dan keluarga  yakni:
"Khairukum khairukum li'ahlihi wa ana khairukum li'ahliy."
“Orang-orang yang terbaik  di antara kalian adalah yang berlaku baik terhadap istri dan keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap istri dan keluargaku” (Bukhari).
Pentingnya Kesamaan Iman  Pasangan Suami-istri
      Oleh karena itu suami-suami yang tidak berlaku baik terhadap istri-istri mereka serta mengkhianati ikatan pernikahan mereka yang sah, atau sebaliknya   – siapa pun mereka itu --  dipastikan mereka tidak akan memperoleh “bidadari surgawi” atau “jodoh-jodoh yang suci” di akhirat nanti.
       Kenapa demikian? Sebabnya mereka tidak menghormati kesakralan lembaga pernikahan  yang telah ditetapkan Allah Swt. dalam Al-Quran, yang sangat mengutamakan kesamaan dalam   keimanan dan  ketakwaan kepada Allah Swt. (QS.2:222; QS.4:2-4 & 26;  60:11; QS.33:), sebagaimana yang telah amalkan secara sempurna oleh Nabi Besar Muhammad saw.(QS.33:22).
       Sehubungan dengan hal tersebut Nabi Besar Muhammad saw. telah memberikan petunjuk mendasar yang dapat menjadi modal besar bagi terciptanya keluarga surgawi  di dunia mau pun di akhirat melalui pernikahan, yakni  sebagai  cara terbaik mewujudkan firman Allah Swt. sebelum ini:
زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّہَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ
“Ditampakkan indah bagi manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini yaitu: perempuan-perempuan…..
       Nabi Besar Muhammad saw. bersabda bahwa: “Perempuan itu dinikahi  atas empat perkara, yaitu: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, atau karena agamanya. Akan tetapi, pilihlah berdasarkan agamanya agar diri kamu selamat.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
        Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut sesuai dengan petunjuk dan perintah Allah Swt. berikut ini:
وَ لَا تَنۡکِحُوا الۡمُشۡرِکٰتِ حَتّٰی یُؤۡمِنَّ ؕ وَ لَاَمَۃٌ مُّؤۡمِنَۃٌ  خَیۡرٌ مِّنۡ مُّشۡرِکَۃٍ  وَّ لَوۡ اَعۡجَبَتۡکُمۡ ۚ وَ لَا تُنۡکِحُوا الۡمُشۡرِکِیۡنَ حَتّٰی یُؤۡمِنُوۡا ؕ وَ لَعَبۡدٌ مُّؤۡمِنٌ خَیۡرٌ مِّنۡ مُّشۡرِکٍ وَّ لَوۡ اَعۡجَبَکُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ یَدۡعُوۡنَ  اِلَی النَّارِ ۚۖ وَ اللّٰہُ  یَدۡعُوۡۤا اِلَی الۡجَنَّۃِ وَ الۡمَغۡفِرَۃِ  بِاِذۡنِہٖ ۚ وَ یُبَیِّنُ  اٰیٰتِہٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ  یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾٪
Dan   janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan musyrik hingga mereka terlebih  dulu beriman, dan niscaya  hamba-sahaya perempuan yang beriman itu lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun ia mempesona hati kamu. Dan janganlah kamu menikahkan perempuan yang beriman dengan laki-laki musyrik hingga mereka terlebih dulu  beriman, dan niscaya  hamba-sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik, meskipun ia mempesona hati kamu.  Mereka mengajak ke dalam Api, sedangkan Allāh mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Dia menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada manusia supaya mereka  mendapat nasihat (Al-Baqarah [2]:222).

Pasangan Suami-istri Sebagai “Pakaian”

        Masalah pernikahan dengan “perempuan-perempuan musyrik” erat hubungannya dengan masalah peperangan, sebab selama berlangsung peperanganlah orang-orang beriman -- karena meninggalkan rumah selama waktu yang cukup panjang -- mungkin akan tergoda dan ingin menikah dengan perempuan-perempuan serupa itu. Hal itu jelas dilarang oleh Al-Quran, seperti juga dilarang menikahkan perempuan-perempuan beriman  kepada laki-laki musyrik.
     Larangan tersebut berdasarkan alasan agama, juga alasan akhlak dan sosial. Seorang suami musyrik tentu memberi pengaruh yang luar biasa buruk, bukan hanya terhadap istrinya saja tetapi juga terhadap anak-anaknya yang lahir dari perhubungan (pernikahan) mereka, dan perempuan pasti akan menggagalkan rencana pendidikan bagi keturunannya.
    Tambahan pula  bila seorang laki-laki beriman mempunyai istri musyrik atau sebaliknya, karena cita-cita, kepercayaan, dan pandangan hidup mereka jauh berbeda, maka tidak mungkin ada keserasian antara kedua orang itu, dan sebagai akibatnya tidak akan ada suasana ketenteraman di tengah keluarga, yang merupakan salah satu tujuan pernikahan (QS.30:22).
      Dalam Islam martabat budak (hamba sahaya) tidak merupakan ciri kerendahan derajat, dan seorang budak-perempuan Muslim dalam segala segi akan menjadi istri yang lebih baik untuk seorang Muslim merdeka daripada perempuan musyrik dan begitu pula sebaliknya.
     Budak-budak (hamba-hamba sahaya) memperoleh kehormatan besar dalam masyarakat Islam karena keimanan dan ketakwaan mereka. Contohnya  Bilal, Salman, dan Salim, merupakan sahabat-sahabat Nabi Besar Muhammad saw. yang sangat dimuliakan. Mereka itu semua dahulunya adalah budak-budak yang kemudian dimerdekakan.
    Allah Swt. dalam Al-Quran telah mengumpamakan fungsi pasangan suami-istri itu sama lain ibarat pakaian -- hunna libāsun- lakum wa antum libāsulahunna  (mereka adalah pakaian bagi kamu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka -  QS.2:188),   yang tentunya pakaian tersebut tidak sekedar dapat menutup aurat saja,  tetapi benar-benar akan  dapat memperindah (menyempurnakan)  penampilan masing-masing, seperti halnya orang yang sebelumnya telanjang kemudian mengenakan busana (pakaian) yang serasi dalam segala halnya.

Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 9 Maret  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar