بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 61
Yang Terbaik Adalah "Suami yang Terbaik Terhadap Keluarganya"
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai akan berkumpulnya “keluarga surgawi” di alam akhirat, termasuk istri-istri mereka:
اَلَّذِیۡنَ یَحۡمِلُوۡنَ الۡعَرۡشَ وَ مَنۡ حَوۡلَہٗ یُسَبِّحُوۡنَ
بِحَمۡدِ رَبِّہِمۡ وَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ
وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ لِلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ۚ رَبَّنَا وَسِعۡتَ کُلَّ
شَیۡءٍ رَّحۡمَۃً وَّ عِلۡمًا
فَاغۡفِرۡ لِلَّذِیۡنَ تَابُوۡا وَ اتَّبَعُوۡا
سَبِیۡلَکَ وَ قِہِمۡ عَذَابَ الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾
رَبَّنَا وَ اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ
وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾ وَ قِہِمُ السَّیِّاٰتِ
ؕ وَ مَنۡ تَقِ السَّیِّاٰتِ یَوۡمَئِذٍ
فَقَدۡ رَحِمۡتَہٗ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ٪﴿﴾
Wujud-wujud yang memikul
‘Arasy dan yang di sekitarnya, mereka
bertasbih dengan pujian Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman: “Wahai Tuhan
kami, Engkau meliputi segala sesuatu
dengan rahmat dan ilmu maka ampunilah
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti
jalan Engkau, dan lindungilah mereka
dari azab Jahannam. “Hai Tuhan
kami, karena itu masukkanlah mereka ke
dalam surga-surga abadi yang telah Engkau
janjikan kepada mereka, dan begitu pun
orang-orang yang
beramal saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka.
Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana. Dan lindungilah
mereka dari segala keburukan. Dan barangsiapa Engkau pelihara dari
keburukan-keburukan pada hari itu maka sungguh
Engkau telah mengasihinya,
dan yang demikian itu kemenangan yang besar.” (Al-Mu’mīn
[40]:8-10). Lihat pula QS.13:24.
Ayat 9
meletakkan suatu asas yang agung. Tidak ada pekerjaan dilaksanakan dan tidak ada kemenangan dapat dicapai oleh seseorang di dunia ini tanpa bantuan orang lain. Orang-orang
lain masing-masing dengan sadar atau tidak sadar telah memberikan sumbangan kepada pekerjaan itu.
“Bidadari-bidadari Surgawi” adalah
Istri-istri “Penyejuk Mata”
Suami-suami Mereka
Sekutu-sekutu dan pembantu-pembantu yang sadar atau tidak sadar itu -- terutama ayah-bunda, istri, dan anak-anaknya, maka anggota keluarga yang terdekat itu pun -- akan diizinkan ikut serta menikmati karunia-karunia yang akan dianugerahkan kepada orang-orang yang beriman atas amal-amal shalihnya, itulah makna ayat 9:
رَبَّنَا
وَ اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ
اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ
ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾
“Hai Tuhan
kami, karena itu masukkanlah mereka ke
dalam surga-surga abadi yang telah Engkau
janjikan kepada mereka, dan begitu pun
orang-orang yang
beramal saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka.
Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.
Doa “orang-orang
yang memikul ‘Arasy Ilahi” dan “yang
di sekitarnya” tersebut memiliki hubungan dengan doa yang dipanjatkan oleh
‘ibādu rahmān (hamba-hamba Tuhan Yang
Maha Pemurah) berikut ini, firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ
اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ یُجۡزَوۡنَ الۡغُرۡفَۃَ بِمَا صَبَرُوۡا وَ یُلَقَّوۡنَ فِیۡہَا
تَحِیَّۃً وَّ سَلٰمًا ﴿ۙ﴾
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ حَسُنَتۡ مُسۡتَقَرًّا وَّ
مُقَامًا ﴿﴾ قُلۡ مَا یَعۡبَؤُا بِکُمۡ رَبِّیۡ
لَوۡ لَا دُعَآؤُکُمۡ ۚ فَقَدۡ کَذَّبۡتُمۡ فَسَوۡفَ
یَکُوۡنُ لِزَامًا ﴿٪﴾
Dan
orang-orang yang mengatakan: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami,
dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” Mereka
itulah yang akan dianugerahi kamar-kamar tinggi di surga karena mereka bersabar, dan me-reka akan disambut di dalamnya dengan
penghormatan dan doa selamat, mereka akan
kekal di dalamnya, itulah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. Katakanlah “Tuhan-ku tidak akan mempedulikan kamu jika tidak karena doamu, maka sungguh kamu telah mendustakan maka segera azab menimpa
kamu.”
(Al-Furqān
[25]:75-78).
Suami yang Baik adalah “Yang Berlaku Baik
Terhadap Istri dan Keluarganya”
Kenyataan tersebut membuktikan bahwa pada hakikatnya yang dimaksud dengan “bidadari-bidadari surgawi” tersebut adalah “perempuan-perempuan yang bertakwa”, yang akan menjadi jodoh-jodoh yang suci kaum laki-laki bertakwa di dalam surga, terutama istri-istri ketika di dunia benar-benar merupakan penyejuk mata suami-suami mereka, firman-Nya:
زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّہَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ
وَ الۡبَنِیۡنَ وَ الۡقَنَاطِیۡرِ الۡمُقَنۡطَرَۃِ مِنَ الذَّہَبِ وَ الۡفِضَّۃِ
وَ الۡخَیۡلِ الۡمُسَوَّمَۃِ وَ الۡاَنۡعَامِ وَ الۡحَرۡثِ ؕ ذٰلِکَ مَتَاعُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ
حُسۡنُ الۡمَاٰبِ ﴿﴾ قُلۡ اَؤُنَبِّئُکُمۡ بِخَیۡرٍ مِّنۡ ذٰلِکُمۡ ؕ لِلَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا
عِنۡدَ رَبِّہِمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا وَ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ وَّ
رِضۡوَانٌ مِّنَ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ بَصِیۡرٌۢ
بِالۡعِبَادِ ﴿ۚ﴾
Ditampakkan indah bagi manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini yaitu: perempuan-perempuan, anak-anak, kekayaan yang berlimpah berupa
emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Yang demikian itu adalah perlengkapan hidup di dunia,
dan Allah, di sisi-Nya-lah sebaik-baik tempat kembali. Katakanlah:
“Maukah kamu aku beri tahu sesuatu yang lebih baik daripada yang
demikian itu?” Bagi orang-orang yang
bertakwa, di sisi Tuhan mereka ada kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan jodoh-jodoh
suci serta keridhaan dari Allah, dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (Āli ‘Imran [3]:15-18).
Islam
tidak melarang mempergunakan atau mencari barang-barang yang baik dari dunia
ini, tetapi tentu saja Islam mencela
mereka yang menyibukkan diri dalam urusan
duniawi dan menjadikannya satu-satunya tujuan
hidup mereka.
Dengan demikian benarlah sabda
Nabi Besar Muhammad saw. mengenai pentingnya
berlaku baik terhadap istri
dan keluarga yakni:
"Khairukum khairukum li'ahlihi wa ana khairukum li'ahliy."
“Orang-orang
yang terbaik di antara kalian adalah yang berlaku baik terhadap istri dan keluarganya,
dan aku adalah yang terbaik di antara
kalian terhadap istri dan keluargaku”
(Bukhari).
Pentingnya Kesamaan Iman Pasangan Suami-istri
Oleh karena itu suami-suami yang tidak
berlaku baik terhadap istri-istri
mereka serta mengkhianati ikatan pernikahan mereka yang sah, atau sebaliknya – siapa
pun mereka itu -- dipastikan mereka tidak akan memperoleh “bidadari surgawi” atau “jodoh-jodoh
yang suci” di akhirat nanti.
Kenapa
demikian? Sebabnya mereka tidak menghormati kesakralan
lembaga pernikahan yang telah ditetapkan Allah Swt. dalam
Al-Quran, yang sangat mengutamakan kesamaan
dalam keimanan
dan ketakwaan
kepada Allah Swt. (QS.2:222; QS.4:2-4 & 26; 60:11; QS.33:), sebagaimana yang telah amalkan secara sempurna oleh Nabi Besar
Muhammad saw.(QS.33:22).
Sehubungan dengan hal tersebut Nabi
Besar Muhammad saw. telah memberikan petunjuk
mendasar yang dapat menjadi modal besar bagi terciptanya keluarga surgawi di dunia mau pun di akhirat melalui pernikahan, yakni sebagai
cara terbaik mewujudkan firman Allah Swt. sebelum ini:
زُیِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّہَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ
“Ditampakkan
indah bagi manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini
yaitu: perempuan-perempuan…..“
Nabi Besar Muhammad saw. bersabda bahwa:
“Perempuan itu dinikahi atas empat perkara, yaitu: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya,
atau karena agamanya. Akan tetapi, pilihlah berdasarkan agamanya agar diri
kamu selamat.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut
sesuai dengan petunjuk dan perintah Allah Swt. berikut ini:
وَ لَا تَنۡکِحُوا الۡمُشۡرِکٰتِ حَتّٰی یُؤۡمِنَّ ؕ
وَ لَاَمَۃٌ مُّؤۡمِنَۃٌ خَیۡرٌ مِّنۡ
مُّشۡرِکَۃٍ وَّ لَوۡ اَعۡجَبَتۡکُمۡ ۚ وَ لَا تُنۡکِحُوا الۡمُشۡرِکِیۡنَ حَتّٰی
یُؤۡمِنُوۡا ؕ وَ لَعَبۡدٌ مُّؤۡمِنٌ خَیۡرٌ مِّنۡ مُّشۡرِکٍ وَّ لَوۡ
اَعۡجَبَکُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ یَدۡعُوۡنَ
اِلَی النَّارِ ۚۖ وَ اللّٰہُ
یَدۡعُوۡۤا اِلَی الۡجَنَّۃِ وَ الۡمَغۡفِرَۃِ بِاِذۡنِہٖ ۚ وَ یُبَیِّنُ اٰیٰتِہٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾٪
Dan janganlah
kamu menikahi perempuan-perempuan musyrik hingga mereka terlebih dulu beriman, dan niscaya hamba-sahaya
perempuan yang beriman itu lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun ia
mempesona hati kamu. Dan janganlah
kamu menikahkan perempuan yang beriman dengan laki-laki musyrik hingga mereka terlebih dulu beriman, dan niscaya hamba-sahaya
laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik, meskipun ia
mempesona hati kamu. Mereka mengajak
ke dalam Api, sedangkan Allāh mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Dia menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada
manusia supaya mereka mendapat nasihat (Al-Baqarah [2]:222).
Pasangan Suami-istri Sebagai “Pakaian”
Masalah pernikahan dengan “perempuan-perempuan musyrik” erat hubungannya dengan masalah peperangan, sebab selama berlangsung peperanganlah orang-orang beriman -- karena meninggalkan rumah selama waktu yang cukup panjang -- mungkin akan tergoda dan ingin menikah dengan perempuan-perempuan serupa itu. Hal itu jelas dilarang oleh Al-Quran, seperti juga dilarang menikahkan perempuan-perempuan beriman kepada laki-laki musyrik.
Larangan tersebut berdasarkan alasan agama, juga alasan akhlak dan sosial.
Seorang suami musyrik tentu memberi pengaruh yang luar biasa buruk, bukan hanya terhadap istrinya saja tetapi juga terhadap anak-anaknya yang lahir dari perhubungan (pernikahan) mereka, dan perempuan pasti akan menggagalkan
rencana pendidikan bagi keturunannya.
Tambahan pula bila seorang laki-laki beriman mempunyai istri musyrik atau sebaliknya, karena cita-cita, kepercayaan, dan pandangan
hidup mereka jauh berbeda, maka
tidak mungkin ada keserasian antara
kedua orang itu, dan sebagai akibatnya tidak akan ada suasana ketenteraman di tengah keluarga, yang merupakan salah satu tujuan
pernikahan (QS.30:22).
Dalam Islam martabat budak (hamba
sahaya) tidak merupakan ciri kerendahan
derajat, dan seorang budak-perempuan
Muslim dalam segala segi akan menjadi istri
yang lebih baik untuk seorang Muslim
merdeka daripada perempuan musyrik
dan begitu pula sebaliknya.
Budak-budak (hamba-hamba sahaya) memperoleh
kehormatan besar dalam masyarakat
Islam karena keimanan dan ketakwaan mereka. Contohnya Bilal, Salman, dan Salim, merupakan
sahabat-sahabat Nabi Besar Muhammad saw. yang sangat dimuliakan. Mereka itu
semua dahulunya adalah budak-budak
yang kemudian dimerdekakan.
Allah Swt. dalam Al-Quran telah
mengumpamakan fungsi pasangan suami-istri itu sama lain ibarat pakaian -- hunna libāsun- lakum wa antum libāsulahunna (mereka adalah pakaian bagi kamu, dan kamu
adalah pakaian bagi mereka -
QS.2:188), yang tentunya pakaian tersebut tidak sekedar dapat menutup aurat saja, tetapi benar-benar akan dapat memperindah
(menyempurnakan) penampilan masing-masing, seperti halnya orang yang sebelumnya telanjang kemudian mengenakan busana (pakaian) yang serasi dalam segala halnya.
Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor:
Malik Ghulam Farid
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar