بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 62
Hakikat
Pasangan Suami-Istri
Sebagai
“Pakaian” & “Busana Muslim”
“Pakaian” & “Busana Muslim”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya
telah dijelaskan mengenai pentingnya
kesamaan iman dalam melakukan pernikahan dalam rangka membangun keluarga surgawi, firman-Nya:
وَ لَا تَنۡکِحُوا الۡمُشۡرِکٰتِ حَتّٰی یُؤۡمِنَّ ؕ
وَ لَاَمَۃٌ مُّؤۡمِنَۃٌ خَیۡرٌ مِّنۡ
مُّشۡرِکَۃٍ وَّ لَوۡ اَعۡجَبَتۡکُمۡ ۚ وَ لَا تُنۡکِحُوا
الۡمُشۡرِکِیۡنَ حَتّٰی یُؤۡمِنُوۡا ؕ وَ لَعَبۡدٌ مُّؤۡمِنٌ خَیۡرٌ مِّنۡ
مُّشۡرِکٍ وَّ لَوۡ اَعۡجَبَکُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ یَدۡعُوۡنَ اِلَی النَّارِ ۚۖ وَ اللّٰہُ یَدۡعُوۡۤا اِلَی الۡجَنَّۃِ وَ
الۡمَغۡفِرَۃِ بِاِذۡنِہٖ ۚ وَ
یُبَیِّنُ اٰیٰتِہٖ لِلنَّاسِ
لَعَلَّہُمۡ یَتَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾٪
Dan janganlah
kamu menikahi perempuan-perempuan musyirik hingga mereka terlebih dulu beriman, dan niscaya hamba-sahaya
perempuan yang beriman itu lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun ia
mempesona hati kamu. Dan janganlah kamu
menikahkan perempuan yang beriman dengan laki-laki musyrik hingga mereka terlebih dulu beriman, dan niscaya hamba-sahaya
laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik, meskipun ia
mempesona hati kamu. Mereka mengajak
ke dalam Api, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Dia menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada
manusia supaya mereka mendapat nasihat (Al-Baqarah [2]:222).
Pasangan
Suami-istri Sebagai “Pakaian”
Masalah pernikahan dengan “perempuan-perempuan
musyrik” erat hubungannya dengan masalah peperangan, sebab selama berlangsung peperanganlah orang-orang
beriman -- karena meninggalkan rumah selama waktu yang cukup panjang -- mungkin
akan tergoda dan ingin menikah dengan
perempuan-perempuan serupa itu. Hal itu
jelas dilarang oleh Al-Quran, seperti juga dilarang menikahkan perempuan-perempuan beriman kepada laki-laki
musyrik.
Larangan tersebut berdasarkan alasan agama, juga alasan akhlak dan sosial.
Seorang suami musyrik tentu memberi pengaruh yang luar biasa buruk, bukan hanya terhadap istrinya saja tetapi juga terhadap anak-anaknya yang lahir dari perhubungan (pernikahan) mereka, dan perempuan pasti akan menggagalkan
rencana pendidikan bagi keturunannya.
Tambahan pula bila seorang laki-laki beriman mempunyai istri musyrik atau sebaliknya, karena cita-cita, kepercayaan, dan pandangan
hidup mereka jauh berbeda, maka
tidak mungkin ada keserasian antara
kedua orang itu, dan sebagai akibatnya tidak akan ada suasana ketenteraman di tengah keluarga, yang merupakan salah satu
tujuan pernikahan (QS.30:22).
Dalam Islam martabat budak (hamba
sahaya) tidak merupakan ciri kerendahan
derajat, dan seorang budak-perempuan
Muslim dalam segala segi akan menjadi istri
yang lebih baik untuk seorang Muslim
merdeka daripada perempuan musyrik
dan begitu pula sebaliknya.
Budak-budak (hamba-hamba sahaya) memperoleh
kehormatan besar dalam masyarakat
Islam karena keimanan dan ketakwaan mereka. Contohnya Bilal, Salman, dan Salim, merupakan
sahabat-sahabat Nabi Besar Muhammad saw. yang sangat dimuliakan. Mereka itu
semua dahulunya adalah budak-budak
yang kemudian dimerdekakan.
Allah Swt. dalam Al-Quran telah
mengumpamakan fungsi pasangan suami-istri itu sama lain ibarat pakaian -- hunna libāsun- lakum wa antum libāsulahunna (mereka adalah pakaian bagi kamu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka -
QS.2:188), dan tentu pakaian
tersebut tidak sekedar pakaian minim
yang hanya menutup
aurat saja, tetapi benar-benar pakaian yang dapat memperindah (menyempurnakan) penampilan
masing-masing sebagai manusia-manusia yang terhormat,
seperti halnya orang yang sebelumnya telanjang kemudian mengenakan busana (pakaian) yang serasi dalam segala halnya.
Pentingnya Laki-laki dan Perempuan Beriman
“Merundukkan Pandangan”
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
bahwa Allah Swt. telah mengumpamakan ketakwaan dengan pakaian (QS.7:27), sesuai dengan kenyataan itulah dalam Al-Quran – khususnya bagi kaum perempuan -- telah ditetapkan standar pakaian yang disebut busana Muslim, firman-Nya:
قُلۡ لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَغُضُّوۡا مِنۡ اَبۡصَارِہِمۡ وَ یَحۡفَظُوۡا فُرُوۡجَہُمۡ ؕ
ذٰلِکَ اَزۡکٰی لَہُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ خَبِیۡرٌۢ
بِمَا یَصۡنَعُوۡنَ ﴿﴾ وَ
قُلۡ لِّلۡمُؤۡمِنٰتِ یَغۡضُضۡنَ مِنۡ
اَبۡصَارِہِنَّ وَ یَحۡفَظۡنَ فُرُوۡجَہُنَّ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ زِیۡنَتَہُنَّ
اِلَّا مَا ظَہَرَ مِنۡہَا وَ
لۡیَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِہِنَّ عَلٰی جُیُوۡبِہِنَّ ۪ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ
زِیۡنَتَہُنَّ اِلَّا لِبُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اٰبَآئِہِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ
بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اَبۡنَآئِہِنَّ اَوۡ
اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ اَخَوٰتِہِنَّ
اَوۡ نِسَآئِہِنَّ اَوۡ مَا مَلَکَتۡ اَیۡمَانُہُنَّ اَوِ التّٰبِعِیۡنَ غَیۡرِ
اُولِی الۡاِرۡبَۃِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِیۡنَ لَمۡ یَظۡہَرُوۡا عَلٰی عَوۡرٰتِ النِّسَآءِ ۪ وَ
لَا یَضۡرِبۡنَ بِاَرۡجُلِہِنَّ لِیُعۡلَمَ
مَا یُخۡفِیۡنَ مِنۡ زِیۡنَتِہِنَّ ؕ وَ تُوۡبُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ
جَمِیۡعًا اَیُّہَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡن ﴿﴾
Katakanlah
kepada orang-orang laki-laki yang beriman,
mereka hendaklah menundukkan
matanya dan menjaga
furūj (aurat/indera) mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang mereka
kerjakan. Dan katakanlah kepada orang-orang
perempuan yang beriman, mereka hendaknya menundukkan penglihatannya
dan memelihara furūj (aurat/indera) mereka, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya
kecuali apa yang dengan sendirinya
nampak darinya, dan hendaklah mereka mengenakan
kudungannya hingga menutupi dadanya,
dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya
kecuali kepada suaminya, atau
kepada bapaknya, atau bapak suaminya, atau anak lelakinya atau anak lelaki suaminya atau saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara lelaki mereka, atau
anak lelaki saudara perempuan mereka,
atau perempuan-perempuan teman
mereka atau apa yang dimiliki oleh
tangan kanan mereka, atau pelayan-pelayan
lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengetahui mengenai
aurat perempuan. Dan janganlah
mereka itu menghentakkan kaki mereka supaya dapat diketahui apa yang mereka sembunyikan dari kecantikan mereka.
Dan kembalilah kamu semua kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu
mendapat keberhasilan. (An-Nūr [24]:32).
Karena melalui mata semua pikiran jahat
masuk ke dalam hati manusia, maka
dalam ayat yang sedang dibahas ini, orang-orang laki-laki dan perempuan yang beriman telah diperintahkan untuk merundukkan pandangan mereka, bila
kebetulan mereka bertemu satu sama lain.
Furūj yang artinya celah atau lubang, dapat pula berarti indera-indera.
“Bidadari-bidadari Surgawi” adalah Perempuan-perempuan
(istri-istri) yang Beriman dan Bertakwa
(istri-istri) yang Beriman dan Bertakwa
Apabila orang-orang beriman laki-laki mau pun perempuan dalam rangka
menjaga kesucian akhlak dan ruhani mereka melaksanakan perintah Allah Swt. dalam firman-Nya
tersebut dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan maka di akhirat
mereka itu digambarkan sebagai perempuan-perempuan surgawi yang “menahan
pandangan”, yang menjadi jodoh (pasangan) ahli surga golongan as-sābiqūn (yang terdahulu/terdepan), firman-Nya:
وَ عِنۡدَہُمۡ قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾ کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan di sisi
mereka ada perempuan-perempuan bermata
jeli yang merundukkan (menahan)
pandangan, mereka seakan-akan telur-telur terlindung. (Ash-Shāffāt [37]:49-50). Lihat pula
QS.38:53; QS. 55:57-59.
Sedangkan laki-laki dan perempuan
beriman yang dalam rangka memelihara
kesucian akhlak dan ruhani mereka memerlukan berbagai langkah-langkah penjagaan – akibat lemahnya makrifat Ilahi
mereka -- maka di akhirat keadaan mereka
digambarkan sebagai perempuan-perempuan surgawi
yang berada dalam kemah-kemah, firman-Nya:
فِیۡہِنَّ خَیۡرٰتٌ حِسَانٌ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿ۚ﴾ حُوۡرٌ مَّقۡصُوۡرٰتٌ فِی الۡخِیَامِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ
اٰلَآءِ رَبِّکُمَا
تُکَذِّبٰنِ﴿ۚ﴾ لَمۡ یَطۡمِثۡہُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَہُمۡ وَ لَا جَآنٌّ ﴿ۚ﴾
Di dalamnya terdapat pasangan-pasangan
yang baik lagi cantik. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua dustakan? Pasangan-pasangan
jelita di dalam kemah-kemah. Maka
nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? Yang
sebelum mereka manusia tidak pernah menyentuhnya dan tidak
pula jin. (Al-Rahmān [55]:71-75).
Dengan
demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “bidadari-bidadari surgawi” dalam Al-Quran yang akan menjadi jodoh
(pasangan) hidup para ahli
surga dari kalangan laki-laki, mereka itu
bukanlah makhluk lain yang
terdapat di dalam surga yang disebut
“bidadari”, melainkan perempuan-perempuan beriman dan bertakwa dari jenis manusia. Dan bisa jadi mereka itu adalah istri-istri yang beriman
dan bertakwa dari kaum laki-laki
yang beriman dan bertakwa di
dunia ini.
Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 10 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar