بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 53
Cahaya yang Berlari-lari di Depan
serta di Sebelah Kanan Nabi dan
Orang-orang Beriman
Besertanya serta di Sebelah Kanan Nabi dan
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya
dijelaskan mengenai hubungan taubat nashūha
dengan beriman kepada “Penyeru” dari
Allah (Rasul Allah) yang kedatangannya dijanjikan (QS.3:191-196), serta hubungannya dengan firman-Nya dalam Surah Al-Wāqi’ah ayat 8 -- “Dan kamu menjadi tiga golongan“ -- firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا اِلَی
اللّٰہِ تَوۡبَۃً نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی
رَبُّکُمۡ اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ
سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ
مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ النَّبِیَّ
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ
نُوۡرُہُمۡ یَسۡعٰی بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ
یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ
اَتۡمِمۡ لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ
لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh
jadi Tuhan kamu akan menghapuskan dari
kamu keburukan-keburukan kamu dan akan
memasukkan kamu ke dalam kebun-kebun
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan
menghinakan Nabi maupun orang-orang
yang beriman besertanya, cahaya
mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan di
sebelah kanannya, mereka akan
berkata: “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah
kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(At-Tahrim
[66]:9).
Pengabulan Taubat
Nashūha
Mengenai “orang-orang berakal” yang
berhasil melihat hubungan
terjadinya berbagai macam azab Ilahi dengan pengutusan rasul Allah, mereka berdoa:
رَبَّنَاۤ
اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا
بِرَبِّکُمۡ فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا
فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا
مَعَ الۡاَبۡرَارِ ﴿ ﴾ۚ رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ
وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿ ﴾
Wahai Tuhan
kami, sesungguhnya kami telah mendengar
seorang Penyeru menyeru kami kepada keimanan seraya berkata: "Berimanlah
kamu kepada Tuhan-mu" maka kami
telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah
bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan
kami, dan wafatkanlah kami
bersama orang-orang yang berbuat kebajikan. Wahai
Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada
kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji.” (Ali ‘Imran [3]:193-195).
Menanggapi doa-doa yang dipanjatkan oleh
“orang-orang berakal” tersebut Allah
Swt. berfirman:
فَاسۡتَجَابَ
لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ
اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡضٍ
ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ
سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡوَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ
ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Tuhan
mereka telah mengabulkan doa
mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya
Aku tidak akan menyia-nyiakan amal
orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan.
Sebagian kamu adalah dari sebagian lain, maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari rumah-rumah-nya, yang disakiti pada jalan-Ku,
yang berperang dan yang terbunuh,
niscaya Aku akan menghapuskan dari
mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku akan
memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran dari sisi Allah, dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran. (Ali ‘Imran [3]:196).
Nafs Ammārah,
Nafs Lawwāmah, dan Nafs Muthmainnah
Jika dihubungan dengan Surah Al-Wāqi’ah ayat 8 – “Dan kamu
menjadi tiga golongan“ -- dan ayat-ayat seterusnya, maka Surah Al-Wāqi’ah ayat 1 sampai ayat 7 dapat dikenakan kepada kebangkitan sesudah mati di alam
akhirat, firman-Nya:
فَاَصۡحٰبُ
الۡمَیۡمَنَۃِ ۬ۙ مَاۤ اَصۡحٰبُ
الۡمَیۡمَنَۃِ ؕ﴿﴾ وَ اَصۡحٰبُ
الۡمَشۡـَٔمَۃِ ۬ۙ مَاۤ اَصۡحٰبُ
الۡمَشۡـَٔمَۃِ ؕ﴿﴾ وَ
السّٰبِقُوۡنَ السّٰبِقُوۡنَ ﴿ۚۙ﴾
Maka mereka yang di sebelah kanan, alangkah bahagianya mereka yang di sebelah kanan itu! Dan mereka
yang di sebelah kiri, alangkah celakanya mereka yang di sebelah kiri itu! Dan yang
paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu, (Al-Wāqi’ah [56]:9-11).
Di tempat lain dalam Al-Quran mengenakan
istilah nafs al-Lawwāmah (jiwa yang menyesali diri sendiri - QS.75:3) kepada
golongan “orang-orang beriman golongan kanan” tersebut, sedangkan “golongan kiri” disebut sebagai nafs-al-Ammārah (jiwa yang senantiasa
menyuruh kepada kejahatan - QS.12:54), ada pun golongan “Dan yang paling dahulu,
mereka benar-benar paling dahulu” adalah orang-orang
yang disebut “nafs al-Muthmainnah (jiwa
yang tenteram - QS.89:28).
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa yang dimaksud dua golongan ahli surga – as-sābiqūn (yang terdahulu) dan golongan kanan -- adalah dua golongan orang-orang
beriman yang beserta nabi, yakni Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ النَّبِیَّ
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ
نُوۡرُہُمۡ یَسۡعٰی بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ
…..pada hari ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan di
sebelah kanannya…(At-Tahrim [66]:9).
Firman Allah Swt. mengenai keadaan nikmat-nikmat surgawi yang dianugerahkan kepada golongan “Dan yang
paling dahulu, mereka benar-benar
paling dahulu” (as-sābiqūn sābiqūn) atau yang mencapai
tingkatan ruhani “nafs-al-Muthmainnah (jiwa yang tenteram - QS.89:28),
karena itu posisi cahaya yang berlari-lari (bergerak) bersama mereka
adalah di depan mereka, sesuai dengan
kalimat as-sābiqūn (yang
terdahulu/terdepan), mengenai hal tersebut
selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ
السّٰبِقُوۡنَ السّٰبِقُوۡنَ ﴿ۚۙ﴾ اُولٰٓئِکَ
الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ۚ﴾ فِیۡ جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ ﴿﴾ ثُلَّۃٌ
مِّنَ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ قَلِیۡلٌ مِّنَ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu. Mereka itulah orang-orang yang didekatkan kepada
Tuhan. Mereka berada di dalam surga-surga kenikmatan. Segolongan
besar dari orang-orang terdahulu, dan segolongan
kecil dari orang-orang kemudian,
(Al-Wāqi’ah
[56]:11-15).
Makna Jihad
yang Hakiki
Mengisyaratkan kepada 3 golongan itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini mengenai para pewaris
Al-Quran yang hakiki, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad
saw.:
وَ الَّذِیۡۤ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ
مِنَ الۡکِتٰبِ ہُوَ الۡحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡہِ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ بِعِبَادِہٖ لَخَبِیۡرٌۢ بَصِیۡرٌ ﴿ ﴾ ثُمَّ
اَوۡرَثۡنَا الۡکِتٰبَ الَّذِیۡنَ اصۡطَفَیۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا ۚ
فَمِنۡہُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِہٖ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ۚ وَ مِنۡہُمۡ سَابِقٌۢ
بِالۡخَیۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَضۡلُ الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾
Dan Kitab
yang Kami wahyukan kepada engkau adalah kebenaran
untuk menggenapi apa yang sebelumnya.
Sesungguhnya Allah terhadap hamba-hamba-Nya benar-benar Maha Mengetahui, Maha Melihat. Kemudian Kitab
itu Kami wariskan kepada orang-orang
yang telah Kami pilih dari antara hamba-hamba
Kami, maka dari antara mereka sangat
zalim terhadap dirinya, dari antara mereka ada yang mengambil jalan tengah, dan dari antara mereka ada yang
unggul dalam kebaikan dengan izin
Allah, itu adalah karunia yang sangat besar. (Al-Fāthir
[32-33).
Kalimat “maka dari antara mereka sangat
zalim terhadap dirinya“
mengandung dua makna yang bertentangan, yakni makna negative dan makna positif. Dalam makna negative arti dari sangat zalim terhadap dirinya merujuk kepada penghuni neraka jahannam
akibat berlaku takabur terhadap
Allah Swt. dan rasul-Nya. Mengenai mereka itu Allah Swt.
berfirman: wa mā zhalamūnā walākin kanū anfasahum yazhlimūn -- Kami sekali-kali tidak menzalimi
mereka, tetapi mereka menzalimi diri mereka sendiri (QS.2:58; QS.7:160).
Dalam makna positif, kata
zhalim mengisyaratkan kepada kesungguhan
orang-orang yang beriman dan bertakwa memerangi nafs ammārah (QS.12:54) yang menguasai dirinya, sebelum
mencapai tingkat nafs al-Lawwāmah (QS.75:3) dan nafs al-Muthmainnah (QS.89:28-31),
firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ جَاہَدُوۡا فِیۡنَا لَنَہۡدِیَنَّہُمۡ سُبُلَنَا ؕ وَ اِنَّ
اللّٰہَ لَمَعَ الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang berjuang untuk
Kami niscaya Kami akan memberi
petunjuk kepada mereka pada jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat
kebaikan. (Al-Ankabūt [20]:70).
Jihad sebagaimana
diperintahkan oleh Islam, tidak
berarti harus membunuh atau menjadi
kurban pembunuhan, melainkan harus berjuang keras guna memperoleh keridhaan Ilahi, sebab kata fīnā berarti
“untuk menjumpai Kami”, sehubungan
dengan itu Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیُّہَا
الۡاِنۡسَانُ اِنَّکَ کَادِحٌ اِلٰی رَبِّکَ کَدۡحًا فَمُلٰقِیۡہِ ۚ﴿﴾ فَاَمَّا مَنۡ اُوۡتِیَ
کِتٰبَہٗ بِیَمِیۡنِہٖ ۙ﴿﴾ فَسَوۡفَ یُحَاسَبُ
حِسَابًا یَّسِیۡرًا ۙ﴿﴾ وَّ یَنۡقَلِبُ
اِلٰۤی اَہۡلِہٖ مَسۡرُوۡرًا ؕ﴿﴾
Hai insan (manusia), sesungguhnya engkau
bekerja keras dengan sungguh-sungguh menuju Tuhan engkau maka engkau
akan bertemu dengan-Nya. Lalu adapun orang yang
diberikan kitabnya di tangan kanannya, maka ia
segera akan dihisab dengan perhitungan yang mudah, dan ia
akan kembali kepada keluarganya dengan gembira. (Al-Insyiqāq [ 84]:7-10).
Seorang
beriman melampaui berbagai tingkat disiplin keruhanian yang ketat. Pada
tingkat pertama ia melancarkan peperangan
yang sungguh-sungguh terhadap keinginan
dan nafsu rendahnya (nafs Ammārah) serta
mengamalkan peniadaan diri (fana) secara
mutlak.
Pada tingkat selanjutnya, kemajuan ke arah tujuannya hanya sebagian saja (nafs Lawwāmah) dan pada tingkat terakhir ia mencapai taraf akhlak sempurna, dan kemajuan ke arah
tujuannya yang agung itu berlangsung cepat sekali dan merata (nafs Muthmainnah), mereka itulah golongan sābiqūn
bil kayrāti bi-iznillāh – “yang unggul/terdepan
dalam kebaikan dengan izin
Allah“ yaitu golongan “as-sābiqūna
sābiqūn - yang
paling dahulu, mereka benar-benar
paling dahulu” (QS.56:11), yang
“cahayanya” berlari-lari di depan mereka (QS.66:9).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 2 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar