Jumat, 01 Maret 2013

Cahaya yang berlari-lari di Depan serta di Sebelah Kanan Nabi dan Orang-orang Beriman Besertanya



    بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 




Bab 53



Cahaya yang Berlari-lari di Depan 
serta   di Sebelah Kanan Nabi dan
Orang-orang  Beriman   Besertanya  
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab  sebelumnya  dijelaskan mengenai hubungan taubat nashūha dengan beriman kepada “Penyeru” dari Allah (Rasul Allah) yang kedatangannya dijanjikan (QS.3:191-196),  serta hubungannya dengan  firman-Nya dalam Surah Al-Wāqi’ah ayat 8 -- “Dan kamu menjadi tiga golongan--   firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا  اِلَی اللّٰہِ تَوۡبَۃً  نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی رَبُّکُمۡ  اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ  مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ  النَّبِیَّ  وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ  نُوۡرُہُمۡ  یَسۡعٰی بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ  یَقُوۡلُوۡنَ  رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ  لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Tuhan kamu akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukan kamu dan akan memasukkan kamu ke dalam  kebun-kebun yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan  di sebelah kanannya, mereka  akan berkata: “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah kami,  sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahrim [66]:9).

Pengabulan Taubat Nashūha

    Mengenai “orang-orang berakal” yang berhasil melihat hubungan terjadinya  berbagai macam azab Ilahi dengan  pengutusan rasul Allah,  mereka berdoa:
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِیًا یُّنَادِیۡ لِلۡاِیۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّکُمۡ  فَاٰمَنَّا ٭ۖ رَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَ کَفِّرۡ عَنَّا سَیِّاٰتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ  الۡاَبۡرَارِ ﴿ ﴾ۚ  رَبَّنَا وَ اٰتِنَا مَا وَعَدۡتَّنَا عَلٰی رُسُلِکَ وَ لَا تُخۡزِنَا یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ؕ اِنَّکَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ﴿ ﴾  
Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru menyeru kami kepada  keimanan seraya berkata:  "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu" maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama  orang-orang yang berbuat kebajikan.   Wahai Tuhan kami, karena itu berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau menghinakan kami pada Hari Kiamat, sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji.” (Ali ‘Imran [3]:193-195).
       Menanggapi doa-doa yang dipanjatkan oleh “orang-orang berakal” tersebut Allah Swt. berfirman:
فَاسۡتَجَابَ لَہُمۡ رَبُّہُمۡ اَنِّیۡ لَاۤ اُضِیۡعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنۡکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی ۚ بَعۡضُکُمۡ مِّنۡۢ  بَعۡضٍ ۚ فَالَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ وَ اُوۡذُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ قٰتَلُوۡا وَ قُتِلُوۡا لَاُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ  سَیِّاٰتِہِمۡوَ لَاُدۡخِلَنَّہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۚ ثَوَابًا مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الثَّوَابِ ﴿﴾
Maka Tuhan mereka telah mengabulkan doa mereka seraya berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal dari antara kamu baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian kamu adalah dari sebagian lain,  maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari rumah-rumah-nya, yang disakiti pada jalan-Ku,  yang  berperang  dan  yang terbunuh, niscaya Aku akan menghapuskan dari mereka keburukan-keburukannya, dan niscaya Aku  akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai sebagai ganjaran dari sisi Allah,   dan Allah di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran. (Ali ‘Imran [3]:196).

Nafs Ammārah, Nafs Lawwāmah, dan Nafs Muthmainnah

      Jika dihubungan dengan Surah Al-Wāqi’ah ayat 8 – “Dan kamu menjadi tiga golongan“ -- dan ayat-ayat seterusnya, maka Surah Al-Wāqi’ah ayat 1 sampai ayat 7  dapat dikenakan kepada kebangkitan sesudah mati di alam akhirat, firman-Nya:
 فَاَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ۬ۙ مَاۤ  اَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ؕ﴿﴾   وَ اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ۬ۙ مَاۤ  اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ؕ﴿﴾  وَ السّٰبِقُوۡنَ  السّٰبِقُوۡنَ ﴿ۚۙ﴾
Maka mereka yang di sebelah kanan, alangkah bahagianya mereka yang di sebelah kanan itu!  Dan mereka yang di sebelah kiri, alangkah celakanya mereka yang di sebelah kiri itu!  Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu, (Al-Wāqi’ah [56]:9-11).
  Di tempat lain dalam Al-Quran mengenakan istilah nafs al-Lawwāmah  (jiwa yang menyesali diri sendiri - QS.75:3) kepada golongan “orang-orang beriman  golongan kanan” tersebut, sedangkan  “golongan kiri” disebut sebagai nafs-al-Ammārah (jiwa yang senantiasa menyuruh kepada kejahatan - QS.12:54), ada pun golongan “Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu” adalah orang-orang yang disebut “nafs al-Muthmainnah (jiwa yang tenteram - QS.89:28).
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa yang dimaksud dua golongan ahli surgaas-sābiqūn (yang terdahulu) dan golongan kanan --   adalah dua golongan orang-orang beriman yang beserta nabi, yakni Nabi Besar Muhammad saw.,  firman-Nya:
یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ  النَّبِیَّ  وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ  نُوۡرُہُمۡ  یَسۡعٰی بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ
…..pada hari ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan  di sebelah kanannya…(At-Tahrim [66]:9).
Firman Allah Swt. mengenai keadaan nikmat-nikmat surgawi yang dianugerahkan kepada golongan “Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu” (as-sābiqūn sābiqūn) atau yang mencapai tingkatan  ruhani   nafs-al-Muthmainnah (jiwa yang tenteram - QS.89:28), karena itu posisi cahaya   yang berlari-lari (bergerak) bersama mereka adalah di depan mereka, sesuai dengan kalimat as-sābiqūn (yang terdahulu/terdepan), mengenai hal tersebut  selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ السّٰبِقُوۡنَ  السّٰبِقُوۡنَ ﴿ۚۙ﴾  اُولٰٓئِکَ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ۚ﴾   فِیۡ  جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ ﴿﴾   ثُلَّۃٌ  مِّنَ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ قَلِیۡلٌ  مِّنَ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan yang paling dahulu,  mereka benar-benar paling dahulu.   Mereka itulah orang-orang yang didekatkan  kepada Tuhan.  Mereka berada di dalam surga-surga kenikmatan.  Segolongan besar dari  orang-orang terdahulu,  dan segolongan kecil dari orang-orang kemudian, (Al-Wāqi’ah [56]:11-15).

Makna Jihad yang Hakiki

    Mengisyaratkan kepada 3 golongan itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini mengenai  para   pewaris   Al-Quran yang hakiki, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ الَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡکَ  مِنَ الۡکِتٰبِ ہُوَ الۡحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِعِبَادِہٖ  لَخَبِیۡرٌۢ  بَصِیۡرٌ ﴿ ﴾  ثُمَّ  اَوۡرَثۡنَا الۡکِتٰبَ الَّذِیۡنَ اصۡطَفَیۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا ۚ فَمِنۡہُمۡ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِہٖ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مُّقۡتَصِدٌ ۚ وَ مِنۡہُمۡ سَابِقٌۢ بِالۡخَیۡرٰتِ بِاِذۡنِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَضۡلُ  الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾
Dan  Kitab yang Kami wahyukan kepada engkau adalah  kebenaran untuk menggenapi apa yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah terhadap hamba-hamba-Nya benar-benar Maha Mengetahui, Maha Melihat.   Kemudian Kitab itu Kami   wariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari antara hamba-hamba Kami, maka dari antara mereka sangat zalim terhadap dirinya, dari antara mereka ada yang mengambil jalan tengah, dan dari antara mereka ada yang    unggul dalam kebaikan  dengan izin Allah, itu adalah  karunia yang sangat besar. (Al-Fāthir [32-33).
      Kalimat “maka dari antara mereka sangat zalim terhadap dirinya  mengandung dua makna yang bertentangan, yakni makna   negative  dan makna positif.  Dalam makna negative   arti dari sangat zalim terhadap dirinya  merujuk kepada penghuni neraka jahannam akibat  berlaku takabur terhadap Allah Swt. dan rasul-Nya. Mengenai mereka itu Allah Swt. berfirman: wa mā zhalamūnā walākin kanū anfasahum yazhlimūn --  Kami sekali-kali tidak menzalimi mereka, tetapi mereka menzalimi diri mereka sendiri (QS.2:58; QS.7:160).
  Dalam makna positif, kata zhalim  mengisyaratkan kepada kesungguhan orang-orang yang beriman dan bertakwa memerangi nafs ammārah  (QS.12:54) yang menguasai dirinya, sebelum mencapai tingkat nafs al-Lawwāmah (QS.75:3) dan nafs al-Muthmainnah (QS.89:28-31), firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ جَاہَدُوۡا فِیۡنَا لَنَہۡدِیَنَّہُمۡ سُبُلَنَا ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ  لَمَعَ الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang berjuang untuk Kami niscaya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan. (Al-Ankabūt [20]:70).
   Jihad sebagaimana diperintahkan oleh Islam, tidak berarti harus membunuh atau menjadi kurban pembunuhan, melainkan harus berjuang keras guna memperoleh keridhaan Ilahi, sebab kata fīnā berarti “untuk menjumpai Kami”, sehubungan dengan itu Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیُّہَا الۡاِنۡسَانُ  اِنَّکَ کَادِحٌ  اِلٰی رَبِّکَ کَدۡحًا  فَمُلٰقِیۡہِ ۚ﴿﴾   فَاَمَّا مَنۡ  اُوۡتِیَ  کِتٰبَہٗ  بِیَمِیۡنِہٖ ۙ﴿﴾ فَسَوۡفَ یُحَاسَبُ حِسَابًا یَّسِیۡرًا ۙ﴿﴾  وَّ  یَنۡقَلِبُ  اِلٰۤی  اَہۡلِہٖ مَسۡرُوۡرًا ؕ﴿﴾
Hai insan (manusia), sesungguhnya engkau bekerja keras dengan sungguh-sungguh menuju Tuhan engkau  maka  engkau akan bertemu dengan-Nya.   Lalu adapun orang  yang diberikan kitabnya di tangan kanannya,  maka ia segera akan dihisab dengan perhitungan yang mudah,  dan ia akan kembali kepada keluarganya dengan gembira. (Al-Insyiqāq [ 84]:7-10).
    Seorang beriman melampaui berbagai tingkat disiplin keruhanian yang ketat. Pada tingkat pertama ia melancarkan peperangan yang sungguh-sungguh terhadap keinginan dan nafsu rendahnya (nafs Ammārah) serta mengamalkan peniadaan diri (fana) secara mutlak.
     Pada tingkat selanjutnya, kemajuan ke arah tujuannya  hanya sebagian saja (nafs Lawwāmah) dan pada tingkat terakhir ia mencapai taraf akhlak sempurna, dan kemajuan ke arah tujuannya yang agung itu berlangsung cepat sekali dan merata (nafs Muthmainnah), mereka itulah  golongan sābiqūn bil kayrāti bi-iznillāh – “yang  unggul/terdepan dalam kebaikan  dengan izin Allah“ yaitu golongan “as-sābiqūna sābiqūn -   yang paling dahulu,  mereka benar-benar paling dahulu” (QS.56:11), yang “cahayanya” berlari-lari di depan mereka (QS.66:9).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 2 Maret    2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar