Minggu, 03 Maret 2013

Falsafah Empat Jenis "Sungai Surgawi"




      بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 

Bab 55



Falsafah Empat Jenis 
“Sungai Surgawi”
 

   Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma



Dalam akhir Bab  sebelumnya  dijelaskan mengenai  minuman surgawi” yang disediakan bagi para penghuni surga golongan as-sābiqūn (yang terdepan/paling dahulu),  firman-Nya:
عَلٰی سُرُرٍ مَّوۡضُوۡنَۃٍ ﴿ۙ﴾  مُّتَّکِـِٕیۡنَ عَلَیۡہَا مُتَقٰبِلِیۡنَ ﴿﴾   یَطُوۡفُ عَلَیۡہِمۡ  وِلۡدَانٌ   مُّخَلَّدُوۡنَ﴿ۙ﴾  بِاَکۡوَابٍ وَّ اَبَارِیۡقَ ۬ۙ وَ کَاۡسٍ مِّنۡ مَّعِیۡنٍ ﴿ۙ﴾  لَّا  یُصَدَّعُوۡنَ عَنۡہَا وَ لَا  یُنۡزِفُوۡنَ ﴿ۙ﴾
Mereka duduk di atas singgasana bertatahkan emas dan permata,    bersandar padanya  sambil berhadap-hadapan.   Mereka  dikelilingi pemuda-pemuda yang dikekalkan dalam kebaikan,   dengan membawa  gelas, cerek dan cangkir yang diisi dari mata air.  Mereka tidak akan pening karenanya,  dan tidak pula mereka akan mabuk. (Al-Wāqi’ah  [56]:16-20).
Firman-Nya lagi: 
اِلَّا عِبَادَ  اللّٰہِ  الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿ ﴾   اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ  رِزۡقٌ  مَّعۡلُوۡمٌ ﴿ۙ ﴾   فَوَاکِہُ ۚ وَ  ہُمۡ  مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ۙ ﴾  فِیۡ   جَنّٰتِ  النَّعِیۡمِ ﴿ۙ ﴾  عَلٰی  سُرُرٍ  مُّتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾  یُطَافُ عَلَیۡہِمۡ  بِکَاۡسٍ مِّنۡ  مَّعِیۡنٍۭ ﴿ۙ ﴾   بَیۡضَآءَ   لَذَّۃٍ   لِّلشّٰرِبِیۡنَ ﴿ۚۖ ﴾   لَا فِیۡہَا غَوۡلٌ وَّ لَا ہُمۡ عَنۡہَا یُنۡزَفُوۡنَ ﴿ ﴾   وَ عِنۡدَہُمۡ  قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ ﴾   کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿ ﴾  
Kecuali hamba-hamba  Allah yang tulus ikhlas,  mereka  memperoleh  rezeki yang telah diketahui,   buah-buahan  dan mereka  dimuliakan   dalam kebun-kebun nikmat,  duduk di atas singgasana  berhadap-hadapan,   diedarkan  kepada mereka cawan-cawan minuman dari mata air yang mengalir, putih bersih serta  lezat bagi orang-orang yang minum,  di dalamnya tidak memabukkan dan tidak pula mereka karenanya kehilangan akal. (Ash-shāffāt [37]:41-48).

Empat Macam “Sungai Surgawi

       Ungkapan  kalimat “diedarkan  kepada mereka  cawan-cawan minuman dari mata air yang mengalir, putih bersih serta  lezat bagi orang-orang yang minum,  di dalamnya tidak memabukkan dan tidak pula mereka karenanya kehilangan akal“ dan  kalimat “Mereka tidak akan pening karenanya,  dan tidak pula mereka akan mabuk  mengenai “minuman surgawi” yang dihidangkan kepada mereka, erat hubungannya dengan salah satu jenis “sungai surgawi  yang disebut “sungai arak”, firman-Nya:
   مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ  مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ  اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ  یَتَغَیَّرۡ  طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ خَمۡرٍ  لَّذَّۃٍ   لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ  فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ  مِّنۡ  رَّبِّہِمۡ ؕ  کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ  اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum, dan sungai-sungai madu yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Tuhan mereka. Apakah sama seperti orang yang tinggal kekal di dalam Api dan diberi minum air mendidih, sehingga akan merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:17).
    Makna ungkapan  Mereka tidak akan pening karenanya,  dan tidak pula mereka akan mabuk” dalam  kalimat “Mereka  dikelilingi pemuda-pemuda yang dikekalkan dalam kebaikan,   dengan membawa  gelas, cerek dan cangkir yang diisi dari mata air.  Mereka tidak akan pening karenanya,  dan tidak pula mereka akan mabuk“, memiliki hubungan dengan salah satu jenis “sungai surgawi  yang disebut “sungai arak”, firman-Nya:
  مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ  مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ  اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ  یَتَغَیَّرۡ  طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ خَمۡرٍ  لَّذَّۃٍ   لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ  فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ  مِّنۡ  رَّبِّہِمۡ ؕ  کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ  اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum, dan sungai-sungai madu yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Tuhan mereka. Apakah sama seperti orang yang tinggal kekal di dalam Api dan diberi minum air mendidih, sehingga akan merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:17).
  Kepada orang-orang yang beriman dijanjikan di dunia ini dan di akhirat  4 macam “sungai surgawi”: (1) sungai-sungai yang airnya murni, (2) sungai-sungai susu yang rasanya tidak akan berubah, (3) sungai-sungai arak yang memberikan perasaan gembira dan (4) sungai-sungai madu yang telah dijernihkan.
 Kata anhār yang telah dipergunakan empat kali dalam ayat ini, di samping arti-arti lain  berarti juga cahaya dan berlimpah-limpah; dan kata 'asal dalam kalimat “sungai-sungai madu yang dijernihkan“ antara lain berarti amal baik atau amal saleh yang merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap si pelakunya.

Sifat dan Falsafah Keempat Jenis “Sungai Surgawi

  Mengingat akan arti yang terkandung di dalam kedua kata anhār (sunga-sungai) tadi, ayat ini dapat juga berarti, bahwa 4 hal yang disebutkan itu akan dianugerahkan kepada orang-orang bertakwa dengan berlimpah-limpah:
(1)  Air adalah sumber segala kehidupan, demikian juga halnya dengan “air ruhani” (QS.21:31);
(2) susu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada tubuh serta membuat bayi yang baru dilahirkan terus mengalami pertumbuhan dengan baik dan sehat; demikian juga halnya dengan susu ruhani;
(3)  arak  memberikan rasa senang dan kelupaan akan segala kesusahan,  demikian pula halnya pengaruh “arak ruhani” menimbulkan “mabuk cinta” kepada Allah Swt., sehingga  manusia   mampu melakukan hal-hal yang sulit  dan memerlukan perjuangan serta  pengorbanan di jalan.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam Surah Ad-Dahr (Al-Insān) di  kemukakan bahwa setelah penghuni surga memperoleh minuman surgawi yang campurannya kapur barus (QS.76:6-7), selanjutnya mereka akan memperoleh minuman surgawi yang campurannnya zanjabil (jahe -QS.76:18).   Zanjabil terdiri dari dua kata zana (mendaki) dan jabal (gunung)  jadi zanjabil artinya “mendaki gunung”   sehingga mereka meraih   tempat-tempat  atau martabat-martabat yang tinggi   di  jalan Allah Swt..
(4) madu menyembuhkan banyak macam penyakit (QS.16:69-70), demikian pula halnya dengan “madu ruhani”.
    Keempat macam “minuman ruhani” tersebut terdapat dalam Al-Quran secara berlimpah-ruah, firman-Nya:
وَ نُنَزِّلُ مِنَ الۡقُرۡاٰنِ مَا ہُوَ شِفَآءٌ وَّ رَحۡمَۃٌ  لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ۙ وَ لَا یَزِیۡدُ الظّٰلِمِیۡنَ   اِلَّا  خَسَارًا ﴿﴾
Dan  Kami  menurunkan dari Al-Quran suatu  penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, tetapi tidak menambah kepada orang-orang yang zalim melainkan kerugian. (Bani Israil [17]:83). 
Firman-Nya lagi:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡکُمۡ  مَّوۡعِظَۃٌ مِّنۡ رَّبِّکُمۡ وَ شِفَآءٌ لِّمَا فِی الصُّدُوۡرِ ۬ۙ وَ ہُدًی  وَّ رَحۡمَۃٌ   لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Hai manusia,  sungguh  telah datang kepada kamu suatu nasihat dari Tuhan-mu, dan penyembuh untuk    apa yang ada di dalam dada, serta petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus [10]:58).

Kemajuan Berkesinambungan di Surga

      Al-Quran itu mau’izhah (nasihat), sebab (a) Al-Quran mengandung ajaran-ajaran yang bertolak dari keinginan-keinginan murni untuk memberi nasihat  yang baik, (b) Ajaran Al-Quran itu telah diperhitungkan akan mempengaruhi dan menyentuh hati sanubari manusia sedalam-dalamnya dan (c) Al-Quran telah mengemukakan dengan cara yang indah segala dasar dan kaidah mengenai amal perbuatan, yang menuju kepada perubahan akhlak dan sukses dalam kehidupan.
    Jika difahamkan dalam pengertian jasmani (harfiah) maka ayat Surah Muhammad mengenai keempat macam sungai surgawi tersebut akan berarti,  bahwa dalam kehidupan di dunia ini orang-orang beriman dan beramal shaleh akan memperoleh semua barang itu dengan berlimpah-limpah sehingga membuat kehidupan jadi senang, nikmat dan bermanfaat.
   Apabila dimaknai  secara kiasan dan dalam pengertian ruhani  maka hal itu akan berarti bahwa orang-orang beriman dan beramal shaleh akan mendapatkan (1) kehidupan yang penuh kepuasan, sebagaimana halnya  air yang menghilangkan dahaga; (2) dianugerahi ilmu keruhanian karena minum “susu ruhani” (3) akan minum arak kecintaan Ilahi dan (4) akan mengamalkan perbuatan-perbuatan yang akan merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap diri mereka karena semua penyakit akhlak dan ruhani mereka telah sembuh  berkat minum dari “sungai madu  ruhani”.
 Demikianlah penjelasan mengenai falsafah atau makna ruhani “kebun-kebun” dan “sungai-sungai “ dalam  surga    yang tersedia  bagi para penghuninya,  yang dengan memakan buah-buahannya dan meminum   airnya akan membuat para penghuni surga terus menerus mengalami kemajuan di dalam rangkaian tingkatan-tingkatan kehidupan surga yang tidak akan pernah berakhir (QS.66:9), firman-Nya:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya(Al-Baqarah [2]:26).
Firman-Nya lagi:Firman-Nya lag
اِلَّا عِبَادَ  اللّٰہِ  الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿ ﴾   اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ  رِزۡقٌ  مَّعۡلُوۡمٌ ﴿ۙ ﴾   فَوَاکِہُ ۚ وَ  ہُمۡ  مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ۙ ﴾  فِیۡ   جَنّٰتِ  النَّعِیۡمِ ﴿ۙ ﴾  عَلٰی  سُرُرٍ  مُّتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾
Kecuali hamba-hamba  Allah yang tulus ikhlas,  mereka  memperoleh  rezeki yang telah diketahui, buah-buahan  dan mereka  dimuliakan  dalam kebun-kebun nikmatduduk di atas singgasana, berhadap-hadapan,  (Ash-shāffāt [37]:41-45).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 4  Maret  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar