بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 55
Oleh
Falsafah Empat Jenis
“Sungai Surgawi”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab
sebelumnya dijelaskan
mengenai “minuman surgawi” yang disediakan bagi para penghuni surga golongan as-sābiqūn (yang terdepan/paling dahulu), firman-Nya:
عَلٰی سُرُرٍ مَّوۡضُوۡنَۃٍ
﴿ۙ﴾ مُّتَّکِـِٕیۡنَ عَلَیۡہَا
مُتَقٰبِلِیۡنَ ﴿﴾
یَطُوۡفُ
عَلَیۡہِمۡ وِلۡدَانٌ مُّخَلَّدُوۡنَ﴿ۙ﴾ بِاَکۡوَابٍ وَّ اَبَارِیۡقَ ۬ۙ وَ کَاۡسٍ مِّنۡ
مَّعِیۡنٍ ﴿ۙ﴾
لَّا یُصَدَّعُوۡنَ عَنۡہَا وَ لَا یُنۡزِفُوۡنَ ﴿ۙ﴾
Mereka duduk di atas singgasana bertatahkan emas dan permata, bersandar
padanya sambil berhadap-hadapan.
Mereka dikelilingi pemuda-pemuda
yang dikekalkan dalam kebaikan,
dengan membawa gelas, cerek dan cangkir yang diisi dari mata air. Mereka tidak akan pening karenanya, dan tidak pula mereka akan mabuk. (Al-Wāqi’ah [56]:16-20).
Firman-Nya lagi:
اِلَّا عِبَادَ اللّٰہِ
الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿ ﴾
اُولٰٓئِکَ
لَہُمۡ رِزۡقٌ مَّعۡلُوۡمٌ ﴿ۙ ﴾ فَوَاکِہُ ۚ وَ
ہُمۡ مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ۙ ﴾ فِیۡ جَنّٰتِ
النَّعِیۡمِ ﴿ۙ ﴾
عَلٰی سُرُرٍ
مُّتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾
یُطَافُ
عَلَیۡہِمۡ بِکَاۡسٍ مِّنۡ مَّعِیۡنٍۭ ﴿ۙ ﴾ بَیۡضَآءَ
لَذَّۃٍ لِّلشّٰرِبِیۡنَ ﴿ۚۖ ﴾ لَا فِیۡہَا غَوۡلٌ وَّ لَا ہُمۡ
عَنۡہَا یُنۡزَفُوۡنَ ﴿ ﴾
وَ
عِنۡدَہُمۡ قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ
﴾
کَاَنَّہُنَّ
بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿ ﴾
Kecuali hamba-hamba
Allah yang tulus ikhlas,
mereka memperoleh rezeki
yang telah diketahui, buah-buahan dan mereka dimuliakan dalam kebun-kebun nikmat, duduk
di atas singgasana berhadap-hadapan, diedarkan kepada mereka cawan-cawan minuman dari mata air yang mengalir, putih bersih
serta lezat bagi orang-orang yang
minum, di dalamnya tidak memabukkan dan tidak pula mereka karenanya kehilangan akal.
(Ash-shāffāt
[37]:41-48).
Empat Macam “Sungai
Surgawi
Ungkapan
kalimat “diedarkan kepada mereka
cawan-cawan minuman dari mata air yang mengalir,
putih bersih serta lezat bagi orang-orang yang minum, di dalamnya tidak memabukkan dan tidak
pula mereka karenanya kehilangan akal“ dan kalimat “Mereka
tidak akan pening karenanya, dan
tidak pula mereka akan mabuk” mengenai “minuman
surgawi” yang dihidangkan kepada
mereka, erat hubungannya dengan salah satu jenis “sungai surgawi” yang disebut
“sungai arak”, firman-Nya:
مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ
فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ یَتَغَیَّرۡ
طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ
خَمۡرٍ لَّذَّۃٍ لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ
مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ
الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ؕ
کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا
فَقَطَّعَ اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga
yang dijanjikan kepada orang-orang yang
bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai
yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai
susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai
arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang
yang meminum, dan sungai-sungai madu
yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Tuhan mereka. Apakah sama seperti orang yang
tinggal kekal di dalam Api dan diberi
minum air mendidih, sehingga akan
merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:17).
Makna ungkapan “Mereka
tidak akan pening karenanya, dan
tidak pula mereka akan mabuk” dalam kalimat “Mereka
dikelilingi pemuda-pemuda
yang dikekalkan dalam kebaikan, dengan membawa gelas, cerek dan cangkir yang diisi dari mata air. Mereka tidak akan pening karenanya, dan
tidak pula mereka akan mabuk“,
memiliki hubungan dengan salah satu jenis “sungai
surgawi” yang disebut “sungai arak”, firman-Nya:
مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ
فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ یَتَغَیَّرۡ
طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ
خَمۡرٍ لَّذَّۃٍ لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ
مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ
الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ؕ
کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga
yang dijanjikan kepada orang-orang yang
bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai
yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai
susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai
arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang
yang meminum, dan sungai-sungai madu
yang dijernihkan. Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Tuhan mereka. Apakah sama seperti orang yang
tinggal kekal di dalam Api dan diberi
minum air mendidih, sehingga akan
merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:17).
Kepada orang-orang yang beriman dijanjikan di dunia ini dan di akhirat 4 macam “sungai
surgawi”: (1) sungai-sungai yang
airnya murni, (2) sungai-sungai susu yang rasanya tidak akan berubah,
(3) sungai-sungai arak yang
memberikan perasaan gembira dan (4) sungai-sungai madu yang telah
dijernihkan.
Kata anhār yang telah dipergunakan
empat kali dalam ayat ini, di samping arti-arti lain berarti juga cahaya dan berlimpah-limpah;
dan kata 'asal dalam kalimat “sungai-sungai
madu yang dijernihkan“ antara lain berarti amal baik atau amal saleh
yang merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap si
pelakunya.
Sifat dan Falsafah Keempat Jenis “Sungai Surgawi”
Mengingat akan arti yang terkandung di dalam
kedua kata anhār (sunga-sungai) tadi,
ayat ini dapat juga berarti, bahwa 4 hal yang disebutkan itu akan dianugerahkan
kepada orang-orang bertakwa dengan berlimpah-limpah:
(1)
Air adalah sumber segala kehidupan,
demikian juga halnya dengan “air ruhani”
(QS.21:31);
(2)
susu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada
tubuh serta membuat bayi yang baru dilahirkan terus mengalami pertumbuhan
dengan baik dan sehat; demikian juga halnya dengan susu ruhani;
(3)
arak
memberikan rasa senang dan kelupaan akan segala kesusahan, demikian pula
halnya pengaruh “arak ruhani”
menimbulkan “mabuk cinta” kepada
Allah Swt., sehingga manusia mampu melakukan hal-hal yang sulit dan
memerlukan perjuangan serta pengorbanan
di jalan.
Sehubungan
dengan hal tersebut dalam Surah Ad-Dahr
(Al-Insān) di kemukakan bahwa setelah
penghuni surga memperoleh minuman surgawi
yang campurannya kapur barus
(QS.76:6-7), selanjutnya mereka akan memperoleh minuman surgawi yang campurannnya zanjabil (jahe -QS.76:18). Zanjabil terdiri dari dua kata zana (mendaki) dan jabal (gunung) jadi zanjabil artinya “mendaki gunung” sehingga mereka meraih tempat-tempat atau martabat-martabat
yang tinggi di jalan Allah Swt..
(4)
madu menyembuhkan banyak macam penyakit (QS.16:69-70), demikian pula
halnya dengan “madu ruhani”.
Keempat macam “minuman ruhani” tersebut terdapat dalam Al-Quran secara berlimpah-ruah, firman-Nya:
وَ نُنَزِّلُ مِنَ الۡقُرۡاٰنِ مَا
ہُوَ شِفَآءٌ وَّ رَحۡمَۃٌ
لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ۙ وَ لَا یَزِیۡدُ الظّٰلِمِیۡنَ اِلَّا
خَسَارًا ﴿﴾
Dan Kami
menurunkan dari Al-Quran
suatu penyembuh dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman,
tetapi tidak menambah kepada orang-orang
yang zalim melainkan kerugian. (Bani
Israil [17]:83).
Firman-Nya lagi:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ قَدۡ
جَآءَتۡکُمۡ مَّوۡعِظَۃٌ مِّنۡ رَّبِّکُمۡ وَ شِفَآءٌ
لِّمَا فِی الصُّدُوۡرِ ۬ۙ وَ ہُدًی وَّ رَحۡمَۃٌ
لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Hai manusia, sungguh
telah datang kepada kamu suatu
nasihat dari Tuhan-mu, dan penyembuh
untuk apa
yang ada di dalam dada, serta petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus [10]:58).
Kemajuan Berkesinambungan di Surga
Al-Quran itu mau’izhah (nasihat), sebab (a) Al-Quran mengandung
ajaran-ajaran yang bertolak dari keinginan-keinginan murni untuk memberi
nasihat yang baik, (b) Ajaran
Al-Quran itu telah diperhitungkan akan mempengaruhi dan menyentuh hati sanubari
manusia sedalam-dalamnya dan (c) Al-Quran telah mengemukakan dengan cara
yang indah segala dasar dan kaidah mengenai amal perbuatan, yang menuju kepada perubahan akhlak dan sukses
dalam kehidupan.
Jika
difahamkan dalam pengertian jasmani
(harfiah) maka ayat Surah Muhammad mengenai
keempat macam sungai surgawi tersebut
akan berarti, bahwa dalam kehidupan di dunia ini orang-orang beriman dan beramal shaleh akan memperoleh semua barang itu dengan berlimpah-limpah sehingga membuat
kehidupan jadi senang, nikmat dan bermanfaat.
Apabila dimaknai secara kiasan
dan dalam pengertian ruhani maka hal itu akan berarti bahwa orang-orang beriman dan beramal shaleh akan mendapatkan (1) kehidupan yang penuh kepuasan,
sebagaimana halnya air yang menghilangkan dahaga; (2) dianugerahi ilmu keruhanian karena minum “susu
ruhani” (3) akan minum arak kecintaan
Ilahi dan (4) akan mengamalkan perbuatan-perbuatan
yang akan merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap diri mereka
karena semua penyakit akhlak dan ruhani mereka telah sembuh berkat minum dari “sungai madu ruhani”.
Demikianlah penjelasan mengenai falsafah atau makna ruhani “kebun-kebun” dan “sungai-sungai “ dalam surga yang tersedia
bagi para penghuninya, yang
dengan memakan buah-buahannya dan
meminum airnya akan membuat para penghuni
surga terus menerus mengalami kemajuan
di dalam rangkaian tingkatan-tingkatan kehidupan
surga yang tidak akan pernah berakhir (QS.66:9), firman-Nya:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ
ؕ کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ
ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ
مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya untuk
mereka ada kebun-kebun yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah
yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang
serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh
yang suci, dan mereka
akan kekal di dalamnya” (Al-Baqarah [2]:26).
Firman-Nya lagi:Firman-Nya
lag
اِلَّا عِبَادَ اللّٰہِ
الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿ ﴾
اُولٰٓئِکَ
لَہُمۡ رِزۡقٌ مَّعۡلُوۡمٌ ﴿ۙ ﴾ فَوَاکِہُ ۚ وَ
ہُمۡ مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ۙ ﴾ فِیۡ جَنّٰتِ
النَّعِیۡمِ ﴿ۙ ﴾
عَلٰی سُرُرٍ
مُّتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾
Kecuali hamba-hamba
Allah yang tulus ikhlas, mereka
memperoleh rezeki yang telah diketahui, buah-buahan dan mereka
dimuliakan dalam kebun-kebun
nikmat, duduk di atas
singgasana, berhadap-hadapan, (Ash-shāffāt [37]:41-45).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar