بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 63
Hubungan “Bidadari-bidadari
Surgawi” dengan Hadits
“Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab
sebelumnya telah dijelaskan bahwa
Allah Swt. mengumpamakan ketakwaan dengan pakaian (QS.7:27), sesuai dengan kenyataan itulah dalam Al-Quran – khususnya bagi kaum perempuan -- telah ditetapkan standar pakaian yang disebut busana Muslim, firman-Nya:
قُلۡ لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَغُضُّوۡا مِنۡ اَبۡصَارِہِمۡ وَ یَحۡفَظُوۡا فُرُوۡجَہُمۡ ؕ
ذٰلِکَ اَزۡکٰی لَہُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ خَبِیۡرٌۢ
بِمَا یَصۡنَعُوۡنَ ﴿﴾ وَ
قُلۡ لِّلۡمُؤۡمِنٰتِ یَغۡضُضۡنَ مِنۡ
اَبۡصَارِہِنَّ وَ یَحۡفَظۡنَ فُرُوۡجَہُنَّ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ زِیۡنَتَہُنَّ
اِلَّا مَا ظَہَرَ مِنۡہَا وَ
لۡیَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِہِنَّ عَلٰی جُیُوۡبِہِنَّ ۪ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ
زِیۡنَتَہُنَّ اِلَّا لِبُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اٰبَآئِہِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ
بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اَبۡنَآئِہِنَّ
اَوۡ اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ اَخَوٰتِہِنَّ
اَوۡ نِسَآئِہِنَّ اَوۡ مَا مَلَکَتۡ اَیۡمَانُہُنَّ اَوِ التّٰبِعِیۡنَ غَیۡرِ
اُولِی الۡاِرۡبَۃِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِیۡنَ لَمۡ یَظۡہَرُوۡا عَلٰی عَوۡرٰتِ النِّسَآءِ ۪ وَ
لَا یَضۡرِبۡنَ بِاَرۡجُلِہِنَّ لِیُعۡلَمَ
مَا یُخۡفِیۡنَ مِنۡ زِیۡنَتِہِنَّ ؕ وَ تُوۡبُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ
جَمِیۡعًا اَیُّہَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡن ﴿﴾
Katakanlah
kepada orang-orang laki-laki yang beriman,
mereka hendaklah menundukkan
matanya dan menjaga
furūj (aurat/indera) mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang mereka
kerjakan. Dan katakanlah kepada orang-orang
perempuan yang beriman, mereka hendaknya menundukkan penglihatannya
dan memelihara furūj (aurat/indera) mereka, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya
kecuali apa yang dengan sendirinya
nampak darinya, dan hendaklah mereka mengenakan
kudungannya hingga menutupi dadanya,
dan janganlah mereka menampakkan
kecantikannya kecuali kepada suaminya,
atau kepada bapaknya, atau bapak suaminya, atau anak lelakinya atau anak lelaki suaminya atau saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara lelaki mereka, atau
anak lelaki saudara perempuan mereka,
atau perempuan-perempuan teman
mereka atau apa yang dimiliki oleh
tangan kanan mereka, atau pelayan-pelayan
lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengetahui mengenai
aurat perempuan. Dan janganlah
mereka itu menghentakkan kaki mereka supaya dapat diketahui apa yang mereka sembunyikan dari kecantikan mereka.
Dan kembalilah kamu semua kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu
mendapat keberhasilan. (An-Nūr [24]:32).
Oleh sebab melalui mata semua pikiran jahat
masuk ke dalam hati manusia, maka
dalam ayat yang sedang dibahas ini, orang-orang laki-laki dan perempuan yang beriman telah diperintahkan untuk merundukkan pandangan mereka, bila
kebetulan mereka bertemu satu sama lain.
Furūj yang artinya celah atau lubang, dapat pula berarti indera-indera.
“Bidadari-bidadari Surgawi” adalah Perempuan-perempuan
(istri-istri) yang Beriman dan Bertakwa
Apabila orang-orang beriman laki-laki mau pun perempuan dalam rangka
menjaga kesucian akhlak dan ruhani mereka melaksanakan perintah Allah Swt. dalam firman-Nya
tersebut dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan maka di akhirat
mereka itu digambarkan sebagai perempuan-perempuan surgawi yang “menahan
pandangan”, yang menjadi jodoh (pasangan) ahli surga golongan as-sābiqūn (yang terdahulu/terdepan), firman-Nya:
وَ عِنۡدَہُمۡ قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾ کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ
مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan di sisi
mereka ada perempuan-perempuan bermata
jeli yang merundukkan (menahan)
pandangan, mereka seakan-akan telur-telur terlindung. (Ash-Shāffāt [37]:49-50). Lihat pula
QS.38:53; QS. 55:57-59.
Sedangkan laki-laki dan perempuan
beriman yang dalam rangka memelihara
kesucian akhlak dan ruhani mereka memerlukan berbagai langkah-langkah penjagaan – akibat lemahnya makrifat Ilahi
mereka -- maka di akhirat keadaan mereka
digambarkan sebagai perempuan-perempuan surgawi
yang berada dalam kemah-kemah, firman-Nya:
فِیۡہِنَّ خَیۡرٰتٌ حِسَانٌ ﴿ۚ﴾
فَبِاَیِّ
اٰلَآءِ رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ
﴿ۚ﴾ حُوۡرٌ مَّقۡصُوۡرٰتٌ فِی الۡخِیَامِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ﴿ۚ﴾ لَمۡ یَطۡمِثۡہُنَّ
اِنۡسٌ قَبۡلَہُمۡ وَ لَا جَآنٌّ ﴿ۚ﴾
Di dalamnya terdapat pasangan-pasangan
yang baik lagi cantik. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua dustakan? Pasangan-pasangan
jelita di dalam kemah-kemah. Maka
nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? Yang
sebelum mereka manusia tidak pernah menyentuhnya dan tidak
pula jin. (Al-Rahmān [55]:71-75).
Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan “bidadari-bidadari surgawi” dalam Al-Quran yang akan menjadi jodoh (pasangan) hidup para ahli surga dari kalangan laki-laki,
mereka itu bukanlah makhluk lain yang terdapat di dalam surga yang disebut “bidadari”,
melainkan perempuan-perempuan beriman
dan bertakwa dari jenis manusia. Dan bisa jadi mereka itu adalah
istri-istri yang beriman dan bertakwa dari kaum laki-laki
yang beriman dan bertakwa di
dunia ini.
Dengan demikian terjawablah pernyataan berikut ini – yang bersifat menggugat – dari
kalangan kaum perempuan, bahwa kalau
bagi kaum laki-laki beriman dan bertakwa di akhirat akan mendapat jodoh (pasangan) bidadari-bidadari surgawi,
kenapa hal yang sama tidak disediakan jodoh (pasangan) bagi perempuan-perempuan
calon penghuni surga?
Makna Hadits “Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu” &
Berkumpulnya “Keluarga Surgawi” di Akhirat
Salah satu dalil bahwa yang dimaksud bidadari-bidadari
surgawi tersebut adalah perempuan-perempuan beriman dan bertakwa – baik ketika
di dunia ia telah menikah mau pun belum menikah – adalah sabda Nabi Besar
Muhammad saw.: “Surga di bawah
telapak kaki ibu”, tentu yang dimaksud oleh beliau saw. dalam
hadits tersebut adalah ibu-ibu calon penghuni surga, bukan setiap ibu yang memiliki anak. Sehubungan dengan hal itu Allah Swt.
berfirman:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ
اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ یُجۡزَوۡنَ الۡغُرۡفَۃَ بِمَا صَبَرُوۡا وَ یُلَقَّوۡنَ فِیۡہَا
تَحِیَّۃً وَّ سَلٰمًا ﴿ۙ﴾
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ حَسُنَتۡ مُسۡتَقَرًّا وَّ
مُقَامًا ﴿﴾ قُلۡ مَا یَعۡبَؤُا بِکُمۡ رَبِّیۡ
لَوۡ لَا دُعَآؤُکُمۡ ۚ فَقَدۡ کَذَّبۡتُمۡ فَسَوۡفَ
یَکُوۡنُ لِزَامًا ﴿٪﴾
Dan
orang-orang yang mengatakan: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami,
dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” Mereka
itulah yang akan dianugerahi kamar-kamar tinggi di surga karena mereka bersabar, dan me-reka akan disambut di dalamnya dengan
penghormatan dan doa selamat, mereka akan
kekal di dalamnya, itulah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. Katakanlah: “Tuhan-ku tidak akan mempedulikan kamu jika tidak karena doamu, maka sungguh kamu telah mendustakan maka segera azab menimpa
kamu.”
(Al-Furqān
[25]:75-78).
Kemudian dalam Surah berikut ini Allah
Swt. berfirman mengenai akan berkumpulnya “keluarga
surgawi” seperti itu di alam akhirat, termasuk istri-istri
mereka:
اَلَّذِیۡنَ یَحۡمِلُوۡنَ الۡعَرۡشَ وَ مَنۡ حَوۡلَہٗ یُسَبِّحُوۡنَ
بِحَمۡدِ رَبِّہِمۡ وَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ
وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ لِلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ۚ رَبَّنَا وَسِعۡتَ کُلَّ
شَیۡءٍ رَّحۡمَۃً وَّ عِلۡمًا
فَاغۡفِرۡ لِلَّذِیۡنَ تَابُوۡا وَ
اتَّبَعُوۡا سَبِیۡلَکَ وَ قِہِمۡ
عَذَابَ الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾ رَبَّنَا وَ
اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ
اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ ذُرِّیّٰتِہِمۡ
ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
ۙ﴿﴾ وَ قِہِمُ السَّیِّاٰتِ
ؕ وَ مَنۡ تَقِ السَّیِّاٰتِ یَوۡمَئِذٍ
فَقَدۡ رَحِمۡتَہٗ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ٪﴿﴾
Wujud-wujud yang memikul
‘Arasy dan yang di sekitarnya, mereka
bertasbih dengan pujian Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman: “Wahai Tuhan
kami, Engkau meliputi segala sesuatu
dengan rahmat dan ilmu maka ampunilah
orang-orang yang bertaubat dan mengikuti
jalan Engkau, dan lindungilah mereka
dari azab Jahannam. “Hai Tuhan
kami, karena itu masukkanlah mereka ke
dalam surga-surga abadi yang telah Engkau
janjikan kepada mereka, dan begitu pun
orang-orang yang
beramal saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka.
Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana. Dan lindungilah
mereka dari segala keburukan. Dan barangsiapa Engkau pelihara dari
keburukan-keburukan pada hari itu maka sungguh
Engkau telah mengasihinya,
dan yang demikian itu kemenangan yang besar.” (Al-Mu’mīn
[40]:8-10). Lihat pula QS.13:24.
Hakikat “Pardah Islam”
Kembali kepada firman Allah Swt.
sebelumnya (QS.24:32) mengenai aturan pardah
Islam (pembatasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan), karena banyak sekali kesalah-pahaman dan
kurangnya pengetahuan yang tepat mengenai apa yang dimaksud dengan pardah
(pembatasan pergaulan laki-laki dan perempuan) di kalangan umat Islam sendiri,
maka kiranya pada tempatnya membuat suatu penjelasan yang agak terinci mengenai masalah yang
dirasakan sebagai gangguan itu.
Ayat-ayat berikut membahas segala segi “pardah”.
(1) “Dan katakanlah kepada
orang-orang perempuan beriman yang
beriman, bahwa mereka hendaknya menundukkan matanya dan memelihara auratnya,
dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya, kecuali apa yang dengan
sendirinya nampak darinya, dan mereka mengenakan kudungannya hingga menutupi
dadanya, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya..............”
(QS.24:32, yaitu ayat yang sedang dibahas).
(2) “Wahai nabi, katakanlah
kepada istri-istri engkau dan anak-anak perempuan engkau dan istri-istri
orang-orang beriman, bahwa mereka harus menarik ke bawah kain selubung mereka dari
atas kepala sampai ke dada. Yang demikian itu lebih memungkinkan mereka
dapat dikenal dan tidak diganggu” (QS.33:60).
Kata bahasa Arab yang dipakai
dalam QS.33:60 ialah jalabib, yang bentuk tunggalnya jilbab, yang
berarti pakaian luar atau kain
selubung (Lexicon Lane).
(3) “Wahai istri-istri nabi, kamu
tidak sama dengan salah seorang dari perempuan-perempuan lain jika kamu
bertakwa, karena itu janganlah kamu lembut dalam tutur-kata, jangan-jangan
orang yang dalam hatinya ada penyakit akan tergiur; dan ucapkanlah
perkataan-perkataan yang baik. Dan tinggallah di rumah kamu dan janganlah
memamerkan kecantikan kamu seperti cara pamer kecantikan di zaman jahiliyah
dahulu...” (QS.33:33-34).
(4). “Hai orang-orang yang
beriman! Hendaklah mereka yang dimiliki oleh tangan kanan kamu dan mereka yang
belum baligh dari antara kamu meminta izin dari kamu tiga kali sebelum
masuk ke kamar-pribadi kamu sebelum shalat Subuh, dan apabila kamu membuka
pakaian kamu waktu tengah hari, dan sesudah shalat Isya” (QS.24:59).
Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 13 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar