Minggu, 10 Maret 2013

Hubungan "Bidadari-bidadari Surgawi" dengan Hadits "Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu"



      بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 63

 
Hubungan “Bidadari-bidadari Surgawi” dengan  Hadits
Surga  di Bawah Telapak Kaki Ibu

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam akhir Bab  sebelumnya  telah dijelaskan  bahwa  Allah Swt.  mengumpamakan ketakwaan dengan pakaian (QS.7:27), sesuai dengan kenyataan itulah dalam  Al-Quran – khususnya bagi kaum perempuan  -- telah ditetapkan standar pakaian yang disebut busana Muslim, firman-Nya:
قُلۡ لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَغُضُّوۡا مِنۡ  اَبۡصَارِہِمۡ وَ یَحۡفَظُوۡا فُرُوۡجَہُمۡ ؕ ذٰلِکَ اَزۡکٰی لَہُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ خَبِیۡرٌۢ  بِمَا یَصۡنَعُوۡنَ ﴿﴾  وَ قُلۡ  لِّلۡمُؤۡمِنٰتِ یَغۡضُضۡنَ مِنۡ اَبۡصَارِہِنَّ وَ یَحۡفَظۡنَ فُرُوۡجَہُنَّ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ  زِیۡنَتَہُنَّ  اِلَّا مَا ظَہَرَ  مِنۡہَا وَ لۡیَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِہِنَّ عَلٰی جُیُوۡبِہِنَّ ۪ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ زِیۡنَتَہُنَّ  اِلَّا  لِبُعُوۡلَتِہِنَّ  اَوۡ اٰبَآئِہِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اَبۡنَآئِہِنَّ  اَوۡ اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ  اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ اَخَوٰتِہِنَّ اَوۡ نِسَآئِہِنَّ اَوۡ مَا مَلَکَتۡ اَیۡمَانُہُنَّ اَوِ التّٰبِعِیۡنَ غَیۡرِ اُولِی الۡاِرۡبَۃِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِیۡنَ لَمۡ  یَظۡہَرُوۡا عَلٰی عَوۡرٰتِ النِّسَآءِ ۪ وَ لَا یَضۡرِبۡنَ بِاَرۡجُلِہِنَّ لِیُعۡلَمَ  مَا یُخۡفِیۡنَ مِنۡ زِیۡنَتِہِنَّ ؕ وَ تُوۡبُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ جَمِیۡعًا اَیُّہَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡن ﴿﴾
Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yang  beriman,  mereka hendaklah menundukkan matanya dan menjaga  furūj  (aurat/indera) mereka,    yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada orang-orang perempuan yang beriman, mereka hendaknya menundukkan penglihatannya  dan memelihara furūj  (aurat/indera) mereka, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya kecuali apa yang dengan sendirinya nampak darinya, dan hendaklah mereka mengenakan kudungannya  hingga menutupi dadanya, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya kecuali kepada suaminya, atau kepada bapaknya, atau bapak suaminya, atau anak lelakinya atau anak lelaki suaminya atau saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan teman mereka atau apa yang dimiliki oleh tangan kanan mereka, atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengetahui mengenai aurat perempuan. Dan janganlah mereka itu menghentakkan kaki mereka supaya dapat diketahui apa yang mereka sembunyikan dari kecantikan mereka. Dan kembalilah kamu semua kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu mendapat keberhasilan. (An-Nūr [24]:32).
     Oleh sebab melalui mata semua pikiran jahat masuk ke dalam hati manusia, maka dalam ayat yang sedang dibahas ini, orang-orang   laki-laki dan perempuan  yang beriman telah diperintahkan untuk merundukkan pandangan mereka, bila kebetulan mereka bertemu satu sama lain.   Furūj  yang artinya celah atau lubang, dapat pula berarti indera-indera.

Bidadari-bidadari  Surgawi” adalah Perempuan-perempuan 
(istri-istri)  yang Beriman dan Bertakwa

    Apabila orang-orang beriman laki-laki mau pun perempuan dalam rangka menjaga kesucian akhlak dan ruhani mereka melaksanakan perintah Allah Swt. dalam firman-Nya tersebut  dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan maka di akhirat mereka itu digambarkan sebagai  perempuan-perempuan  surgawi  yang “menahan pandangan”, yang menjadi jodoh (pasangan) ahli surga golongan as-sābiqūn   (yang terdahulu/terdepan), firman-Nya:
وَ عِنۡدَہُمۡ  قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾  کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan di sisi mereka ada perempuan-perempuan bermata jeli yang merundukkan (menahan) pandangan, mereka seakan-akan telur-telur terlindung. (Ash-Shāffāt [37]:49-50). Lihat pula QS.38:53; QS. 55:57-59.
    Sedangkan laki-laki dan perempuan beriman  yang dalam rangka memelihara kesucian akhlak dan ruhani  mereka memerlukan berbagai langkah-langkah penjagaan – akibat  lemahnya makrifat  Ilahi mereka --  maka di akhirat  keadaan mereka digambarkan sebagai  perempuan-perempuan surgawi  yang berada dalam kemah-kemah, firman-Nya:
فِیۡہِنَّ خَیۡرٰتٌ حِسَانٌ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿ۚ﴾ حُوۡرٌ  مَّقۡصُوۡرٰتٌ فِی  الۡخِیَامِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ﴿ۚ﴾ لَمۡ یَطۡمِثۡہُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَہُمۡ وَ لَا جَآنٌّ ﴿ۚ﴾
Di dalamnya terdapat pasangan-pasangan yang baik lagi cantik. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? Pasangan-pasangan jelita  di dalam kemah-kemah. Maka  nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan?  Yang  sebelum mereka  manusia tidak pernah menyentuhnya  dan tidak pula jin. (Al-Rahmān [55]:71-75).
   Jadi  jelaslah bahwa yang  dimaksud dengan “bidadari-bidadari surgawi” dalam Al-Quran yang akan menjadi jodoh (pasangan) hidup   para  ahli surga dari kalangan laki-laki, mereka itu  bukanlah makhluk lain yang terdapat di dalam surga yang disebut “bidadari”, melainkan perempuan-perempuan beriman dan bertakwa dari jenis manusia. Dan bisa jadi mereka itu adalah istri-istri yang beriman dan bertakwa  dari kaum laki-laki yang beriman dan bertakwa di dunia ini.
    Dengan demikian terjawablah  pernyataan  berikut ini – yang bersifat menggugat – dari kalangan kaum perempuan, bahwa kalau bagi kaum laki-laki beriman dan bertakwa di akhirat   akan mendapat jodoh (pasangan) bidadari-bidadari surgawi,  kenapa hal yang sama tidak disediakan jodoh (pasangan) bagi perempuan-perempuan calon  penghuni surga?

Makna Hadits “Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu” &
Berkumpulnya “Keluarga Surgawi” di Akhirat

   Salah satu  dalil bahwa yang dimaksud bidadari-bidadari surgawi tersebut adalah perempuan-perempuan beriman dan bertakwa – baik ketika di dunia ia telah menikah mau pun belum menikah – adalah sabda Nabi Besar Muhammad saw.: “Surga  di bawah telapak kaki ibu”, tentu yang dimaksud oleh beliau saw.   dalam hadits tersebut adalah ibu-ibu calon penghuni surga, bukan setiap ibu yang memiliki anak. Sehubungan dengan hal itu Allah Swt. berfirman:
وَ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا ہَبۡ لَنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَ ذُرِّیّٰتِنَا قُرَّۃَ اَعۡیُنٍ وَّ اجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِیۡنَ اِمَامًا ﴿﴾  اُولٰٓئِکَ یُجۡزَوۡنَ الۡغُرۡفَۃَ  بِمَا صَبَرُوۡا وَ یُلَقَّوۡنَ فِیۡہَا تَحِیَّۃً  وَّ  سَلٰمًا ﴿ۙ﴾  خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ حَسُنَتۡ مُسۡتَقَرًّا وَّ مُقَامًا ﴿﴾  قُلۡ  مَا یَعۡبَؤُا بِکُمۡ  رَبِّیۡ  لَوۡ لَا دُعَآؤُکُمۡ ۚ فَقَدۡ کَذَّبۡتُمۡ  فَسَوۡفَ  یَکُوۡنُ  لِزَامًا ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang mengatakan: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”  Mereka itulah yang akan dianugerahi kamar-kamar tinggi di surga karena mereka bersabar, dan me-reka akan disambut di dalamnya dengan penghormatan dan doa selamat,    mereka akan  kekal di dalamnya, itulah sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.    Katakanlah: “Tuhan-ku tidak akan mempedulikan kamu jika tidak karena doamu, maka sungguh kamu telah mendustakan maka segera   azab  menimpa kamu.” (Al-Furqān [25]:75-78).
   Kemudian dalam Surah berikut ini Allah Swt. berfirman mengenai akan berkumpulnya “keluarga surgawi” seperti itu di alam akhirat, termasuk istri-istri mereka:
اَلَّذِیۡنَ یَحۡمِلُوۡنَ الۡعَرۡشَ وَ مَنۡ حَوۡلَہٗ یُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ  رَبِّہِمۡ وَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ وَ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ رَبَّنَا وَسِعۡتَ کُلَّ  شَیۡءٍ رَّحۡمَۃً  وَّ عِلۡمًا فَاغۡفِرۡ  لِلَّذِیۡنَ تَابُوۡا وَ اتَّبَعُوۡا سَبِیۡلَکَ وَ قِہِمۡ  عَذَابَ  الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾  رَبَّنَا وَ اَدۡخِلۡہُمۡ جَنّٰتِ عَدۡنِۣ الَّتِیۡ وَعَدۡتَّہُمۡ وَ مَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ  ذُرِّیّٰتِہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ۙ﴿﴾  وَ قِہِمُ السَّیِّاٰتِ ؕ وَ مَنۡ تَقِ السَّیِّاٰتِ یَوۡمَئِذٍ  فَقَدۡ رَحِمۡتَہٗ ؕ وَ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ٪﴿﴾
Wujud-wujud  yang memikul ‘Arasy dan yang di sekitarnya, mereka bertasbih dengan pujian Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan mereka memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman: “Wahai Tuhan kami, Engkau meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan ilmu maka ampunilah  orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau, dan lindungilah mereka dari azab Jahannam.   “Hai Tuhan kami, karena itu masukkanlah mereka ke dalam surga-surga abadi yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan begitu pun  orang-orang yang beramal saleh  dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan-keturunan mereka. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  Dan lindungilah mereka dari segala keburukan.  Dan barangsiapa Engkau pelihara dari keburukan-keburukan pada hari itu  maka sungguh  Engkau telah mengasihinya, dan yang demikian itu  kemenangan yang besar.” (Al-Mu’mīn [40]:8-10). Lihat pula QS.13:24.

Hakikat “Pardah Islam 

     Kembali kepada firman Allah Swt. sebelumnya (QS.24:32) mengenai aturan pardah Islam (pembatasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan),  karena banyak sekali kesalah-pahaman dan kurangnya pengetahuan yang tepat mengenai apa yang dimaksud dengan pardah (pembatasan pergaulan laki-laki dan perempuan) di kalangan umat Islam sendiri, maka kiranya pada tempatnya membuat suatu penjelasan  yang agak terinci mengenai masalah yang dirasakan sebagai gangguan itu. Ayat-ayat berikut membahas segala segi “pardah”.
    (1) “Dan katakanlah kepada orang-orang perempuan beriman  yang beriman, bahwa mereka hendaknya menundukkan matanya dan memelihara auratnya, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya, kecuali apa yang dengan sendirinya nampak darinya, dan mereka mengenakan kudungannya hingga menutupi dadanya, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya..............” (QS.24:32, yaitu ayat yang sedang dibahas).
     (2) “Wahai nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau dan anak-anak perempuan engkau dan istri-istri orang-orang beriman, bahwa mereka harus menarik ke bawah kain selubung mereka dari atas kepala sampai ke dada. Yang demikian itu lebih memungkinkan mereka dapat dikenal dan tidak diganggu” (QS.33:60).
Kata bahasa Arab yang dipakai dalam QS.33:60 ialah jalabib, yang bentuk tunggalnya jilbab, yang berarti pakaian luar atau kain selubung (Lexicon Lane).
     (3) “Wahai istri-istri nabi, kamu tidak sama dengan salah seorang dari perempuan-perempuan lain jika kamu bertakwa, karena itu janganlah kamu lembut dalam tutur-kata, jangan-jangan orang yang dalam hatinya ada penyakit akan tergiur; dan ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik. Dan tinggallah di rumah kamu dan janganlah memamerkan kecantikan kamu seperti cara pamer kecantikan di zaman jahiliyah dahulu...” (QS.33:33-34).
     (4). “Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah mereka yang dimiliki oleh tangan kanan kamu dan mereka yang belum baligh dari antara kamu  meminta izin dari kamu tiga kali sebelum masuk ke kamar-pribadi kamu sebelum shalat Subuh, dan apabila kamu membuka pakaian kamu waktu tengah hari, dan sesudah shalat Isya” (QS.24:59).

Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

 Pajajaran Anyar, 13 Maret  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar