Jumat, 23 Agustus 2013

Hikmah Penyebutan Mursalin dan Rusul (Rasul-rasul) kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan Rasul Akhir Zaman





 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Hikmah Penyebutan Mursalīn dan Rusul (Rasul-rasul) kepada Nabi Besar Muhammad Saw. dan Rasul Akhir Zaman

Bab 200  - TAMAT

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


D
alam    akhir Bab sebelumnya  telah  dikemukakan  mengenai sifat ruh manusia pertama-tama diajukan kepada  Nabi Besar Muhammad saw.  di kota Mekkah oleh orang-orang Quraisy, dan kemudian menurut ‘Abdullah bin Mas’ud r.a.  — oleh orang-orang Yahudi di Medinah, firman-Nya:
وَ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الرُّوۡحِ ؕ قُلِ الرُّوۡحُ مِنۡ  اَمۡرِ رَبِّیۡ وَ مَاۤ  اُوۡتِیۡتُمۡ مِّنَ الۡعِلۡمِ اِلَّا  قَلِیۡلًا ﴿﴾
Dan mereka bertanya kepada engkau mengenai ruh, katakanlah: “Ruh telah diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu sama sekali  tidak  diberi ilmu mengenai itu melainkan sedikit.” (Bani Israil [17]:86). 
      Di sini ruh disebut sesuatu yang diciptakan atas perintah langsung dari Tuhan -- مِنۡ  اَمۡرِ رَبِّیۡ Menurut Al-Quran semua penciptaan terdiri dari dua jenis: (1) Kejadian permulaan yang dilaksanakan tanpa mempergunakan zat atau benda yang telah diciptakan sebelumnya. (2) Kejadian selanjutnya yang dilaksanakan dengan mempergunakan sarana dan benda yang telah diciptakan sebelumnya.
     Kejadian (penciptaan) macam pertama termasuk jenis amr (arti harfiahnya ialah perintah), yang untuk itu lihat QS.2:118, dan cara yang kedua disebut khalq (arti harfiahnya ialah menciptakan). Ruh manusia termasuk jenis penciptaan pertama -- مِنۡ  اَمۡرِ رَبِّیۡ  -- “atas perintah Tuhan-ku”. Kata ruh itu berarti wahyu Ilahi (Lexicon Lane). Letaknya kata ini di sini agaknya mendukung arti demikian.
     Kemudian dalam pernyataan Allah Swt. selanjutnya dalam ayat selanjutnya terkandung nubuwatan mengenai pencabutan “ruh” Al-Quran secara berangsur-angsur dalam masa 1000 tahun (QS.32:6), firman-Nya:  
وَ لَئِنۡ شِئۡنَا لَنَذۡہَبَنَّ بِالَّذِیۡۤ  اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَکَ بِہٖ عَلَیۡنَا  وَکِیۡلًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا رَحۡمَۃً  مِّنۡ رَّبِّکَ ؕ اِنَّ  فَضۡلَہٗ  کَانَ عَلَیۡکَ  کَبِیۡرًا﴿﴾ 
Dan jika Kami benar-benar  menghendaki, niscaya Kami mengambil kembali  apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga baginya terhadap Kami dalam hal itu.   Kecuali karena rahmat dari Tuhan engkau, sesungguhnya karunia-Nya sangat besar kepada engkau. (Bani Israil [17]:87-88).
Firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung. (As-Sajdah [32]:6).
               
Tantangan Abadi Allah Swt. Kepada Para Penentang Al-Quran

      Jadi, ayat-ayat   QS.17L87-88 dan QS.32:6  mengandung nubuatan bahwa akan datang suatu saat ketika ilmu (ruh) Al-Quran akan lenyap dari bumi. Nubuatan Nabi Besar Muhammad saw.  serupa itu telah diriwayatkan oleh Mardawaih, Baihaqi, dan Ibn Majah, ketika ruh dan jiwa ajaran Al-Quran akan hilang lenyap dari bumi, dan semua  orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para sufi yang mengakui memiliki kekuatan batin istimewa — seperti pula diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi dahulu kala yang sifatnya serupa dengan mereka — tidak akan berhasil mengembalikan jiwa ajaran Al-Quran dengan usaha mereka bersama-sama.
   Tantangan tersebut pertama-tama diajukan kepada mereka yang berkecimpung dalam kebiasaan-kebiasaan klenik (kebatinan), supaya mereka meminta pertolongan ruh-ruh gaib (jin) yang darinya orang-orang ahli kebatinan itu —  menurut pengakuannya sendiri — menerima ilmu ruhani. Tantangan ini berlaku pula untuk semua orang yang menolak Al-Quran bersumber pada Tuhan dan untuk sepanjang masa. Namun dengan tegas Allah Swt. berfirman mengenai ketidak-mampuan mereka:
قُلۡ لَّئِنِ اجۡتَمَعَتِ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلٰۤی اَنۡ یَّاۡتُوۡا بِمِثۡلِ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لَا یَاۡتُوۡنَ بِمِثۡلِہٖ وَ لَوۡ کَانَ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ  ظَہِیۡرًا ﴿﴾
Katakanlah: “Jika  manusia dan jin benar-benar berhimpun  untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini, mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini,  walaupun  sebagian mereka membantu sebagian yang lain.”    (Bani Israil [17]:89).
  Jadi, karena Allah Swt. telah menetapkan bahwa agama Islam (Al-Quran) merupakan agama dan Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4) dan akan tetap mendapat jaminan pemeliharaan-Nya (QS.15:10), karena itu pencabutan ruh Al-Quran dan kemunduran yang dialami umat Islam selama 1000 tahun  -- setelah masa kejayaannya yang pertama selama 3 abad – tersebut bersifat sementara, dan di Akhir Zaman ini Allah Swt. melalui Mujaddid ‘Azham dan juga Rasul Akhir Zaman, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. telah menurunkan kembali “Ruh” Al-Quran atau keimanan yang hakiki tersebut  dari “bintang Tsurayya” (QS.62:3-4) guna mewujudkan kejayaan Islam yang  kedua kali di Akhir Zaman (QS.61:10).

Mereka yang Menunggu Azab Ilahi  Turun di Halaman Rumahnya  & Hikmah Penyebutan “Mursalīn dan “Rusul” (Rasul-rasul)  Kepada Rasul Akhir Zaman

     Kembali kepada Surah Ash-Shāffāt yang menjadi pokok bahasan yang utama, selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ حَتّٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ۙ   وَّ اَبۡصِرۡہُمۡ فَسَوۡفَ یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾  اَفَبِعَذَابِنَا یَسۡتَعۡجِلُوۡنَ ﴿﴾  فَاِذَا نَزَلَ بِسَاحَتِہِمۡ فَسَآءَ صَبَاحُ الۡمُنۡذَرِیۡنَ ﴿﴾
Maka berpalinglah engkau dari mereka itu untuk sementara waktu, dan lihatlah mereka maka mereka pun  segera akan melihat. Apakah mereka   meminta azab Kami segera datang?   Tetapi apabila azab itu turun ke halaman mereka  maka sangat buruklah pagi itu bagi orang-orang yang diberi ingat. (Ash-Shāffāt [37]:175-178).
       Isyarat kalimat  فَاِذَا نَزَلَ بِسَاحَتِہِمۡ   -- “maka apabila azab itu turun ke halaman mereka  mungkin tertuju kepada jatuhnya Mekkah, yang sungguh merupakan hari naas bagi orang-orang Mekkah, ketika Nabi Besar Muhammad saw. dan pasukan Muslim dengan kekuatan 10.000 prajurit memasuki tapal-tapal batasnya. Maka lengkaplah siksa dan kehinaan atas diri mereka, sebab segala rencana buruk mereka yang ditujukan melawan Islam sama sekali telah gagal mutlak dan Islam telah meraih kemenangan gilang-gemilang atas orang-orang ingkar.
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman  mengenai penyebutan “mursalin” (orang-orang yang diutus) atau “rasul-rasul” terhadap Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ تَوَلَّ عَنۡہُمۡ حَتّٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ۙ  وَّ  اَبۡصِرۡ  فَسَوۡفَ یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾  سُبۡحٰنَ رَبِّکَ رَبِّ الۡعِزَّۃِ عَمَّا یَصِفُوۡنَ﴿﴾ۚ   وَ  سَلٰمٌ  عَلَی  الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ۚ  وَ الۡحَمۡدُ  لِلّٰہِ  رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾٪
Maka berpalinglah engkau dari mereka itu untuk sementara waktu, dan lihatlah maka mereka pun akan segera melihat. Maha Suci Tuhan engkau, Tuhan Yang Memiliki Segala Kebesaran dari apa yang mereka   sifatkan.  Dan sejahteralah atas para rasul! Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. (Ash-Shāffāt [37]:179-183).
     Isyarat     وَ  سَلٰمٌ  عَلَی  الۡمُرۡسَلِیۡنَ  -- “Dan sejahteralah atas para rasul!    agaknya tertuju kepada Nabi Besar Muhammad saw.  yang menampilkan dalam wujud beliau saw. semua nabi dan rasul Allah, karena dalam berbagai Surah Al-Quran  Allah Swt. memerintahkan agar beliau saw. mengamalkan berbagai  perilaku terbaik para Rasul Allah yang diutus seselum beliau saw..
      Bahkan alam kenyataannya apa yang diamalkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. bukan saja mencakup semua perilaku terbaik para Rasul Allah tersebut, tetapi juga -- baik secara kuantitas mau pun secara kualitas  -- semua yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw. jauh lebih sempurna dalam segala seginya, sehingga seakan wujud beliau saw. merupakan penjelmaaan semua Rasul Allah yang diutus sebelum beliau saw.. Itulah sebabnya Allah Swt. telah menyatakan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. merupakan “suri teladan terbaik” (QS.33:22).
   Kenyataan tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. berikut ini mengenai kedatangan kembali  para rasul di Akhir Zaman ini:
اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ  لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾   فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾   وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾   وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾   وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾  
Sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya  akan terjadi. Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar, dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila rasul-rasul didatangkan  pada waktu yang ditentukan, hingga hari apakah ditangguhkan?   (Mursalāt [77]:8-13).
     Ayat  فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ   -- “Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar”  berarti, ketika berbagai malapetaka hampir menimpa kaum itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya bintang-bintang sebagai pertanda bencana hampir tiba. Makna ayat  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ   -- “Dan apabila langit terbelah,” adalah ketika berbagai bencana dan kemalangan menimpa dunia. Sedangkan makna  وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ  - “dan apabila gunung-gunung dihancurkan” adalah ketika terjadi perubahan-perubahan besar, atau ketika orang-orang berkuasa lagi berpengaruh direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Pendek kata, ketika seluruh orde yang telah menjadi rusak itu mati.
   Ada pun makna وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ  -- “apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan” adalah ketika datang (diutus) seorang pembaharu samawi (Mushlih Rabbani) datang dengan kekuatan dan jiwa rasul-rasul Allah serta seolah-olah memakai jubah-jubah mereka, yang merupakan puncak dari tanda-tanda besar yang dikemukakan dalam ayat-ayat sebelumnya.

Pengulangan Berbagai Azab Ilahi yang
Menimpa Kaum-kaum Purbakala

  Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai alasan lain kenapa kedatangan Rasul Akhir Zaman – yang pada hakikatnya merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani (QS.62:3-4) --  disebut kedatangan “mursalīn” atau rusul (rasul-rasul), firman-Nya:
 لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾   وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾   اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Hingga hari apakah ditangguhkan?   Hingga Hari Keputusan.    Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu?  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.  Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu? Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Mursalat [77]:8-20).
     Kalau orang-orang  memiliki bashirah (penglihatan ruhani) yang baik, maka mereka akan melihat bahwa  di Akhir Zaman ini firman Allah Swt. berikut ini kembali berlaku:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾   قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾  فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾  مَنۡ کَفَرَ فَعَلَیۡہِ کُفۡرُہٗ ۚ وَ مَنۡ عَمِلَ صَالِحًا  فَلِاَنۡفُسِہِمۡ  یَمۡہَدُوۡنَ﴿ۙ﴾ لِیَجۡزِیَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡ فَضۡلِہٖ ؕ  اِنَّہٗ  لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ 
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan per-buatan tangan manusia,  supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya.  Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman dan kafir akan terpisah.  Barangsiapa yang kafir maka dia menanggung kekafirannya, dan barangsiapa yang beramal shalih maka mereka menyediakan faedah bagi diri mereka, supaya   Dia memberi pahala kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari karunia-Nya, sesungguhnya Dia tidak mencintai orang-orang yang kafir.  (Ar-Rūm [30]:42-44).
    Masalah pokok dalam ayat-ayat sebelumnya berkisar dalam menimbulkan dan meresapkan pada manusia, keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa, Yang menciptakan, mengatur, dan membimbing segala kehidupan. Dalam ayat 42  kita diberi tahu, bahwa bila kegelapan menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt. dan menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka Allah Swt. membangkitkan seorang nabi untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat keharibaan Majikan-nya.
“Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa ams.  di dalam aliran darah manusia telah padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........ Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).

Makna Kerusakan di “Daratan” dan di  Lautan” & Sunnatullah tentang Turunnya Azab Ilahi  Setelah Mendustakan dan Menentang Rasul Allah

       Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu  Nabi Besar Muhammad saw. -- Guru umat manusia terbesar --  muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran (QS.5:4), sebab  syariat yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan -- teristimewa yang dikenal sebagai akar keburukan -- menampakkan diri telah menjadi mapan.
   Kata-kata “daratan dan lautan” dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau. Ayat ini berarti, bahwa semua bangsa di dunia telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki.
      Semua kerusakan akhlak dan ruhani yang terjadi pada menjelang dan pada masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut di Akhir Zaman ini kembali terjadi pada masa pengutusan kedua kali beliau saw. secara ruhani dalam wujud Rasul Akhir Zaman (QS.61:10), yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s..
      Di Akhir Zaman ini tidak ada satu pun perbuatan buruk  yang dilakukan oleh kaum-kaum purbakala dan di masa Nabi Besar Muhammad saw. yang tidak terjadi, sehingga seakan-akan “kaum-kaum purbakala” tersebut  di Akhir Zaman ini telah dibangkitkan kembali, dan sebagai akibat pendustaan dan kezaliman yang mereka lakukan terhadap Rasul Akhir Zaman serta para pengikutnya (Jemaat Ahmadiyah), maka   berbagai macam azab IIlahi yang pernah menimpa kaum-kaum purbakala di Akhir Zaman ini semua bentuk  azab Ilahi  tersebut merebak di berbagai wilayah bumi – termasuk di kawasan umat Islam, hal tersebut sesuai dengan Sunnatullah yang tertulis dalam Al-Quran, firman-Nya:
 مَنِ اہۡتَدٰی فَاِنَّمَا یَہۡتَدِیۡ لِنَفۡسِہٖ ۚ وَ مَنۡ ضَلَّ فَاِنَّمَا یَضِلُّ عَلَیۡہَا ؕ وَ لَا تَزِرُ وَازِرَۃٌ  وِّزۡرَ  اُخۡرٰی ؕ وَ مَا کُنَّا مُعَذِّبِیۡنَ  حَتّٰی  نَبۡعَثَ  رَسُوۡلًا ﴿﴾  وَ اِذَاۤ  اَرَدۡنَاۤ  اَنۡ نُّہۡلِکَ قَرۡیَۃً  اَمَرۡنَا مُتۡرَفِیۡہَا فَفَسَقُوۡا فِیۡہَا فَحَقَّ عَلَیۡہَا الۡقَوۡلُ  فَدَمَّرۡنٰہَا  تَدۡمِیۡرًا ﴿﴾
Barangsiapa telah mendapat petunjuk maka sesungguhnya petunjuk itu untuk faedah dirinya,  dan barangsiapa sesat maka kesesatan itu hanya kemudaratan atas dirinya,  dan  tidak ada pemikul beban akan memikul beban orang lain.  Dan Kami tidak menimpakan azab  hingga Kami  terlebih dahulu mengirimkan seorang rasul.  Dan apabila Kami hendak membinasakan suatu kota, Kami terlebih dahulu memerintahkan war-ganya yang hidup mewah untuk menempuh kehidupan yang saleh, tetapi mereka durhaka di dalamnya, maka berkenaan dengan kota itu firman Kami menjadi sempurna  lalu Kami menghancur-leburkannya. (Bani Israil [17]:16-17).

Supaya Manusia Tidak Menyalahkan Allah Swt.
Ketika Berbagai Azab Menimpa Mereka

      Sehubungan dengan ayat وَ مَا کُنَّا مُعَذِّبِیۡنَ  حَتّٰی  نَبۡعَثَ  رَسُوۡلًا  -- “Dan  Kami tidak menimpakan azab  hingga Kami  terlebih dahulu mengirimkan seorang rasul,” dalam generasi kita sendiri di Akhir Zaman ini dunia telah menyaksikan wabah-wabah, kelaparan-kelaparan, peperangan-peperangan, gempa-gempa bumi, banjir besar serta malapetaka lainnya,  yang serupa itu belum pernah terjadi sebelumnya, dan datangnya begitu bertubi-tubi, sehingga kehidupan manusia telah dirasakan pahit karenanya. Sebelum malapetaka-malapetaka dan bencana-bencana menimpa bumi ini, sudah selayaknya Allah  Swt.  membangkitkan seorang Rasul Allah sebagai pembawa  kabar suka (bashiiran) dan pemberi peringatan (nadziiran), supaya tidak ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan Allah Swt., firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ  تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ  مَا فِی الصُّحُفِالۡاُوۡلٰی ﴿﴾  وَ لَوۡ اَنَّـاۤ  اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ  اَرۡسَلۡتَ  اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ  نَّذِلَّ  وَ  نَخۡزٰی  ﴿﴾ قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ  اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ  وَ مَنِ  اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan mereka berkata: "Mengapakah ia (rasul) tidak mendatang­kan kepada kami suatu Tanda dari Tuhan-nya?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu?  Dan seandainya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum ini  niscaya mereka akan berkata: "Ya Tuhan kami, me­ngapakah   Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun tunggulah, lalu segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:134-136).
    Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. mengenai orang-orang yang merugi pada  saat terjadinya “Hari Keputusan” di Akhir Zaman berkenaan dengan kedatangan  Rasul Akhir Zaman yang merefleksikan kedatangan para Rasul Allah yang diutus sebelumnya (QS.77:12) – terutama sekali Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:304):  
 لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾   وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾   اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Hingga hari apakah ditangguhkan?   Hingga Hari Keputusan.    Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu?  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.  Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu? Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa.  Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Mursalat [77]:8-20).
     Sebagai penutup Bab terakhir ini berikut adalah  firman Allah Swt. pada bagian akhir Surah Ash-Shāffāt yang menjadi pokok bahasan dalam Blok “Galuh Buana Panca Tengah” ini, untuk menjadi bahan renungan orang-orang yang memiliki “bashirah” (penglihatan ruhani) yang baik, firman-Nya:
فَاِذَا نَزَلَ بِسَاحَتِہِمۡ فَسَآءَ صَبَاحُ الۡمُنۡذَرِیۡنَ﴿﴾ وَ تَوَلَّ عَنۡہُمۡ حَتّٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ۙ  وَّ  اَبۡصِرۡ  فَسَوۡفَ یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾   سُبۡحٰنَ رَبِّکَ رَبِّ الۡعِزَّۃِ عَمَّا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾ۚ  وَ  سَلٰمٌ  عَلَی  الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ۚ  وَ الۡحَمۡدُ  لِلّٰہِ  رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾٪
Tetapi apabila azab itu turun ke halaman mereka  maka sangat buruklah pagi itu bagi orang-orang yang diberi ingat. Maka berpalinglah engkau dari mereka itu untuk sementara waktu. Dan lihatlah maka mereka pun akan segera melihat.  Maha Suci Tuhan engkau, Tuhan Yang Memiliki Segala Kebesaran dari apa yang mereka sifatkanDan sejahteralah atas para rasul!   Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. (Ash-Shāffāt [37]:178-183).

TAMAT

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

Pajajaran Anyar,  10  Juli  2013