Jumat, 15 Maret 2013

Makna dan Falsafah "Manusia Diciptakan dari Satu Jiwa" & "Perempuan Diciptakan dari Tulang Rusuk"




      بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 67


Makna dan Falsafah
 “Manusia Diciptakan dari 
Satu Jiwa”
 &
“Perempuan Diciptakan dari 
Tulang Rusuk”



 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab  sebelumnya  telah dijelaskan mengenai besarnya peran ketakwaan yang harus dimiliki oleh pasangan suami-istri dalam upaya membentuk suatu bangsa besar yang berkualitas dalam berbagai seginya kehidupannya melalui lembaga pernikahan, berikut adalah ayat-ayat Al-Quran yang senantiasa disampaikan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam kesempatan menyampaikan nasihat  pernikahan (khutbah nikah) mengenai pentingnya ketakwaan, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّکُمُ الَّذِیۡ خَلَقَکُمۡ مِّنۡ نَّفۡسٍ وَّاحِدَۃٍ وَّ خَلَقَ مِنۡہَا زَوۡجَہَا وَ بَثَّ مِنۡہُمَا رِجَالًا کَثِیۡرًا وَّ نِسَآءً ۚ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ الَّذِیۡ تَسَآءَلُوۡنَ بِہٖ وَ الۡاَرۡحَامَ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ عَلَیۡکُمۡ  رَقِیۡبًا ﴿﴾ 
Hai manusia,  bertakwalah kepada Allah  Tuhan kamu  Yang menciptakan kamu dari satu jiwa dan darinya Dia menciptakan jodohnya  sebagai pasangan serta  mengembang-biakkan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,  dan bertakwalah mengenai hubungan kekerabatan,  sesungguhnya Allah senantiasa menjaga dan mengawasi kamu.     (An-Nisā [4]:2).

Makna  dan Falsafah Manusia Diciptakan dari “Satu Jiwa” &
Makna Perempuan Diciptakan dari “Tulang Rusuk
                                                   
     “Satu jiwa” dapat diartikan: (1) Adam, (2) laki-laki dan perempuan bersama-sama, sebab bila dua wujud melakukan satu pekerjaan bersama-sama, mereka dapat dianggap sebagai satu; (3) laki-laki atau perempuan secara mandiri sebab umat manusia dapat dikatakan telah diciptakan dari “satu jiwa” dalam arti kata bahwa tiap-tiap dan masing-masing perseorangan (individu) diciptakan dari benih laki-laki yang merupakan “satu jiwa” dan juga dilahirkan oleh perempuan yang merupakan pula “satu jiwa.”
  Kata-kata  Dan darinya Dia menciptakan jodohnya   tidak berarti bahwa perempuan diciptakan dari bagian tubuh laki-laki – sebagaimana umumnya dipercayai --  tetapi maknanya adalah  bahwa perempuan termasuk jenis yang sama dengan laki-laki yaitu mempunyai pembawaan-pembawaan dan kecenderungan-kecenderungan yang serupa.
      Anggapan bahwa Siti Hawa telah diciptakan dari tulang rusuk Adam nampaknya timbul dari sabda Nabi Besar Muhammad saw.  yakni:
Kaum perempuan  telah diciptakan dari tulang rusuk, dan tentu saja bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk itu bagian yang paling atas. Jika kamu memaksa meluruskannya, kamu akan membuatnya patah” (Bukhari, Kitab-un-Nikah).
      Sabda ini sebenarnya merupakan satu dalil yang bertentangan dengan anggapan keliru di atas, dan bukan mendukungnya, sebab dalam hadits tersebut sekali-kali tidak disebut nama Siti Hawa, melainkan hanya menerangkan ihwal keadaan umum perempuan. Jelas bagi siapa pun bahwa setiap perempuan tidak diciptakan dari tulang rusuk. Kata dhil’ yang digunakan dalam hadits Nabi Besar Muhammad saw.  di atas, menunjuk kepada suatu pembawaan bengkok, kata itu sendiri berarti kebengkokan (Majma’ Bihar-ul-Anwar & Al-Bahrul Muhith).

Sifat Khas Paling Menarik Perempuan

    Sebenarnya kata itu menunjuk kepada satu sifat khas perempuan,  yaitu mempunyai kebiasaan berbuat pura-pura tidak senang dan bertingkah manja demi menarik hati orang. “Kebengkokan” itu disebut dalam hadits ini sebagai sifat khas yang paling tinggi atau paling baik di dalam wataknya.
     Barangsiapa menganggap marah-semu perempuan (istri) sebagai  kemarahan yang sungguh-sungguh, lalu berlaku kasar terhadapnya karena alasan itu, sebenarnya memusnahkan segi paling menarik dan menawan hati dalam kepribadian perempuan, itulah makna sabda Nabi Besar Muhammad saw.  “…Jika kamu memaksa meluruskannya, kamu akan membuatnya patah.
       Apabila perasaan istri telah “patah  akibat ucapan-ucapan dan perlakuan kasar suami maka dapat dipastikan istri-istri tidak akan dapat menjadi “pakaian yang baik dan indah” bagi suami (QS.2:188), padahal   Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa “harta terbaik bagi seorang suami adalah istri yang shaleh.” Sehubungan dengan pentingnya  memaafkan “kebengkokan” perempuan (istri) tersebut  Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡۤا اِنَّ مِنۡ اَزۡوَاجِکُمۡ وَ اَوۡلَادِکُمۡ عَدُوًّا  لَّکُمۡ   فَاحۡذَرُوۡہُمۡ ۚ  وَ  اِنۡ  تَعۡفُوۡا وَ تَصۡفَحُوۡا وَ تَغۡفِرُوۡا  فَاِنَّ اللّٰہَ  غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾  اِنَّمَاۤ  اَمۡوَالُکُمۡ وَ اَوۡلَادُکُمۡ  فِتۡنَۃٌ ؕ وَ اللّٰہُ  عِنۡدَہٗۤ   اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Hai, orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri kamu dan anak-anakmu adalah musuh bagi kamu, maka waspadalah terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi dan mengampuni, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.  Sesungguhnya  harta kamu dan anak-anak kamu adalah fitnah (ujian/cobaan). Dan Allah di sisi-Nya ganjaran yang besar. (At-Taghābun [64]:15-16). Lihat pula QS.4:36.

Makna  Musuh” Dalam Keluarga

      Dalam ayat 15 disebut ada kalimat “istri-istri kamu” dan “anak-anak kamu”, tetapi dalam ayat selanjutnya (16) kalimat “istri-istri kamu” diganti dengan “harta kamu” (amwalukum) sedang sebutan “anak-anak kamu” tetap dipertahankan, hal tersebut mendukung sabda Nabi Besar Muhammad saw. sebelumnya bahwa “harta terbaik bagi seorang suami adalah istri yang shaleh.
    Ada pun makna kalimat “sesungguhnya di antara istri-istri kamu dan anak-anak kamu adalah musuh bagi kamu“ merupakan peringatan dari Allah Swt. kepada para suami, bahwa kecintaan berlebihan terhadap istri-istri dan anak-anak  akan  menghalangi kecintaan  serta ketaatan mereka kepada Allah Swt. dan Rasul Allah (QS.3:15-16), sehingga mengakibatkan  suami merasa berat atau berlaku kikir  dalam  memberikan pengorbanan harta di jalan Allah, sebagaimana dikemukakan ayat-ayat selanjutnya, firman-Nya:
فَاتَّقُوا اللّٰہَ  مَا  اسۡتَطَعۡتُمۡ وَ اسۡمَعُوۡا وَ اَطِیۡعُوۡا وَ اَنۡفِقُوۡا خَیۡرًا  لِّاَنۡفُسِکُمۡ ؕ وَ مَنۡ یُّوۡقَ شُحَّ نَفۡسِہٖ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾  اِنۡ  تُقۡرِضُوا اللّٰہَ  قَرۡضًا حَسَنًا یُّضٰعِفۡہُ لَکُمۡ  وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  شَکُوۡرٌ  حَلِیۡمٌ ﴿ۙ﴾   عٰلِمُ  الۡغَیۡبِ وَ الشَّہَادَۃِ  الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿٪﴾
Maka bertakwalah kepada Allah sejauh kesanggupan kamu, dan dengarlah serta taatlah, dan belanjakanlah harta kamu, hal itu baik bagi diri kamu.  Dan barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang berhasil.   Jika kamu meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang baik, niscaya Dia akan melipatgandakan bagimu dan akan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Menghargai, Maha Penyantun.   Dia Maha Mengetahui yang gaib dan yang nampak,  Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (At-Taghābun [64]:17-19).
 Jadi, menurut Allah Swt. membelanjakan harta demi kepentingan kebenaran adalah sama dengan memberikan pinjaman kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Menghargai, yang dibayarkan kembali oleh-Nya dengan berlipat-ganda. Demikianlah hubungan  keengganan melakukan pengorbanan harta di jalan Allah Swt. dengan kecintaan berlebihan terhadap istri dan anak keturunan serta harta-kekayaan, firman-Nya:
زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّہَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَ الۡبَنِیۡنَ وَ الۡقَنَاطِیۡرِ الۡمُقَنۡطَرَۃِ مِنَ الذَّہَبِ وَ الۡفِضَّۃِ وَ الۡخَیۡلِ الۡمُسَوَّمَۃِ وَ الۡاَنۡعَامِ وَ الۡحَرۡثِ ؕ ذٰلِکَ مَتَاعُ  الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ اللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ ﴿﴾  قُلۡ اَؤُنَبِّئُکُمۡ بِخَیۡرٍ مِّنۡ ذٰلِکُمۡ ؕ لِلَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا عِنۡدَ رَبِّہِمۡ جَنّٰتٌ  تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا وَ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ وَّ رِضۡوَانٌ مِّنَ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ بَصِیۡرٌۢ  بِالۡعِبَادِ ﴿ۚ﴾  
Ditampakkan indah bagi manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini yaitu: perempuan-perempuan,  anak-anak, kekayaan yang berlimpah berupa emas dan perak, kuda pilihan,  binatang ternak dan sawah ladang.  Yang demikian itu adalah perlengkapan hidup di dunia, dan Allah, di sisi-Nya-lah  sebaik-baik tempat kembali.   Katakanlah: “Maukah kamu aku beri tahu sesuatu  yang lebih baik daripada yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan  jodoh-jodoh suci serta  keridhaan dari Allah, dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya   (Āli ‘Imran [3]:15-18).

Pentingnya Menyelamatkan Diri dan Keluarga dari Api Neraka

        Dengan alasan itu jugalah kenapa Allah Swt. telah berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. untuk “menceraikan” istri-istri beliau saw. seandainya mereka bersikeras menuntut “harta duniawi  atau kesenangan duniawi,  mengingat keadaan ekonomi umumnya umat Islam  telah semakin membaik setelah hijrah dari Makkah ke Madinah, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ  قُلۡ  لِّاَزۡوَاجِکَ اِنۡ  کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ  الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتَہَا فَتَعَالَیۡنَ اُمَتِّعۡکُنَّ وَ اُسَرِّحۡکُنَّ سَرَاحًا جَمِیۡلًا ﴿﴾  وَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  فَاِنَّ اللّٰہَ  اَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنٰتِ مِنۡکُنَّ  اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau: “Jika kamu menginginkan kehidupan dunia ini dan perhiasannya maka marilah aku akan memberikannya kepada kamu dan aku akan menceraikan kamu dengan cara yang baik.   Tetapi jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan rumah di akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan ganjaran yang besar bagi siapa di antara kamu yang berbuat ihsan.” (Al-Ahzāb [33]:29-30).
    Dengan demikian sangat tepat peringatan Allah Swt. berikut ini kepada para kepala keluarga yang beriman dalam upaya menyelamatkan diri dan keluarga dari “kobaran api neraka jahannam” baik di dunia mau pun di akhirat nanti, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا قُوۡۤا  اَنۡفُسَکُمۡ  وَ اَہۡلِیۡکُمۡ  نَارًا وَّ قُوۡدُہَا  النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ  عَلَیۡہَا مَلٰٓئِکَۃٌ  غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا یَعۡصُوۡنَ اللّٰہَ مَاۤ  اَمَرَہُمۡ وَ یَفۡعَلُوۡنَ مَا  یُؤۡمَرُوۡنَ ﴿ ﴾
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari Api, yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai  Allah apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrīm [66]:7).
    Sebelum ini telah dikemukakan salah satu contoh “kebengkokan” kaum perempuan yang posisif, yakni mereka suka “merajuk” kepada suaminya,   yang muncul dari sifat “manja” mereka,  ada pun salah satu contoh  kebengkokan” perempuan yang negatif adalah  mereka kitu tidak atau kurang mensyukuri nikmat, mengenai hal tersebut Nabi Besar Muhammad saw. menasihati kaum perempuan agar mereka banyak memberikan sedekah,Karena aku melihat yang paling banyak berada dalam api adalah kaum perempuan”, demikian  beliau saw. mengemukakan alasannya.
   Ketika mereka menanyakan  kepada Nabi Besar Muhammad saw.   lebih lanjut kenapa demikian, beliau saw. menjelaskan, “Karena mereka itu tidak pernah  atau kurang bersyukur kepada suami mereka, sebab sekali pun suami mereka telah berbuat baik kepada mereka dengan memberikan   segala sesuatu, tetapi jika ada suatu ucapan atau tindakan suami yang kurang berkenan di hati mereka, maka mereka langsung mengatakan: “Engkau tidak pernah berlaku baik terhadapku!
     Jadi,    yang dimaksud dengan “berada dalam api” adalah karena umumnya mereka “kurang mensyukuri nikmat”, sehingga hati mereka selalu dalam keadaan “panas” atau “tidak tentram”, seperti halnya istri-istri yang bersifat qana’ah  (merasa cukup dengan apa yang ada). Dengan demikian jelaslah bahwa  yang dimaksud dengan “mereka yang paling banyak berada dalam api” tidak selalu harus diartikan “berada dalam  api neraka” melainkan maknanya mereka “kurang bersyukur.”

Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 16 Maret  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar