Rabu, 20 Maret 2013

Film Fitnah "Innocence of Muslims" Versus "Muhammad and Muhammadanism" Karya Bosworth Smith





       بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 71


Film Fitnah 
Innocence of Muslims
Versus
"Muhammad and Muhammadanism"
karya Bosworth Smith

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab  sebelumnya  telah dijelaskan   mengenai kesaksian Boswort Smit dalam bukunya “Muhammad and Muhammadanism” mengenai kesuri-teladanan kesempurnaan Nabi Besar Muhammad saw.   dalam berbagai segi dan posisi kehidupan beliau saw., termasuk sebagai seorang suami, sekali pun beliau saw. memiliki jumlah istri lebih dari batas yang diperkenankan bagi seorang Muslim  yakni lebih dari 4 orang istri (QS.33:51).

Kesaksian Para istri  dan Sahabat Nabi Besar Muhammad Saw.

 Jadi, kesaksian lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak  Nabi Besar Muhammad saw.  selain kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang paling akrab dengan beliau saw.  dan yang paling mengenal beliau saw., mereka itulah yang paling mencintai beliau saw. dan merupakan yang pertama-tama percaya (beriman) akan misi beliau, yakni, istri beliau saw. yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.; sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar r.a.; saudara sepupu yang juga menantu beliau saw., Ali bin Abu Thalib r.a.; dan bekas budak beliau  saw. yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haristsah r.a.. Nabi Besar Muhammad saw.   merupakan contoh kemanusiaan yang paling mulia dan model yang paling sempurna dalam keindahan dan kebajikan.
  Dalam segala segi kehidupan dan watak  Nabi Besar Muhammad saw.  yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan merupakan contoh yang tiada bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru dan diikuti. Seluruh kehidupan beliau saw. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya lampu-sorot sejarah. Beliau saw.  mengawali kehidupan beliau saw. sebagai anak yatim dan mengakhirinya dengan berperan sebagai wasit yang menentukan nasib seluruh bangsa.
  Sebagai kanak-kanak Nabi Besar Muhammad saw. penyabar lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau tetap merupakan contoh yang sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya beliau saw. mendapat julukan Al-Amin (si Jujur dan setia kepada amanat) dan selaku seorang niagawan beliau saw. terbukti paling jujur dan cermat.
  Nabi Besar Muhammad saw. menikah dengan perempuan-perempuan yang di antaranya ada yang jauh lebih tua daripada beliau saw. sendiri dan ada juga yang jauh lebih muda, namun semua bersedia memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau saw..
  Sebagai ayah  Nabi Besar Muhammad saw.  penuh dengan kasih-sayang, dan sebagai sahabat beliau saw. sangat setia dan murah hati. Ketika beliau saw. diamanati tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak, beliau saw. menjadi sasaran derita aniaya dan pembuangan, namun beliau saw. memikul semua penderitaan itu dengan sikap agung dan budi luhur.      
 Nabi Besar Muhammad saw. bertempur sebagai prajurit gagah-berani dan memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw. menghadapi kekalahan dan beliau memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau saw. menghakimi dan mengambil serta menjatuhkan keputusan dalam berbagai perkara. Beliau saw. adalah seorang negarawan, seorang pendidik, dan seorang pemimpin.

Kesaksian Penulis Non Muslim

Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan.
 Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muhammadanism” karya Bosworth Smith).
Demikianlah suri teladan terbaik yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.  dan semua posisi kepemimpinan  dalam kehidupan, baik sebagai Pemimpin ruhani, sebagai Kepala Negara,   mau pun sebagai pemimpin di lingkungan keluarga.
   Komentar  berupa pujian tersebut mendukung kebenaran firman Allah Swt. mengenai istri-istri Nabi Besar Muhammad saw. yang telah dikemukakan dalam Bab 64, ketika kepada mereka ditawarkan mendapat kesenangan duniawi atau tetap sebagai istri-istri beliau saw. dalam segala kesederhanaan hidup. firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ  قُلۡ  لِّاَزۡوَاجِکَ اِنۡ  کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ  الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتَہَا فَتَعَالَیۡنَ اُمَتِّعۡکُنَّ وَ اُسَرِّحۡکُنَّ سَرَاحًا جَمِیۡلًا ﴿﴾  وَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  فَاِنَّ اللّٰہَ  اَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنٰتِ مِنۡکُنَّ  اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau: “Jika kamu menginginkan kehidupan dunia ini dan perhiasannya maka marilah aku akan memberikannya kepada kamu dan aku akan menceraikan kamu dengan cara yang baik.   Tetapi jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan rumah di akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan ganjaran yang besar bagi siapa di antara kamu yang berbuat ihsan.” (Al-Ahzāb [33]:29-30).

Film Fitnah Innocence of Muslims &
Reaksi Berlebihan Umat Islam

 Oleh karena istri-istri  Nabi Besar Muhammad saw. harus menjadi contoh dalam perilaku sosial, maka seyogianya beliau-beliau telah diminta supaya memperlihatkan suri teladan dalam sikap melupakan kepentingan diri sendiri. Bukanlah karena penggunaan uang dan kenikmatan hidup itu sama sekali terlarang bagi beliau-beliau, akan tetapi yang pasti beliau-beliau diharapkan memperlihatkan sikap melupakan diri sendiri bertaraf tinggi sekali.
 Kepada taraf pengorbanan yang tinggi bertalian dengan faedah kebendaan dan kehidupan mewah serta serba ada inilah yang dimaksudkan ayat ini dan beberapa ayat berikutnya. Kedudukan menjadi teman-hidup (istri-istri) Nabi Besar Muhammad saw.  menghendaki pengorbanan ini, dan kepada istri-istri beliau saw. dikatakan supaya memilih apakah mau kehidupan mewah ataukah menjadi teman-hidup beliau.
Perhatikanlah kalimat “….aku akan menceraikan kamu dengan cara yang baik”,  merupakan bukti bahwa jangankan dalam  melaksanakan rumah-tangga, sekali pun pasangan suami-istri karena suatu alasan yang dibenarkan oleh syariat terpaksa harus bercerai, tetapi  kedua belah pihak tetap harus memperhatikan masalah ketakwaan (QS.2:230-243; QS.65:2-8).
  Namun dalam kenyataannya -- bertentangan dengan   pendapat keliru bahwa Nabi Besar Muhammad saw. benar-benar pernah menceraikan beberapa orang istri beliau saw. --  tidak pernah ada  ada seorang pun istri Nabi Besar Muhamad saw. yang pernah diceraikan oleh beliau saw..
   Masalah ini perlu dijelaskan, karena akibat dari kesalahan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dalam Surah Al-Ahzab dan Surah At-Tahrim  dan juga kesalahan dalam memaknai hadits-hadits  berkenaan dengan hal-hal tersebut serta akibat dari kekeliruan oknum-oknum dari kalangan umat Islam dalam memahami dan mengamalkan masalah pernikahan – terutama masalah polygami, nikah sirri (mut’ah) – dan masalah perceraian, maka Nabi Besar Muhammad saw. telah menjadi sasaran  berbagai bentuk fitnah keji, yang antara lain berupa pembuatan film  tak bertanggungjawab Innocence of Muslims.
 Penayangan film Innocence of Muslims  bukan saja telah menelan korban jiwa seorang Duta Besar Amerika Serikat di Lybia, tetapi juga telah menimbulkan gelombang demontrasi besar-besaran dari kalangan  umat Islam serta berbagai protes  berkenaan film tersebut, yang pada umumnya reaksi keras  yang berlebihan tersebut malah merugikan umat Islam sendiri, karena seakan-akan membenarkan tuduhan para penentang agama Islam bahwa agama Islam disebarkan  melalui cara-cara pemaksaan dan kekerasan, padahal tidak demikian sebab dengan tegas Allah Swt. telah berfirman bahwa  tidak ada paksaan  dalam masalah agama (QS.2:257; QS.10:100; QS.9:6; QS.11:119; QS.18:30; QS.76:4; QS.109:1-7).

Nabi Besar Muhammad Saw. Tidak Pernah
Menceraikan  Istri-istrinya

 Kembali kepada kalimat “Jika kamu menginginkan kehidupan dunia ini dan perhiasannya maka marilah aku akan memberikannya kepada kamu dan aku akan menceraikan kamu dengan cara yang baik”,  dalam firman-Nya sebelum ini: 
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ  قُلۡ  لِّاَزۡوَاجِکَ اِنۡ  کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ  الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتَہَا فَتَعَالَیۡنَ اُمَتِّعۡکُنَّ وَ اُسَرِّحۡکُنَّ سَرَاحًا جَمِیۡلًا ﴿﴾  وَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  فَاِنَّ اللّٰہَ  اَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنٰتِ مِنۡکُنَّ  اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau: “Jika kamu menginginkan kehidupan dunia ini dan perhiasannya maka marilah aku akan memberikannya kepada kamu dan aku akan menceraikan kamu dengan cara yang baik.   Tetapi jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan rumah di akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan ganjaran yang besar bagi siapa di antara kamu yang berbuat ihsan.” (Al-Ahzāb [33]:29-30).
  Dapat dipastikan bahwa  tidak ada seorang istri Nabi Besar Muhammad saw. pun yang pernah diceraikan oleh beliau saw. lalu  diruju’ (dinikahi lagi), hal itu dapat diketahui dari ayat itu sendiri dari kalimat “jika” atau “seandainya”, yakni “Jika kamu menginginkan kehidupan dunia ini dan perhiasannya.”  Kalimat selanjutnya lebih menegaskan hal tersebut ”Tetapi jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan rumah di akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan ganjaran yang besar bagi siapa di antara kamu yang berbuat ihsan”. Dan kenyataan membuktikan bahwa seluruh istri Nabi Besar Muhammad saw. telah memilih tetap  sebagai istri-istri mulia Nabi Besar Muhammad saw. dalam segala kesederhanaan yang diinginkan oleh beliau saw..
 Berikut ini adalah salah satu dari firman Allah Swt. yang disalahtafsirkan seakan-akan Nabi Besar Muhammad saw. pernah menceraikan dan meruju’ lagi bebarapa istri beliau saw. padahal tidak demikian, berikut adalah firman-Nya mengenai berbagai latar-belakang istri-istri Nabi Besar Muhammad saw.:
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ  اِنَّاۤ  اَحۡلَلۡنَا لَکَ اَزۡوَاجَکَ الّٰتِیۡۤ  اٰتَیۡتَ اُجُوۡرَہُنَّ وَ مَا مَلَکَتۡ یَمِیۡنُکَ مِمَّاۤ  اَفَآءَ اللّٰہُ  عَلَیۡکَ وَ بَنٰتِ عَمِّکَ وَ بَنٰتِ عَمّٰتِکَ وَ بَنٰتِ خَالِکَ وَ بَنٰتِ خٰلٰتِکَ الّٰتِیۡ ہَاجَرۡنَ مَعَکَ ۫ وَ امۡرَاَۃً  مُّؤۡمِنَۃً  اِنۡ  وَّہَبَتۡ نَفۡسَہَا لِلنَّبِیِّ  اِنۡ  اَرَادَ  النَّبِیُّ  اَنۡ یَّسۡتَنۡکِحَہَا ٭ خَالِصَۃً  لَّکَ مِنۡ دُوۡنِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ؕ قَدۡ عَلِمۡنَا مَا فَرَضۡنَا عَلَیۡہِمۡ فِیۡۤ  اَزۡوَاجِہِمۡ وَ مَا مَلَکَتۡ  اَیۡمَانُہُمۡ لِکَیۡلَا یَکُوۡنَ عَلَیۡکَ حَرَجٌ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ  غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا  ﴿ ﴾
Wahai Nabi, sesungguhnya  Kami telah menghalalkan bagi engkau istri-istri engkau yang telah engkau lunasi maskawin mereka,  demikian pula yang dimiliki tangan kanan engkau dari antara mereka yang telah diberikan Allah kepada engkau sebagai tawanan perang, dan demikian pula anak-anak perempuan saudara-saudara lelaki bapak engkau, dan anak-anak perempuan saudara-saudara perempuan bapak engkau, dan anak-anak perempuan saudara-saudara laki-laki ibu engkau, dan anak-anak perempuan saudara-saudara perempuan ibu engkau yang telah  hijrah beserta engkau, dan perempuan-perempuan beriman  yang lain, jika ia menawarkan diri kepada Nabi, jika Nabi sendiri ingin menikahinya, perintah ini hanya khusus bagi engkau dan bukan bagi orang-orang beriman lainnya. Sungguh Kami  mengetahui apa yang telah Kami wajibkan atas mereka mengenai istri-istri mereka dan yang dimiliki tangan kanan mereka supaya tidak menjadi kesempitan bagi engkau. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.   (Al-Ahzāb [33]:51).

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 19 Maret  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar