بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 71
Film Fitnah
“Innocence of Muslims”
Versus
"Muhammad and Muhammadanism"
karya Bosworth Smith
“Innocence of Muslims”
Versus
"Muhammad and Muhammadanism"
karya Bosworth Smith
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya
telah dijelaskan mengenai kesaksian Boswort Smit dalam bukunya
“Muhammad
and Muhammadanism” mengenai kesuri-teladanan
kesempurnaan Nabi Besar Muhammad saw.
dalam berbagai segi dan posisi kehidupan beliau saw., termasuk sebagai
seorang suami, sekali pun beliau saw.
memiliki jumlah istri lebih dari
batas yang diperkenankan bagi seorang Muslim
yakni lebih dari 4 orang istri (QS.33:51).
Kesaksian Para istri dan Sahabat
Nabi Besar Muhammad Saw.
Jadi, kesaksian
lebih besar mana lagi yang mungkin ada terhadap keagungan watak Nabi Besar Muhammad saw. selain
kenyataan bahwa pribadi-pribadi yang
paling akrab dengan beliau saw. dan
yang paling mengenal beliau saw., mereka itulah yang paling mencintai beliau saw. dan merupakan yang
pertama-tama percaya (beriman) akan misi beliau, yakni, istri beliau saw. yang tercinta, Sitti Khadijah r.a.; sahabat beliau sepanjang hayat, Abu Bakar r.a.; saudara sepupu yang juga
menantu beliau saw., Ali bin Abu Thalib
r.a.; dan bekas budak beliau saw. yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haristsah r.a.. Nabi Besar
Muhammad saw. merupakan contoh kemanusiaan yang paling
mulia dan model yang paling sempurna
dalam keindahan dan kebajikan.
Dalam
segala segi kehidupan dan watak Nabi Besar Muhammad saw. yang beraneka ragam, tidak ada duanya dan
merupakan contoh yang tiada
bandingannya bagi umat manusia untuk ditiru
dan diikuti. Seluruh kehidupan beliau
saw. nampak dengan jelas dan nyata dalam cahaya
lampu-sorot sejarah. Beliau saw. mengawali kehidupan beliau saw. sebagai anak yatim dan mengakhirinya dengan
berperan sebagai wasit yang
menentukan nasib seluruh bangsa.
Sebagai
kanak-kanak Nabi Besar Muhammad saw. penyabar
lagi gagah, dan di ambang pintu usia remaja, beliau tetap merupakan contoh yang
sempurna dalam akhlak, ketakwaan, dan kesabaran. Pada usia setengah-baya beliau
saw. mendapat julukan Al-Amin (si Jujur dan setia kepada amanat) dan
selaku seorang niagawan beliau saw. terbukti paling jujur dan cermat.
Nabi Besar
Muhammad saw. menikah dengan perempuan-perempuan yang di antaranya
ada yang jauh lebih tua daripada
beliau saw. sendiri dan ada juga yang jauh
lebih muda, namun semua bersedia
memberi kesaksian dengan mengangkat sumpah
mengenai kesetiaan, kecintaan, dan kekudusan beliau saw..
Sebagai ayah
Nabi Besar Muhammad saw. penuh dengan kasih-sayang, dan sebagai sahabat
beliau saw. sangat setia dan murah hati. Ketika beliau saw. diamanati tugas yang amat besar dan berat dalam usaha memperbaiki suatu masyarakat yang sudah rusak, beliau saw. menjadi sasaran
derita aniaya dan pembuangan,
namun beliau saw. memikul semua penderitaan
itu dengan sikap agung dan budi luhur.
Nabi Besar Muhammad saw. bertempur sebagai
prajurit gagah-berani dan memimpin pasukan-pasukan. Beliau saw. menghadapi
kekalahan dan beliau memperoleh kemenangan-kemenangan. Beliau saw. menghakimi dan mengambil serta
menjatuhkan keputusan dalam berbagai
perkara. Beliau saw. adalah seorang negarawan,
seorang pendidik, dan seorang pemimpin.
Kesaksian Penulis Non Muslim
“Kepala negara merangkap Penghulu Agama,
beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang
megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa
pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan
bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad,
sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan
kekuasaan.
Beliau biasa melakukan
pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas
sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau
roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau
biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua
belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan
suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya” (Muhammad and Muhammadanism”
karya Bosworth Smith).
Demikianlah suri teladan terbaik yang diperagakan
oleh Nabi Besar Muhammad saw. dan semua posisi kepemimpinan dalam kehidupan, baik sebagai Pemimpin ruhani, sebagai Kepala Negara, mau pun sebagai pemimpin di lingkungan keluarga.
Komentar
berupa pujian tersebut
mendukung kebenaran firman Allah Swt.
mengenai istri-istri Nabi Besar
Muhammad saw. yang telah dikemukakan dalam Bab 64, ketika kepada mereka
ditawarkan mendapat kesenangan duniawi
atau tetap sebagai istri-istri beliau
saw. dalam segala kesederhanaan hidup.
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
النَّبِیُّ قُلۡ لِّاَزۡوَاجِکَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ الۡحَیٰوۃَ
الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتَہَا فَتَعَالَیۡنَ اُمَتِّعۡکُنَّ وَ اُسَرِّحۡکُنَّ
سَرَاحًا جَمِیۡلًا ﴿﴾ وَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ
تُرِدۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الدَّارَ
الۡاٰخِرَۃَ فَاِنَّ اللّٰہَ اَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنٰتِ مِنۡکُنَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau: “Jika kamu menginginkan
kehidupan dunia ini dan perhiasannya
maka marilah aku akan memberikannya
kepada kamu dan aku akan menceraikan
kamu dengan cara yang baik. Tetapi
jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan rumah di akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan ganjaran yang besar bagi siapa di antara kamu
yang berbuat ihsan.” (Al-Ahzāb
[33]:29-30).
Film Fitnah Innocence of Muslims &
Reaksi Berlebihan Umat Islam
Oleh
karena istri-istri Nabi Besar Muhammad
saw. harus menjadi contoh dalam perilaku sosial, maka seyogianya
beliau-beliau telah diminta supaya memperlihatkan suri teladan dalam sikap melupakan
kepentingan diri sendiri. Bukanlah karena penggunaan uang dan kenikmatan
hidup itu sama sekali terlarang
bagi beliau-beliau, akan tetapi yang pasti beliau-beliau diharapkan
memperlihatkan sikap melupakan diri
sendiri bertaraf tinggi sekali.
Kepada taraf pengorbanan yang tinggi bertalian dengan faedah kebendaan dan kehidupan
mewah serta serba ada inilah yang
dimaksudkan ayat ini dan beberapa ayat berikutnya. Kedudukan menjadi teman-hidup (istri-istri) Nabi Besar
Muhammad saw. menghendaki pengorbanan ini, dan kepada istri-istri
beliau saw. dikatakan supaya memilih
apakah mau kehidupan mewah ataukah
menjadi teman-hidup beliau.
Perhatikanlah
kalimat “….aku akan menceraikan kamu dengan cara
yang baik”, merupakan bukti
bahwa jangankan dalam melaksanakan rumah-tangga, sekali pun pasangan suami-istri karena suatu alasan yang dibenarkan oleh syariat
terpaksa harus bercerai, tetapi kedua belah pihak tetap harus memperhatikan
masalah ketakwaan (QS.2:230-243; QS.65:2-8).
Namun dalam kenyataannya -- bertentangan dengan pendapat
keliru bahwa Nabi Besar Muhammad saw. benar-benar pernah menceraikan beberapa orang istri beliau saw. -- tidak pernah ada ada seorang pun istri Nabi Besar Muhamad saw.
yang pernah diceraikan oleh beliau
saw..
Masalah ini perlu dijelaskan, karena akibat dari kesalahan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dalam Surah Al-Ahzab dan Surah At-Tahrim dan juga kesalahan
dalam memaknai hadits-hadits berkenaan dengan hal-hal tersebut serta akibat
dari kekeliruan oknum-oknum dari
kalangan umat Islam dalam memahami dan mengamalkan masalah pernikahan – terutama masalah polygami,
nikah sirri (mut’ah) – dan masalah perceraian, maka Nabi Besar Muhammad
saw. telah menjadi sasaran berbagai bentuk fitnah keji, yang antara lain berupa pembuatan film tak bertanggungjawab Innocence of Muslims.
Penayangan film Innocence of Muslims bukan saja telah menelan korban jiwa seorang Duta Besar Amerika Serikat di Lybia,
tetapi juga telah menimbulkan gelombang demontrasi
besar-besaran dari kalangan umat Islam
serta berbagai protes berkenaan film tersebut, yang pada umumnya reaksi keras yang berlebihan tersebut malah merugikan umat Islam sendiri, karena seakan-akan
membenarkan tuduhan para penentang
agama Islam bahwa agama Islam
disebarkan melalui cara-cara pemaksaan dan kekerasan, padahal tidak demikian sebab dengan tegas Allah Swt. telah berfirman bahwa tidak
ada paksaan dalam masalah agama (QS.2:257; QS.10:100; QS.9:6;
QS.11:119; QS.18:30; QS.76:4; QS.109:1-7).
Nabi Besar Muhammad Saw. Tidak
Pernah
Menceraikan
Istri-istrinya
Kembali
kepada kalimat “Jika kamu menginginkan kehidupan dunia ini dan perhiasannya maka marilah aku akan memberikannya kepada kamu dan aku akan menceraikan kamu dengan cara yang baik”, dalam
firman-Nya sebelum ini:
یٰۤاَیُّہَا
النَّبِیُّ قُلۡ لِّاَزۡوَاجِکَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ الۡحَیٰوۃَ
الدُّنۡیَا وَ زِیۡنَتَہَا فَتَعَالَیۡنَ اُمَتِّعۡکُنَّ وَ اُسَرِّحۡکُنَّ
سَرَاحًا جَمِیۡلًا ﴿﴾ وَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ
تُرِدۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ
الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ فَاِنَّ
اللّٰہَ اَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنٰتِ
مِنۡکُنَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau: “Jika kamu menginginkan
kehidupan dunia ini dan perhiasannya
maka marilah aku akan memberikannya kepada
kamu dan aku akan menceraikan kamu
dengan cara yang baik. Tetapi jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya,
dan rumah di akhirat, maka
sesungguhnya Allah telah menyediakan
ganjaran yang besar bagi siapa di antara kamu yang berbuat ihsan.” (Al-Ahzāb [33]:29-30).
Dapat dipastikan
bahwa tidak ada seorang istri Nabi Besar Muhammad saw. pun yang pernah diceraikan oleh beliau saw. lalu diruju’
(dinikahi lagi), hal itu dapat diketahui dari ayat itu sendiri dari kalimat “jika” atau “seandainya”, yakni “Jika kamu
menginginkan kehidupan dunia ini dan
perhiasannya.” Kalimat
selanjutnya lebih menegaskan hal tersebut ”Tetapi
jika kamu menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan rumah di akhirat, maka sesungguhnya
Allah telah menyediakan ganjaran yang
besar bagi siapa di antara kamu yang berbuat
ihsan”. Dan kenyataan membuktikan bahwa seluruh istri Nabi Besar
Muhammad saw. telah memilih tetap
sebagai istri-istri mulia Nabi
Besar Muhammad saw. dalam segala kesederhanaan yang diinginkan oleh beliau
saw..
Berikut ini adalah salah satu dari firman
Allah Swt. yang disalahtafsirkan
seakan-akan Nabi Besar Muhammad saw. pernah menceraikan
dan meruju’ lagi bebarapa istri
beliau saw. padahal tidak demikian, berikut adalah firman-Nya mengenai berbagai
latar-belakang istri-istri Nabi Besar
Muhammad saw.:
یٰۤاَیُّہَا
النَّبِیُّ اِنَّاۤ اَحۡلَلۡنَا لَکَ اَزۡوَاجَکَ الّٰتِیۡۤ اٰتَیۡتَ اُجُوۡرَہُنَّ وَ مَا مَلَکَتۡ
یَمِیۡنُکَ مِمَّاۤ اَفَآءَ اللّٰہُ عَلَیۡکَ وَ بَنٰتِ عَمِّکَ وَ بَنٰتِ
عَمّٰتِکَ وَ بَنٰتِ خَالِکَ وَ بَنٰتِ خٰلٰتِکَ الّٰتِیۡ ہَاجَرۡنَ مَعَکَ ۫ وَ
امۡرَاَۃً مُّؤۡمِنَۃً اِنۡ
وَّہَبَتۡ نَفۡسَہَا لِلنَّبِیِّ
اِنۡ اَرَادَ النَّبِیُّ
اَنۡ یَّسۡتَنۡکِحَہَا ٭ خَالِصَۃً
لَّکَ مِنۡ دُوۡنِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ؕ قَدۡ عَلِمۡنَا مَا فَرَضۡنَا
عَلَیۡہِمۡ فِیۡۤ اَزۡوَاجِہِمۡ وَ مَا
مَلَکَتۡ اَیۡمَانُہُمۡ لِکَیۡلَا
یَکُوۡنَ عَلَیۡکَ حَرَجٌ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ ﴾
Wahai Nabi, sesungguhnya Kami
telah menghalalkan bagi engkau istri-istri
engkau yang telah engkau lunasi maskawin mereka, demikian pula yang dimiliki tangan kanan engkau dari antara mereka yang telah diberikan Allah kepada engkau sebagai tawanan perang, dan demikian pula anak-anak perempuan saudara-saudara lelaki
bapak engkau, dan anak-anak
perempuan saudara-saudara perempuan bapak engkau, dan anak-anak perempuan saudara-saudara laki-laki ibu engkau, dan anak-anak perempuan saudara-saudara
perempuan ibu engkau yang telah hijrah beserta engkau, dan perempuan-perempuan beriman yang lain, jika ia menawarkan diri kepada Nabi, jika Nabi sendiri ingin menikahinya, perintah ini hanya khusus bagi engkau dan bukan bagi orang-orang beriman lainnya.
Sungguh Kami mengetahui apa yang telah Kami wajibkan atas mereka
mengenai istri-istri mereka dan yang dimiliki tangan kanan mereka
supaya tidak menjadi kesempitan bagi
engkau. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:51).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar