بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 58
Kesakralan “Pernikahan” dalam Islam
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab
sebelumnya telah dijelaskan
mengenai falsafah keempat jenis
“minuman surgawi” yang
disediakan bagi para penghuni surga
golongan as-sābiqūn (yang
terdepan/paling dahulu), dan hubungannya
dengan suluk (perjalanan ruhani)
menuju perjumpaan dengan Allah Swt.
di dunia ini juga – fana, baqa
dan liqa -- firman-Nya:
یٰۤاَیَّتُہَا
النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ ﴾ ارۡجِعِیۡۤ اِلٰی
رَبِّکِ رَاضِیَۃً مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ
﴾ فَادۡخُلِیۡ
فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪ ﴾
Hai jiwa yang tenteram!
Kembalilah kepada Tuhan engkau, engkau
ridha kepada-Nya dan Dia pun
ridha kepada engkau. Maka masuklah
dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr
[89]:28-31).
Martabat ruhani nafs- al-Muthmainnah (jiwa yang
tertram) merupakan tingkat perkembangan ruhani tertinggi ketika
manusia ridha kepada Tuhan-nya dan Tuhan pun ridha kepadanya (QS.58:23).
Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat
surgawi, ia menjadi kebal
terhadap segala macam kelemahan akhlak,
diperkuat dengan kekuatan ruhani yang
khusus. Ia “manunggal” dengan Allah Swt. dan tidak dapat hidup tanpa Dia. Di
dunia inilah dan bukan sesudah mati perubahan ruhani besar terjadi di dalam
dirinya, dan di dunia inilah dan bukan
di tempat lain jalan dibukakan baginya untuk masuk ke surga.
Demikianlah penjelasan mengenai falsafah atau makna ruhani “kebun-kebun” dan “sungai-sungai
“ dalam surga yang tersedia
bagi para penghuninya, yang dengan memakan buah-buahannya dan meminum airnya akan membuat para penghuni surga terus menerus mengalami kemajuan di dalam rangkaian
tingkatan-tingkatan kehidupan surga
yang tidak akan kunjung berakhir,
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا اِلَی
اللّٰہِ تَوۡبَۃً نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی
رَبُّکُمۡ اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ
سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ
مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ النَّبِیَّ
وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ
نُوۡرُہُمۡ یَسۡعٰی بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ
یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ
اَتۡمِمۡ لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ
لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas
taubat. Boleh jadi Tuhan kamu akan
menghapuskan dari kamu keburukan-keburukan kamu dan akan memasukkan kamu ke dalam kebun-kebun yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari
ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi
maupun orang-orang yang beriman
besertanya, cahaya mereka akan
berlari-lari di hadapan mereka dan di sebelah kanannya, mereka akan berkata: “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami,
dan maafkanlah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahrim [66]:9).
Firman-Nya
lagi:
وَ بَشِّرِ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا
رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا
مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ
ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan
berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan
dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami
sebelumnya”, akan diberikan kepada
mereka yang serupa dengannya,
dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci, dan
mereka akan kekal di dalamnya” (Al-Baqarah
[2]:26).
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
اِلَّا
عِبَادَ اللّٰہِ الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿ ﴾ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ رِزۡقٌ
مَّعۡلُوۡمٌ ﴿ۙ ﴾ فَوَاکِہُ ۚ وَ ہُمۡ
مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ۙ ﴾ فِیۡ جَنّٰتِ
النَّعِیۡمِ ﴿ۙ ﴾ عَلٰی سُرُرٍ
مُّتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾
Kecuali
hamba-hamba Allah yang tulus ikhlas, mereka memperoleh rezeki yang telah diketahui, buah-buahan dan mereka
dimuliakan dalam kebun-kebun
nikmat, duduk di
atas singgasana, berhadap-hadapan, (Ash-shāffāt [37]:41-45).
Dua Macam “Jodoh/Pasangan”
Dua Golongan Penghuni Surga
Sehubungan dengan Surah Ash-Shāffāt tersebut selanjutnya Allah
Swt. berfirman mengenai nikmat-nikmat
surgawi lainnya berupa “jodoh-jodoh”
(pasangan-pasangan) atau istri-istri
bagi para penghuninya:
وَ
عِنۡدَہُمۡ قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾ کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan
di sisi mereka ada perempuan-perempuan
bermata jeli yang merundukkan
pandangan, mereka seakan-akan telur-telur terlindung. (Ash-Shāffāt [37]:49-50).
Sebelum membahas firman Allah Swt. tersebut,
perlu diketahui bahwa sebagaimana halnya “orang-orang beriman” yang bersama-sama dengan rasul
Allah (QS.66:9) ada
dua golongan, yakni as-sābiqūna
sābiqūn (yang paling dulu dan
benar-benar paling dulu/terdepan -
QS.56:11-27) dan “golongan kanan” (QS.56:28-41), demikian
pula menurut Allah Swt. “jodoh/pasangan”
mereka pun ada dua golongan pula.
Salah satu ciri dari pasangan (jodoh) golongan as-sābiqūna
sābiqūn digambarkan dalam firman
Allah Swt. sebelum ini adalah “perempuan-perempuan
yang merundukkan (menahan) pandangannya”, firman-Nya:
وَ
عِنۡدَہُمۡ قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾ کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan
di sisi mereka ada perempuan-perempuan
bermata jeli yang merundukkan
(menahan) pandangan, mereka seakan-akan telur-telur terlindung. (Ash-Shāffāt [37]:49-50). Lihat pula
QS.38:53; QS. 55:57-59.
Sedang cirri pasangan (jodoh) ahli surga
golongan kanan digambarkan “berada
dalam kemah-kemah”, firman-Nya:
فِیۡہِنَّ
خَیۡرٰتٌ حِسَانٌ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿ۚ﴾ حُوۡرٌ
مَّقۡصُوۡرٰتٌ فِی الۡخِیَامِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ﴿ۚ﴾ لَمۡ یَطۡمِثۡہُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَہُمۡ وَ لَا
جَآنٌّ ﴿ۚ﴾
Di dalamnya terdapat pasangan-pasangan
yang baik lagi cantik. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua dustakan? Pasangan-pasangan
jelita di dalam kemah-kemah. Maka
nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? Yang
sebelum mereka manusia tidak pernah menyentuhnya dan tidak
pula jin. (Al-Rahmān [55]:71-75)
Kalau dibandingkan dengan kata-kata “baik
lagi cantik,” yang dipergunakan berkenaan dengan pasangan (istri) “golongan kanan”
dalam ayat ini -- yang mempunyai arti tambahan yang bersifat umum -- maka kata-kata “mirah dan marjan” yang
dipergunakan dalam ayat 59 berkenaan jodoh (pasangan) golongan as-sābiqūna (yang paling dulu/terdepan)
mempunyai arti khas dan menyatakan kecantikan yang istimewa sekali.
Peraturan Pembatasan Pergaulan
Laki-laki dan Perempuan
Kata-kata “merundukkan
(menahan) pandangan mereka” dalam
QS.55:57 dan juga dalam QS.38:53; QS.
55:57-59,jelas menunjukkan sifat menjaga
kesucian dan kesantunan, yang
martabatnya lebih tinggi daripada
sifat “di dalam kemah-kemah” seperti dalam QS.55:73. Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah
Allah Swt. telah berfirman kepada perempuan-perempuan beriman mengenai pentingnya menjaga aurat dan zinat (perhiasan) mereka:
قُلۡ
لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَغُضُّوۡا مِنۡ
اَبۡصَارِہِمۡ وَ یَحۡفَظُوۡا فُرُوۡجَہُمۡ ؕ ذٰلِکَ اَزۡکٰی لَہُمۡ ؕ
اِنَّ اللّٰہَ خَبِیۡرٌۢ بِمَا
یَصۡنَعُوۡنَ ﴿﴾ وَ قُلۡ لِّلۡمُؤۡمِنٰتِ یَغۡضُضۡنَ مِنۡ
اَبۡصَارِہِنَّ وَ یَحۡفَظۡنَ فُرُوۡجَہُنَّ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ زِیۡنَتَہُنَّ
اِلَّا مَا ظَہَرَ مِنۡہَا وَ
لۡیَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِہِنَّ عَلٰی جُیُوۡبِہِنَّ ۪ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ
زِیۡنَتَہُنَّ اِلَّا لِبُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اٰبَآئِہِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ
بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اَبۡنَآئِہِنَّ اَوۡ
اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ اَخَوٰتِہِنَّ
اَوۡ نِسَآئِہِنَّ اَوۡ مَا مَلَکَتۡ اَیۡمَانُہُنَّ اَوِ التّٰبِعِیۡنَ غَیۡرِ
اُولِی الۡاِرۡبَۃِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِیۡنَ لَمۡ یَظۡہَرُوۡا عَلٰی عَوۡرٰتِ النِّسَآءِ ۪ وَ
لَا یَضۡرِبۡنَ بِاَرۡجُلِہِنَّ لِیُعۡلَمَ
مَا یُخۡفِیۡنَ مِنۡ زِیۡنَتِہِنَّ ؕ وَ تُوۡبُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ
جَمِیۡعًا اَیُّہَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡن ﴿﴾
Katakanlah
kepada orang-orang laki-laki yang beriman,
mereka hendaklah menundukkan
matanya dan menjaga furūj (aurat/indera)
mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang mereka
kerjakan. Dan katakanlah kepada orang-orang
perempuan yang beriman, mereka hendaknya menundukkan penglihatannya
dan memelihara furūj (aurat/indera) mereka, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya
kecuali apa yang dengan sendirinya
nampak darinya, dan hendaklah mereka mengenakan
kudungannya hingga menutupi dadanya,
dan janganlah mereka menampakkan
kecantikannya kecuali kepada suaminya,
atau kepada bapaknya, atau bapak suaminya, atau anak lelakinya atau anak lelaki suaminya atau saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara lelaki mereka, atau
anak lelaki saudara perempuan mereka,
atau perempuan-perempuan teman
mereka atau apa yang dimiliki oleh
tangan kanan mereka, atau pelayan-pelayan
lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengetahui mengenai
aurat perempuan. Dan janganlah
mereka itu menghentakkan kaki mereka supaya dapat diketahui apa yang mereka sembunyikan dari kecantikan mereka.
Dan kembalilah kamu semua kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu
mendapat keberhasilan. (An-Nūr [24]:32).
Seperti dikemukakan di atas, Al-Quran tidak puas hanya dengan memandang sesuatu
secara sambil lalu saja, tetapi memperhatikannya sampai ke akar-akarnya.
Menurut Al-Quran, setiap sifat baik
Al-Quran menegaskan bahwa akarnya
harus dikuasai dan tetap diawasi;
sedangkan mengenai kejahatan, Al-Quran bertujuan menghapuskannya
sama sekali dan dengan demikian menutup
dan menghalangi segala jalan menuju kepada kejahatan itu.
Makna Lain Furūj
Oleh sebab melalui mata semua pikiran jahat masuk ke dalam hati manusia, maka dalam ayat yang sedang
dibahas ini, orang-orang laki-laki dan perempuan yang beriman telah diperintahkan untuk merundukkan pandangan mereka, bila
kebetulan mereka bertemu satu sama lain.
Furūj yang artinya celah atau lubang, dapat pula berarti indera-indera.
Apabila orang-orang beriman laki-laki
mau pun perempuan dalam rangka menjaga kesucian
akhlak dan ruhani mereka
melaksanakan perintah Allah Swt.
dalam firman-Nya tersebut dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan maka di akhirat
mereka itu digambarkan sebagai perempuan-perempuan surgawi yang “menahan
pandangan”, yang menjadi jodoh (pasangan) ahli surga golongan as-sābiqūn (yang terdahulu/terdepan), firman-Nya:
وَ
عِنۡدَہُمۡ قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾ کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan
di sisi mereka ada perempuan-perempuan
bermata jeli yang merundukkan
(menahan) pandangan, mereka seakan-akan telur-telur terlindung. (Ash-Shāffāt [37]:49-50). Lihat pula
QS.38:53; QS. 55:57-59.
Sedangkan laki-laki dan perempuan
beriman yang dalam rangka memelihara
kesucian akhlak dan ruhani mereka memerlukan berbagai langkah-langkah penjagaan – akibat lemahnya makrifat Ilahi
mereka -- maka di akhirat keadaan mereka
digambarkan sebagai perempuan-perempuan surgawi
yang berada dalam kemah-kemah, firman-Nya:
فِیۡہِنَّ
خَیۡرٰتٌ حِسَانٌ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿ۚ﴾ حُوۡرٌ
مَّقۡصُوۡرٰتٌ فِی الۡخِیَامِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ﴿ۚ﴾ لَمۡ یَطۡمِثۡہُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَہُمۡ وَ لَا
جَآنٌّ ﴿ۚ﴾
Di dalamnya terdapat pasangan-pasangan
yang baik lagi cantik. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua dustakan? Pasangan-pasangan
jelita di dalam kemah-kemah. Maka
nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? Yang sebelum
mereka manusia tidak pernah menyentuhnya
dan tidak pula jin. (Al-Rahmān
[55]:71-75).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor:
Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran
Anyar, 7 Maret 2013
Good banget, thank you brooo...
BalasHapus