Rabu, 06 Maret 2013

Kesakralan Pernikahan Dalam Islam



  
      بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 58

 Kesakralan “Pernikahan” dalam Islam
 
 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab  sebelumnya  telah dijelaskan mengenai falsafah  keempat jenis  minuman surgawi” yang disediakan bagi para penghuni surga golongan as-sābiqūn (yang terdepan/paling dahulu),  dan hubungannya dengan suluk (perjalanan ruhani) menuju perjumpaan dengan Allah Swt. di dunia ini juga – fana, baqa  dan liqa --  firman-Nya:

یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ ﴾   ارۡجِعِیۡۤ  اِلٰی  رَبِّکِ رَاضِیَۃً  مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ ﴾  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪ ﴾
Hai jiwa yang tenteram!   Kembalilah kepada Tuhan engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau.  Maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku,   dan  masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr [89]:28-31).
      Martabat ruhani nafs- al-Muthmainnah  (jiwa yang tertram)  merupakan tingkat perkembangan ruhani tertinggi ketika manusia ridha kepada Tuhan-nya dan Tuhan pun ridha kepadanya (QS.58:23). Pada tingkat ini yang disebut pula tingkat surgawi, ia menjadi kebal terhadap segala macam kelemahan akhlak, diperkuat dengan kekuatan ruhani yang khusus. Ia “manunggal” dengan Allah Swt. dan tidak dapat hidup tanpa Dia. Di dunia inilah dan bukan sesudah mati  perubahan ruhani besar terjadi di dalam dirinya, dan di dunia inilah  dan bukan di tempat lain jalan dibukakan baginya untuk masuk ke surga.
      Demikianlah penjelasan mengenai falsafah atau makna ruhani “kebun-kebun” dan   sungai-sungai “ dalam  surga    yang tersedia  bagi para penghuninya,  yang  dengan memakan buah-buahannya dan meminum   airnya akan membuat para penghuni surga terus menerus mengalami kemajuan di dalam rangkaian tingkatan-tingkatan kehidupan surga yang tidak akan kunjung berakhir,    firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا تُوۡبُوۡۤا  اِلَی اللّٰہِ تَوۡبَۃً  نَّصُوۡحًا ؕ عَسٰی رَبُّکُمۡ  اَنۡ یُّکَفِّرَ عَنۡکُمۡ سَیِّاٰتِکُمۡ وَ یُدۡخِلَکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ  مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ  النَّبِیَّ  وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ ۚ  نُوۡرُہُمۡ  یَسۡعٰی بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ  یَقُوۡلُوۡنَ  رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ  لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat. Boleh jadi Tuhan kamu akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukan kamu dan akan memasukkan kamu ke dalam  kebun-kebun yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya, cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan  di sebelah kanannya, mereka  akan berkata: “Hai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah kami,  sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahrim [66]:9).
Firman-Nya lagi:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya(Al-Baqarah [2]:26).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اِلَّا عِبَادَ  اللّٰہِ  الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿ ﴾   اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ  رِزۡقٌ  مَّعۡلُوۡمٌ ﴿ۙ ﴾   فَوَاکِہُ ۚ وَ  ہُمۡ  مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ۙ ﴾  فِیۡ   جَنّٰتِ  النَّعِیۡمِ ﴿ۙ ﴾  عَلٰی  سُرُرٍ  مُّتَقٰبِلِیۡنَ ﴿ ﴾
Kecuali hamba-hamba  Allah yang tulus ikhlas,  mereka  memperoleh  rezeki yang telah diketahui, buah-buahan dan mereka  dimuliakan  dalam kebun-kebun  nikmat,   duduk di atas singgasana, berhadap-hadapan,  (Ash-shāffāt [37]:41-45).

Dua Macam   Jodoh/Pasangan” Dua Golongan Penghuni Surga

     Sehubungan dengan Surah Ash-Shāffāt tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai nikmat-nikmat surgawi lainnya berupa “jodoh-jodoh” (pasangan-pasangan) atau istri-istri bagi para penghuninya:
وَ عِنۡدَہُمۡ  قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾  کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan di sisi mereka ada perempuan-perempuan bermata jeli yang merundukkan pandangan, mereka seakan-akan telur-telur terlindung. (Ash-Shāffāt [37]:49-50).
   Sebelum membahas firman Allah Swt. tersebut, perlu diketahui bahwa sebagaimana halnya “orang-orang  beriman” yang bersama-sama dengan rasul Allah  (QS.66:9)  ada  dua golongan, yakni as-sābiqūna sābiqūn  (yang paling dulu dan benar-benar paling dulu/terdepan -  QS.56:11-27)  dan “golongan kanan” (QS.56:28-41), demikian pula menurut Allah Swt. “jodoh/pasangan” mereka pun ada dua golongan pula.
     Salah satu ciri  dari  pasangan (jodoh)  golongan as-sābiqūna sābiqūn  digambarkan dalam firman Allah Swt. sebelum ini adalah “perempuan-perempuan yang merundukkan (menahan) pandangannya”, firman-Nya:
وَ عِنۡدَہُمۡ  قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾  کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan di sisi mereka ada perempuan-perempuan bermata jeli yang merundukkan (menahan) pandangan, mereka seakan-akan telur-telur terlindung. (Ash-Shāffāt [37]:49-50). Lihat pula QS.38:53; QS. 55:57-59.
       Sedang cirri pasangan (jodoh) ahli surga golongan kanan digambarkan “berada  dalam kemah-kemah”, firman-Nya:
فِیۡہِنَّ خَیۡرٰتٌ حِسَانٌ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿ۚ﴾ حُوۡرٌ  مَّقۡصُوۡرٰتٌ فِی  الۡخِیَامِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ﴿ۚ﴾ لَمۡ یَطۡمِثۡہُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَہُمۡ وَ لَا جَآنٌّ ﴿ۚ﴾
Di dalamnya terdapat pasangan-pasangan yang baik lagi cantik. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? Pasangan-pasangan jelita  di dalam kemah-kemah. Maka  nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan?  Yang  sebelum mereka  manusia tidak pernah menyentuhnya  dan tidak pula jin. (Al-Rahmān [55]:71-75)
    Kalau dibandingkan dengan kata-kata “baik lagi cantik,” yang dipergunakan berkenaan dengan pasangan (istri) “golongan kanan” dalam ayat ini -- yang mempunyai arti tambahan yang bersifat umum -- maka kata-kata “mirah dan marjan” yang dipergunakan dalam ayat 59 berkenaan  jodoh (pasangan) golongan as-sābiqūna (yang paling dulu/terdepan) mempunyai arti khas dan menyatakan kecantikan yang istimewa sekali.

Peraturan Pembatasan Pergaulan Laki-laki dan Perempuan

    Kata-kata “merundukkan (menahan)  pandangan mereka” dalam QS.55:57 dan juga  dalam QS.38:53; QS. 55:57-59,jelas menunjukkan sifat menjaga kesucian dan kesantunan, yang martabatnya lebih tinggi daripada sifat “di dalam kemah-kemah” seperti dalam QS.55:73.  Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah Allah Swt. telah berfirman kepada perempuan-perempuan  beriman mengenai pentingnya menjaga aurat dan zinat (perhiasan) mereka:
قُلۡ لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ یَغُضُّوۡا مِنۡ  اَبۡصَارِہِمۡ وَ یَحۡفَظُوۡا فُرُوۡجَہُمۡ ؕ ذٰلِکَ اَزۡکٰی لَہُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ خَبِیۡرٌۢ  بِمَا یَصۡنَعُوۡنَ ﴿﴾  وَ قُلۡ  لِّلۡمُؤۡمِنٰتِ یَغۡضُضۡنَ مِنۡ اَبۡصَارِہِنَّ وَ یَحۡفَظۡنَ فُرُوۡجَہُنَّ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ  زِیۡنَتَہُنَّ  اِلَّا مَا ظَہَرَ  مِنۡہَا وَ لۡیَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِہِنَّ عَلٰی جُیُوۡبِہِنَّ ۪ وَ لَا یُبۡدِیۡنَ زِیۡنَتَہُنَّ  اِلَّا  لِبُعُوۡلَتِہِنَّ  اَوۡ اٰبَآئِہِنَّ اَوۡ اٰبَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اَبۡنَآئِہِنَّ  اَوۡ اَبۡنَآءِ بُعُوۡلَتِہِنَّ اَوۡ اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ  اِخۡوَانِہِنَّ اَوۡ بَنِیۡۤ اَخَوٰتِہِنَّ اَوۡ نِسَآئِہِنَّ اَوۡ مَا مَلَکَتۡ اَیۡمَانُہُنَّ اَوِ التّٰبِعِیۡنَ غَیۡرِ اُولِی الۡاِرۡبَۃِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفۡلِ الَّذِیۡنَ لَمۡ  یَظۡہَرُوۡا عَلٰی عَوۡرٰتِ النِّسَآءِ ۪ وَ لَا یَضۡرِبۡنَ بِاَرۡجُلِہِنَّ لِیُعۡلَمَ  مَا یُخۡفِیۡنَ مِنۡ زِیۡنَتِہِنَّ ؕ وَ تُوۡبُوۡۤا اِلَی اللّٰہِ جَمِیۡعًا اَیُّہَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡن ﴿﴾
Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yang  beriman,  mereka hendaklah menundukkan matanya dan menjaga  furūj  (aurat/indera) mereka,    yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada orang-orang perempuan yang beriman, mereka hendaknya menundukkan penglihatannya  dan memelihara furūj  (aurat/indera) mereka, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya kecuali apa yang dengan sendirinya nampak darinya, dan hendaklah mereka mengenakan kudungannya  hingga menutupi dadanya, dan janganlah mereka menampakkan kecantikannya kecuali kepada suaminya, atau kepada bapaknya, atau bapak suaminya, atau anak lelakinya atau anak lelaki suaminya atau saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan teman mereka atau apa yang dimiliki oleh tangan kanan mereka, atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengetahui mengenai aurat perempuan. Dan janganlah mereka itu menghentakkan kaki mereka supaya dapat diketahui apa yang mereka sembunyikan dari kecantikan mereka. Dan kembalilah kamu semua kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu mendapat keberhasilan. (An-Nūr [24]:32).
     Seperti dikemukakan di atas, Al-Quran tidak puas hanya dengan memandang sesuatu secara sambil lalu saja, tetapi memperhatikannya sampai ke akar-akarnya. Menurut Al-Quran, setiap sifat baik Al-Quran menegaskan bahwa akarnya harus dikuasai dan tetap diawasi; sedangkan mengenai kejahatan, Al-Quran  bertujuan menghapuskannya sama sekali dan dengan demikian menutup dan menghalangi segala jalan menuju kepada kejahatan itu.

Makna Lain Furūj

       Oleh sebab melalui mata semua pikiran jahat masuk ke dalam hati manusia, maka dalam ayat yang sedang dibahas ini, orang-orang   laki-laki dan perempuan  yang beriman telah diperintahkan untuk merundukkan pandangan mereka, bila kebetulan mereka bertemu satu sama lain.   Furūj  yang artinya celah atau lubang, dapat pula berarti indera-indera.
       Apabila orang-orang beriman laki-laki mau pun perempuan dalam rangka menjaga kesucian akhlak dan ruhani mereka melaksanakan perintah Allah Swt. dalam firman-Nya tersebut  dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan maka di akhirat mereka itu digambarkan sebagai  perempuan-perempuan  surgawi  yang “menahan pandangan”, yang menjadi jodoh (pasangan) ahli surga golongan as-sābiqūn   (yang terdahulu/terdepan), firman-Nya:
وَ عِنۡدَہُمۡ  قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِ عِیۡنٌ ﴿ۙ﴾  کَاَنَّہُنَّ بَیۡضٌ مَّکۡنُوۡنٌ ﴿﴾
Dan di sisi mereka ada perempuan-perempuan bermata jeli yang merundukkan (menahan) pandangan, mereka seakan-akan telur-telur terlindung. (Ash-Shāffāt [37]:49-50). Lihat pula QS.38:53; QS. 55:57-59.
      Sedangkan laki-laki dan perempuan beriman  yang dalam rangka memelihara kesucian akhlak dan ruhani  mereka memerlukan berbagai langkah-langkah penjagaan – akibat  lemahnya makrifat  Ilahi mereka --  maka di akhirat  keadaan mereka digambarkan sebagai  perempuan-perempuan surgawi  yang berada dalam kemah-kemah, firman-Nya:
فِیۡہِنَّ خَیۡرٰتٌ حِسَانٌ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿ۚ﴾ حُوۡرٌ  مَّقۡصُوۡرٰتٌ فِی  الۡخِیَامِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ﴿ۚ﴾ لَمۡ یَطۡمِثۡہُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَہُمۡ وَ لَا جَآنٌّ ﴿ۚ﴾
Di dalamnya terdapat pasangan-pasangan yang baik lagi cantik. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? Pasangan-pasangan jelita  di dalam kemah-kemah. Maka  nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan?  Yang  sebelum mereka  manusia tidak pernah menyentuhnya  dan tidak pula jin. (Al-Rahmān [55]:71-75).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 7 Maret  2013


 

1 komentar: