بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 163
Genapnya Nubuatan
Nabi Besar Muhammad Saw. Mengenai Gelang-gelang Emas Kisra Iran Dipakai Suraqah bin Malik
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai ciri khas generasi penerus Ashhābul-Kahf
(Para Penghuni Gua) berkenaan dengan pembangunan tempat-tempat peribadahan mereka atas nama “orang-orang kudus”
mereka:
وَ کَذٰلِکَ اَعۡثَرۡنَا
عَلَیۡہِمۡ لِیَعۡلَمُوۡۤا اَنَّ وَعۡدَ
اللّٰہِ حَقٌّ وَّ اَنَّ
السَّاعَۃَ لَا رَیۡبَ فِیۡہَا ۚ٭ اِذۡ یَتَنَازَعُوۡنَ بَیۡنَہُمۡ اَمۡرَہُمۡ
فَقَالُوا ابۡنُوۡا عَلَیۡہِمۡ بُنۡیَانًا ؕ رَبُّہُمۡ اَعۡلَمُ بِہِمۡ ؕ قَالَ
الَّذِیۡنَ غَلَبُوۡا عَلٰۤی اَمۡرِہِمۡ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَیۡہِمۡ
مَّسۡجِدًا ﴿﴾
Dan
demikianlah Kami memberitahukan mengenai mereka supaya mereka mengetahui sesungguhnya
janji Allah itu benar, dan bahwa saat
itu tidak ada keraguan di dalamnya,ketika
mereka bertengkar di antara mereka mengenai urusan mereka, dan mereka
berkata satu sama lain: "Dirikanlah
di atas mereka itu suatu bangunan." Tuhan mereka lebih mengetahui
mengenai mereka. Orang-orang yang unggul atas perkara mereka berkata: "Kami pasti akan membangun di atas tempat
tinggal mereka rumah peribadatan." (Al-Kahf [18]:22).
Kata-kata, "Kami pasti akan membangun di atas tempat tinggal mereka rumah peribadatan" menyebut
salah satu ciri istimewa "penghuni-penghuni
gua" itu, yaitu para pelanjut (generasi penerus) mereka, yaitu bangsa-bangsa Kristen, akan membangun gereja-gereja untuk memperingati orang-orang kudus mereka yang telah
mati. Perlu pula diperhatikan, bahwa banyak gereja
semacam itu telah ditemukan di katakomba-katakomba.
Selanjutnya Allah Swt. menjelaskan mengenai berbagai
sangkaan jumlah para penghuni gua tersebut, firman-Nya:
سَیَقُوۡلُوۡنَ ثَلٰثَۃٌ رَّابِعُہُمۡ کَلۡبُہُمۡ ۚ وَ یَقُوۡلُوۡنَ خَمۡسَۃٌ سَادِسُہُمۡ کَلۡبُہُمۡ رَجۡمًۢا
بِالۡغَیۡبِ ۚ وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَبۡعَۃٌ وَّ ثَامِنُہُمۡ کَلۡبُہُمۡ ؕ قُلۡ
رَّبِّیۡۤ اَعۡلَمُ بِعِدَّتِہِمۡ مَّا یَعۡلَمُہُمۡ اِلَّا قَلِیۡلٌ ۬۟ فَلَا
تُمَارِ فِیۡہِمۡ اِلَّا مِرَآءً ظَاہِرًا ۪ وَّ لَا
تَسۡتَفۡتِ فِیۡہِمۡ مِّنۡہُمۡ
اَحَدًا ﴿٪﴾
Mereka
pasti berkata: "Mereka itu tiga,
yang keempatnya adalah anjingnya,"
dan yang lain berkata: "Mereka itu lima,
yang keenam anjingnya.” Mereka menerka secara gaib, dan yang lainnya lagi berkata: "Mereka itu tujuh, yang kedelapan an-jingnya.” Katakanlah: "Tuhan-ku lebih mengetahui bilangan mereka.”
Sama sekali tidak ada orang yang mengetahui mereka kecuali sedikit, karena itu janganlah engkau bertengkar mengenai mereka
kecuali dengan dalil yang tidak dapat
dibantah, dan jangan pula engkau
mencari keterangan tentang mereka dari salah seorang di antara mereka. (Al-Kahf [18]:23).
Terkaan-terkaan ini nampaknya berdasar pada prasasti-prasasti yang tertera di alas
dinding-dinding beberapa kamar di katakomba-katakomba, tetapi tiap tulisan itu menunjuk hanya kepada suatu
keluarga, golongan, atau rombongan yang tertentu. Jumlah banyaknya orang-orang
yang mencari perlindungan dalam katakomba-katakomba
itu pada suatu waktu tertentu tidak diketahui. Dari prasasti-prasasti itu nampak bahwa selamanya ada anjing menyertai suatu rombongan pengungsi itu.
Lamanya Masa
Penzaliman Terhadap
“Para Penghuni Gua”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai lamanya orang-orang Kristen
di masa awal mengalami perlakuan zalim dari para penguasa
kerajaan Romawi dan dari para pemuka kaum Yahudi, sehingga mereka terpaksa
kadang-kadng harus menyelamatkan diri ke dalam gua-gua (al-kahf):
وَ لَا
تَقُوۡلَنَّ لِشَایۡءٍ اِنِّیۡ فَاعِلٌ ذٰلِکَ غَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّاۤ اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ ۫ وَ اذۡکُرۡ رَّبَّکَ اِذَا نَسِیۡتَ وَ قُلۡ
عَسٰۤی اَنۡ یَّہۡدِیَنِ رَبِّیۡ لِاَقۡرَبَ مِنۡ
ہٰذَا رَشَدًا ﴿﴾
Dan
jangan engkau sama sekali berkata
tentang sesuatu: "Sesungguhnya
aku akan mengerjakannya esok hari”, kecuali “Jika
Allah menghendaki." Dan ingatlah
kepada Tuhan engkau bila engkau lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan
Tuhan-ku akan menunjuki aku kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada
ini." (Al-Kahf [18]:24-25).
Ayat ini dapat berarti bahwa di masa kemunduran dan kejatuhannya, umat Islam akan kehilangan
segala prakarsa (inisiatif) untuk karya yang nyata dan berguna, dan mereka hanya akan asyik
menyaksikan mimpi-mimpi di siang
hari bolong, serta semua kegiatan
mereka akan terkurung di dalam perbincangan
mengenai hari depan, dan mereka tidak akan berbuat apa-apa untuk memperbaiki nasib mereka. Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
وَ لَبِثُوۡا
فِیۡ کَہۡفِہِمۡ ثَلٰثَ مِائَۃٍ سِنِیۡنَ وَ
ازۡدَادُوۡا تِسۡعًا ﴿﴾ قُلِ اللّٰہُ اَعۡلَمُ بِمَا لَبِثُوۡا ۚ لَہٗ غَیۡبُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اَبۡصِرۡ بِہٖ وَ اَسۡمِعۡ ؕ مَا لَہُمۡ
مِّنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ وَّلِیٍّ ۫ وَّ لَا یُشۡرِکُ فِیۡ
حُکۡمِہٖۤ اَحَدًا ﴿﴾
Dan
mereka tinggal dalam gua mereka tiga
ratus tahun dan mereka menambah
sembilan. Katakanlah:
"Allah Yang lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal. Milik-Nya rahasia seluruh langit dan bumi. Sangat
terang penglihatan-Nya dan sangat
tajam pendengaran-Nya. Mereka sama sekali tidak mempunyai penolong selain Dia dan Dia tidak mengambil sekutu seorang pun dalam keputusan-Nya. (Al-Kahf [18]:26-27).
Jangka waktu selama orang-orang Kristen dari masa permulaan menjadi kurban penindasan yang sering terpaksa
mencari perlindungan dalam gua-gua dan tempat-tempat persembunyian
lainnya, meliputi masa kurang-lebih 309 tahun; dan catatan-catatan sejarah
membenarkan prakiraan itu.
Seperti umum percaya bahwa penindasan terhadap orang-orang
Kristen mulai dengan peristiwa
disalibnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
pada tahun 28 M. dan berakhir dengan masuknya Kaisar Konstantin ke dalam agama Kristen pada tahun 337 M. (Encyclopaedia Britanica) satu
masa yang panjangnya kurang-lebih 309 tahun.
Bukan Peristiwa Persembunyian dalam Satu
Masa
Sebenarnya Kaisar
Konstantin itu berpindah agama bukan pada tahun 337 M., tetapi pada tahun
309 M. Peristiwa penyaliban Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. yang mengerikan itu telah terjadi 28 tahun kemudian dari apa
yang pada umumnya dipercayai (Chronology
by Archbishop Ushers & Daily
Bible Illustration by Dr. Kitto).
Orang-orang Kristen dari masa permulaan di
berbagai negeri dan pada masa yang berlainan, seperti di Roma, Aleksandria, dan
sebagainya selalu dikejar-kejar. Mereka terpaksa mencari perlindungan dalam gua-gua dan katakomba-katakomba,
pada berbagai masa dan untuk jangka waktu dan katakomba-katakomba, pada
berbagai masa dan untuk jangka waktu yang berlainan.
Tinggalnya
mereka di katakomba-katakomba bukan merupakan suatu peristiwa tersendiri dan
yang terjadi terus menerus. Hanya Allah Swt. yang mengetahui dengan tepat
berapa lamanya mereka tinggal dalam keadaan demikian. Kata-kata اَبۡصِرۡ بِہٖ وَ اَسۡمِعۡ -- “Sangat terang penglihatan-Nya dan sangat
tajam pendengaran-Nya” itu berarti pula "Sangat
terang penglihatan-Nya dan sangat tajam
pendengaran-Nya" atau "Dia
melihat segala sesuatu serta mendengar segala sesuatu." Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Allah Swt.
benear-benar mengetahui sepenuhnya tentang riwayat Ashhabul-Kahf dan ar-raqīm (prasasti-prasasti)
yang banyak disalah-tafsirkan menjadi
berbagai macam cerita
takhayul mengenai mereka, firman-Nya:
اَمۡ حَسِبۡتَ اَنَّ اَصۡحٰبَ الۡکَہۡفِ وَ الرَّقِیۡمِ ۙ کَانُوۡا مِنۡ اٰیٰتِنَا عَجَبًا ﴿﴾
Atau
engkau menyangka bahwa penghuni gua dan prasasti-prasastinya itu adalah dari antara Tanda-tanda Kami yang menakjubkan? (Al-Kahf [18]:10).
Setelah
membahas siapa sebenarnya ashhābul-kahf
dan ar-raqīm tersebut, selanjutnya
Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai pentingnya mentablighkan (menyampaikan) wahyu Al-Quran, yang merupakan kitab takdir mengenai segala sesuatu:
وَ اتۡلُ مَاۤ اُوۡحِیَ اِلَیۡکَ مِنۡ
کِتَابِ رَبِّکَ ۚؕ لَا مُبَدِّلَ لِکَلِمٰتِہٖ ۚ۟ وَ لَنۡ تَجِدَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مُلۡتَحَدًا﴿﴾
Dan
bacakanlah apa yang telah diwahyukan
kepada engkau dari Kitab Tuhan engkau, tidak
ada yang dapat mengubah perkataan-Nya, dan engkau tidak akan pernah mendapatkan selain dari Dia tempat berlindung.
(Al-Kahf
[18]:28).
Wilayah Arabia & “Perahu yang
Dilubangi”
Pada zaman Nabi Besar Muhammad saw.
diutus sebagai Rasul Allah, ketika
itu wilayah jazirah Arabia diapit
oleh dua kekuatan duniawi, yakni kerajaan Romawi dan Kerajaan Iran. Namun sebagaimana diisyaratkan dalam isra Nabi Musa a.s., jazirah Arabia yang kering-gersang itu nampak kepada para penguasa kedua kerajaan besar tersebut seperti sebuah “perahu yang telah dilobangi”
(QS.18:66-72), sehingga sesuai takdir Allah Swt. di Mekkah lahir Nabi Besar Muhammad saw., memenuhi nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab
suci sebelumnya, terutama dalam Taurat
dan Injil (QS.7:158-159; QS.48:30).
Menurut “hamba Allah” yang diikuti Nabi Musa a.s. bahwa “perahu yang dilobangi” tersebut adalah
milik “orang-orang miskin” yang
bekerja di laut (QS.18:80). Mengisyaratkan kepada “orang-orang miskin” itulah
firman Allah Swt. selanjutnya, yakni
orang-orang yang beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ اصۡبِرۡ
نَفۡسَکَ مَعَ الَّذِیۡنَ یَدۡعُوۡنَ رَبَّہُمۡ بِالۡغَدٰوۃِ وَ الۡعَشِیِّ یُرِیۡدُوۡنَ وَجۡہَہٗ وَ لَا
تَعۡدُ عَیۡنٰکَ عَنۡہُمۡ ۚ تُرِیۡدُ زِیۡنَۃَ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَ لَا تُطِعۡ
مَنۡ اَغۡفَلۡنَا قَلۡبَہٗ عَنۡ ذِکۡرِنَا وَ اتَّبَعَ ہَوٰىہُ وَ کَانَ
اَمۡرُہٗ فُرُطًا ﴿﴾
Dan
bersabarlah diri engkau bersama
orang-orang yang menyeru Tuhan-nya pagi dan petang hari untuk mencari keridhaan-Nya,
dan janganlah pandangan mata engkau berpaling dari mereka
karena engkau menghendaki perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah engkau mengikuti orang yang Kami
telah melalaikan hatinya dari mengingat Kami serta mengikuti hawa nafsunya dan urusannya
telah melampaui batas. (Al-Kahf [18]:29).
Ada pun yang dimaksud dengan kalimat selanjutnya:
وَ لَا تُطِعۡ
مَنۡ اَغۡفَلۡنَا قَلۡبَہٗ عَنۡ ذِکۡرِنَا وَ اتَّبَعَ ہَوٰىہُ وَ کَانَ
اَمۡرُہٗ فُرُطًا ﴿﴾
“dan janganlah
engkau mengikuti orang yang Kami telah melalaikan hatinya dari mengingat Kami serta mengikuti
hawa nafsunya dan urusannya telah
melampaui batas.” mengisyaratkan kepada kesuksesan
kekuasaan dan kekayaan duniawi
kedua kerajaan besar Romawi dan Persia itulah, karena pada akhirnya -- sesuai
pernyataan Allah Swt. dalam ayat
18:28, kepada para pengikut Nabi Besar Muhammad saw. pun akan diberikan kekuasan dan kekayaan duniawi yang bahkan jauh lebih besar daripada kekuasaan dan kekayaan duniawi kedua kerajaan
penganut kemusyrikan tersebut,
sebagaimana diisyaratkan dalam ayat selanjutnya, firman-Nya:
وَ قُلِ
الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکُمۡ ۟ فَمَنۡ شَآءَ فَلۡیُؤۡمِنۡ وَّ مَنۡ شَآءَ فَلۡیَکۡفُرۡ ۙ اِنَّاۤ اَعۡتَدۡنَا
لِلظّٰلِمِیۡنَ نَارًا ۙ اَحَاطَ بِہِمۡ
سُرَادِقُہَا ؕ وَ اِنۡ یَّسۡتَغِیۡثُوۡا یُغَاثُوۡا بِمَآءٍ کَالۡمُہۡلِ یَشۡوِی
الۡوُجُوۡہَ ؕ بِئۡسَ الشَّرَابُ ؕ وَ سَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا ﴿﴾
Dan
katakanlah: ”Inilah haq dari Tuhan kamu karena itu barangsiapa
menghendaki maka berimanlah, dan barangsiapa menghendaki maka kafirlah”, sesungguhnya
Kami telah menyediakan bagi orang-orang
yang zalim itu api yang dinding-dindingnya mengepung mereka, dan jika mereka berteriak meminta tolong,
mereka akan ditolong dengan air seperti leburan timah, yang akan menghanguskan wajah-wajah, sangat buruk
minuman itu dan sangat buruk tempat tinggal itu! (Al-Kahf
[18]:30).
Suraqah bin Malik dan “Gelang Emas”
Kisra Iran
Kata al-haq
(kebenaran) dapat mengisyaratkan kepada Al-Quran mau pun kebapa Nabi Besar
Muhammad saw., tetapi dapat pula kepada nubuatan-nubuatan
dalam Al-Quran berkenaan hukuman yang
akan menimpa para penentang Al-Quran
dan Nabi Besar Muhammad saw. mau pun
mengenai kemuliaan yang akhirnya akan
dianugerahkan Allah Swt. kepada orang-orang
yang beriman, mengai hal tersebut Allah Swt. berfirman:
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اِنَّا لَا نُضِیۡعُ اَجۡرَ مَنۡ اَحۡسَنَ
عَمَلًا ﴿ۚ﴾ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ جَنّٰتُ عَدۡنٍ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ یُحَلَّوۡنَ
فِیۡہَا مِنۡ اَسَاوِرَ مِنۡ ذَہَبٍ وَّ یَلۡبَسُوۡنَ ثِیَابًا
خُضۡرًا مِّنۡ سُنۡدُسٍ وَّ اِسۡتَبۡرَقٍ
مُّتَّکِئِیۡنَ فِیۡہَا عَلَی
الۡاَرَآئِکِ ؕ نِعۡمَ
الثَّوَابُ ؕ وَ
حَسُنَتۡ مُرۡتَفَقًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, sesungguhnya Kami tidak akan me-nyia-nyiakan ganjaran
bagi orang-orang yang mengerjakan amal
baik. Mereka itulah orang-orang yang
bagi mereka ada kebun-kebun abadi yang
di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka di dalamnya akan dihiasi dengan gelang-gelang emas
dan mereka akan mengenakan pakaian dari
sutera halus berwarna hijau dan sutera
tebal, mereka di dalamnya duduk bersandar pada dipan-dipan
yang indah, itulah ganjaran
yang sebaik-baiknya, dan tempat
istirahat yang indah. (Al-Kahf [18]:31-32).
Oleh
karena "gelang-gelang emas" merupakan lambang kerajaan, maka ayat ini
dapat berarti bahwa orang-orang Islam akan menjadi penguasa
kerajaan-kerajaan yang luas dan kuat,
serta akan menikmati kekuasaan, kehormatan, dan kemuliaan besar; dan bahwa perempuan-perempuan
mereka akan mengenakan pakaian terbuat dari sutera halus dan kain sutera
tebal terjalin dengan tenunan benang
emas.
Nubuatan tersebut menjadi sempurna ketika khazanah-khazanah dari Parsi
dan Roma telah diletakkan pada kaki orang-orang Arab ummi (buta huruf) yang
biasanya mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit-kulit kasar dan dari
bulu-bulu binatang. Dan yang menarik adalah Suraqah
bin Malik bin Jusyam ketika ia ikut memburu hadiah 100 ekor unta yang disediakan para pemuka kafir Quraisy Makkah bagi siapa
pun yang dapat menangkap Nabi Besar Muhammad saw. yang meloloskan diri dari kepungan mereka di Mekkah (QS.8:31;
QS.9:40).
Suraqah bin
Malik bin Jusyam berkali-kali bersama kudanya terjembab ketika akan mengejar
Nabi Besar Muhammad saw. dan Abu Bakar
Shiddiq r.a., akhirnya ia meyakini bahwa
buruannya tersebut mendapat perlindungan Allah Swt., dan akhirnya ia
berteriak memanggil Nabi Besar Muhammad saw. dan minta jaminan
keselamatan dari beliau saw..
Ketika itu Nabi
Besar Muhammad saw. bersabda kepada Suraqah bin Malik bahwa ia akan mengenakan gelang emas yang biasa dipakai oleh Krisra Iran. Nubuatan
Nabi Besar Muhammad saw. tersebut sempurna di masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a., ketika pasukan Islam dapat
menaklukkan kerajaaan Iran, dan untuk menggenapi
sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut Khalifah Umar bin Khaththab r.a. memerintahkan
Suraqah bin Malik untuk memakai gelang
emas kebesaran Kisra Iran yang menjadi harta rampasan perang.
Jadi, betapa
jatuhnya kekuasaan Kisra Iran
ke pangkuan umat Islam sebelumnya telah disabdakan atau dinubuatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw., ketika beliau saw. bersama
Sahabat Abu Bakar Shiddiq r.a. sedang menuju Madinah sebagai “dua orang
pelarian” dari Makkah (QS.8:31), yang untuk keselamatan jiwanya keduanya bersembunyi di dalam sebuah gua
(QS.9:40).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11 Juni 2013
Masya Allah... Sy sdg cari ref riwayat gelang emas itu, taunya dapat dari blog tetangga. Hatur nuhun pa. Tulisannya bagus. Jazakallah
BalasHapus