بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 149
“Air Susu” Dibalas “Air Tuba” & “Hari” yang di dalamnya Tidak Ada Jual-beli, Persahabatan, dan Syafa’at
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya
telah dikemukakan mengenai berbagai pujian terselubung
Allah Swt. terhadap upaya keras dan doa yang dilakukan Nabi Besar Muhammad
saw. dalam menyebarkan kesempurnaan ajaran
Islam (Al-Quran), yang sama sekali tidak menggunakan cara-cara paksaan mau pun kekerasan, firman-Nya:
وَ اِنۡ
کَانَ کَبُرَ عَلَیۡکَ اِعۡرَاضُہُمۡ فَاِنِ
اسۡتَطَعۡتَ اَنۡ تَبۡتَغِیَ نَفَقًا فِی الۡاَرۡضِ اَوۡ سُلَّمًا فِی
السَّمَآءِ فَتَاۡتِیَہُمۡ بِاٰیَۃٍ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ لَجَمَعَہُمۡ عَلَی الۡہُدٰی فَلَا تَکُوۡنَنَّ
مِنَ الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿﴾
Dan jika berpalingnya mereka terasa berat bagi
engkau, maka kalau engkau sanggup
mencari lubang ke dalam bumi atau tangga
ke langit, lalu engkau mendatangkan
kepada mereka suatu Tanda. Dan jika
Allah menghendaki niscaya mereka
akan dihimpun-Nya kepada petunjuk, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil. (Al-An’ām
[6]:36).
Kata-kata mencari lubang tembusan ke dalam bumi berarti “menggunakan
daya-upaya dunawi,” yakni menablighkan
dan menyebarkan kebenaran, dan
kata-kata tangga ke langit, maknanya “menggunakan daya-upaya ruhani,” yakni memanjatkan doa ke hadirat Allah Swt. untuk memohon hidayah (petunjuk) bagi orang-orang
kafir dan sebagainya. Shalat
sungguh merupakan tangga yang dengan
itu orang (secara ruhani) dapat naik
ke langit. Dalam ayat ini Nabi Besar
Muhammad saw. diberi tahu (petunjuk) oleh Allah Swt. supaya menggunakan kedua upaya tersebut.
Kata jahil seperti dalam
QS.2:274 artinya “seseorang yang tidak
tahu-menahu” atau “tidak mengenal.” Nabi
Besar Muhammad saw. dianjurkan
agar jangan sampai tidak mengenal Hukum
Tuhan dalam perkara ini. Ayat itu pun menyingkapkan keprihatinan dan perhatian
besar Nabi Besar Muhammad saw. untuk kesejahteraan ruhani kaum beliau saw..
Beliau saw. bersedia untuk sedapat mungkin membawakan kepada mereka Tanda, sekalipun beliau saw. harus “mencari lubang tembusan ke dalam bumi atau tangga ke langit.”
Keprihatinan Luar Biasa Nabi Besar
Muhammad Saw.
dan para Rasul Allah
Senada dengan “pujian
terselubung” tersebut, dalam Surah
berikut ini Allah Swt. berfirman mengenai keprihatinan besar Nabi Besar
Muhammad saw. mengenai bangsa-bangsa yang telah mempertuhankan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. serta nasib malang yang akan menimpa mereka pada akhirnya, setelah mereka
meraih kesuksesan duniawi:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلٰی عَبۡدِہِ الۡکِتٰبَ وَ لَمۡ
یَجۡعَلۡ لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾ قَیِّمًا لِّیُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾ مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾ وَّ یُنۡذِرَ
الَّذِیۡنَ قَالُوا
اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿۴﴾ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ
عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ
کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا کَذِبًا ﴿۵﴾ فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ اِنۡ لَّمۡ
یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَسَفًا ﴿﴾ اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ اَیُّہُمۡ
اَحۡسَنُ
عَمَلًا ﴿﴾ وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا
عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا ؕ﴿﴾
Aku
baca dengan nama Allah Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah Yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Kitab
Al-Quran ini dan Dia tidak menjadikan padanya kebengkokan. Sebagai penjaga untuk memberi
peringatan mengenai siksaan yang dahsyat
dari hadirat-Nya, dan memberikan
kabar gembira kepada orang-orang
beriman yang beramal saleh bahwa sesungguhnya bagi mereka ada ganjaran yang baik, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan supaya
memperingatkan orang-orang yang
berkata: "Allah mengambil seorang anak laki-laki. Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya. Sangat
besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak
mengucapkan kecuali kedustaan. Maka sangat
mungkin engkau akan membinasakan
diri engkau karena sangat
sedih sekiranya mereka tidak beriman
kepada keterangan ini. Sesungguhnya Kami telah men-jadikan apa yang ada di bumi perhiasan baginya supaya Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan sesungguhnya Kami niscaya akan menjadikan segala yang
ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus. (Al-Kahf [18]:1-9).
Keprihatinan besar Nabi Besar Muhammad saw. dikemukakan dalam kalimat فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ اِنۡ لَّمۡ یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَسَفًا -- “Maka sangat mungkin engkau akan membinasakan
diri engkau karena sangat sedih sekiranya
mereka tidak beriman kepada keterangan ini.“ Karena bakhi' itu
ism fail dari bakha'a yang berarti: ia berbuat sesuatu dengan cara
setepat-tepatnya, ayat ini dengan padat dan lugas melukiskan betapa besarnya
perhatian dan kekhawatiran serta kecemasan Nabi Bear Muhammad saw. mengenai
kesejahteraan ruhani kaum beliau saw..
“Air Susu” dibalas “Air Tuba”
Kesedihan Nabi Besar Muhammad saw. atas penolakan dan perlawanan mereka terhadap amanat
Ilahi hampir membuat beliau saw. wafat.
Memang begitulah keadaan para utusan
(rasul) dan nabi Allah, hatinya senantiasa penuh dengan kasih-sayang terhadap sesama manusia. Mereka berseru (kepada Allah Swt.), menangis dan berdukacita
demi kepentingan umat manusia.
Tetapi manusia tidak
tahu berterimakasih, sehingga orangorang
itu sendiri yang bagi mereka para nabi Allah mempunyai perasaan yang begitu mendalam justru merekalah yang menindas para nabi Allah dan berusaha
untuk membunuh mereka, termasuk di Akhir Zaman ini. Senada dengan firman
Allah Swt. kemudian Dia berfirman lagi kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
لَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ اَلَّا یَکُوۡنُوۡا مُؤۡمِنِیۡنَ ﴿ ﴾ اِنۡ نَّشَاۡ نُنَزِّلۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ
السَّمَآءِ اٰیَۃً فَظَلَّتۡ
اَعۡنَاقُہُمۡ لَہَا خٰضِعِیۡنَ ﴿ ﴾
Boleh jadi engkau akan membinasakan diri sendiri karena mereka
tidak mau beriman. Jika
Kami menghendaki, Kami dapat menurunkan
kepada mereka suatu Tanda dari langit
sehingga leher-leher mereka akan tertunduk kepadanya. (Asy-Syu’ara
[26:4-5).
Jadi, dari ayat-ayat Al-Quran yang
seakan-akan “menegur” Nabi Besar Muhammad saw. – padahal sebenarnya merupakan
“pujian terselubung” Allah Swt. kepada beliau saw. -- dapat ditarik kesimpulan bahwa walau pun benar
karena kesempurnaan ajaran Islam (Al-Quran) maka tidak perlu melakukan paksaan atau tindakan kekerasan dalam melakukan penyebarannya, namun demikian untuk melakukan seruan kepada Islam tersebut diperlukan upaya keras dan doa yang
sungguh-sungguh, yang digambarkan sebagai “mencari
tembusan ke bumi” dan “memasang
tangga ke langit” sebagaimana firman Allah Swt. sebelumnya:
وَ اِنۡ
کَانَ کَبُرَ عَلَیۡکَ اِعۡرَاضُہُمۡ فَاِنِ
اسۡتَطَعۡتَ اَنۡ تَبۡتَغِیَ نَفَقًا فِی الۡاَرۡضِ اَوۡ سُلَّمًا فِی
السَّمَآءِ فَتَاۡتِیَہُمۡ بِاٰیَۃٍ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ لَجَمَعَہُمۡ عَلَی الۡہُدٰی فَلَا تَکُوۡنَنَّ
مِنَ الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿﴾
Dan jika berpalingnya mereka terasa berat bagi
engkau, maka kalau engkau sanggup
mencari lubang ke dalam bumi atau tangga
ke langit, lalu engkau mendatangkan
kepada mereka suatu Tanda. Dan jika
Allah menghendaki niscaya mereka
akan dihimpun-Nya kepada petunjuk, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil. (Al-An’ām
[6]:36).
Pentingnya Pengorbanan Harta dan Jiwa
&
Makna Syafaat
Karena upaya dan doa merupakan dua hal yang telah dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad
saw. dalam upaya beliau saw. menyeru umat manusia kepada Tauhid Ilahi melalui pelaksanaan ajaran Islam (Al-Quran), salah satu bentuk upaya yang harus dilakukan oleh umat Islam tersebut adalah membelanjakan (mengorbankan) harta
di jalan Allah Swt., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ
یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ
ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum
datang hari yang tidak ada jual-beli
di dalamnya, tidak
ada persahabatan, dan tidak
pula syafaat, dan orang-orang yang kafir mereka itulah orang-orang zalim. (Al-Baqarah
[2]:255).
Ayat ini umumnya sering dibubungkan pada
saat kematian menghampiri manusia
dimana pada saat itu ketiga hal tersebut – bai’un
(jual-beli), khullatun (persahabatan)
dan syafa’at (rekomendasi) -- tidak lagi berlaku, sebagaimana sabda Nabi
Besar Muhammad saw. ketika seseorang
mati maka terputuslah segala sesuatu darinya kecuali tiga hal: (1) amal
shalehnya (amal jariyah) , (2) ilmunya yang bermanfaat, (3) doa anaknya yang
shaleh.
Pada hari itu najat (keselamatan) tidak akan diperoleh
dengan jual-beli. Keselamatan akan
bergantung hanya pada amal saleh
seseorang dan diiringi oleh rahmat Allah Swt.. Pada hari
kematian itu pun tidak akan ada kesempatan untuk mengadakan persahabatan baru pada hari itu, dan
tidak ada syafa’at.
Syafā’ah (syafaat) diserap dari syafa’a
yang berarti: ia memberikan sesuatu yang mandiri bersama yang lainnya;
menggabungkan sesuatu dengan sesamanya (Al-Mufradat).
Jadi kata itu mempunyai arti kesamaan
atau persamaan, kata itu juga berarti menjadi perantara atau mendoa untuk seseorang agar orang itu diberi karunia dan dosa-dosanya dimaafkan
karena ia mempunyai perhubungan
dengan si perantara.
Hal ini mengandung pula arti
bahwa pihak yang mengajukan permohonan adalah orang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada orang
yang diperjuangkan nasibnya, dan pula
mempunyai perhubungan yang mendalam
dengan orang yang baginya ia menjadi perantara (Al-Mufradat dan Lisan-al-‘Arab).
Syafā’ah (perantaraan) ditentukan oleh
syarat-syarat berikut:
(1) pemberi syafaat
harus mempunyai perhubungan
istimewa dengan orang yang baginya ia mau menjadi perantara dan menikmati kebaikan
hatinya yang istimewa, sebab tanpa perhubungan
demikian ia tidak akan berani memberikan
syafaat dan tidak pula syafaatnya akan berhasil;
(2) orang yang diperantarai harus mempunyai perhubungan yang sejati dan nyata dengan
pemberi syafaat itu, sebab tidak ada yang orang mau memperantarai seseorang sekiranya yang diperantarai itu tidak mempunyai perhubungan sungguh-sungguh dengan perantara itu;
(3) orang yang
meminta syafaat pada umumnya harus orang baik dan telah berusaha sungguh-sungguh untuk
mendapatkan ridha Ilahi (QS.21:29),
hanya telah terjatuh ke dalam kancah dosa
pada saat ia dikuasai kelemahan; (4) syafaat itu hanya dapat dilakukan dengan
izin khusus dari Allah Swt.. (QS.2:256; QS.10:4).
Syafa'at
sebagaimana dipahami oleh Islam, pada
hakikatnya hanya merupakan bentuk lain dari permohonan
pengampunan, sebab taubat (mohon
pengampunan) berarti memperbaiki
kembali perhubungan yang terputus
atau mengencangkan apa yang sudah longgar. Maka bila pintu taubat tertutup oleh kematian,
pintu syafaat tetap terbuka.
Tambahan
pula syafaat adalah suatu cara untuk menjelmakan kasih-sayang Allah Swt. dan karena Allah Swt. bukanlah hakim, melainkan Mālik (Pemilik
dan Majikan), maka tidak ada yang dapat mencegah Dia dari memperlihatkan kasih-sayang-Nya kepada siapa pun yang
dikehendaki-Nya.
Datangnya “Hari Kematian”
dan Datangnya “Hari Azab Ilahi”
Sehubungan “hari” yang di dalamnya tidak ada “jual-beli”,
tidak ada “persahabatan” dan tidak
ada “syafaat” tersebut – yakni hari kematian -- Allah Swt. memperingatkan
orang-orang beriman akan hal tersebut:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا لَا تُلۡہِکُمۡ
اَمۡوَالُکُمۡ وَ لَاۤ اَوۡلَادُکُمۡ عَنۡ ذِکۡرِ اللّٰہِ ۚ وَ مَنۡ
یَّفۡعَلۡ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ اَحَدَکُمُ
الۡمَوۡتُ فَیَقُوۡلَ رَبِّ لَوۡ
لَاۤ اَخَّرۡتَنِیۡۤ اِلٰۤی
اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ وَ
اَکُنۡ مِّنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَنۡ
یُّؤَخِّرَ اللّٰہُ نَفۡسًا اِذَا جَآءَ اَجَلُہَا ؕ وَ اللّٰہُ خَبِیۡرٌۢ
بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta kamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah, dan barangsiapa
yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
Dan belanjakanlah dari apa yang telah
Kami rezekikan kepada kamu sebelum kematian
menimpa seseorang dari antaramu lalu ia berkata: “Hai Tuhan-ku, seandainya Engkau
menangguhkan sebentar batas waktuku niscaya aku akan bersedekah dan
menjadi termasuk orang-orang yang saleh.” Dan Allah tidak pernah menangguhkan suatu jiwa apabila batas
waktunya telah tiba, dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Al-Munafiqūn [65]:10-12).
Berikut adalah firman-Nya kepada Nabi
Besar Muhammad saw. mengenai “hari
datangnya azab Ilahi” akibat mendustakan
dan menentang Rasul Allah:
وَ لَا
تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ غَافِلًا عَمَّا یَعۡمَلُ الظّٰلِمُوۡنَ ۬ؕ اِنَّمَا
یُؤَخِّرُہُمۡ لِیَوۡمٍ تَشۡخَصُ
فِیۡہِ الۡاَبۡصَارُ ﴿ۙ﴾ مُہۡطِعِیۡنَ مُقۡنِعِیۡ رُءُوۡسِہِمۡ لَا یَرۡتَدُّ
اِلَیۡہِمۡ طَرۡفُہُمۡ ۚ وَ
اَفۡـِٕدَتُہُمۡ ہَوَآءٌ ﴿ؕ﴾ وَ اَنۡذِرِ النَّاسَ یَوۡمَ یَاۡتِیۡہِمُ
الۡعَذَابُ فَیَقُوۡلُ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا رَبَّنَاۤ اَخِّرۡنَاۤ
اِلٰۤی اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ نُّجِبۡ
دَعۡوَتَکَ وَ نَتَّبِعِ الرُّسُلَ ؕ اَوَ لَمۡ
تَکُوۡنُوۡۤا اَقۡسَمۡتُمۡ مِّنۡ
قَبۡلُ مَا لَکُمۡ
مِّنۡ زَوَالٍ ﴿ۙ﴾ وَّ سَکَنۡتُمۡ فِیۡ مَسٰکِنِ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡۤا
اَنۡفُسَہُمۡ وَ تَبَیَّنَ لَکُمۡ کَیۡفَ
فَعَلۡنَا بِہِمۡ وَ ضَرَبۡنَا لَکُمُ
الۡاَمۡثَالَ ﴿﴾
Dan janganlah sama sekali engkau menyangka Allah lengah terhadap apa yang dikerjakan
oleh orang-orang zalim itu, sesungguhnya Dia memberi mereka tangguh
hingga hari ketika mata mereka
akan terbelalak. Mereka terburu-buru
lari ketakutan dengan menengadahkan
kepalanya, pandangan mereka tidak berpaling dan hati mereka
kosong. Dan peringatkanlah manusia mengenai hari, ketika azab itu akan datang kepada mereka maka orang-orang
yang zalim akan berkata: “Ya Tuhan kami, berilah kami tangguh hingga masa yang dekat, kami akan menyambut seruan
Engkau dan akan mengikuti para rasul.” Dia berfirman: “Bukankah kamu
dahulu telah bersumpah bahwa kamu sekali-kali tidak akan jatuh? Dan
kamu menetap di tempat tinggal orang-orang yang telah menzalimi diri sendiri, dan telah menjadi nyata
bagi kamu bagaimana Kami berlaku terhadap mereka, dan Kami telah
mengemukakan kepadamu perumpamaan-perumpamaan.” (Ibrahim
[14]:43-46).
Ayat “sesungguhnya
Dia memberi mereka tangguh hingga hari
ketika mata mereka akan terbelalak, mereka terburu-buru lari ketakutan
dengan menengadahkan kepalanya, pandangan
mereka tidak berpaling dan hati mereka kosong.“ dan yang mendahuluinya memberikan gambaran
yang jelas mengenai kebingungan dan kegemparan orang-orang Mekkah, ketika
mereka dengan tiba-tiba mendapati Nabi Besar Muhammad saw. ada di pintu gerbang Mekkah disertai oleh
pasukan yang terdiri dari 10.000 prajurit, tanpa adanya alamat atau tanda sedikit pun mengenai kedatangan beliau saw. sebelumnya.
Penciptaan “Bumi Baru dan
Langit Baru” &
Kepatuh-taatan Sempurna Para Sahabah r.a.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai keunggulan “makar tandingannya”
terhadap “makar buruk” (QS.3:55;
QS.8:31; QS.27:51) yang dilakukan oleh para penentang
Rasul Allah:
وَ قَدۡ
مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ
لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ الۡجِبَالُ﴿ۙ﴾ فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾ یَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَیۡرَ الۡاَرۡضِ وَ
السَّمٰوٰتُ وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ
الۡوَاحِدِ الۡقَہَّارِ ﴿﴾ وَ تَـرَی
الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ مُّقَرَّنِیۡنَ فِی
الۡاَصۡفَادِ ﴿ۚ﴾ سَرَابِیۡلُہُمۡ
مِّنۡ قَطِرَانٍ وَّ تَغۡشٰی وُجُوۡہَہُمُ
النَّارُ ﴿ۙ﴾ لِیَجۡزِیَ
اللّٰہُ کُلَّ نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾ ہٰذَا بَلٰغٌ
لِّلنَّاسِ وَ لِیُنۡذَرُوۡا بِہٖ وَ لِیَعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا ہُوَ اِلٰہٌ
وَّاحِدٌ وَّ لِیَذَّکَّرَ
اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Dan sungguh mereka
telah melakukan makar mereka, tetapi makar
mereka ada di sisi Allah, dan
jika sekali pun makar mereka dapat memindahkan
gunung-gunung. Maka janganlah engkau sama sekali
menyangka bahwa Allah
akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya Allah
Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan. Pada hari ketika bumi ini akan digantikan dengan bumi yang lain, dan begitu pula
seluruh langit, dan mereka
akan tampil menghadap Allah, Yang Maha
Esa, Maha Perkasa. Dan engkau
akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat dengan rantai. Baju mereka dari pelangkin (ter), dan wajah mereka akan tertutup api. Supaya Allah membalas setiap jiwa apa
yang telah diusahakannya, sesungguhnya penghisaban Allah sangat cepat Al-Quran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan
supaya dengannya mereka mendapat
peringatan, dan supaya mereka
mengetahui bahwa sesungguhnya Dia-lah
Tuhan Yang Maha Esa, dan supaya orang-orang
yang berakal memberi-kan perhatian. (Ibrahim [14]:47-53).
Allah Swt. sungguh-sungguh mengetahui makar
buruk mereka, dan Dia akan menggagalkannya. Dengan jatuhnya
Mekkah dan tegaknya Islam di
Arabia sebagai satu kekuatan dahsyat,
maka seolah-olah terwujudlah satu alam
semesta baru dengan langit dan bumi
baru. Tertib lama telah dilenyapkan dan diganti oleh terbit baru, yang sama sekali berbeda dari yang lama.
Terciptanya “langit baru” dan “bumi baru”
melalui perjuangan suci Nabi Besar Muhammad saw. tersebut adalah sebagai akibat
dari kepatuh-taatan para sahabah r.a.
melaksanakan firman Allah Swt. sebelum ini:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ
یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ
الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum
datang hari yang tidak ada jual-beli
di dalamnya, tidak
ada persahabatan, dan tidak
pula syafaat, dan orang-orang yang kafir mereka itulah orang-orang zalim. (Al-Baqarah
[2]:255).
Orang yang Mendapat Izin Memberikan Syafaat
Selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam ayat kursyi, yang di dalamnya
dikemukakan tentang orang yang
mendapat izin Allah Swt. memberikan syafaat, yaitu para Rasul Allah, dalam hal ini khususnya Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
اَللّٰہُ
لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ
لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ
یَشۡفَعُ عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ۚ وَ لَا
یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ
الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Hidup, Yang Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan
Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh
langit dan apa pun yang ada di bumi. Siapakah
yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? Dia mengetahui apa pun yang ada di hadapan
mereka dan apa pun di belakang mereka, dan mereka tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia
kehendaki. Singgasana ilmu-Nya meliputi seluruh langit dan bumi, dan
tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya,
dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah [2]:256).
Kursiy
berarti: singgasana, kursi, tembok penunjang; ilmu; kedaulatan kekuasaan (Aqrab); Karāsi itu
jamak dari kursiy dan berarti orang-orang
terpelajar. Ayat itu dengan indah
menggambarkan Keesaan Tuhan
serta Sifat-sifat-Nya yang agung.
Konon Nabi Besar Muhammad saw. pernah
bersabda bahwa Ayat Al-Kursiy itu ayat Al-Quran yang paling mulia (Muslim).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 31 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar