Minggu, 16 Juni 2013

"Air Susu" Dibalas "Air Tuba" & "Hari" yang di Dalamnya Tidak ada "jual-beli, Persahabatan dan Syafaat"





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 149


 “Air Susu” Dibalas “Air Tuba” &  “Hari” yang di dalamnya Tidak Ada Jual-beli, Persahabatan, dan Syafa’at 


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   akhir  Bab   sebelumnya telah dikemukakan mengenai  berbagai  pujian terselubung Allah Swt. terhadap upaya keras dan doa yang dilakukan Nabi Besar Muhammad saw. dalam menyebarkan kesempurnaan ajaran Islam (Al-Quran), yang sama sekali tidak menggunakan cara-cara paksaan mau pun kekerasan, firman-Nya:
وَ اِنۡ کَانَ  کَبُرَ عَلَیۡکَ اِعۡرَاضُہُمۡ فَاِنِ اسۡتَطَعۡتَ اَنۡ تَبۡتَغِیَ نَفَقًا فِی الۡاَرۡضِ اَوۡ  سُلَّمًا فِی السَّمَآءِ  فَتَاۡتِیَہُمۡ  بِاٰیَۃٍ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ  لَجَمَعَہُمۡ عَلَی الۡہُدٰی فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ  الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿﴾
Dan jika berpalingnya mereka terasa berat bagi engkau, maka kalau engkau sanggup mencari lubang ke dalam bumi  atau tangga ke langit, lalu engkau mendatangkan kepada mereka suatu Tanda. Dan  jika Allah menghendaki niscaya mereka akan dihimpun-Nya kepada petunjuk, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil. (Al-An’ām [6]:36).
    Kata-kata  mencari lubang tembusan ke dalam bumi  berarti “menggunakan daya-upaya dunawi,” yakni menablighkan dan menyebarkan kebenaran, dan kata-kata tangga ke langit, maknanya “menggunakan daya-upaya ruhani,” yakni memanjatkan doa ke hadirat Allah Swt.   untuk memohon hidayah (petunjuk) bagi orang-orang kafir dan sebagainya. Shalat sungguh merupakan tangga yang dengan itu orang (secara ruhani) dapat naik ke langit.  Dalam ayat ini Nabi Besar Muhammad saw.  diberi tahu  (petunjuk) oleh Allah Swt. supaya menggunakan kedua upaya tersebut.
     Kata jahil seperti dalam QS.2:274 artinya  “seseorang yang tidak tahu-menahu” atau “tidak mengenal.”  Nabi Besar Muhammad saw.  dianjurkan agar jangan sampai tidak mengenal Hukum Tuhan dalam perkara ini. Ayat itu pun menyingkapkan keprihatinan dan perhatian besar  Nabi Besar Muhammad saw. untuk kesejahteraan ruhani kaum beliau saw.. Beliau saw. bersedia untuk sedapat mungkin membawakan kepada mereka Tanda, sekalipun beliau  saw. harus “mencari lubang tembusan ke dalam bumi atau tangga ke langit.”

Keprihatinan  Luar Biasa Nabi Besar Muhammad Saw.
dan para Rasul Allah

     Senada dengan “pujian terselubung”  tersebut, dalam Surah berikut ini Allah Swt.  berfirman  mengenai keprihatinan besar Nabi Besar Muhammad saw. mengenai bangsa-bangsa yang telah mempertuhankan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. serta nasib malang yang akan menimpa mereka pada akhirnya, setelah mereka meraih kesuksesan duniawi:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ  اَنۡزَلَ عَلٰی عَبۡدِہِ الۡکِتٰبَ  وَ لَمۡ  یَجۡعَلۡ  لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾  قَیِّمًا  لِّیُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ  لَہُمۡ  اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾  مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾  وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿۴﴾  مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا ﴿۵﴾  فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ  اِنۡ لَّمۡ  یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَسَفًا ﴿﴾  اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً  لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ  اَیُّہُمۡ   اَحۡسَنُ  عَمَلًا ﴿﴾ وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا  ؕ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Segala puji bagi Allah  Yang  telah menurunkan kepada hamba-Nya Kitab Al-Quran ini dan  Dia tidak menjadikan padanya ke­bengkokan. Sebagai penjaga untuk memberi peringatan mengenai  siksaan yang dahsyat dari hadirat-Nya, dan memberikan kabar gembira  kepada orang-orang  beriman  yang beramal saleh bahwa sesungguhnya bagi mereka ada ganjaran yang baik,   mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.  Dan supaya memperingat­kan orang-orang  yang berkata: "Allah mengambil seorang  anak laki-laki.  Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya. Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka,   mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan. Maka sangat mungkin engkau akan membinasakan diri engkau   karena sangat sedih  sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini.   Sesungguhnya Kami telah men-jadikan apa yang ada di bumi per­hiasan baginya   supaya  Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.   Dan sesungguhnya Kami niscaya akan menjadikan segala yang ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus. (Al-Kahf [18]:1-9).
 Keprihatinan besar Nabi Besar Muhammad saw.  dikemukakan dalam kalimat  فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ  اِنۡ لَّمۡ  یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَسَفًا -- “Maka sangat mungkin engkau akan  membinasakan diri engkau   karena sangat sedih  sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini.   Karena bakhi' itu ism fail dari bakha'a yang berarti: ia berbuat sesuatu dengan cara setepat-tepatnya, ayat ini dengan padat dan lugas melukiskan betapa besarnya perhatian dan kekhawatiran serta kecemasan Nabi Bear Muhammad saw. mengenai kesejahteraan ruhani kaum beliau saw..

“Air Susu” dibalas “Air Tuba”

 Kesedihan  Nabi Besar Muhammad saw. atas penolakan dan perlawanan mereka terhadap amanat Ilahi hampir membuat beliau saw. wafat. Memang begitulah keadaan para utusan (rasul)  dan nabi Allah, hatinya senantiasa penuh dengan kasih-sayang terhadap sesama manusia. Mereka berseru (kepada Allah Swt.), menangis  dan berdukacita demi kepentingan umat manusia.
Tetapi manusia tidak tahu  berterimakasih, sehingga orang­orang itu sendiri yang bagi mereka para nabi Allah mempunyai perasaan yang begitu mendalam justru merekalah yang menindas para nabi Allah dan berusaha untuk membunuh mereka, termasuk di Akhir Zaman ini. Senada dengan firman Allah Swt. kemudian Dia berfirman lagi kepada Nabi Besar Muhammad saw.: 
لَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ اَلَّا یَکُوۡنُوۡا مُؤۡمِنِیۡنَ ﴿ ﴾  اِنۡ نَّشَاۡ نُنَزِّلۡ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ السَّمَآءِ  اٰیَۃً فَظَلَّتۡ اَعۡنَاقُہُمۡ  لَہَا خٰضِعِیۡنَ ﴿ ﴾
Boleh jadi engkau akan membinasakan diri sendiri  karena mereka tidak mau beriman.  Jika Kami menghendaki, Kami dapat menurunkan kepada mereka suatu Tanda dari langit  sehingga leher-leher  mereka akan tertunduk kepadanya. (Asy-Syu’ara [26:4-5).
   Jadi, dari ayat-ayat Al-Quran yang seakan-akan “menegur” Nabi Besar Muhammad saw. – padahal sebenarnya merupakan “pujian terselubung” Allah Swt. kepada beliau saw. --  dapat ditarik kesimpulan bahwa walau pun benar karena kesempurnaan ajaran Islam (Al-Quran) maka tidak perlu melakukan paksaan atau tindakan kekerasan dalam melakukan penyebarannya, namun demikian untuk melakukan seruan kepada Islam tersebut diperlukan upaya keras dan doa yang sungguh-sungguh, yang digambarkan sebagai “mencari tembusan ke bumi” dan “memasang tangga ke langit” sebagaimana firman Allah Swt. sebelumnya:
وَ اِنۡ کَانَ  کَبُرَ عَلَیۡکَ اِعۡرَاضُہُمۡ فَاِنِ اسۡتَطَعۡتَ اَنۡ تَبۡتَغِیَ نَفَقًا فِی الۡاَرۡضِ اَوۡ  سُلَّمًا فِی السَّمَآءِ  فَتَاۡتِیَہُمۡ  بِاٰیَۃٍ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ  لَجَمَعَہُمۡ عَلَی الۡہُدٰی فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ  الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿﴾
Dan jika berpalingnya mereka terasa berat bagi engkau, maka kalau engkau sanggup mencari lubang ke dalam bumi  atau tangga ke langit, lalu engkau mendatangkan kepada mereka suatu Tanda. Dan  jika Allah menghendaki niscaya mereka akan dihimpun-Nya kepada petunjuk, maka janganlah sekali-kali engkau menjadi orang-orang yang jahil. (Al-An’ām [6]:36).

Pentingnya Pengorbanan Harta dan Jiwa &
Makna Syafaat

    Karena upaya dan doa  merupakan dua hal yang telah dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam upaya beliau saw.  menyeru umat manusia kepada Tauhid Ilahi melalui  pelaksanaan ajaran Islam (Al-Quran), salah satu bentuk upaya yang harus dilakukan oleh umat Islam tersebut adalah membelanjakan (mengorbankan) harta  di jalan Allah Swt., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ  الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum datang hari yang tidak ada jual-beli  di dalamnya,  tidak ada   persahabatan, dan  tidak pula syafaat,  dan orang-orang yang kafir  mereka itulah orang-orang  zalim. (Al-Baqarah [2]:255).
      Ayat ini umumnya sering dibubungkan pada saat kematian menghampiri manusia dimana pada saat itu ketiga hal tersebut – bai’un (jual-beli), khullatun (persahabatan) dan syafa’at (rekomendasi)  -- tidak lagi berlaku, sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw. ketika seseorang  mati maka terputuslah segala sesuatu darinya kecuali tiga hal: (1) amal shalehnya (amal jariyah) , (2) ilmunya yang bermanfaat, (3) doa anaknya yang shaleh.
   Pada hari itu najat (keselamatan) tidak akan diperoleh dengan jual-beli. Keselamatan akan bergantung hanya pada amal saleh seseorang dan diiringi oleh rahmat   Allah Swt..   Pada hari kematian itu pun tidak akan ada kesempatan untuk mengadakan persahabatan baru pada hari itu, dan tidak ada syafa’at.
    Syafā’ah (syafaat) diserap dari syafa’a yang berarti: ia memberikan sesuatu yang mandiri bersama yang lainnya; menggabungkan sesuatu dengan sesamanya (Al-Mufradat). Jadi kata itu mempunyai arti kesamaan atau persamaan,   kata itu juga berarti menjadi perantara atau mendoa untuk seseorang agar orang itu diberi karunia dan dosa-dosanya dimaafkan karena ia mempunyai perhubungan dengan si perantara.
     Hal ini mengandung pula arti bahwa pihak yang mengajukan permohonan  adalah orang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada orang yang diperjuangkan nasibnya, dan pula mempunyai perhubungan yang mendalam dengan orang yang baginya ia menjadi perantara (Al-Mufradat dan Lisan-al-‘Arab).
        Syafā’ah (perantaraan) ditentukan oleh syarat-syarat berikut: 
     (1) pemberi  syafaat  harus mempunyai perhubungan istimewa dengan orang yang baginya ia mau menjadi perantara dan menikmati kebaikan hatinya yang istimewa, sebab tanpa perhubungan demikian ia tidak akan berani memberikan  syafaat dan tidak pula syafaatnya  akan berhasil; 
     (2) orang yang diperantarai harus mempunyai perhubungan yang sejati dan nyata dengan pemberi syafaat itu, sebab  tidak ada yang orang mau memperantarai seseorang sekiranya yang diperantarai itu tidak mempunyai perhubungan sungguh-sungguh dengan perantara itu; 
      (3) orang yang meminta syafaat pada umumnya harus orang baik dan telah berusaha sungguh-sungguh untuk mendapatkan ridha Ilahi (QS.21:29), hanya telah terjatuh ke dalam kancah dosa pada saat ia dikuasai kelemahan; (4) syafaat itu hanya dapat dilakukan dengan izin khusus dari Allah Swt.. (QS.2:256; QS.10:4).
Syafa'at sebagaimana  dipahami oleh Islam, pada hakikatnya hanya merupakan bentuk lain dari permohonan pengampunan, sebab taubat (mohon pengampunan) berarti memperbaiki kembali perhubungan yang terputus atau mengencangkan apa yang sudah longgar. Maka bila pintu taubat tertutup oleh kematian, pintu syafaat tetap terbuka.
Tambahan pula syafaat  adalah suatu cara untuk menjelmakan kasih-sayang Allah Swt. dan karena  Allah Swt.    bukanlah  hakim, melainkan Mālik (Pemilik dan Majikan), maka tidak ada yang dapat mencegah Dia dari memperlihatkan kasih-sayang-Nya kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.

Datangnya “Hari Kematian” dan Datangnya  Hari   Azab Ilahi 

Sehubungan “hari” yang di dalamnya tidak ada “jual-beli”, tidak ada “persahabatan” dan tidak ada “syafaat” tersebut – yakni hari kematian --  Allah Swt. memperingatkan orang-orang beriman akan hal tersebut:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا  لَا تُلۡہِکُمۡ اَمۡوَالُکُمۡ  وَ لَاۤ  اَوۡلَادُکُمۡ عَنۡ ذِکۡرِ اللّٰہِ ۚ وَ مَنۡ یَّفۡعَلۡ  ذٰلِکَ  فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾   وَ اَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا  رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ  قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ  اَحَدَکُمُ  الۡمَوۡتُ فَیَقُوۡلَ  رَبِّ لَوۡ لَاۤ  اَخَّرۡتَنِیۡۤ  اِلٰۤی  اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ وَ  اَکُنۡ  مِّنَ  الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَنۡ  یُّؤَخِّرَ اللّٰہُ  نَفۡسًا  اِذَا جَآءَ اَجَلُہَا ؕ وَ اللّٰہُ  خَبِیۡرٌۢ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah  harta kamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah, dan barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah dari apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum kematian menimpa seseorang dari antaramu lalu ia berkata: Hai Tuhan-ku, seandainya Engkau  menangguhkan sebentar batas waktuku niscaya aku akan bersedekah dan menjadi termasuk orang-orang yang saleh.” Dan Allah tidak pernah   menangguhkan suatu jiwa  apabila batas waktunya telah tiba, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Munafiqūn [65]:10-12).
      Berikut adalah firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai “hari datangnya azab Ilahi” akibat mendustakan dan menentang Rasul Allah:  
وَ لَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ غَافِلًا عَمَّا یَعۡمَلُ الظّٰلِمُوۡنَ ۬ؕ اِنَّمَا یُؤَخِّرُہُمۡ لِیَوۡمٍ تَشۡخَصُ  فِیۡہِ  الۡاَبۡصَارُ ﴿ۙ﴾  مُہۡطِعِیۡنَ مُقۡنِعِیۡ رُءُوۡسِہِمۡ لَا یَرۡتَدُّ اِلَیۡہِمۡ  طَرۡفُہُمۡ ۚ وَ اَفۡـِٕدَتُہُمۡ  ہَوَآءٌ ﴿ؕ﴾  وَ اَنۡذِرِ النَّاسَ یَوۡمَ  یَاۡتِیۡہِمُ  الۡعَذَابُ فَیَقُوۡلُ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا رَبَّنَاۤ  اَخِّرۡنَاۤ  اِلٰۤی  اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ نُّجِبۡ دَعۡوَتَکَ وَ نَتَّبِعِ الرُّسُلَ ؕ اَوَ لَمۡ  تَکُوۡنُوۡۤا اَقۡسَمۡتُمۡ مِّنۡ  قَبۡلُ  مَا  لَکُمۡ  مِّنۡ  زَوَالٍ ﴿ۙ﴾  وَّ سَکَنۡتُمۡ فِیۡ مَسٰکِنِ الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ وَ تَبَیَّنَ لَکُمۡ  کَیۡفَ فَعَلۡنَا بِہِمۡ  وَ ضَرَبۡنَا  لَکُمُ  الۡاَمۡثَالَ ﴿﴾
Dan janganlah sama sekali engkau menyangka Allah lengah terhadap apa yang dikerjakan oleh orang-orang zalim itu, sesungguhnya Dia  memberi mereka tangguh hingga hari ketika  mata mereka akan terbelalak.  Mereka terburu-buru lari ketakutan dengan menengadahkan kepalanya, pandangan mereka tidak berpaling dan hati mereka kosong.  Dan peringatkanlah manusia mengenai hari, ketika azab itu akan datang kepada mereka maka   orang-orang yang zalim akan berkata: “Ya Tuhan kami, berilah kami tangguh hingga masa yang dekat, kami akan menyambut seruan Engkau dan akan mengikuti para rasul.” Dia berfirman:  “Bukankah kamu dahulu telah bersumpah bahwa kamu  sekali-kali tidak akan jatuh? Dan kamu menetap di tempat tinggal orang-orang yang telah menzalimi  diri sendiri, dan telah menjadi nyata bagi kamu  bagaimana Kami berlaku terhadap mereka, dan Kami telah mengemukakan kepadamu perumpamaan-perumpamaan.” (Ibrahim [14]:43-46).
     Ayat  sesungguhnya Dia  memberi mereka tangguh hingga hari ketika  mata mereka akan terbelalak, mereka terburu-buru lari ketakutan dengan menengadahkan kepalanya, pandangan  mereka tidak berpaling dan hati mereka kosong. dan yang mendahuluinya memberikan gambaran yang jelas mengenai kebingungan dan kegemparan orang-orang Mekkah, ketika mereka dengan tiba-tiba mendapati Nabi Besar Muhammad saw. ada di pintu gerbang Mekkah disertai oleh pasukan yang terdiri dari  10.000 prajurit, tanpa adanya alamat atau tanda sedikit pun mengenai kedatangan beliau saw. sebelumnya.

Penciptaan “Bumi Baru dan Langit Baru” &
Kepatuh-taatan Sempurna Para Sahabah r.a.

     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai keunggulan “makar tandingannya” terhadap “makar buruk” (QS.3:55; QS.8:31; QS.27:51) yang dilakukan oleh para penentang Rasul Allah: 
وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ  الۡجِبَالُ﴿ۙ﴾  فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ  رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾  یَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَیۡرَ الۡاَرۡضِ وَ السَّمٰوٰتُ وَ  بَرَزُوۡا  لِلّٰہِ  الۡوَاحِدِ  الۡقَہَّارِ ﴿﴾ وَ تَـرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ مُّقَرَّنِیۡنَ فِی  الۡاَصۡفَادِ ﴿ۚ﴾  سَرَابِیۡلُہُمۡ مِّنۡ قَطِرَانٍ وَّ تَغۡشٰی وُجُوۡہَہُمُ  النَّارُ ﴿ۙ﴾  لِیَجۡزِیَ اللّٰہُ  کُلَّ  نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿﴾  ہٰذَا بَلٰغٌ  لِّلنَّاسِ وَ لِیُنۡذَرُوۡا بِہٖ وَ لِیَعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا ہُوَ  اِلٰہٌ  وَّاحِدٌ  وَّ لِیَذَّکَّرَ اُولُوا  الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Dan  sungguh  mereka telah melakukan makar mereka, tetapi makar mereka ada di sisi Allah, dan  jika sekali pun  makar mereka dapat memindahkan gunung-gunung.  Maka janganlah engkau sama sekali menyangka  bahwa  Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya  Allah Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan.   Pada hari ketika bumi ini akan digantikan dengan bumi yang lain, dan begitu pula seluruh langit, dan mereka akan tampil menghadap Allah, Yang Maha Esa, Maha Perkasa.   Dan  engkau akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat dengan rantai.   Baju mereka dari pelangkin (ter), dan wajah mereka akan tertutup  apiSupaya Allah membalas setiap jiwa  apa yang telah diusahakannya, sesungguhnya penghisaban Allah sangat cepat  Al-Quran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya dengannya mereka mendapat peringatan, dan supaya mereka mengetahui bahwa sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, dan supaya orang-orang yang berakal memberi-kan perhatian. (Ibrahim [14]:47-53).
   Allah Swt.   sungguh-sungguh mengetahui  makar buruk mereka, dan Dia akan menggagalkannya.  Dengan jatuhnya Mekkah dan tegaknya Islam di Arabia sebagai satu kekuatan dahsyat, maka seolah-olah terwujudlah satu alam semesta baru dengan langit dan bumi baru. Tertib lama telah dilenyapkan dan diganti oleh terbit baru, yang sama sekali berbeda dari yang lama.
    Terciptanya “langit baru” dan “bumi baru” melalui perjuangan suci Nabi Besar Muhammad saw. tersebut adalah sebagai akibat dari kepatuh-taatan para sahabah  r.a. melaksanakan firman Allah Swt. sebelum ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ  الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum datang hari yang tidak ada jual-beli  di dalamnya,  tidak ada   persahabatan, dan  tidak pula syafaat,  dan orang-orang yang kafir  mereka itulah orang-orang  zalim. (Al-Baqarah [2]:255).

 Orang yang Mendapat Izin Memberikan Syafaat

      Selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam ayat kursyi, yang di dalamnya dikemukakan tentang orang yang mendapat izin Allah Swt. memberikan syafaat, yaitu para Rasul Allah, dalam hal ini khususnya Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
اَللّٰہُ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ  عِنۡدَہٗۤ  اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ  ۚ وَ لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ الۡعَلِیُّ  الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia   Yang Maha Hidup, Yang  Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun  yang ada di bumi.  Siapakah yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya?  Dia mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang mereka, dan mereka tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki.  Singgasana ilmu-Nya meliputi seluruh langit dan bumi,  dan tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah [2]:256). 
    Kursiy berarti: singgasana, kursi, tembok penunjang; ilmu; kedaulatan  kekuasaan (Aqrab); Karāsi itu jamak dari kursiy dan berarti orang-orang terpelajar. Ayat itu dengan indah  menggambarkan Keesaan Tuhan serta Sifat-sifat-Nya yang agung. Konon Nabi Besar Muhammad saw.  pernah bersabda bahwa Ayat Al-Kursiy itu ayat Al-Quran yang paling mulia (Muslim).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 31 Mei  2013  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar