بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 139
Revolusi Akhlak
dan Ruhani
Bangsa Arab
Jahiliyah Melalui Pengutusan
Nabi Besar
Muhammad Saw.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai bukti-bukti bahwa Nabi Besar Muhammad Saw. adalah keturunan Nabi Ismail a.s. atau Bani Ismail, dan untuk menegaskan bahwa Nabi yang “seperti
Musa” (Ulangan 18:15-19; QS.46:11), yang diharapkan dan dijanjikan
itu harus seorang dari Bani Isma'il, Allah
Swt. dalam Al-Quran dengan sangat tepat menuturkan pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma'il a.s. dan doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim
a.s. untuk keturunan putra sulungnya, firman-Nya:
وَ اِذۡ یَرۡفَعُ اِبۡرٰہٖمُ الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَیۡتِ وَ اِسۡمٰعِیۡلُ ؕ رَبَّنَا
تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾رَبَّنَا وَ
اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ اِنَّکَ
اَنۡتَ
التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿﴾رَبَّنَا وَ
ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
Dan ingatlah
ketika Ibrahim dan Isma’il meninggikan dasar-dasar yakni pondasi Rumah itu sambil mendoa: “Ya
Tuhan kami, terimalah amal ini dari
kami, sesungguhnya Engkau
benar-benar Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang
berserah diri kepada Engkau, dan juga
dari antara keturunan kami jadikanlah satu umat yang berserah diri kepada Engkau, perlihatkanlah kepada kami cara-cara ibadah kami dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Penerima Taubat,
Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, bangkitkanlah seorang rasul di tengah-tengah
mereka dari kalangan mereka sendiri,
yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau
kepada mereka, yang mengajarkan
Kitab dan hikmah kepada
mereka serta akan mensucikan mereka,
sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah
[2]:128-130).
Kecaman dari Pihak Kristen
Dalam
akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa terhadap kesimpulan wajar ini para
pengecam Kristen pada umumnya
mengemukakan dua kecaman:
(1) Bahwa Bible
tidak menyebut janji Allah apa pun kepada Nabi Ibrahim a.s. mengenai Nabi Isma'il a.s. dan,
(2) bahwa andaikata diakui bahwa
Allah Swt. sungguh-sungguh
telah memberikan suatu janji
demikian, maka tidak ada bukti terhadap kenyataan bahwa Rasul agama Islam adalah keturunan Nabi Isma'il a.s..
Adapun tentang keberatan pertama, andaikata pun
diperhatikan bahwa Bible tak
mengandung nubuatan-nubuatan apa pun
mengenai Nabi Isma'il a.s. maka
hal itu tidaklah berarti bahwa nubuatan
demikian tidak pernah ada. Tambahan pula bila kesaksian Bible dapat dianggap membenarkan adanya sesuatu janji mengenai Nabi Ishaq a.s. dan
putra-putranya, mengapa kesaksian
Al-Quran berkenaan dengan anak cucu Nabi
Isma'il a.s. tidak dapat
diterima sebagai bukti bahwa janji-janji
telah diberikan pula oleh Allah Swt. kepada Nabi Isma'il a.s. dan
anak-anaknya? Tetapi Bible sendiri mengandung penunjukan mengenai kesejahteraan hari depan putra-putra
Nabi Isma'il a.s. seperti dikandungnya mengenai kesejahteraan putra-putra Nabi Ishaq a.s. (Kejadian 16:10-12;
17:6-10; 17:18-20).
Sebagai jawaban kepada keberatan kedua bahwa seandainya pun
perjanjian itu dianggap meliputi keturunan Isma'il a.s., masih harus pula
dibuktikan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. termasuk Bani Isma'il. Butir-butir berikut ini dapat
diperhatikan:
(1) Kaum Quraisy kabilah Nabi
Besar Muhammad saw. berasal, senantiasa percaya dan
menyatakan diri sebagai keturunan Nabi Isma'il a.s. dan pengakuan itu diakui oleh semua
bangsa Arab.
(2) Jika pengakuan kaum Quraisy
dan juga pengakuan suku-suku Bani Isma'il
lainnya dari tanah Arab sebagai keturunan Nabi
Isma'il a.s. itu tidak
benar, maka keturunan Nabi Isma'il a.s. yang sungguh-sungguh tentu akan
membantah pengakuan palsu demikian itu, tetapi setahu orang, keberatan demikian
tidak pernah diajukan.
(3). Dalam Kejadian 17:20 Tuhan telah berjanji akan memberkati Nabi
Isma'il a.s. melipatgandakan keturunannya, menjadikannya
bangsa besar dan ayah 12 pangeran. Jika bangsa Arab bukan
keturunannya, lalu mana bangsa yang dijanjikan
itu? Suku-suku Bani Isma'il di tanah Arab sungguh-sungguh merupakan
satu-satunya yang mengaku berasal dari Nabi
Isma'il a.s..
(4) Menurut Kejadian 21:8-14, Siti Hajar terpaksa meninggalkan
rumahnya untuk memuaskan rasa angkuh Sarah. Jika beliau tidak dibawa ke Hijaz,
di manakah sekarang keturunannya dapat ditemukan dan di manakah tempat
pembuangannya?
(5) Ahli-ahli ilmu bumi bangsa
Arab semuanya sepakat bahwa Faran itu adalah nama yang diberikan kepada
bukit-bukit Hijaz (Mu’jam al-Buldan).
(6). Menurut Bible, keturunan Nabi Isma'il a.s. menghuni wilayah “dari negeri Hawilah
sampai ke Syur” (Kejadian
25:18), dan kata-kata “dari Hawilah sampai ke Syur” menunjukkan ujung-ujung
bertentangan negeri Arab (Biblica Cyclopaedia
by J. Eadie, London 1862).
(7). Bible menyebut Ismail
“seorang bagai hutan lakunya” (Kejadian
16:12) dan kata A’rabi (“Penghuni padang pasir”) mengandung arti hampir
sama pula.
(8). Bahkan Paulus mengakui
adanya hubungan antara Siti Hajar dengan tanah Arab (Galatia 4:25).
(9). Kedar itu seorang putra
Isma’il a.s. dan telah diakui bahwa keturunannya menduduki wilayah selatan
tanah Arab (Biblica Cyclopaedia,
London 1862).
(10). Prof. C.C. Torrey
mengatakan: “Orang-orang Arab itu Bani Isma’il menurut riwayat bangsa Ibrani
.... Dua belas orang raja" (Kejadian 17:20), yang
kemudian disebut dalam Kejadian
25:13-15, menggambarkan suku-suku Arab atau daerah-daerah di negeri Arab,
perhatikanlah terutama Kedar, Duma (Dumatul Jandal), Teima. Bangsa besar itu
ialah penduduk Arab” (Jewish
Foundation of Islam, halaman 83). “Orang-orang Arab menurut ciri-ciri
jasmani, bahasa, adat kebiasaan asli .... dan dari persaksian Bible umumnya dan
pada dasarnya adalah Bani Isma’il” (Cyclopaedia
of Biblical Literature, New
York, halaman 685).
(11). “Marilah kita senantiasa
mencela kecenderungan kotor anak-anak Hajar karena terutama kaum (suku)
Quraisy, mereka itu serupa dengan binatang” (Leaves from Three Ancient Qur’an, edited by the Rev.
Mingana, D.D. Intro. xiii).
Revolusi Akhlak dan Ruhani
di Kalangan Bangsa Arab Jahiliyah
melalui Nabi Besar Muhammad Saw.
Walau pun pernyataan
yang dikemukakan Mingana mengenai
“kaum (suku) Quraisy” pada nomor 11 sangat pedas, tetapi hal tersebut sesuai
dengan kenyataan keadaan bangsa Arab pada saat pengutusan Nabi Besar Muhammad
saw., yang Allah Swt. sendiri dalam Al-Quran menyebutnya sebagai “bangsa jahiliyah” (QS.5:51; QS.33:34;
QS.48:27) dan mereka berada dalam “kesesatan yang nyata” (QS.62:3).
Dengan
terjadinya revolusi akhlak dan
ruhani di kalangan bangsa Arab jahiliyah melalui Nabi Besar Muhammad saw. hanya dalam
waktu 23 tahun saja – yakni dari “kaum
jahiliyah” menjadi “umat terbaik” (QS.2:144; QS.3:111) -- maka betapa
luar biasanya prestasi yang dibuat
oleh Nabi Besar Muhammad saw. tersebut, padahal beliau saw. adalah seorang Nabi yang ummi (buta huruf –
QS.7:158-159).
Kenapa demikian? Sebab dalam
kenyataannya keadaan hati dan adat-istiadat bangsa Arab
jahiliyah bagaikan kerasnya gunung-gunung batu di gurun
pasir Arabiya (QS.17:50-53), karena selama
ribuan tahun sejak Nabi Isma’il a.s. hingga Nabi Besar
Muhammad saw., di kalangan bangsa Arab
(Bani Isma’il) Allah Swt. tidak pernah mengutus seorang Rasul Allah pun -- firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata, (Al-Jumu’ah [62]:3).
Tugas suci
Rasulullāh saw. meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut
dalam ayat ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada beliau,
sebab untuk kedatangan beliau di tengah-tengah orang-orang Arab buta huruf itu
leluhur beliau, Nabi Ibrahim a.s., telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun
yang lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah
(QS.2:130).
Pada hakikatnya tidak ada Pembaharu
dapat benar-benar berhasil dalam misinya
bila ia tidak menyiapkan dengan contoh
mulia dan quat-qudsiahnya (daya
pensuciannya), suatu jemaat yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu
mula-mula mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajarannya itu, kemudian mengirimkan
pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan
ajaran itu kepada bangsa lain.
Didikan (ta’lim dan tarbiyat) yang Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada para
pengikut beliau saw. telah memperluas
dan mempertajam kecerdasan mereka,
dan filsafat ajaran beliau saw. menimbulkan
dalam diri mereka keyakinan iman, dan
contoh mulia beliau saw. menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan
oleh ayat ini.
Hikmah Perbedaan Urutan Tugas Nabi Besar Muhammad Saw.
Bandingkan urutan tugas Nabi Besar Muhammad saw. yang dikemukakan Allah Swt.
dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3 tersebut
dengan urutan tugas beliau saw. yang
dikemukakan oleh Nabi Ibrahim a.s. dalam doa
yang dipanjatkan beliau bersama Nabi Ismail a.s. sekitar 3000 tahun sebelumnya, firman-Nya:
رَبَّنَا وَ
ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
Ya Tuhan
kami, bangkitkanlah seorang rasul di tengah-tengah
mereka dari kalangan mereka sendiri,
yang akan membacakan Ayat-ayat (Tanda-tanda) Engkau kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah
kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:128-130).
Urutan tugas Nabi Besar Muhammad saw.
dalam doa Nabi Ibrahim a.s. adalah (1) membacakan Tanda-tanda-Nya, (2)
mengajarkan Kitab, (3) mengajarkan hikmah (4) mensucikan mereka. Sedangkan urutan yang
dikemukakan Allah Swt. adalah: (1) membacakan kepada mereka
Tanda-tanda-Nya, (2) mensucikan mereka, (3) mengajarkan
Kitab, (4) Hikmah.
Tugas
Nabi Besar Muhammad saw. yaitu mensucikan mereka yang merupakan urutan
yang terakhir (nomor 4) dalam doa
Nabi Ibrahim a.s., diletakkan sebagai urutan nomor 2 dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 3 tersebut. Hal ini akan menimbulkan pertanyaan:
Mengapa kedua urutan tugas Nabi Besar Muhammad saw. tersebut tidak sama?
Jawabannya adalah: Urutan tugas yang
dikemukakan oleh Nabi Ibrahim a.s. adalah merupakan urutan tugas yang sesuai dengan logika, yakni “mensucikan mereka”
merupakan hasil dari tiga tugas Nabi
Besar Muhammad saw. sebelumnya yaitu (1) membacakan Tanda-tanda-Nya, (2) mengajarkan Kitab, (3) mengajarkan hikmah.
Sedangkan urutan tugas yang dikemukakan
Allah Swt. dalam Surah Al-Jumu’ah
ayat 3 lebih mengedepankan keluarbiasaan pengaruh quat
qudsiyah (daya pensucian ruhani)
yang dimiliki oleh Nabi Besar Muhammad saw., sehingga walau pun hukum-hukum syariat Islam (Al-Quran)
serta hikmahnya belum seluruhnya diwahyukan Allah Swt. dan diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad saw.,
tetapi “pembacaan Tanda-tanda Allah Swt.“ yang dikemukakan oleh Nabi
Besar Muhammad saw. telah mampu menimbulkan
kesucian pada akhlak dan ruhani para sahabat
(pengikut sejati) beliau saw. (QS.3:32; QS.33:22).
Bermacam-macam Makna
“Nur (Cahaya) di
atas Nur (Cahaya)”
Dengan demikian benarlah misal (perumpamaan) yang dikemukakan
Allah Swt. dalam Surah An-Nur ayat 30 mengenai Nabi Besar Muhammad saw. yang
digambarkan sebagai “pelita yang minyaknya nyaris bercahaya walau pun api belum menyentuhnya”, firman-Nya:
اَللّٰہُ نُوۡرُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ مَثَلُ
نُوۡرِہٖ کَمِشۡکٰوۃٍ فِیۡہَا مِصۡبَاحٌ ؕ
اَلۡمِصۡبَاحُ فِیۡ زُجَاجَۃٍ ؕ اَلزُّجَاجَۃُ کَاَنَّہَا کَوۡکَبٌ دُرِّیٌّ
یُّوۡقَدُ مِنۡ شَجَرَۃٍ مُّبٰرَکَۃٍ زَیۡتُوۡنَۃٍ لَّا شَرۡقِیَّۃٍ وَّ لَا غَرۡبِیَّۃٍ ۙ یَّکَادُ زَیۡتُہَا
یُضِیۡٓءُ وَ لَوۡ لَمۡ تَمۡسَسۡہُ نَارٌ ؕ نُوۡرٌ عَلٰی نُوۡرٍ ؕ یَہۡدِی اللّٰہُ لِنُوۡرِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ یَضۡرِبُ
اللّٰہُ الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ ؕ وَ اللّٰہُ
بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمٌ ﴿ۙ﴾
Allah adalah Nur seluruh langit dan bumi.
Perumpamaan nur-Nya seperti sebuah relung yang di dalamnya ada pelita. Pelita itu ada dalam
kaca. Kaca itu seperti bintang
yang gemerlapan. Pelita itu dinyalakan
dengan minyak dari sebatang pohon
kayu yang diberkati, yaitu pohon zaitun yang bukan di timur dan bukan di
barat, minyaknya hampir-hampir
bercahaya walaupun api tidak
menyentuhnya. Nur di atas nur.
Allah memberi bimbingan menuju nur-Nya
kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mengemukakan tamsil-tamsil untuk manusia, dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. (An-Nūr [24]:36).
Nur
berarti cahaya sebagai lawan dari kegelapan. Kata nur mempunyai
pengertian lebih luas dan lebih menembus dan juga lebih bertahan (lama)
daripada dhiya (Lexicon Lane).
Misykat berarti: relung dalam sebuah tembok yakni lobang atau lekuk dalam tembok yang
tidak menembus dinding itu; lampu yang ditempatkan di sana memberi cahaya lebih banyak daripada di tempat
lain; tiang yang dipuncaknya diletakkan lampu (Lexicon Lane). Zujajah berarti: kaca; bola dari kaca (Lexicon Lane).
Ayat
ini merupakan tamsil (perumpamaan)
yang indah. Ayat ini membicarakan tiga buah benda — pelita, kaca, dan relung. Nur
Ilahi disebutkan terkurung di dalam tiga benda tersebut yang bila
digabung bersama membuat binar dan kilau cahayanya menjadi lengkap dan
sempurna. Memang “pelita” itulah yang menjadi sumber cahaya; “kaca” yang melindungi lampu itu menjaga
supaya cahayanya jangan padam oleh tiupan angin serta menambah terangnya; dan “relung”
menjaga cahaya itu.
Tamsil ini dengan tepat dapat
dikenakan kepada lampu senter yang
bagian-bagiannya adalah kawat-kawat
listrik yang memberikan cahaya, bola-lampu
yang melindungi cahaya itu dan reflektor yang memancarkan dan
menyebarkan cahaya serta memberi arah
kepadanya.
Dalam istilah ruhani,
tiga buah benda itu — “lampu”, “kaca” dan “relung” — masing-masing dapat
melukiskan cahaya Ilahi, para nabi Allah yang melindungi cahaya
itu dari menjadi padam serta menambah kilau dan terangnya, dan para khalifah
Nabi yang menyebarkan dan
memancarkan cahaya Ilahi dan memberikan arah dan tujuan untuk menjadi
petunjuk dan sinar penerang dunia.
“Minyak yang Nyaris Bercahaya”
Ayat ini selanjutnya menyatakan
bahwa minyak yang dipakai menyalakan lampu itu mempunyai kemurnian yang semurni-murninya dan
dapat menyala sampai batas hingga
membuat minyak itu berkobar menyala-nyala sekalipun tidak dinyalakan api. Minyak itu diambil dari pohon yang bukan dari timur
dan bukan juga dari barat, yaitu yang tidak bersifat pilih kasih terhadap
sesuatu kaum tertentu.
Ayat ini dapat pula mempunyai
tafsiran lain lagi. Nur (cahaya) yang tersebut dalam ayat ini dapat
dianggap menunjuk kepada Nabi Besar
Muhammad saw., sebab beliau saw. dalam
Al-Quran disebut nur (QS.5:16), dalam keadaan demikian “relung” berarti
“hati” Nabi Besar Muhammad saw.. , dan “lampu” berarti fitrat beliau saw.
yang amat murni, khalis dan dikaruniai sifat-sifat terpuji, serta mengandung
arti bahwa nur Ilahi yang telah ditanamkan dalam fitrat beliau
adalah sebersih dan secemerlang hablur (kristal). Bila nur wahyu Ilahi turun kepada nur
fitrat Nabi Besar Muhammad saw. maka
nur
itu bersinar dengan kilauan berlipat ganda,
yang oleh Al-Quran dilukiskan dengan kata-kata “nur di atas nur”.
Nur Nabi Besar
Muhammad saw. ini telah dibantu oleh minyak
yang keluar dari pohon yang bukan
hanya terang dan cemerlang tetapi juga berlimpah-limpah,
mantap, dan kekal (seperti arti dan maksud kata mubarakah itu), dan
dimaksudkan menyinari timur dan barat kedua-duanya. Lagi pula hati Nabi
Besar Muhammad saw. begitu
suci bersih, dan fitrat beliau dianugerahi kemampuan yang begitu mulia,
sehingga beliau layak melaksanakan tugas-tugas misi agung beliau, bahkan
sebelum wahyu Ilahi turun kepada beliau. Inilah maksud kata-kata “yang
minyaknya hampir-hampir bercahaya walaupun api tidak menyentuhnya.”
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar