بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 161
Merajalelanya Kembali
Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) dan “Fitnah
Dajjal” di Akhir Zaman & Pengutusan
Rasul Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai
ar-raqīm (prasasti-prasasti),
sedang generasi yang lebih awal
disebut Ashhābul-Kahf (Para Penghuni
Gua), firman-Nya:
اَمۡ حَسِبۡتَ
اَنَّ اَصۡحٰبَ الۡکَہۡفِ وَ الرَّقِیۡمِ ۙ کَانُوۡا مِنۡ اٰیٰتِنَا عَجَبًا ﴿﴾ اِذۡ اَوَی
الۡفِتۡیَۃُ اِلَی الۡکَہۡفِ فَقَالُوۡا رَبَّنَاۤ اٰتِنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً وَّ ہَیِّیٔۡ لَنَا
مِنۡ اَمۡرِنَا رَشَدًا ﴿﴾ فَضَرَبۡنَا عَلٰۤی اٰذَانِہِمۡ فِی
الۡکَہۡفِ سِنِیۡنَ عَدَدًا ﴿ۙ﴾ فَضَرَبۡنَا عَلٰۤی اٰذَانِہِمۡ فِی
الۡکَہۡفِ سِنِیۡنَ عَدَدًا ﴿ۙ﴾
Apakah
engkau menyangka bahwa penghuni gua dan prasasti-prasasti itu adalah dari antara Tanda-tanda Kami yang menakjubkan? Ketika para pemuda mencari perlindungan ke dalam
gua itu lalu mereka berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahilah kami rahmat
dari sisi Engkau, dan lengkapilah kami dengan petunjuk yang benar dalam urusan
kami." Maka Kami mencegah mereka dari mendengar dalam gua beberapa tahun lamanya. (Al-Kahf
[18]:10-12).
Ungkapan ashhāb al-kahf, telah
diberi banyak arti, seperti: kaum gua;
orang-orang gua; teman-teman segua;
penghuni gua; dan penduduk gua. Ayat ini menyatakan bahwa para penghuni gua itu – sebagaimana
anggapan umum -- bukanlah wujud‑wujud
aneh. Tidak ada sifat mereka yang
dianggap menyimpang dari hukum alam
biasa. Tetapi sungguh amat aneh bahwa banyak dongengan-dongengan khayali
telah terjalin sekitar mereka.
Kisah yang tersohor mengenai "Seven
Sleepers" (Tujuh penidur) seperti diuraikan oleh Gibbon dalam karyanya
"Decline and fall of the Roman
Empire" (Kemunduran dan jatuhnya kerajaan Romawi), memberi suatu
kunci penting untuk menyingkapkan kabut rahasia yang menyelubungi para penghuni
gua itu. Gibbon berkata:
"Ketika Maharaja
Decius mengejar-ngejar dan menindas
orang-orang Kristen, tujuh pemuda bangsawan dari Ephesus menyembunyikan diri
dalam sebuah gua yang luas di pinggir sebuah gunung di mana mereka dibiarkan
menjadi musnah oleh raja zalim itu, dan memberi perintah untuk menutup pintu
masuk gua itu rapat-rapat dengan tumpukan batu-batu besar.”
Menurut riwayat
lain, konon kabarnya Yusuf itu mengembara di Britania pada tahun 63 M. Menurut dongengan-dongengan, gereja
Glastonbury yang pertama itu merupakan bangunan yang dibuat dengan
ranting-ranting yang dianyam, didirikan oleh Yusuf Arimatea, ialah kepala dua
belas rasul yang diutus ke Britania dari Gaul oleh Santa Filip (Encyclopaedia Britanica, Edisi
ke10 & Edisi ke-13, pada kata "Yoseph of Arimathea" & pada
kata "Glastonbury").
Teori terbaru yang mendapat dukungan kuat dari
penyelidikan terhadap "Dead Sea
scrolls" (Gulungan-gulungan tulisan yang terdapat di dekat Laut
Mati), menunjukkan gua-gua itu — yakni tempat orang-orang Kristen pertama
mencari perlindungan dan mereka menuliskan kepercayaan-kepercayaan serta
ajaran-ajaran mereka — di sebuah lembah dekat Laut Mati.
"Gua" dan "prasasti" merupakan dua
segi yang sangat penting dalam kepercayaan
Kristen, yang berarti bahwa agama Kristen itu mulai sebagai agama yang melepaskan dan menarik diri dari
keramaian dunia – yang disebut Ashhabul-
Kahf (Para Penghuni Gua), dan mereka itu berpegang pada Tauhid sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(Yesus Kristus – QS.5:117-119) -- dan
berakhir dengan menjadi suatu agama
yang memusatkan perhatian kepada urusan dunia; suatu agama perdagangan dan perniagaan
dalam dunia tulis-menulis dan prasasti-prasasti (tulisan-tulisan pada
dinding dan benda-benda) atau ar-raqīm, serta mempercayai Yesus sebagai “anak
Allah” sebagaimana yang diajarkan Paulus
dalam Surat-surat kirimannya
(QS.9:30-31).
Kebangkitan Generasi Penerus Ashhābul Kahf
(Para Penghuni Gua)
Setelah
mengalami masa penindasan secara zalim sekitar 3
abad dari para pemuka agama Yahudi dan para
penguasa kerajaan Romawi, selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai kebangkitan
generasi penerus Ashhābul Kahf (Para
Penghuni Gua) tersebut. Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
ثُمَّ
بَعَثۡنٰہُمۡ
لِنَعۡلَمَ اَیُّ الۡحِزۡبَیۡنِ اَحۡصٰی لِمَا
لَبِثُوۡۤا اَمَدًا ﴿٪﴾ نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَیۡکَ نَبَاَہُمۡ بِالۡحَقِّ ؕ اِنَّہُمۡ فِتۡیَۃٌ اٰمَنُوۡا بِرَبِّہِمۡ وَ زِدۡنٰہُمۡ ہُدًی ﴿٭ۖ﴾ وَّ رَبَطۡنَا عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ اِذۡ قَامُوۡا فَقَالُوۡا رَبُّنَا
رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ لَنۡ نَّدۡعُوَا۠ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اِلٰـہًا لَّقَدۡ قُلۡنَاۤ اِذًا
شَطَطًا ﴿﴾
Kemudian
Kami
bangkitkan mereka supaya Kami mengetahui manakah di antara dua golongan yang lebih
tepat membuat perhitungan mengenai
lamanya mereka tinggal. Kami ceriterakan
kepada engkau kisah mereka dengan benar,
sesungguhnya mereka itu para pemuda
yang beriman kepada Tuhan-nya, dan Kami
tambahkan kepada mereka petunjuk, dan
Kami meneguhkan hati mereka
ketika mereka berdiri lalu berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi, kami tidak pernah menyeru tuhan selain Dia, karena
jika demikian sungguh kami benar-benar telah
berkata jauh dari kebenaran.” (Al-Kahf
[18]:13-15).
Ungkapan bahasa Arab dharaba 'alā ‘udznihī
berarti “ia mencegahnya dari mendengar”. Ungkapan
Alquran ini berarti. "Kami mencegah
mereka dari mendengar." Ungkapan itu berarti pula "Kami membuat mereka tidur dengan mencegah
dari masuk suara di telinga mereka yang menyebabkan mereka bangun" (Lexicon Lane).
Secara harfiah ayat ini berarti, "Kami mencegah suara apa pun dari menembus ke
dalam telinga", yaitu untuk beberapa tahun mereka sama sekali terasing dan terpisah dari urusan-urusan
dunia luar dan tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di sana. Nampaknya
ada dua golongan di antara orang-orang Kristen di zaman permulaan:
(a) mereka yang tidak mau berpura-pura atau
bersembunyi-sembunyi dan karena tidak mengenai kompromi dengan kekafiran dan kemusyrikan, mereka menangung penindasan
akibat keimanan mereka dengan sabar
dan ketabahan. Orang-orang itu terpaksa mencari perlindungan di gua-gua;
(b) mereka yang menganggap, bahwa kebijaksanaan itu lebih baik dari keberanian, mereka menyembunyikan keimanan serta menyelamatkan dirinya dari penindasan. "Dua golongan" itu dapat pula menunjuk kepada
mereka yang menindas dan yang ditindas.
Ayat ini menunjukkan, bahwa banyak kisah khayalan telah tersiar mengenai
"penghuni-penghuni gua" di
masa Nabi Besar Muhammad saw.. Tetapi hakikat yang sebenarnya mengenai mereka
ialah bahwa mereka itu para pemuda yang memiliki akhlak mulia,
yang telah mempertaruhkan segala-galanya semata-mata untuk Tuhan mereka, dan juga bahwa keimanan mereka berangsur-angsur menjadi lebih kuat berkat penindasan
dan kezaliman. Selanjutnya mengenai
mereka Allah Swt. berfirman:
ہٰۤؤُلَآءِ قَوۡمُنَا
اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً ؕ لَوۡ لَا یَاۡتُوۡنَ عَلَیۡہِمۡ بِسُلۡطٰنٍۭ بَیِّنٍ ؕ فَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا ﴿ؕ﴾ وَ اِذِ
اعۡتَزَلۡتُمُوۡہُمۡ وَمَا یَعۡبُدُوۡنَ اِلَّا اللّٰہَ فَاۡ وٗۤا اِلَی الۡکَہۡفِ یَنۡشُرۡ لَکُمۡ
رَبُّکُمۡ مِّنۡ رَّحۡمَتِہٖ وَیُہَیِّیٔۡ لَکُمۡ مِّنۡ اَمۡرِکُمۡ مِّرۡفَقًا ﴿﴾
”Mereka
itu kaum kami yang telah
mengambil tuhan-tuhan lain selain Dia.
Mengapa mereka tidak mengemukakan suatu dalil yang terang mengenai mereka itu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedusta-an
terhadap Allah? Dan ketika kamu meninggalkan mereka dan
apa yang mereka sembah selain Allah
lalu carilah per-lindungan dalam gua
itu maka Tuhan-mu akan melapangkan
bagimu rahmat-Nya dan akan menyediakan untuk kamu sarana kemudahan
bagi urusanmu." (Al-Kahf [18]:16-17).
Posisi Katakomba-katakomba Bekas
Pelarian Budak-budak Penguasa Romawi
Menurut ayat tersebut, sekalipun kaum mereka memusuhi mereka dan menindas mereka tanpa mengenal ampun, namun "penghuni-penghuni gua" itu tidak
dapat ditundukkan oleh ancaman untuk memaksa mereka meninggalkan agama mereka. Allah Swt. telah menguatkan hati mereka dan telah menganugerahkan kepada mereka kekuatan
iman.
"Penghuni-penghuni gua" itu tadinya berasal
dari satu kaum penyembah berhala, dan memang demikianlah keadaan bangsa Romawi itu. Ayat 17 membuat hal itu menjadi jelas bahwa para pemuda yang berpegang pada tauhid
bukanlah perorangan-perorangan
yang terpencar melainkan merupakan
bagian dari satu masyarakat agama
yang tersusun dan teratur, yang anggota-anggotanya seringkali mengadakan pertemuan-pertemuan secara
sembunyi-sembunyi. Ayat ini menunjukkan
bahwa manakala para pemuda itu
berembuk untuk mencari perlindungan dalam
gua, dalam pikiran mereka terlintas gua
tertentu.
Nampaknya gua
itu sebelumnya telah dipergunakan sebagai tempat pengungsian oleh budak-sahaya Romawi ketika mereka
melarikan diri dari majikan-majikan mereka yang zalim. Kata-kata “Dan ketika kamu meninggalkan mereka” menunjukkan bahwa sebelumnya pun mereka itu
menjadi mangsa suatu boikot sosial yang
keras dan telah tinggal terpisah
dari kaum mereka dalam kelompok yang
terdiri dari orang-orang yang sepaham. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ تَرَی
الشَّمۡسَ اِذَا طَلَعَتۡ تَّزٰوَرُ عَنۡ کَہۡفِہِمۡ ذَاتَ
الۡیَمِیۡنِ وَ اِذَا غَرَبَتۡ تَّقۡرِضُہُمۡ ذَاتَ
الشِّمَالِ وَ ہُمۡ فِیۡ فَجۡوَۃٍ مِّنۡہُ ؕ ذٰلِکَ مِنۡ اٰیٰتِ اللّٰہِ ؕ مَنۡ یَّہۡدِ اللّٰہُ
فَہُوَ الۡمُہۡتَدِ ۚ وَ مَنۡ یُّضۡلِلۡ فَلَنۡ تَجِدَ لَہٗ وَلِیًّا مُّرۡشِدًا ﴿٪﴾
Dan
engkau melihat matahari apabila ia
terbit menjauh lewat dari gua mereka
ke sebelah kanan, sedangkan apabila ia
terbenam meninggalkan mereka di sebelah kiri, dan mereka ada dalam rongga yang luas di gua itu. Yang demikian itu sebagian
dari Tanda-tanda Allah. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah
maka dia mendapat petunjuk,
dan barangsiapa Dia sesatkan maka engkau
tidak akan pernah menemukan baginya penolong yang memberi petunjuk. (Al-Kahf [18]:18).
Nampaknya gua
itu letaknya demikian rupa sehingga menghadap ke barat-laut, sebab matahari
melewati suatu tempat yang menghadap ke utara dari kanan ke kiri. Nampaknya gua
itu meliputi daerah yang luas, seperti nampak dari kata-kata "rongga yang
luas". Katakomba-katakomba di
Roma yang masih ada sampai hari ini mendukung pendapat ini. Katakomba-katakomba
itu meliputi daerah yang luas, yang menurut pada umumnya diperkirakan adalah
sejauh kira-kira 870 mil (Encyclopaedia
Britanica). Nampak pula bahwa di katakomba-katakomba itu sedikit sekali cahaya yang dapat masuk.
Gua itu telah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
dipergunakan sebagai tempat bersembunyi. Santa Yerom yang mengunjungi katakomba-katakomba itu pada abad
keempat menyatakan:
"Seluruh gua itu begitu gelap sehingga
nampaknya ucapan nabi (Mazmur
55:16) telah terpenuhi yaitu “baiklah
dengan hidupnya mereka itu turun ke dalam neraka. Hanya sewaktu-waktu cahaya
dapat masuk ke dalam untuk mengurangi kengerian kegelapan, dan itu pun bukan
melalui sebuah jendela, melainkan melalui sebuah lubang." (Encyclopaedia Britanica, edisi
ke-11).
Makna “Tidur” dan “Bangun”
Ashhābul
Kahf (Para Penghuni Gua)
Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengenai Ashhabul Kahf (Para Penghuni Gua)
tersebut:
وَ تَحۡسَبُہُمۡ اَیۡقَاظًا وَّ ہُمۡ رُقُوۡدٌ ٭ۖ وَّ نُقَلِّبُہُمۡ ذَاتَ
الۡیَمِیۡنِ وَ ذَاتَ
الشِّمَالِ ٭ۖ وَ کَلۡبُہُمۡ بَاسِطٌ
ذِرَاعَیۡہِ بِالۡوَصِیۡدِ ؕ لَوِ
اطَّلَعۡتَ عَلَیۡہِمۡ لَوَلَّیۡتَ مِنۡہُمۡ
فِرَارًا وَّ لَمُلِئۡتَ مِنۡہُمۡ رُعۡبًا ﴿﴾
Dan
engkau menyangka mereka itu bangun padahal mereka
itu tidur, dan Kami membolik-balikkan mereka ke kanan dan
ke kiri, dan anjing mereka
sedang menjulurkan kedua kaki-depannya
di halaman gua itu. Seandainya engkau menyaksikan mereka niscaya engkau akan berbalik dari mereka untuk melarikan diri dan niscaya engkau akan dipenuhi oleh rasa takut
terhadap mereka. (Al-Kahf [18]:19).
Firman Allah Swt. tersebut tidak ada hubungannya
dengan anggapan keliru bahwa karena
para penghuni gua tersebut tidur-lelap selama 300 tahun maka penampilan mereka menjadi sangat mengerikan, sehingga orang yang melihat
mereka pasti akan melarikan diri ketakutan.
Para hakikatnya
ayat tersebut merupakan peringatan
Allah Swt. kepada orang Islam di masa
Nabi Besar Muhammad saw., bahwa bangsa-bangsa Kristen di daerah utara sampai
saat itu sedang berleha-leha -- yang
dalam ayat tersebut digambarkan sebagai “tidur” -- tetapi tidak lama lagi mereka akan bangkit dari keadaan lelap yang meliputi masa ratusan
tahun itu, dan akan menyebar ke seluruh dunia serta menguasai dunia.
Kata-kata "Kami
akan membolik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri," nampaknya menunjuk
kepada berkeliarannya mereka di muka
bumi, tersebarnya mereka ke semua jurusan untuk mencari pasaran baru dan untuk mencapai kemenangan-kemenangan
yang baru pula, termasuk di Nusantara,
dimana bangsa Belanda melalui VOC
telah menjajah Nusantara selama 350
tahun, firman-Nya:
وَ حَرٰمٌ
عَلٰی قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَاۤ اَنَّہُمۡ لَا
یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ حَتّٰۤی
اِذَا فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ
مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ مِّنۡ کُلِّ
حَدَبٍ یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ اقۡتَرَبَ
الۡوَعۡدُ الۡحَقُّ فَاِذَا ہِیَ شَاخِصَۃٌ
اَبۡصَارُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ یٰوَیۡلَنَا قَدۡ کُنَّا فِیۡ
غَفۡلَۃٍ مِّنۡ ہٰذَا بَلۡ کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّکُمۡ وَ مَا
تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ حَصَبُ جَہَنَّمَ ؕ اَنۡتُمۡ لَہَا وٰرِدُوۡنَ ﴿﴾ لَوۡ کَانَ
ہٰۤؤُلَآءِ اٰلِہَۃً مَّا وَرَدُوۡہَا ؕ وَ کُلٌّ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ﴿﴾ لَہُمۡ فِیۡہَا
زَفِیۡرٌ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا لَا یَسۡمَعُوۡنَ ﴿﴾
Dan terlarang bagi penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa
sesungguhnya mereka itu tidak mungkin
kembali. Hingga apabila dibukakan pintu pemenjaraan Ya’juj
dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari setiap
ketinggian. Sudah
mendekat janji yang benar maka sekonyong-konyong
akan terbelalak mata orang-orang kafir,
mereka berseru, “Aduhai, celaka kami! Sungguh kami dalam
kelalaian mengenai hal ini, bahkan kami adalah orang yang zalim!” Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu
sembah selain Allah adalah bahan
bakar Jahannam, akan mendatanginya.
Seandainya mereka itu tuhan-tuhan,
mereka sekali-kali tidak akan masuk
mendatanginya, dan semuanya akan kekal di dalamnya. Mereka
di dalamnya merintih, dan mereka di dalamnya tidak mendengar kabar gembira. (Al-Anbiyā
[21]:96-101).
Merajalelanya Kembali Gog (Ya’juj)
dan Magog
(Ma’juj) Di Akhir Zaman
Menurut
ayat 96 bahwa orang mati sekali-kali tidak akan dikembalikan lagi ke dunia,
merupakan hukum Ilahi yang tidak
dapat dielakkan dan dihindarkan. Mereka yang meninggalkan dunia ini -- yakni mati atau binasa) --meninggalkannya untuk selama-lamanya
(QS.23:100-101).
Ayat 97
jika dibaca bersama-sama dengan
ayat yang mendahuluinya maka maksud ayat ini ialah bahwa hukum alam bekerja demikian rupa, sehingga sekali bila suatu hukum
— sesudah mencapai puncak kejayaan
dan kemuliaannya — mengalami
kebinasaan dan kehancuran mereka tidak mendapatkan kembali kejayaan mereka yang hilang itu. Menurut ayat tersebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)
pun dengan kejayaan dan kemuliaan besar dalam kebendaan (duniawi) tidak dapat
mengelakkan diri dari hukum alam.
Mereka akan jatuh dan tidak akan bangkit kembali untuk
selama-lamanya.
Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Bagog) atau bangsa-bangsa Kristen barat telah mencapai segala puncak kekuasaan politik dan telah menyebar ke
seluruh dunia. Ungkapan Al-Quran berarti, bahwa mereka akan menempati setiap ujung yang membawa keuntungan dan akan menguasai seluruh dunia.
Sehubungan kata futihat (dibukakan) berkenaan Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog dalam dalam
ayat حَتّٰۤی
اِذَا فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ
مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ مِّنۡ کُلِّ
حَدَبٍ یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿﴾ -- “Hingga
apabila dibukakan pintu
pemenjaraan Ya’juj dan Ma’juj dan mereka
turun dengan cepat dari setiap ketinggian,” berikut adalah kesaksian Bible -- Kitab Wahyu
Yohanes -- tentang hal tersebut:
(1) Lalu aku
melihat seorang malaikat turun dari
sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; (2) ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan
ia mengikatnya seribu tahun lamanya, (3) lalu melemparkannya ke
dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya,
supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu
tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu
lamanya. (4) Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang
yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku
juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian
tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan
patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka;
dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan
Kristus untuk masa seribu tahun. (5) Tetapi orang-orang mati yang
lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah
kebangkitan pertama. (6) Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat
bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi
atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka
akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya. (7) Dan setelah masa seribu
tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, (8)
dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu
Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama
dengan banyaknya pasir di laut. (9) Maka naiklah mereka ke
seluruh dataran bumi, lalu mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan
kota yang dikasihi itu. Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka, (10) dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam
lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka
disiksa siang malam sampai selama-lamanya. (Wahyu 20:1-10).
Dari penjelasan Kitab Wahyu tersebut jelas sekali bahwa yang
dimaksud dengan “pelepasan kembali Iblis dan Satan atau naga si
ular tua” setelah masa pemenjaraannya
selama 1000 tahun tersebut adalah
dalam bentuk tersebar-luasnya Gog
(Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) yakni bangsa-bangsa
Kristen dari Eropa, yang sebelumnya merajalelanya Gog (Ya’juj) dan Magog
(Ma’juj) tersebut pernah dihentikan oleh Cyrus atau Raja Dzulqarnain
dengan cara mendirikan dinding
Darband yang termasyhur (QS.18:84-102).
Rasul Akhir
Zaman adalah Imam Mahdi a.s.
yang Akan Mengatasi “Fitnah Dajjal”
Ayat QS.21:98 menubuatkan bahwa kekuasaan Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) akan diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang membawa bencana di dunia, yang akhirnya akan menyebabkan kejayaan
dan kemenangan Islam di Akhir Zaman ini (QS.61:10) dan menjadi
sebab kekuatan-kekuatan kepalsuan dan
kebendaan yang menjelma dalam wujud Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) – yakni fitnah
Dajjal (si pendusta) yang matanya buta
sebelah -- itu musnah.
Nabi Besar Muhammad saw. telah
bersabda bahwa tidak ada suatu kekuatan
dunia pun yang dapat mengalahkan Dajjal
– si pendusta yang matanya buta
sebelah – kecuali Imam Mahdi a.s atau
Al-Masih Mau’ud a.s., apabila
Dajjal bertemu dengan Imam Mahdi a.s. yakni Al-Masih Akhir Zaman atau misal
Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), akan seperti garam disiram air,
sebagaimana diisyaratkan dalam kata dhāllīn dalam Surah Al-Fatihah ayat 7,
yang selain bermakna negative yaitu “sesat”, kata
dhāllan juga berarti
juga fana yaitu “tenggelam” atau “hilang sirna” dalam
kecintaan (QS.93:8).
Sesudah kehancuran Ya’juj
(Gog) dan Ma’juj (Magog) secara
mutlak, Islam akan memperoleh kembali
kejayaan dan kemuliaannya seperti sediakala, mereka yang telah berputus-asa mengenai kebangkitan kembali mata kepala mereka
sendiri hampir-hampir tidak dapat mempercayainya, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang
musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena
untuk Al-Masih yang dijanjikan sebab
di zaman beliau semua agama muncul
dan keunggulan Islam di atas semua
agama akan menjadi kepastian.
Menurut QS.21:101,
dalam masa keruntuhan kekuasaan
duniawinya bangsa-bangsa yang disebut Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj), mereka tidak akan mendengar sesuatu yang dapat
memberi hiburan dan ketenteraman kepada mereka; atau begitu banyak tangis-jerit dan ratap di neraka, sehingga
penghuni-penghuninya tidak dapat mendengar suara satu sama lain:
…. Tetapi dari langit turunlah api
menghanguskan mereka, (10) dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke
dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan
mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya. (Wahyu 20:9-10).
Kesaksian penglihatan Yohanes dalam
KItab Wahyu mengenai nasib akhir yang akan menimpa Gog
(Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) tersebut
sesuai dengan firman Allah Swt. sebelumnya:
وَ حَرٰمٌ
عَلٰی قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَاۤ اَنَّہُمۡ لَا
یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ حَتّٰۤی
اِذَا فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ
مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ مِّنۡ کُلِّ
حَدَبٍ یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ اقۡتَرَبَ
الۡوَعۡدُ الۡحَقُّ فَاِذَا ہِیَ شَاخِصَۃٌ
اَبۡصَارُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ یٰوَیۡلَنَا قَدۡ کُنَّا فِیۡ
غَفۡلَۃٍ مِّنۡ ہٰذَا بَلۡ کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّکُمۡ وَ مَا
تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ حَصَبُ جَہَنَّمَ ؕ اَنۡتُمۡ لَہَا وٰرِدُوۡنَ ﴿﴾ لَوۡ کَانَ
ہٰۤؤُلَآءِ اٰلِہَۃً مَّا وَرَدُوۡہَا ؕ وَ کُلٌّ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ﴿﴾ لَہُمۡ فِیۡہَا
زَفِیۡرٌ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا لَا یَسۡمَعُوۡنَ ﴿﴾
Dan terlarang bagi penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa
sesungguhnya mereka itu tidak mungkin
kembali. Hingga apabila dibukakan pintu pemenjaraan Ya’juj
dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari setiap
ketinggian. Sudah
mendekat janji yang benar maka sekonyong-konyong
akan terbelalak mata orang-orang kafir,
mereka berseru, “Aduhai, celaka kami! Sungguh kami dalam
kelalaian mengenai hal ini, bahkan kami adalah orang yang zalim!” Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu
sembah selain Allah adalah bahan
bakar Jahannam, akan mendatanginya.
Seandainya mereka itu tuhan-tuhan,
mereka sekali-kali tidak akan masuk
mendatanginya, dan semuanya akan kekal di dalamnya. Mereka
di dalamnya merintih, dan mereka di dalamnya tidak mendengar kabar gembira. (Al-Anbiyā
[21]:96-101).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar