Sabtu, 29 Juni 2013

Merajalelanya Kembali Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) serta "Fitnah Dajjal" di Akhir Zaman & Pengutusan Rasul Akhir Zaman




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 161

Merajalelanya  Kembali  Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)  dan “Fitnah Dajjal” di Akhir Zaman & Pengutusan  Rasul Akhir Zaman 

    Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan  mengenai  ar-raqīm (prasasti-prasasti), sedang generasi yang lebih awal disebut Ashhābul-Kahf (Para Penghuni Gua), firman-Nya:
اَمۡ حَسِبۡتَ اَنَّ  اَصۡحٰبَ الۡکَہۡفِ وَ الرَّقِیۡمِ ۙ کَانُوۡا  مِنۡ  اٰیٰتِنَا  عَجَبًا ﴿﴾  اِذۡ اَوَی الۡفِتۡیَۃُ  اِلَی الۡکَہۡفِ فَقَالُوۡا رَبَّنَاۤ اٰتِنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً  وَّ ہَیِّیٔۡ لَنَا مِنۡ  اَمۡرِنَا  رَشَدًا  ﴿﴾ فَضَرَبۡنَا عَلٰۤی اٰذَانِہِمۡ فِی الۡکَہۡفِ سِنِیۡنَ عَدَدًا ﴿ۙ﴾   فَضَرَبۡنَا عَلٰۤی اٰذَانِہِمۡ فِی الۡکَہۡفِ سِنِیۡنَ عَدَدًا ﴿ۙ﴾
Apakah engkau menyangka bahwa  penghuni gua dan prasasti-prasasti    itu adalah dari antara Tanda-tanda Kami yang menakjubkan? Ketika para pemuda mencari perlindungan ke dalam gua itu  lalu mereka berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau, dan lengkapilah kami dengan petunjuk yang benar dalam urusan kami."  Maka Kami mencegah mereka dari mendengar  dalam gua be­berapa tahun lamanya. (Al-Kahf [18]:10-12).
      Ungkapan ashhāb al-kahf, telah diberi banyak arti, seperti:  kaum gua; orang-orang gua;   teman-teman segua; penghuni gua; dan  penduduk gua.  Ayat ini menyatakan  bahwa para penghuni gua itu – sebagaimana anggapan umum -- bukanlah wujud‑wujud aneh. Tidak ada sifat mereka yang dianggap  menyimpang dari hukum alam biasa. Tetapi sungguh amat aneh bahwa banyak dongengan-dongengan khayali  telah terjalin sekitar mereka.
      Kisah yang tersohor mengenai "Seven Sleepers" (Tujuh penidur) seperti diuraikan oleh Gibbon dalam karyanya "Decline and fall of the Roman Empire" (Kemunduran dan jatuhnya kerajaan Romawi), memberi suatu kunci penting untuk menyingkapkan kabut rahasia yang menyelubungi para penghuni gua itu.  Gibbon berkata:
"Ketika Maharaja Decius  mengejar-ngejar dan menindas orang-orang Kristen, tujuh pemuda bangsawan dari Ephesus menyembunyikan diri dalam sebuah gua yang luas di pinggir sebuah gunung di mana mereka dibiarkan menjadi musnah oleh raja zalim itu, dan memberi perintah untuk menutup pintu masuk gua itu rapat-rapat dengan tumpukan batu-batu besar.”
 Menurut riwayat lain, konon kabarnya Yusuf itu mengembara di Britania pada tahun 63 M. Menurut dongengan-dongengan, gereja Glastonbury yang pertama itu merupakan bangunan yang dibuat dengan ranting-ranting yang dianyam, didirikan oleh Yusuf Arimatea, ialah kepala dua belas rasul yang diutus ke Britania dari Gaul oleh Santa Filip (Encyclopaedia Britanica, Edisi ke­10 & Edisi ke-13, pada kata "Yoseph of Arimathea" & pada kata "Glastonbury").
Teori terbaru yang mendapat dukungan kuat dari penyelidikan terhadap "Dead Sea scrolls" (Gulungan-gulungan tulisan yang terdapat di dekat Laut Mati), menunjukkan gua-gua itu — yakni tempat orang-orang Kristen pertama mencari perlindungan dan mereka menuliskan kepercayaan-kepercayaan serta ajaran-­ajaran mereka — di sebuah lembah dekat Laut Mati.
"Gua" dan "prasasti" merupakan dua segi yang sangat penting dalam kepercayaan Kristen,  yang berarti bahwa agama Kristen itu mulai sebagai agama yang melepaskan dan menarik diri dari keramaian dunia – yang disebut Ashhabul- Kahf (Para Penghuni Gua), dan mereka itu berpegang pada Tauhid sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus – QS.5:117-119) --  dan berakhir dengan menjadi suatu agama yang memusatkan perhatian kepada urusan dunia; suatu agama perdagangan dan perniagaan dalam dunia tulis-menulis dan prasasti-­prasasti (tulisan-tulisan pada dinding dan benda-benda) atau ar-raqīm, serta mempercayai   Yesus  sebagai “anak Allah” sebagaimana yang diajarkan Paulus dalam Surat-surat kirimannya (QS.9:30-31).

Kebangkitan Generasi Penerus Ashhābul Kahf
 (Para Penghuni Gua)

    Setelah mengalami masa penindasan secara  zalim  sekitar 3 abad dari para pemuka agama Yahudi dan para  penguasa kerajaan Romawi,  selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kebangkitan generasi penerus Ashhābul Kahf (Para Penghuni Gua) tersebut. Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.: 
ثُمَّ بَعَثۡنٰہُمۡ لِنَعۡلَمَ اَیُّ الۡحِزۡبَیۡنِ اَحۡصٰی  لِمَا  لَبِثُوۡۤا  اَمَدًا ﴿٪﴾  نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَیۡکَ نَبَاَہُمۡ  بِالۡحَقِّ ؕ اِنَّہُمۡ فِتۡیَۃٌ  اٰمَنُوۡا بِرَبِّہِمۡ وَ زِدۡنٰہُمۡ ہُدًی  ﴿٭ۖ﴾ وَّ رَبَطۡنَا عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ اِذۡ قَامُوۡا فَقَالُوۡا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ لَنۡ نَّدۡعُوَا۠ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ  اِلٰـہًا لَّقَدۡ قُلۡنَاۤ  اِذًا  شَطَطًا ﴿﴾
Kemudian Kami  bangkit­kan mereka supaya Kami menge­tahui manakah di antara dua go­longan yang lebih tepat mem­buat perhitungan mengenai lamanya mereka tinggal. Kami ceriterakan kepada engkau kisah mereka dengan benar, sesungguhnya mereka itu para  pemuda  yang beriman kepada Tuhan-nya, dan Kami tambahkan kepada mereka  petunjuk, dan Kami meneguhkan  hati mereka  ketika mereka berdiri  lalu  berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi, kami  tidak pernah menyeru tuhan selain Dia, karena  jika demikian sungguh kami  benar-benar telah berkata  jauh dari kebenaran.” (Al-Kahf [18]:13-15).
  Ungkapan bahasa Arab dharaba 'alā  ‘udznihī  berarti “ia  mencegahnya dari mendengar”. Ungkapan Alquran ini berarti. "Kami mencegah mereka dari mendengar." Ungkapan itu berarti pula "Kami membuat mereka tidur dengan mencegah dari masuk suara di telinga mereka yang menyebabkan mereka bangun" (Lexicon Lane).
Secara harfiah ayat ini berarti, "Kami mencegah suara apa pun dari menembus ke dalam telinga", yaitu untuk beberapa tahun mereka sama sekali terasing dan terpisah dari urusan-urusan dunia luar dan tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di sana. Nampaknya ada dua golongan di antara orang-orang Kristen di  zaman permulaan:
(a) mereka yang tidak mau berpura-pura atau bersembunyi­-sembunyi dan karena tidak mengenai kompromi dengan kekafiran dan kemusyrikan, mereka menangung penindasan akibat keimanan mereka dengan sabar dan ketabahan. Orang-orang itu terpaksa mencari perlindungan di gua-gua;
 (b) mereka  yang menganggap, bahwa kebijaksanaan itu lebih baik dari keberanian, mereka menyembunyikan keimanan serta menyelamatkan dirinya dari penindasan. "Dua golongan" itu dapat pula menunjuk kepada mereka yang menindas dan yang ditindas.
Ayat ini menunjukkan, bahwa banyak kisah khayalan telah tersiar mengenai "penghuni-penghuni gua" di masa Nabi Besar Muhammad saw.. Tetapi hakikat yang sebenarnya mengenai mereka ialah  bahwa mereka itu para pemuda yang memiliki akhlak mulia, yang telah mempertaruhkan segala-galanya semata­-mata untuk Tuhan mereka,  dan juga bahwa keimanan mereka berangsur-angsur menjadi lebih kuat  berkat penindasan dan kezaliman. Selanjutnya mengenai mereka Allah Swt. berfirman:
ہٰۤؤُلَآءِ قَوۡمُنَا اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اٰلِہَۃً ؕ  لَوۡ لَا یَاۡتُوۡنَ عَلَیۡہِمۡ بِسُلۡطٰنٍۭ بَیِّنٍ ؕ فَمَنۡ اَظۡلَمُ  مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا ﴿ؕ﴾  وَ اِذِ اعۡتَزَلۡتُمُوۡہُمۡ وَمَا یَعۡبُدُوۡنَ  اِلَّا اللّٰہَ  فَاۡ وٗۤا اِلَی الۡکَہۡفِ یَنۡشُرۡ لَکُمۡ رَبُّکُمۡ مِّنۡ رَّحۡمَتِہٖ وَیُہَیِّیٔۡ لَکُمۡ مِّنۡ  اَمۡرِکُمۡ  مِّرۡفَقًا ﴿﴾
”Mereka itu kaum kami yang telah mengambil tuhan-tuhan lain selain Dia.  Mengapa mereka tidak mengemukakan suatu dalil yang terang mengenai mereka itu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedusta-an terhadap Allah?  Dan ketika kamu meninggalkan mereka dan  apa yang mereka sembah selain Allah lalu carilah per-lindungan dalam gua itu maka Tuhan-mu akan melapangkan bagimu rahmat-Nya  dan akan menyediakan untuk kamu sarana kemudahan bagi urusanmu." (Al-Kahf [18]:16-17).

Posisi Katakomba-katakomba Bekas
Pelarian Budak-budak Penguasa   Romawi

  Menurut ayat tersebut, sekalipun kaum mereka memusuhi mereka dan menindas mereka tanpa mengenal ampun, namun "penghuni-penghuni gua" itu tidak dapat ditundukkan oleh ancaman untuk memaksa mereka meninggalkan agama mereka. Allah Swt.  telah menguatkan hati mereka dan telah menganugerahkan kepada mereka kekuatan iman.  
"Penghuni-penghuni gua" itu tadinya berasal dari satu kaum penyembah berhala, dan  memang demikianlah keadaan bangsa Romawi itu.   Ayat 17  membuat hal itu menjadi jelas  bahwa para pemuda  yang berpegang pada tauhid bukanlah perorangan-perorangan yang terpencar melainkan  merupakan bagian dari satu masyarakat agama yang tersusun dan teratur, yang anggota-anggotanya seringkali mengadakan pertemuan-pertemuan secara sembunyi-sembunyi. Ayat ini menunjukkan  bahwa manakala para pemuda itu berembuk untuk mencari perlindungan dalam gua, dalam pikiran mereka terlintas gua tertentu.
Nampaknya gua itu sebelumnya telah dipergunakan sebagai tempat pengungsian oleh budak-sahaya Romawi ketika mereka melarikan diri dari majikan-majikan mereka yang zalim. Kata-kata “Dan ketika kamu meninggalkan mereka  menunjukkan bahwa sebelumnya pun mereka itu menjadi mangsa suatu boikot sosial yang keras dan telah tinggal terpisah dari kaum mereka dalam kelompok yang terdiri dari orang-orang yang sepaham. Selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
وَ تَرَی الشَّمۡسَ  اِذَا طَلَعَتۡ  تَّزٰوَرُ عَنۡ کَہۡفِہِمۡ ذَاتَ الۡیَمِیۡنِ وَ اِذَا غَرَبَتۡ تَّقۡرِضُہُمۡ ذَاتَ الشِّمَالِ وَ ہُمۡ فِیۡ فَجۡوَۃٍ مِّنۡہُ ؕ ذٰلِکَ مِنۡ اٰیٰتِ اللّٰہِ ؕ مَنۡ یَّہۡدِ اللّٰہُ فَہُوَ الۡمُہۡتَدِ ۚ وَ مَنۡ  یُّضۡلِلۡ  فَلَنۡ تَجِدَ  لَہٗ   وَلِیًّا  مُّرۡشِدًا ﴿٪﴾
Dan engkau melihat mata­hari apabila ia terbit menjauh lewat dari gua mereka ke sebelah kanan, sedangkan apabila ia terbenam mening­galkan mereka di sebelah kiri, dan  mereka ada dalam rongga yang luas  di gua itu. Yang demi­kian itu sebagian dari Tanda-tanda Allah.  Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah  maka dia mendapat petunjuk, dan barangsiapa Dia sesatkan maka engkau tidak  akan pernah menemukan baginya penolong yang memberi petunjuk. (Al-Kahf [18]:18).
Nampaknya gua itu letaknya demikian rupa sehingga menghadap ke barat-laut, sebab matahari melewati suatu tempat yang menghadap ke utara dari kanan ke kiri. Nampaknya gua itu meliputi daerah yang luas, seperti nampak dari kata-kata "rongga yang luas". Katakomba-katakomba di Roma yang masih ada sampai hari ini mendukung pendapat ini. Katakomba­-katakomba itu meliputi daerah yang luas, yang menurut pada umumnya diperkirakan adalah sejauh kira-kira 870 mil (Encyclopaedia Britanica). Nampak pula bahwa di katakomba-katakomba itu sedikit sekali cahaya yang dapat masuk.
Gua itu telah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan sebagai tempat bersembunyi. Santa Yerom yang mengunjungi katakomba-katakomba itu pada abad keempat menyatakan:
"Seluruh gua itu begitu gelap sehingga nampaknya ucapan nabi (Mazmur 55:16) telah terpenuhi  yaitu “baiklah dengan hidupnya mereka itu turun ke dalam neraka. Hanya sewaktu-waktu cahaya dapat masuk ke dalam untuk mengurangi kengerian kegelapan, dan itu pun bukan melalui sebuah jendela, melainkan melalui sebuah lubang." (Encyclopaedia Britanica, edisi ke-11).

Makna “Tidur” dan “Bangun
Ashhābul Kahf (Para Penghuni Gua)

    Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengenai Ashhabul Kahf (Para Penghuni Gua) tersebut:
 وَ تَحۡسَبُہُمۡ اَیۡقَاظًا وَّ ہُمۡ رُقُوۡدٌ ٭ۖ وَّ نُقَلِّبُہُمۡ ذَاتَ الۡیَمِیۡنِ وَ ذَاتَ الشِّمَالِ ٭ۖ وَ کَلۡبُہُمۡ بَاسِطٌ ذِرَاعَیۡہِ  بِالۡوَصِیۡدِ ؕ لَوِ اطَّلَعۡتَ عَلَیۡہِمۡ لَوَلَّیۡتَ مِنۡہُمۡ فِرَارًا  وَّ  لَمُلِئۡتَ مِنۡہُمۡ  رُعۡبًا ﴿﴾
Dan engkau menyangka mereka itu bangun  padahal mereka itu tidur,  dan Kami membolik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, dan anjing mereka sedang menjulurkan kedua kaki-depannya di halaman gua itu.  Seandainya engkau menyaksikan mereka niscaya engkau akan berbalik dari mereka untuk melarikan diri dan niscaya engkau akan dipenuhi oleh rasa takut terhadap mereka. (Al-Kahf [18]:19).
 Firman Allah Swt. tersebut tidak ada hubungannya dengan anggapan keliru bahwa karena para penghuni gua tersebut tidur-lelap selama 300 tahun maka penampilan mereka menjadi sangat mengerikan, sehingga orang yang melihat mereka pasti akan melarikan diri ketakutan.
 Para hakikatnya ayat tersebut merupakan peringatan Allah Swt. kepada orang Islam di masa Nabi Besar Muhammad saw.,  bahwa bangsa-bangsa Kristen di daerah utara sampai saat itu sedang berleha-leha  -- yang dalam ayat tersebut digambarkan sebagai “tidur” --  tetapi tidak lama lagi mereka akan bangkit dari keadaan lelap yang meliputi masa ratusan tahun itu, dan akan menyebar ke seluruh dunia serta menguasai dunia.
Kata-kata "Kami akan membolik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri," nampaknya menunjuk kepada berkeliarannya mereka di muka bumi, tersebarnya mereka ke semua jurusan untuk mencari pasaran baru dan untuk mencapai kemenangan-kemenangan yang baru pula, termasuk di  Nusantara, dimana bangsa Belanda melalui VOC telah menjajah Nusantara selama 350 tahun, firman-Nya:
وَ حَرٰمٌ عَلٰی قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَاۤ  اَنَّہُمۡ لَا  یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  حَتّٰۤی  اِذَا  فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ  مِّنۡ  کُلِّ  حَدَبٍ  یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿﴾  وَ اقۡتَرَبَ الۡوَعۡدُ الۡحَقُّ فَاِذَا ہِیَ شَاخِصَۃٌ  اَبۡصَارُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ یٰوَیۡلَنَا قَدۡ کُنَّا فِیۡ غَفۡلَۃٍ  مِّنۡ  ہٰذَا بَلۡ کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّکُمۡ وَ مَا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ حَصَبُ جَہَنَّمَ ؕ اَنۡتُمۡ  لَہَا وٰرِدُوۡنَ ﴿﴾  لَوۡ کَانَ ہٰۤؤُلَآءِ اٰلِہَۃً مَّا وَرَدُوۡہَا ؕ وَ کُلٌّ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ﴿﴾ لَہُمۡ فِیۡہَا زَفِیۡرٌ  وَّ  ہُمۡ فِیۡہَا لَا یَسۡمَعُوۡنَ ﴿﴾
Dan terlarang bagi penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa sesungguhnya mereka itu tidak mungkin kembali.  Hingga apabila dibukakan pintu pemenjaraan  Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari setiap ketinggian.  Sudah mendekat  janji yang benar maka sekonyong-konyong akan terbelalak mata orang-orang kafir, mereka  berseru, Aduhai, celaka kami! Sungguh kami dalam kelalaian mengenai hal ini, bahkan kami adalah orang yang zalim!” Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah bahan bakar Jahannam, akan mendatanginya. Seandainya mereka itu tuhan-tuhan, mereka sekali-kali tidak akan masuk mendatanginya, dan semuanya akan kekal di dalamnya. Mereka di dalamnya merintih, dan mereka di dalamnya tidak mendengar kabar gembira.  (Al-Anbiyā [21]:96-101).

Merajalelanya Kembali Gog (Ya’juj)
dan Magog (Ma’juj)  Di Akhir Zaman

    Menurut ayat 96 bahwa orang mati sekali-kali tidak akan dikembalikan lagi ke dunia, merupakan hukum Ilahi yang tidak dapat dielakkan dan dihindarkan. Mereka yang meninggalkan dunia ini  -- yakni mati atau binasa)  --meninggalkannya untuk selama-lamanya (QS.23:100-101).
     Ayat 97   jika dibaca bersama-sama dengan ayat yang mendahuluinya maka maksud ayat ini ialah bahwa hukum alam bekerja demikian rupa, sehingga sekali bila suatu hukum — sesudah mencapai puncak kejayaan dan kemuliaannya — mengalami kebinasaan dan kehancuran mereka tidak mendapatkan kembali kejayaan mereka yang hilang itu.  Menurut ayat tersebut Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) pun dengan kejayaan dan kemuliaan besar dalam kebendaan (duniawi) tidak dapat mengelakkan diri dari hukum alam. Mereka akan jatuh dan tidak akan bangkit kembali untuk selama-lamanya.
     Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Bagog) atau bangsa-bangsa Kristen barat telah mencapai segala puncak kekuasaan politik dan telah menyebar ke seluruh dunia. Ungkapan Al-Quran berarti, bahwa mereka akan menempati setiap ujung yang membawa keuntungan dan akan menguasai seluruh dunia.
     Sehubungan kata futihat (dibukakan) berkenaan Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog dalam  dalam ayat حَتّٰۤی  اِذَا  فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ  مِّنۡ  کُلِّ  حَدَبٍ  یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿﴾   --  “Hingga apabila dibukakan pintu pemenjaraan  Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari setiap ketinggian,” berikut adalah kesaksian Bible  -- Kitab Wahyu Yohanes -- tentang hal tersebut:
(1) Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; (2) ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, (3) lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya. (4) Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. (5) Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama. (6) Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya. (7) Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, (8) dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut. (9) Maka naiklah mereka ke seluruh dataran bumi, lalu mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu. Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka, (10) dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya. (Wahyu 20:1-10).
Dari penjelasan Kitab Wahyu tersebut jelas sekali bahwa yang dimaksud dengan “pelepasan kembali Iblis dan Satan atau naga si ular tua” setelah masa pemenjaraannya selama 1000 tahun tersebut adalah dalam bentuk tersebar-luasnya  Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) yakni bangsa-bangsa Kristen dari Eropa, yang sebelumnya merajalelanya Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) tersebut  pernah dihentikan oleh Cyrus atau Raja Dzulqarnain dengan cara mendirikan dinding Darband yang termasyhur (QS.18:84-102).

Rasul Akhir Zaman adalah Imam Mahdi a.s.
yang Akan  Mengatasi “Fitnah Dajjal

     Ayat QS.21:98 menubuatkan bahwa kekuasaan Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) akan diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang membawa bencana di dunia, yang akhirnya akan menyebabkan kejayaan  dan kemenangan Islam di Akhir Zaman ini (QS.61:10) dan menjadi sebab kekuatan-kekuatan kepalsuan dan kebendaan yang menjelma dalam wujud Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) – yakni fitnah Dajjal (si pendusta) yang matanya buta sebelah -- itu musnah.
     Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa tidak ada suatu kekuatan dunia pun yang dapat mengalahkan Dajjal – si pendusta yang matanya buta sebelah – kecuali Imam Mahdi a.s atau Al-Masih Mau’ud a.s.,   apabila Dajjal bertemu dengan Imam Mahdi a.s. yakni Al-Masih Akhir Zaman atau misal Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), akan seperti garam disiram air, sebagaimana diisyaratkan  dalam kata dhāllīn dalam Surah Al-Fatihah ayat 7, yang selain  bermakna negative yaitu   “sesat”, kata  dhāllan  juga berarti  juga fana  yaitu “tenggelam” atau “hilang sirna” dalam kecintaan (QS.93:8).
     Sesudah kehancuran Ya’juj  (Gog) dan Ma’juj (Magog) secara mutlak, Islam akan memperoleh kembali kejayaan dan kemuliaannya seperti sediakala, mereka yang telah berputus-asa mengenai kebangkitan kembali mata kepala mereka sendiri hampir-hampir tidak dapat mempercayainya, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,   walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
 Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.
     Menurut  QS.21:101,  dalam masa keruntuhan kekuasaan duniawinya   bangsa-bangsa yang disebut Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj), mereka tidak akan mendengar sesuatu yang dapat memberi hiburan dan ketenteraman kepada mereka; atau begitu banyak tangis-jerit dan ratap di neraka, sehingga penghuni-penghuninya tidak dapat mendengar suara satu sama lain:
…. Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka, (10) dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya. (Wahyu 20:9-10).
     Kesaksian penglihatan Yohanes dalam KItab Wahyu  mengenai nasib akhir yang akan menimpa  Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. sebelumnya:
وَ حَرٰمٌ عَلٰی قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَاۤ  اَنَّہُمۡ لَا  یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  حَتّٰۤی  اِذَا  فُتِحَتۡ یَاۡجُوۡجُ وَ مَاۡجُوۡجُ وَ ہُمۡ  مِّنۡ  کُلِّ  حَدَبٍ  یَّنۡسِلُوۡنَ ﴿﴾  وَ اقۡتَرَبَ الۡوَعۡدُ الۡحَقُّ فَاِذَا ہِیَ شَاخِصَۃٌ  اَبۡصَارُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ یٰوَیۡلَنَا قَدۡ کُنَّا فِیۡ غَفۡلَۃٍ  مِّنۡ  ہٰذَا بَلۡ کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّکُمۡ وَ مَا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ حَصَبُ جَہَنَّمَ ؕ اَنۡتُمۡ  لَہَا وٰرِدُوۡنَ ﴿﴾  لَوۡ کَانَ ہٰۤؤُلَآءِ اٰلِہَۃً مَّا وَرَدُوۡہَا ؕ وَ کُلٌّ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ﴿﴾ لَہُمۡ فِیۡہَا زَفِیۡرٌ  وَّ  ہُمۡ فِیۡہَا لَا یَسۡمَعُوۡنَ ﴿﴾
Dan terlarang bagi penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa sesungguhnya mereka itu tidak mungkin kembali.  Hingga apabila dibukakan pintu pemenjaraan  Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan cepat dari setiap ketinggian.  Sudah mendekat  janji yang benar maka sekonyong-konyong akan terbelalak mata orang-orang kafir, mereka  berseru, Aduhai, celaka kami! Sungguh kami dalam kelalaian mengenai hal ini, bahkan kami adalah orang yang zalim!” Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah bahan bakar Jahannam, akan mendatanginya. Seandainya mereka itu tuhan-tuhan, mereka sekali-kali tidak akan masuk mendatanginya,  dan semuanya akan kekal di dalamnya. Mereka di dalamnya merintih, dan mereka di dalamnya tidak mendengar kabar gembira.  (Al-Anbiyā [21]:96-101).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  11 Juni  2013  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar