Rabu, 26 Juni 2013

Generasi Penerus Pewaris Taurat dan Injil & Penyangkalan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 158


Generasi Penerus Pewaris Taurat dan Injil yang Meninggalkan Taurat dan Injil & Penyangkalan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan dua hukuman Allah Swt. yang menimpa Bani Israil  karena dengan kedurhakaan mereka kepada Allah Swt. dan kepada para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka maka mereka telah menjadi bangsa yang secara kiasan Allah Swt. menyebut mereka sebagai “kera dan babi” dan yang “menyembah syaitan”, akibat telah meninggalkan petunjuk Allah Swt. dalam Taurat dan Injil (QS.2:88-89), firman-Nya:
قُلۡ یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ ہَلۡ تَنۡقِمُوۡنَ مِنَّاۤ اِلَّاۤ اَنۡ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ وَ مَاۤ  اُنۡزِلَ اِلَیۡنَا وَ مَاۤ  اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اَنَّ  اَکۡثَرَکُمۡ  فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ ہَلۡ اُنَبِّئُکُمۡ بِشَرٍّ مِّنۡ ذٰلِکَ مَثُوۡبَۃً عِنۡدَ اللّٰہِ ؕ مَنۡ لَّعَنَہُ اللّٰہُ وَ غَضِبَ عَلَیۡہِ وَ جَعَلَ مِنۡہُمُ الۡقِرَدَۃَ  وَ الۡخَنَازِیۡرَ وَ عَبَدَ الطَّاغُوۡتَ ؕ اُولٰٓئِکَ شَرٌّ مَّکَانًا وَّ  اَضَلُّ  عَنۡ  سَوَآءِ السَّبِیۡلِ﴿﴾
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu  membenci serta mencela kami  hanya karena kami telah beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelum ini,  padahal sesungguhnya kebanyakan kamu orang-orang durhaka?”  Katakanlah: “Maukah  aku beritahukan kepada kamu yang lebih buruk daripada itu mengenai pembalasan dari sisi Allah? Yaitu orang-orang yang dilaknati Allah, kepadanya Dia  murka dan menjadikan sebagian dari mereka kera-kera, babi-babi  dan yang menyembah  syaitan.  Mereka itu berada di tempat yang buruk dan   tersesat jauh dari jalan lurus.   (Al-Māidah [5]:60-61).
  Sehubungan dua kali kedurhakaan Bani Israil   tersebut, berikut firman Allah Swt.  mengenai kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ  وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾   تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾  
Orang-orang  yang kafir  dari kalangan Bani Israil telah   dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam, hal demikian itu karena mereka senantiasa durhaka dan melampaui batas.  Mereka tidak pernah  saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya,  benar-benar sangat  buruk apa yang senantiasa  mereka kerjakan.   Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir sebagai  pelindung, dan benar-benar sangat buruk apa yang telah  mereka dahulukan  bagi diri mereka   yaitu bahwa Allah  murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah me-reka akan kekal. (Al-Māidah [5]:79-81).

Pewaris Taurat yang Meninggalkan Taurat dan Injil

      Setelah menjelaskan  mengenai berbagai kedurhakaan kaum Yahudi kepada Allah Swt. dan para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.7:167-169; QS.2:88-90), selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai generasi berikutnya dari pewaris Taurat dan Injil:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ  ؕ وَ الدَّارُ  الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ  یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi  pengganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu, mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, dan mereka telah mempelajari apa yang tercantum di dalamnya? Padahal  kampung  akhirat itu   lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-A’rāf [7]:170). 
   Kata 'aradha dalam  kalimat یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا --  “mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya” artinya:  barang yang tidak kekal, barang-barang duniawi yang rendah nilainya, barang-barang dagangan atau komoditi-komoditi duniawi; benda atau sesuatu.
     Sedangkan kalimat سَیُغۡفَرُ لَنَا -- “pasti kami akan diampuni”  mengisyaratkan kepada kepercayaan mereka itikad “penebusan dosa” oleh “kematian terkutuk” Nabi Isa Ibnu Maryam di atas salib hasil rekayasa Paulus dalam Surat-surat kirimannya. Padahal Allah Swt.  berfirman اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ  – “Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq,” وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ --  “dan mereka telah mempelajari apa yang tercantum di dalamnya?”   Darasa berarti: (1) ia  membaca atau menelaah buku; (2) ia meniadakan, menghapuskan atau melenyapkan sesuatu (Lexicon Lane).

“Mempertuhankan” Nabi Uzair a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Dua Golongan Generasi Pewaris Taurat dan Injil

    Mengenai rekayasa  yang biasa terjadi di kalangan  kaum Yahudi  tersebut  Allah Swt.  berfirman: 
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾  اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾  یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾   ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid?  Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, padahal  mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah  dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.   Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan aga-ma yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya.  (At-Taubah [9]:30-33).
      Allah Swt. dalam Al-Quran telah membagi dua golongan generasi pewaris Taurat dan Injil tersebut, yakni (1) golongan Ashhabul-Kahf (para penghuni gua), yaitu para pengikut Nabi Iksa Ibnu Maryam a.s. yang berpegang teguh pada Tauhid sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus – QS.5:117-119);   (2) golongan yang membangun prasasti-prasasti,  yang mengikuti ajaran Paulus dalam Surat-surat kirimannya, yakni yang mempercayai faham “Trinitas” dan “Penebusan Dosa”  oleh “kematian terkutuk” Yesus Kristus di atas salib.

Makna Al-Quran Sebagai “Penjaga 

    Berikut adalah  firman Allah Swt. mengenai kisah Ashhabul-Kahf (para Penghuni Gua), yang berkenaannya banyak berbagai pendapat, bahkan cerita khayal:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِؕ﴿ٜ﴾  اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ  اَنۡزَلَ عَلٰی عَبۡدِہِ الۡکِتٰبَ  وَ لَمۡ  یَجۡعَلۡ  لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾ قَیِّمًا  لِّیُنۡذِرَ بَاۡسًا شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ  لَہُمۡ  اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾  مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Segala puji bagi Allah  Yang  telah menurunkan kepada hamba-Nya Kitab Al-Quran ini dan   Dia tidak menjadikan padanya ke­bengkokan. Sebagai penjaga untuk memberi peringatan mengenai  siksaan yang dahsyat dari hadirat-Nya, dan memberikan kabar gembira  kepada orang-orang beriman  yang beramal saleh bahwa sesungguhnya bagi mere-ka ada ganjaran yang baik, mereka menetap di dalamnya selama-lamanya, (Al-Kahf [18]:1-4).
   Al-Quran sebagai qayyim (penjaga) melakukan tugas ganda. Al-Quran   penjaga atas kitab-kitab terdahulu dengan jalan memperbaiki dan menghilang­kan kesalahan-kesalahan yang telah masuk atau dimasukkan dalam kitab-kitab itu, dan Al-Quran penjaga atas generasi-generasi yang akan datang, sebab dipikulnya kewajiban untuk memperkembangkan ruhani mereka serta membimbing mereka pada jalan-jalan yang menjurus kepada penghayatan tujuan hidup manusia yang agung dan mulia  yaitu untuk semata-mata menyembah Allah Swt. serta memperagakan Sifat-sifat-Nya (QS.51:57), sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.33:22; QS.4:70-71).  
  Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai peringatan Al-Quran kepada para pengikut ajaran Paulus:
وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾  مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا﴿﴾
Dan supaya memperingat­kan orang-orang  yang berkata: "Allah  mengambil seorang  anak laki-laki.”  Mereka   sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya.  Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan. (Al-Kahf [18]:5-6).
  Al-Quran pertama-tama disebut sebagai "memberi peringatan" dan kemudian sebagai "memberi kabar gembira" (ayat 3), dan sekali lagi sebagai “memberi peringatan” seperti dalam ayat  ini. Orang-orang kafir telah dua kali diberi peringatan,  dan di tengah-tengah dua peringatan itu orang-orang beriman telah diberi kabar gembira.
Dua peringatan yang dipisahkan oleh kabar gembira bagi umat Islam itu mengandung tiga nubuatan:
 (a) kekalahan dan kehancuran lawan-lawan Nabi Besar Muhammad saw.  di masa beliau saw. sendiri,
(b) Kenaikan umat Islam ke puncak kekuasaan dan kemuliaan dengan jalan yang menakjubkan, dan
(c) sesudah terlepasnya umat Islam dari kejayaan dan kemegahan. adanya hukuman yang disediakan bagi bangsa-bangsa yang mengatakan bahwa "Allah telah mengambil seorang anak lelaki.”

Keburukan  Faham “Tuhan Punya Anak

 Mengenai kalimat ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ  -- “Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka,   mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan,” Allah Swt. berfirman:
وَ قَالُوا  اتَّخَذَ  الرَّحۡمٰنُ  وَلَدًا ﴿ؕ﴾  لَقَدۡ  جِئۡتُمۡ  شَیۡئًا  اِدًّا ﴿ۙ﴾  تَکَادُ السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾  اَنۡ  دَعَوۡا  لِلرَّحۡمٰنِ  وَلَدًا ﴿ۚ﴾  وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ  یَّتَّخِذَ  وَلَدًا ﴿ؕ﴾  اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ  اِلَّاۤ اٰتِی  الرَّحۡمٰنِ  عَبۡدًا ﴿ؕ﴾  لَقَدۡ  اَحۡصٰہُمۡ  وَ عَدَّہُمۡ  عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ  کُلُّہُمۡ  اٰتِیۡہِ  یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ   فَرۡدًا ﴿﴾
Dan mereka  berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah meng­ambil seorang anak laki-laki."  Sungguh  kamu benar-benar telah mengucapkan sesuatu  yang sangat mengerikan.   Hampir-hampir seluruh langit pecah   karenanya, bumi terbelah, dan gunung­-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka menyatakan bagi Tuhan Yang Maha Pemurah punya  anak laki-laki. Padahal sekali-kali tidak layak bagi Tuhan Yang  Maha Pemurah, mengambil seorang anak laki-laki. Tidak  ada seorang pun di se­luruh  langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba.  Sungguh Dia benar-benar mengetahui jumlah  mereka dan meng-hitung mereka dengan   menyeluruh. Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam [19]:89-94).
 Paham bahwa Yesus anak Allah itu begitu mengerikan, sehingga seluruh langit, bumi, dan gunung-gunung dapat hancur berkeping-keping dan rebah ke tanah karena kejinya kepercavaan itu. Kepercayaan itu sangat menjijikkan wujud­-wujud samawi (as-samawat) oleh karena berlawanan dengan Sifat-sifat Ilahi dan bertentangan dengan segala yang wujud-wujud samawi itu bela dan muliakan.
 Kepercayaan ini menjijikkan manusia yang mendiami bumi (al-ardh) sebab hal ini bertentangan dengan tuntutan fitrat serta kecerdasan otak manusia sejati, dan akal manusia menolak dengan perasaan kecewa terhadap paham demikian itu. Orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia seperti para nabi dan para pilihan Tuhan (al-jibal) menentangnya juga   menolak dan menentangnya,  sebab anggapan bahwa manusia memerlukan pengurbanan orang lain untuk memperoleh keselamatan dan mencapai tingkat akhlak tinggi  adalah bertentangan dengan pengalaman ruhani mereka sendiri.
Surah ini berisikan pencelaan yang paling keras dan lugas terhadap 'itikad-'itikad Kristen, terutama kepercayaan mereka yang pokok bahwa Yesus anak Allah, satu kepercayaan yang darinya terbit semua 'itikad lainnya; tekanan istimewa telah diberikan kepada penolakan dan pencelaan terhadap kepercayaan ini.
Perlu mendapat perhatian khusus bahwa sifat Ar-Rahmān (Yang Maha Pemurah) telah berulang-ulang disinggung dalam Surah ini — sifat itu telah disebutkan sebanyak 16 kali, karena 'itikad Kristen yang pokok ialah pengakuan kepada Yesus sebagai anak Allah dan akibat-akibatnya yaitu 'itikad penebusan dosa mengandung arti penolakan terhadap sifat Ar-Rahmān,  dan karena pokok pembahasan utama Surah ini ialah pembantahan terhadap ‘itikad ini maka sudah seharusnya Sifat-sifat Ilahi itu disebut dengan berulang-ulang.
'Itikad penebusan dosa yang mengandung arti bahwa Allah Swt. tidak dapat mengampuni dosa-dosa manusia, padahal sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) menghendaki bahwa Dia dapat dan memang sering mengampuni mereka, itulah sebabnya sifat Ar-Rahmān berulang kalidisebut dalam Surah ini.

Penolakan Nabi Isa Ibu Maryam a.s.
Terhadap Ajaran “Trinitas” dan “Penebusan Dosa

Tuhan Yang bersifat Rahmān (Maha Pemurah) itu tidak memerlukan anak untuk menolong-Nya atau menggantikan-Nya, sebab Dia adalah Pemilik seluruh langit dan bumi,  dan kerajaan-Nya meliputi seluruh alam, dan juga karena semua orang adalah hamba-Nya, dan Yesus adalah salah seorang dari antara mereka. Itulah sebabnya beliau menolak telah mengajarkan faham  hasil rekayasa Paulus tersebut, firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ  ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ  اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ  اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ؃ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ  مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾  مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ  شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ  کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ  اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  شَہِیۡدٌ ﴿﴾  اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ  ﴿﴾  
Dan ingatlah ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan  selain Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan  apa yang  sekali-kali  bukan hakku. Jika  aku telah mengatakannya maka sungguh  Engkau mengetahuinya. Engkau me-ngetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah ke-pada Allāh, Tuhan-ku dan Tuhan kamu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka,  tetapi tatkala Engkau telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu.   Kalau Engkau mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan kalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”  (Al-Maidah [5]:117-119).
      Demikianlah penjelasan  mengenai  kalimat ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ  -- “Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan, dalam firman-Nya:
وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾  مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا﴿﴾
Dan supaya memperingat­kan orang-orang  yang berkata: "Allah  mengambil seorang  anak laki-laki.” Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya.  Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka,   mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan. (Al-Kahf [18]:5-6).


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  9 Juni  2013  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar