بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah
Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 158
Generasi Penerus Pewaris Taurat dan Injil yang
Meninggalkan Taurat dan Injil & Penyangkalan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan dua hukuman Allah Swt.
yang menimpa Bani Israil karena dengan kedurhakaan mereka kepada Allah
Swt. dan kepada para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka maka mereka telah
menjadi bangsa yang secara kiasan
Allah Swt. menyebut mereka sebagai “kera
dan babi” dan yang “menyembah syaitan”, akibat telah
meninggalkan petunjuk Allah Swt.
dalam Taurat dan Injil (QS.2:88-89), firman-Nya:
قُلۡ
یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ ہَلۡ تَنۡقِمُوۡنَ مِنَّاۤ اِلَّاۤ اَنۡ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ
وَ مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡنَا وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اَنَّ اَکۡثَرَکُمۡ
فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ ہَلۡ اُنَبِّئُکُمۡ بِشَرٍّ مِّنۡ ذٰلِکَ
مَثُوۡبَۃً عِنۡدَ اللّٰہِ ؕ مَنۡ لَّعَنَہُ اللّٰہُ وَ غَضِبَ عَلَیۡہِ وَ جَعَلَ
مِنۡہُمُ الۡقِرَدَۃَ وَ الۡخَنَازِیۡرَ
وَ عَبَدَ الطَّاغُوۡتَ ؕ اُولٰٓئِکَ شَرٌّ مَّکَانًا وَّ اَضَلُّ
عَنۡ سَوَآءِ السَّبِیۡلِ﴿﴾
Katakanlah:
“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu membenci serta mencela kami hanya karena kami telah beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelum ini, padahal sesungguhnya kebanyakan kamu orang-orang durhaka?” Katakanlah: “Maukah aku beritahukan
kepada kamu yang lebih buruk daripada
itu mengenai pembalasan
dari sisi Allah? Yaitu orang-orang
yang dilaknati Allah, kepadanya Dia murka dan menjadikan sebagian dari mereka kera-kera, babi-babi dan yang
menyembah syaitan.
Mereka itu berada di tempat yang buruk dan tersesat
jauh dari jalan lurus. (Al-Māidah
[5]:60-61).
Sehubungan
dua kali kedurhakaan Bani Israil tersebut, berikut firman Allah Swt. mengenai kutukan
Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.:
لُعِنَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ
وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا
یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ
ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ
مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی
الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang yang kafir dari kalangan Bani Israil telah dilaknat
oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam,
hal demikian itu karena mereka
senantiasa durhaka dan melampaui
batas. Mereka tidak pernah saling
mencegah dari kemungkaran yang dikerjakannya,
benar-benar sangat buruk apa yang
senantiasa mereka kerjakan. Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir sebagai
pelindung, dan benar-benar
sangat buruk apa yang telah mereka
dahulukan bagi diri mereka yaitu bahwa Allah murka
kepada mereka, dan di dalam azab
inilah me-reka akan kekal. (Al-Māidah [5]:79-81).
Pewaris Taurat yang Meninggalkan Taurat dan Injil
Setelah menjelaskan mengenai berbagai kedurhakaan kaum Yahudi kepada Allah Swt. dan para Rasul Allah yang dibangkitkan di
kalangan mereka (QS.7:167-169; QS.2:88-90), selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai generasi berikutnya dari pewaris Taurat dan Injil:
فَخَلَفَ
مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا
الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ
مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ
لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ اِلَّا
الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ ؕ وَ
الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Maka
datang menggantikan sesudah mereka,
suatu generasi pengganti yang mewarisi
Kitab Taurat itu, mereka mengambil harta dunia yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika
datang kepada mereka harta semacam
itu lagi mereka akan mengambilnya.
Bukankah telah diambil perjanjian
dari mereka dalam Kitab bahwa
mereka tidak akan mengatakan sesuatu
terhadap Allah kecuali yang haq, dan mereka
telah mempelajari apa yang tercantum di dalamnya? Padahal kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang
yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-A’rāf [7]:170).
Kata 'aradha
dalam kalimat یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا -- “mereka mengambil harta dunia
yang rendah ini dan mereka
mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.”
Dan jika datang kepada mereka harta
semacam itu lagi mereka akan mengambilnya”
artinya: barang yang tidak kekal,
barang-barang duniawi yang rendah nilainya, barang-barang dagangan atau
komoditi-komoditi duniawi; benda atau sesuatu.
Sedangkan kalimat سَیُغۡفَرُ لَنَا -- “pasti kami akan diampuni” mengisyaratkan kepada kepercayaan mereka itikad “penebusan
dosa” oleh “kematian terkutuk”
Nabi Isa Ibnu Maryam di atas salib
hasil rekayasa Paulus dalam Surat-surat kirimannya. Padahal Allah
Swt. berfirman اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ
عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ اِلَّا الۡحَقَّ – “Bukankah
telah diambil perjanjian dari mereka
dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu
terhadap Allah kecuali yang haq,” وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ -- “dan mereka telah mempelajari apa
yang tercantum di dalamnya?” Darasa berarti: (1) ia membaca atau menelaah buku; (2) ia
meniadakan, menghapuskan atau melenyapkan sesuatu (Lexicon Lane).
“Mempertuhankan” Nabi Uzair a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
&
Dua Golongan Generasi Pewaris Taurat dan Injil
Mengenai rekayasa yang biasa terjadi
di kalangan kaum Yahudi tersebut Allah Swt.
berfirman:
وَ قَالَتِ
الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ
قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا
مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ
مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ
بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ
اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی
الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ
کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair adalah anak
Allah”, dan orang-orang Nasrani
berkata: “Al-Masih adalah anak
Allah.” Demikian itulah perkataan
mereka dengan mulutnya, mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir
yang terdahulu. Allah membinasakan
mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan
dari Tauhid? Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu
juga Al-Masih ibnu Maryam,
padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa.
Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci
Dia dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau pun orang-orang kafir tidak menyukai.
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan aga-ma yang haq
(benar), supaya Dia mengunggulkannya
atas semua agama walau pun orang-orang
musyrik tidak menyukainya. (At-Taubah [9]:30-33).
Allah Swt. dalam Al-Quran telah membagi
dua golongan generasi pewaris Taurat
dan Injil tersebut, yakni (1)
golongan Ashhabul-Kahf (para penghuni
gua), yaitu para pengikut Nabi Iksa Ibnu Maryam a.s. yang berpegang teguh pada Tauhid sebagaimana yang diajarkan oleh
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus – QS.5:117-119); (2) golongan yang membangun prasasti-prasasti, yang mengikuti ajaran Paulus dalam Surat-surat
kirimannya, yakni yang mempercayai faham “Trinitas” dan “Penebusan
Dosa” oleh “kematian terkutuk” Yesus
Kristus di atas salib.
Makna Al-Quran Sebagai “Penjaga”
Berikut adalah firman Allah Swt. mengenai kisah Ashhabul-Kahf (para Penghuni Gua), yang
berkenaannya banyak berbagai pendapat, bahkan cerita khayal:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِؕ﴿ٜ﴾ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلٰی
عَبۡدِہِ
الۡکِتٰبَ وَ لَمۡ یَجۡعَلۡ لَّہٗ عِوَجًا ؕ﴿ٜ﴾ قَیِّمًا لِّیُنۡذِرَ
بَاۡسًا
شَدِیۡدًا مِّنۡ لَّدُنۡہُ وَ یُبَشِّرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ اَجۡرًا حَسَنًا ۙ﴿﴾ مَّاکِثِیۡنَ فِیۡہِ اَبَدًا ۙ﴿﴾
Aku
baca dengan nama Allah Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah Yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Kitab Al-Quran ini
dan Dia tidak menjadikan padanya kebengkokan.
Sebagai penjaga untuk
memberi peringatan mengenai siksaan
yang dahsyat dari hadirat-Nya, dan memberikan
kabar gembira kepada orang-orang beriman yang beramal saleh bahwa sesungguhnya bagi mere-ka ada ganjaran yang baik, mereka menetap di dalamnya selama-lamanya, (Al-Kahf
[18]:1-4).
Al-Quran sebagai qayyim (penjaga)
melakukan tugas ganda. Al-Quran penjaga atas kitab-kitab terdahulu dengan jalan memperbaiki dan menghilangkan
kesalahan-kesalahan yang telah masuk
atau dimasukkan dalam kitab-kitab itu, dan Al-Quran penjaga
atas generasi-generasi yang akan
datang, sebab dipikulnya kewajiban
untuk memperkembangkan ruhani mereka
serta membimbing mereka pada jalan-jalan yang menjurus kepada penghayatan tujuan hidup manusia yang agung dan mulia yaitu untuk
semata-mata menyembah Allah Swt. serta memperagakan Sifat-sifat-Nya (QS.51:57), sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.33:22;
QS.4:70-71).
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai peringatan
Al-Quran kepada para pengikut ajaran Paulus:
وَّ یُنۡذِرَ
الَّذِیۡنَ قَالُوا
اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ
عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ
کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا کَذِبًا﴿﴾
Dan
supaya memperingatkan orang-orang yang berkata: "Allah
mengambil seorang anak laki-laki.”
Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya. Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak
mengucapkan kecuali kedustaan. (Al-Kahf
[18]:5-6).
Al-Quran pertama-tama disebut sebagai "memberi peringatan" dan kemudian sebagai "memberi kabar
gembira" (ayat 3), dan sekali lagi sebagai “memberi peringatan” seperti dalam ayat ini. Orang-orang
kafir telah dua kali diberi peringatan, dan di tengah-tengah dua peringatan itu orang-orang beriman telah diberi kabar gembira.
Dua peringatan
yang dipisahkan oleh kabar gembira
bagi umat Islam itu mengandung tiga nubuatan:
(a) kekalahan
dan kehancuran lawan-lawan Nabi Besar Muhammad saw. di masa beliau saw. sendiri,
(b) Kenaikan umat Islam ke puncak kekuasaan dan
kemuliaan dengan jalan yang menakjubkan, dan
(c) sesudah terlepasnya umat Islam dari kejayaan dan
kemegahan. adanya hukuman yang
disediakan bagi bangsa-bangsa yang
mengatakan bahwa "Allah telah
mengambil seorang anak lelaki.”
Keburukan Faham “Tuhan
Punya Anak”
Mengenai kalimat
ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ -- “Sangat besar keburukan perkataan
yang keluar dari mulut mereka,
mereka tidak mengucapkan
kecuali kedustaan,” Allah Swt.
berfirman:
وَ
قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ
وَلَدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ جِئۡتُمۡ
شَیۡئًا اِدًّا ﴿ۙ﴾ تَکَادُ السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ
تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾ اَنۡ
دَعَوۡا لِلرَّحۡمٰنِ وَلَدًا ﴿ۚ﴾ وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ یَّتَّخِذَ
وَلَدًا ﴿ؕ﴾ اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ
اٰتِی الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ
اَحۡصٰہُمۡ وَ عَدَّہُمۡ عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ
کُلُّہُمۡ اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا ﴿﴾
Dan
mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang anak
laki-laki." Sungguh
kamu benar-benar telah
mengucapkan sesuatu yang sangat mengerikan. Hampir-hampir seluruh langit pecah karenanya,
bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka
menyatakan bagi Tuhan Yang Maha
Pemurah punya anak laki-laki. Padahal
sekali-kali tidak layak bagi Tuhan
Yang Maha Pemurah, mengambil seorang
anak laki-laki. Tidak ada seorang
pun di seluruh langit dan bumi melainkan
ia akan datang kepada Tuhan Yang
Maha Pemurah sebagai hamba. Sungguh Dia
benar-benar mengetahui jumlah mereka dan meng-hitung mereka dengan
menyeluruh. Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya pada Hari
Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam [19]:89-94).
Paham bahwa Yesus
anak Allah itu begitu mengerikan,
sehingga seluruh langit, bumi, dan gunung-gunung dapat hancur berkeping-keping
dan rebah ke tanah karena kejinya kepercavaan itu. Kepercayaan itu
sangat menjijikkan wujud-wujud samawi
(as-samawat) oleh karena berlawanan
dengan Sifat-sifat Ilahi dan bertentangan dengan segala yang wujud-wujud samawi itu bela dan muliakan.
Kepercayaan ini
menjijikkan manusia yang mendiami bumi (al-ardh) sebab hal ini
bertentangan dengan tuntutan fitrat
serta kecerdasan otak manusia sejati,
dan akal manusia menolak dengan perasaan kecewa
terhadap paham demikian itu.
Orang-orang yang memiliki cita-cita
tinggi dan mulia seperti para nabi dan para pilihan Tuhan (al-jibal) menentangnya
juga menolak dan menentangnya, sebab anggapan bahwa manusia memerlukan pengurbanan orang lain untuk memperoleh keselamatan dan mencapai tingkat akhlak tinggi adalah
bertentangan dengan pengalaman ruhani
mereka sendiri.
Surah ini berisikan pencelaan yang paling keras dan lugas terhadap 'itikad-'itikad
Kristen, terutama kepercayaan mereka yang pokok bahwa Yesus anak Allah, satu kepercayaan yang darinya terbit semua 'itikad lainnya; tekanan istimewa telah
diberikan kepada penolakan dan pencelaan terhadap kepercayaan ini.
Perlu mendapat perhatian khusus bahwa sifat Ar-Rahmān
(Yang Maha Pemurah) telah berulang-ulang disinggung dalam Surah ini — sifat itu telah
disebutkan sebanyak 16 kali, karena 'itikad
Kristen yang pokok ialah pengakuan kepada Yesus sebagai anak Allah dan akibat-akibatnya yaitu 'itikad penebusan dosa mengandung arti
penolakan terhadap sifat Ar-Rahmān,
dan karena pokok pembahasan utama Surah ini ialah pembantahan terhadap ‘itikad ini maka sudah seharusnya Sifat-sifat Ilahi itu disebut dengan
berulang-ulang.
'Itikad penebusan
dosa yang mengandung arti bahwa Allah Swt. tidak dapat mengampuni dosa-dosa manusia, padahal sifat Ar-Rahmān
(Maha Pemurah) menghendaki
bahwa Dia dapat dan memang sering mengampuni mereka, itulah sebabnya
sifat Ar-Rahmān berulang kalidisebut dalam Surah ini.
Penolakan Nabi Isa Ibu Maryam a.s.
Terhadap Ajaran “Trinitas” dan “Penebusan Dosa”
Tuhan Yang bersifat Rahmān (Maha Pemurah) itu tidak memerlukan anak untuk menolong-Nya atau menggantikan-Nya, sebab Dia adalah Pemilik seluruh langit dan bumi, dan kerajaan-Nya
meliputi seluruh alam, dan juga karena semua
orang adalah hamba-Nya, dan Yesus adalah salah seorang dari antara mereka. Itulah sebabnya
beliau menolak telah mengajarkan faham
hasil rekayasa Paulus tersebut,
firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اللّٰہُ
یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ
لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ
اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ
عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ
وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾ مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ
اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا
تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ
تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu
Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" Ia berkata: “Maha
Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan apa yang
sekali-kali bukan hakku.
Jika aku telah mengatakannya maka
sungguh Engkau mengetahuinya. Engkau
me-ngetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang
ada dalam diri Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Mengetahui segala yang gaib. Aku
sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah ke-pada Allāh, Tuhan-ku dan
Tuhan kamu.” Dan aku menjadi saksi
atas mereka selama aku berada di antara mereka, tetapi tatkala
Engkau telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi
Pengawas atas mereka, dan Engkau
adalah Saksi atas segala sesuatu. Kalau Engkau mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan kalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Maidah [5]:117-119).
Demikianlah penjelasan
mengenai kalimat ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ -- “Sangat
besar keburukan perkataan yang keluar
dari mulut mereka, mereka tidak
mengucapkan kecuali kedustaan,”
dalam firman-Nya:
وَّ یُنۡذِرَ
الَّذِیۡنَ قَالُوا
اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ
عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ
کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا کَذِبًا﴿﴾
Dan
supaya memperingatkan orang-orang yang berkata: "Allah
mengambil seorang anak laki-laki.” Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya. Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak
mengucapkan kecuali kedustaan. (Al-Kahf
[18]:5-6).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 9 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar