بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 138
Persamaan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Besar
Muhammad Saw. dalam Hal Penegakan Tauhid
Ilahi dan Memberantas Kemusyrikan
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai karunia Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim
a.s. sebagai Abul
Anbiya (Bapa Para Nabi) atau “Imam umat manusia” (QS.2:125)
melalui Nabi Ismail a.s., firman-Nya:
وَ اِذِ ابۡتَلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ رَبُّہٗ بِکَلِمٰتٍ فَاَتَمَّہُنَّ ؕ قَالَ
اِنِّیۡ جَاعِلُکَ
لِلنَّاسِ اِمَامًا ؕ قَالَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِیۡ ؕ قَالَ لَا یَنَالُ عَہۡدِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ وَ اِذۡ جَعَلۡنَا
الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ
وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ
اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ
الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ
الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ
وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ
مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ
النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ
الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Ibrahim diuji oleh
Tuhan-nya dengan beberapa perintah maka dilaksanakannya sepenuhnya.
Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau imam bagi manusia.” Ia, Ibrahim, berkata: “Dan
jadikanlah juga imam dari keturunanku.” Dia berfirman: “Janji-Ku tidak mencapai yakni tidak
berlaku bagi orang-orang zalim.”
Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah (Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi
manusia dan tempat yang aman,
dan jadikanlah
maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim
dan Isma'il: “Sucikanlah rumah-Ku itu untuk orang-orang
yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.” Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata:
“Ya Tuhan-ku, jadikanlah tempat ini kota
yang aman dan berikanlah rezeki
berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman kepada
Allah dan Hari Kemudian.”
Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian akan
Aku paksa ia masuk ke dalam
azab Api, dan itulah seburuk-buruk
tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:125-127).
Ibtila’ (cobaan) mengandung dua hal: (a)
pengkajian kedudukan atau keadaan obyeknya dan menjadi kenal dengan apa-apa
yang sebelumnya tidak diketahui mengenai keadaan obyek itu; (b) menampakkan
kebaikan atau keburukan obyek itu (Lexicon
Lane). Kata kalimat itu
jamak dari kalimah yang berarti suatu perintah (Al-Mufradāt).
Pemindahan nikmat
Kenabian dari Bani Israil
kepada Bani Isma’il
Imam berarti setiap obyek yang diikuti,
baik manusia atau suatu Kitab (Al-Mufradāt).
Ketika Nabi Ibrahim a.s. memohon agar kedudukan beliau sebagai imam bagi manusia tersebut dianugerahkan pula
kepada keturunan beliau, jawaban
Allah Swt. adalah لَا یَنَالُ عَہۡدِی الظّٰلِمِیۡنَ -- “Janji-Ku
tidak mencapai yakni tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Itulah sebabnya ketika Bani Israil berulang kali melakukan kedurhakaan kepada Allah Swt. dan kepada
para rasul Allah yang dibangkitkan di
kalangan mereka (QS.2:89-90; QS.5:79-80; QS.33:71; QS.61:6) lalu Allah Swt.
memindahkan nikmat kenabian tersebut
kepada Bani Isma’il melalui Nabi
Besar Muhammad saw..
Dengan demikian penempatan
Nabi Ismail a.s. di masa kecil bersama
ibunya, Siti Hajar, di lembah Makkah
yang kering dan gersang dan pembangunan
kembali Ka’bah oleh Nabi Ibrahim a.s.
dan Nabi Isma’il – yang ketika itu hanya tinggal reruntuhan pondasinya -- merupakan persiapan pemindahan nikmat kenabian dari Bani Israil kepada Bani Isma’il.
Nabi Ismail
a.s. inilah yang dimaksud dengan “batu yang terbuang” yang kemudian melahirkan
“batu penjuru”, yakni Nabi Besar Muhammad saw., yang siapa pun jatuh atas “batu penjuru” atau ditimpa “batu penjuru”
tersebut akan hancur:
“Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab
Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu
penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata
kita. Sebab itu aku berkata kepadamu, bahwa kerajaan Allah akan
diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan
menghasilkan buah Kerajaan itu. [Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu ia
akan hancur, dan barangsiapa ditimpa
batu itu ia akan remuk”] (Matius
21:42-44) Lihat Mazmur 118:22-23.
Bahwa yang dimaksud dengan “batu penjuru”
itu adalah Nabi Besar Muhammad saw. dijelaskan
Nabi Daud a.s. dalam Mazmur 118:26:
“Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan!”
Nubuatan
Nabi Daud a.s. tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. melalui perkataan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) mengenai akan dipindahkannya nikmat kenabian (Kerajaan Allah) dari
Bani Israil kepada Bani Isma’il (umat
Islam):
“Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh
nabi-nabi dan melempari dengan batu
orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan
anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah
sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah
rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata
kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat aku lagi, hingga kau
berkata: Diberkatilah Dia yang datang
dalam nama Tuhan” (Matius 23:37-39).
Setelah penghancuran kota Yerusalem
yang kedua kali oleh Titus dari
kerajaan Romawi pada tahun 70 M akibat kutukan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Matius 24:1-2 & 15-22;
QS.5:79-80; QS.17:5-9), sesuai dengan janji Allah Swt. nikmat kenabian dan nikmat
kerajaan dipindahkan oleh Allah Swt. dari Bani Israil kepada Bani Isma’il
dengan kedatangan “nabi yang seperti Musa”
yakni Nabi Besar Muhammad saw. (Ulangan 15-19; QS.46:11)., dan
“Rumah Allah” dipindahkan lagi dari Yerusalem kepada “Rumah Allah” yang
hakiki (BaitulLāh) di Makkah.
Pendiri Ka’bah adalah
Nabi Adam a.s.
Ka’bah atau BaitulLāh disebut matsabah
berarti suatu tempat yang apabila orang mengunjunginya ia berhak memperoleh
pahala; atau tempat yang sering dikunjungi dan menjadi tempat berkumpul (Al-Mufradat). Ka’bah, menurut
beberapa riwayat — dan juga diisyaratkan oleh Al-Quran sendiri — mula-mula
didirikan oleh Nabi Adam a.s. (QS.3:97)
dan buat beberapa waktu merupakan pusat
peribadatan para keturunannya.
Kemudian dalam perjalanan masa umat manusia
menjadi terpisah sehingga menjadi berbagai golongan masyarakat dan mengambil pusat-pusat peribadatan yang berbeda.
Kemudian Nabi Ibrahim a.s. mendirikannya
lagi, dan tempat itu tetap menjadi pusat
ibadah untuk keturunannya dengan perantaraan puteranya, Nabi Isma'il a.s..
Dengan pergantian waktu tempat itu secara alamiah (praktis) diubah
menjadi tempat berhala yang jumlahnya
sebanyak 360 — hampir sama dengan jumlah hari dalam satu tahun, sesuai dengan
prediksi Nabi Ibrahim a.s. (QS.14:36-38). Tetapi pada masa Nabi Besar Muhammad saw. tempat itu dijadikan lagi pusat beribadah segala bangsa, karena Nabi Besar Muhammad saw. diutus
sebagai Rasul Allah kepada seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108;
QS.25:2; QS.34:29) untuk mempersatukan
mereka yang telah cerai-berai
sesudah Nabi Adam a.s., menjadi
suatu persaudaraan seluruh umat manusia.
Ada pun yang menarik adalah bahwa
sebagaimana halnya Nabi Ibrahim a.s. telah memukuli patung-patung berhala
sembahan kaumnya (QS.21:58-59; QS.37:94), demikian pula halnya dengan
Nabi Besar Muhammad saw. pada saat peristiwa Fathah Makkah (Penaklukan Makkah)
beliau saw. pun telah memukuli patung-patung yang berada du Ka’bah sambil mengucapkan
firman Allah Swt.:
وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ کَانَ
زَہُوۡقًا ﴿﴾
Dan
katakanlah: ”Haq yakni kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap, sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap.” (Bani Israil [17]:82
Inilah salah satu mukjizat
gaya bahasa Al-Quran bahwa untuk ini mengemukakan salah satu misal semacam itu. Sesudah takluknya
kota Mekkah, ketika Nabi Besar Muhammad saw. selagi membersihkan
Ka’bah dari berhala-berhala yang
telah mengotorinya, beliau berulang-ulang mengucapkan ayat tersebut sementara
beliau memukuli berhala-berhala (Bukhari).
Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma’il a.s.
Membangun Kembali Ka’bah (Baitullah)
Kembali kepada firman-Nya dalam
QS.2:125-127 وَ اِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ وَ
اَمۡنًا -- “Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah (Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi
manusia dan tempat yang aman,”
Ka’bah, dan karenanya maka kota Mekkah juga
dinyatakan menjadi tempat keamanan
dan ketenteraman. Kerajaan-kerajaan
yang gagah-perkasa telah runtuh dan daerah-daerah yang membentang luas telah
menjadi belantara sejak permulaan sejarah, tetapi keamanan Mekkah secara
lahiriah tidak pernah terganggu.
Pusat-pusat keagamaan agama-agama lain tidak pernah menyatakan, dan pada
hakikatnya tidak pernah menikmati keamanan
demikian dan kekebalan terhadap
bahaya, tetapi Mekkah senantiasa
merupakan tempat yang aman dan tenteram. Tiada penakluk asing pernah memasukinya, tempat itu senantiasa tetap ada
di tangan mereka yang menjunjung-muliakannya.
Lebih lanjut Allah Swt. berfirman
mengenai pembangunan kembali Ka’bah –
mungkin akibar banjir dahsyat di
zaman Nabi Nuh a.s. -- maka tinggal reruntuhan
pondasinya ketika Nabi Ibraim a.s.
meninggalkan Nabi Isma’il di masa kecil bersama ibunya, Siti Hajar di lembah
Bakkah (Mekkah), firman-Nya:
وَ اِذۡ یَرۡفَعُ اِبۡرٰہٖمُ الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَیۡتِ وَ اِسۡمٰعِیۡلُ ؕ رَبَّنَا
تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾رَبَّنَا وَ
اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ اِنَّکَ
اَنۡتَ
التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿﴾رَبَّنَا وَ
ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
Dan ingatlah
ketika Ibrahim dan Isma’il meninggikan dasar-dasar yakni pondasi Rumah itu sambil mendoa: “Ya
Tuhan kami, terimalah
amal ini dari kami,
sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Mendengar, Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada Engkau, dan juga dari antara
keturunan kami jadikanlah satu
umat yang berserah diri kepada Engkau,
perlihatkanlah kepada kami cara-cara
ibadah kami dan terimalah taubat kami,
sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Penerima Taubat, Maha Penyayang.
Ya Tuhan kami, bangkitkanlah seorang rasul di tengah-tengah
mereka dari kalangan mereka sendiri,
yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau
kepada mereka, yang mengajarkan
Kitab dan hikmah kepada
mereka serta akan mensucikan mereka,
sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah
[2]:128-130).
Ka’bah adalah “Rumah Kuno” (Baitul ‘Atiq)
Apakah Nabi Ibrahim a.s. sebagai pendiri
atau hanya pembangun kembali Ka’bah,
merupakan satu masalah yang telah menimbulkan banyak perbantahan. Sementara
orang berpendapat bahwa Nabi Ibrahim a.s. lah
pendiri pertama tempat itu, sedang yang lainnya melacak asal-usulnya sampai
Nabi Adam a.s.. Al-Quran
(QS.3:97) dan hadits-hadits shahih membenarkan pendapat bahwa bahkan sebelum bangunan
tersebut didirikan oleh Nabi Ibrahim
a.s., pada tempat itu telah ada semacam bangunan
tetapi telah menjadi puing-puing dan
hanya tinggal bekasnya belaka.
Kata al-qawa’id dalam ayat
ini menunjukkan bahwa pondasi Baitullah
telah ada dan kemudian Nabi Ibrahim a.s. serta
Nabi Isma'il a.s. membangunnya atas pondasi itu. Tambahan pula doa Nabi Ibrahim a.s. pada
saat berpisah dengan putranya, Nabi Isma'il a.s. dan ibunya di Mekkah yaitu: “Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di
lembah yang tandus dekat Rumah Engkau yang suci” (QS.14:38), menunjukkan bahwa Ka’bah telah ada bahkan sebelum Nabi Ibrahim a.s. menempatkan istri
dan anak beliau di lembah Mekkah.
Hadits pun mendukung pandangan itu (Bukhari),
demikian pula catatan-catatan sejarah pun memberikan dukungan kepada pendapat
bahwa Ka’bah itu sangat tua sekali
asal-usulnya.
Para ahli sejarah terkenal dan
bahkan sebagian ahli-ahli kritik Islam yang tak bersahabat telah mengakui bahwa
Ka’bah itu tempat yang sangat tua dan telah dipandang suci semenjak waktu yang
tak dapat diingat. Diodorus Siculus Sicily (60 sebelum
Masehi) dalam menyinggung mengenai daerah yang sekarang dikenal sebagai Hijaz
mengatakan bahwa tempat itu sangat dimuliakan oleh bangsa pribumi dan
menambahkan, sebuah tempat pemujaan
yang sangat tua didirikan di situ dari batu keras ...... yang ke tempat itu
datang berbondong-bondong kaum-kaum dari daerah tetangga dari segala penjuru”
(Terjemahan ke dalam Bahasa Inggeris oleh C.M. Oldfather, London, 1935, Kitab
III, Bab 42 jilid ii, halaman 211-213).
“Kata-kata itu tentu
mengisyaratkan rumah suci di Mekkah, sebab kita tidak mengenal tempat lain,
yang pernah mendapat penghormatan yang meliputi seluruh tanah Arab ........
Tarikh melukiskan Ka’bah sebagai tempat ziarah dari semua bagian tanah Arab
semenjak waktu kuno” (Williams Muir, halaman ciii).
Doa Khusus Nabi Ibrahim a.s. Untuk Bani Isma’il
Ayat QS.2:130
merupakan
ikhtisar dari masalah pokok seluruh Surah yang bukan hanya berisikan pemekarannya
saja melainkan pula membahas berbagai pokok dalam urutan yang sama seperti
disebut dalam ayat ini, yaitu mula-mula Tanda-tanda, kemudian Kitab, lalu
hikmah syariat, dan yang terakhir ialah sarana-sarana untuk kemajuan nasional .
Menarik sekali kiranya untuk
diperhatikan di sini bahwa Al-Quran membicarakan dua doa Nabi Ibrahim a.s.
secara terpisah. Pertama tentang keturunan Nabi Ishaq a.s. dan yang kedua mengenai anak-cucu Nabi Isma’il
a.s.. Doa pertama tercantum
dalam QS.2:125 dan yang kedua dalam ayat 130.
Dalam doanya mengenai keturunan
Ishaq a.s., Nabi Ibrahim a.s. memohon supaya imam-iman atau para mushlih
(pembaharu) dibangkitkan dari antara mereka, tetapi beliau tidak menyebut tugas
atau kedudukan istimewa mereka — mereka itu Mushlih-muslih rabbani
(Pembaharu-pembaharu) biasa yang akan datang berturut-turut untuk memperbaiki Bani Israil.
Tetapi dalam doanya pada ayat ini
(QS.2:128-130) beliau memohon kepada Allah Swt. agar
membangkitkan di antara keturunannya seorang Nabi Besar dengan tugas
khusus. Perbedaan ini sungguh merupakan gambaran yang sejati lagi indah
sekali tentang kedua cabang keturunan Nabi Ibrahim a.s..
Dengan menyebut kedua doa Nabi
Ibrahim a.s. dalam ayat 125 dan 130, Surah ini mengemukakan secara
sepintas lalu kenyataan bahwa Nabi Ibrahim a.s. bukan hanya mendoa
untuk kesejahteraan Bani Ishaq saja,
melainkan juga untuk keturunan Bani Isma'il a.s., putra sulungnya.
Keturunan Nabi Ishaq a.s. kehilangan karunia kenabian karena perbuatan-perbuatan
jahat mereka, maka Nabi yang
dijanjikan dan diminta dalam ayat ini harus termasuk keturunan Nabi Ibrahim a.s. yang lain yaitu anak-cucu Nabi Isma'il a.s..
Bukti-bukti Nabi Besar
Muhammad Saw.
Adalah Keturunan Nabi Ismail a.s. dan sebagai “Batu Penjuru”
Untuk menegaskan bahwa Nabi yang diharapkan dan dijanjikan itu
harus seorang dari Bani Isma'il,
Al-Quran dengan sangat tepat menuturkan pembangunan
Ka’bah oleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isma'il a.s. dan doa yang
dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim a.s. untuk
keturunan putra sulungnya. Terhadap
kesimpulan wajar ini para pengecam Kristen pada umumnya mengemukakan dua
kecaman:
(1) Bahwa Bible tidak menyebut janji Allah apa pun kepada Nabi Ibrahim a.s. mengenai Nabi Isma'il a.s. dan
(2) bahwa andaikata diakui bahwa
Allah Swt. sungguh-sungguh
telah memberikan suatu janji
demikian, maka tidak ada bukti terhadap kenyataan bahwa Rasul agama Islam adalah keturunan Nabi Isma'il a.s..
Adapun tentang keberatan pertama,
andaikata pun diperhatikan bahwa Bible
tak mengandung nubuatan-nubuatan apa
pun mengenai Nabi Isma'il a.s. maka
hal itu tidaklah berarti bahwa nubuatan
demikian tidak pernah ada. Tambahan pula bila kesaksian Bible dapat dianggap membenarkan adanya sesuatu janji mengenai Nabi Ishaq a.s. dan
putra-putranya, mengapa kesaksian Al-Quran
berkenaan dengan anak cucu Nabi Isma'il a.s. tidak dapat diterima
sebagai bukti bahwa janji-janji telah
diberikan pula oleh Allah Swt. kepada
Nabi Isma'il a.s. dan anak-anaknya? Tetapi Bible sendiri mengandung
penunjukan mengenai kesejahteraan hari depan
putra-putra Nabi Isma'il a.s. seperti dikandungnya mengenai kesejahteraan putra-putra Nabi Ishaq
a.s. (Kejadian
16:10-12; 17:6-10; 17:18-20).
Sebagai jawaban kepada keberatan
kedua bahwa seandainya pun perjanjian itu dianggap meliputi keturunan Isma'il
a.s., masih harus pula dibuktikan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. termasuk Bani Isma'il. Butir-butir berikut ini dapat
diperhatikan:
(1) Kaum Quraisy kabilah Nabi
Besare Muhammad saw. berasal,
senantiasa percaya dan menyatakan diri sebagai keturunan Nabi Isma'il a.s. dan
pengakuan itu diakui oleh semua bangsa Arab.
(2) Jika pengakuan kaum Quraisy
dan juga pengakuan suku-suku Bani Isma'il lainnya dari tanah Arab sebagai
keturunan Nabi Isma'il a.s. itu
tidak benar, maka keturunan Nabi Isma'il
a.s. yang sungguh-sungguh tentu akan membantah pengakuan palsu demikian itu,
tetapi setahu orang, keberatan demikian tidak pernah diajukan.
(3). Dalam Kejadian 17:20
Tuhan telah berjanji akan memberkati Nabi
Isma'il a.s. melipatgandakan keturunannya, menjadikannya
bangsa besar dan ayah 12 pangeran. Jika
bangsa Arab bukan keturunannya, lalu mana bangsa yang dijanjikan itu? Suku-suku
Bani Isma'il di tanah Arab sungguh-sungguh merupakan satu-satunya yang mengaku
berasal dari Nabi Isma'il a.s..
(4) Menurut Kejadian 21:8-14, Siti
Hajar terpaksa meninggalkan rumahnya untuk memuaskan rasa angkuh Sarah. Jika
beliau tidak dibawa ke Hijaz, di manakah sekarang keturunannya dapat ditemukan
dan di manakah tempat pembuangannya?
(5) Ahli-ahli ilmu bumi bangsa
Arab semuanya sepakat bahwa Faran itu adalah nama yang diberikan kepada
bukit-bukit Hijaz (Mu’jam al-Buldan).
(6). Menurut Bible, keturunan Nabi Isma'il a.s. menghuni wilayah “dari negeri Hawilah
sampai ke Syur” (Kejadian
25:18), dan kata-kata “dari Hawilah sampai ke Syur” menunjukkan ujung-ujung
bertentangan negeri Arab (Biblica Cyclopaedia
by J. Eadie, London 1862).
(7). Bible menyebut Ismail
“seorang bagai hutan lakunya” (Kejadian
16:12) dan kata A’rabi (“Penghuni padang pasir”) mengandung arti hampir
sama pula.
(8). Bahkan Paulus mengakui
adanya hubungan antara Siti Hajar dengan tanah Arab (Galatia 4:25).
(9). Kedar itu seorang putra
Isma’il a.s. dan telah diakui bahwa keturunannya menduduki wilayah selatan
tanah Arab (Biblica Cyclopaedia,
London 1862).
(10). Prof. C.C. Torrey
mengatakan: “Orang-orang Arab itu Bani Isma’il menurut riwayat bangsa Ibrani
.... Dua belas orang raja" (Kejadian 17:20), yang
kemudian disebut dalam Kejadian
25:13-15, menggambarkan suku-suku Arab atau daerah-daerah di negeri Arab,
perhatikanlah terutama Kedar, Duma (Dumatul Jandal), Teima. Bangsa besar itu
ialah penduduk Arab” (Jewish
Foundation of Islam, halaman 83). “Orang-orang Arab menurut ciri-ciri
jasmani, bahasa, adat kebiasaan asli .... dan dari persaksian Bible umumnya dan
pada dasarnya adalah Bani Isma’il” (Cyclopaedia
of Biblical Literature, New
York, halaman 685).
(11). “Marilah kita senantiasa
mencela kecenderungan kotor anak-anak Hajar karena terutama kaum (suku)
Quraisy, mereka itu serupa dengan binatang” (Leaves from Three Ancient Qur’an, edited by the Rev.
Mingana, D.D. Intro. xiii).
Semua bukti tersebut membuktikan
kebenaran firman Allah Swt. sebelum ini
mengenai doa khusus Nabi Ibrahim a.s.
untuk keturunan Nabi Isma’il a.s., yang pada puncak pengabulannya telah
melahirkan Nabi Besar Muhammad saw. - sang “Batu
penjuru” yang dijanjikan Allah Swt. melalui lidah Nabi Daud a.s.:
وَ اِذۡ یَرۡفَعُ اِبۡرٰہٖمُ الۡقَوَاعِدَ مِنَ الۡبَیۡتِ وَ اِسۡمٰعِیۡلُ ؕ رَبَّنَا
تَقَبَّلۡ مِنَّا ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾رَبَّنَا وَ
اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ ۪ وَ اَرِنَا مَنَاسِکَنَا وَ تُبۡ عَلَیۡنَا ۚ اِنَّکَ
اَنۡتَ
التَّوَّابُ الرَّحِیۡمُ ﴿﴾رَبَّنَا وَ
ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
Dan ingatlah
ketika Ibrahim dan Isma’il meninggikan dasar-dasar yakni pondasi Rumah itu sambil mendoa: “Ya
Tuhan kami, terimalah amal ini dari
kami, sesungguhnya Engkau
benar-benar Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang
berserah diri kepada Engkau, dan juga
dari antara keturunan kami jadikanlah satu umat yang berserah diri kepada Engkau, perlihatkanlah kepada kami cara-cara ibadah kami dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Penerima Taubat,
Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, bangkitkanlah seorang rasul di tengah-tengah
mereka dari kalangan mereka sendiri,
yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau
kepada mereka, yang mengajarkan
Kitab dan hikmah kepada
mereka serta akan mensucikan mereka,
sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah
[2]:128-130).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 21 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar