بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 159
Hubungan
”Ashhābul Kahf” (Para Penghuni
Gua) dan “Ar-Raqīm”
(Prasasti-prasasti) dengan Kaum Nashrani
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai kalimat ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ -- “Sangat
besar keburukan perkataan yang keluar
dari mulut mereka, mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan,” (QS.18:6), dalam
firman-Nya:
وَّ یُنۡذِرَ
الَّذِیۡنَ قَالُوا
اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ
عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ
کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا کَذِبًا﴿﴾
Dan
supaya memperingatkan orang-orang yang berkata: "Allah
mengambil seorang anak laki-laki.”
Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya. Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak
mengucapkan kecuali kedustaan. (Al-Kahf
[18]:5-6).
Bahaya Kedustaan Itikad “Ketuhanan Isa Ibnu Maryam”
Sehubungan
dengan keburukan ucapan dusta
tersebut hal tersebut dalam Surah berikut ini Allah Swt. berfirman:
وَ
قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ
وَلَدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ جِئۡتُمۡ
شَیۡئًا اِدًّا ﴿ۙ﴾ تَکَادُ السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ
تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾ اَنۡ
دَعَوۡا لِلرَّحۡمٰنِ وَلَدًا ﴿ۚ﴾ وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ یَّتَّخِذَ
وَلَدًا ﴿ؕ﴾ اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ
اٰتِی الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ
اَحۡصٰہُمۡ وَ عَدَّہُمۡ عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ
کُلُّہُمۡ اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا ﴿﴾
Dan
mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang anak
laki-laki." Sungguh
kamu benar-benar telah
mengucapkan sesuatu yang sangat mengerikan. Hampir-hampir seluruh langit pecah karenanya,
bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka
menyatakan bagi Tuhan Yang Maha
Pemurah punya anak laki-laki. Padahal
sekali-kali tidak layak bagi Tuhan
Yang Maha Pemurah, mengambil seorang
anak laki-laki. Tidak ada seorang
pun di seluruh langit dan bumi melainkan
ia akan datang kepada Tuhan Yang
Maha Pemurah sebagai hamba. Sungguh Dia
benar-benar mengetahui jumlah mereka dan meng-hitung mereka dengan
menyeluruh. Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya pada Hari
Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam [19]:89-94).
Paham bahwa Yesus
anak Allah itu begitu mengerikan,
sehingga seluruh langit, bumi, dan gunung-gunung dapat hancur
berkeping-keping dan rebah ke
tanah karena kejinya kepercavaan itu.
Kepercayaan itu sangat menjijikkan wujud-wujud
samawi (as-samawat) -- yaitu para malaikat yang senantiasa bertasbih dengan pujian-pujian-Nya (QS.2:31; QS,17L45; QS,24:42; QS.57:2QS.61:2; QS.62:2; QS.64:2) --- oleh karena berlawanan
dengan Sifat-sifat Ilahi dan bertentangan dengan segala yang wujud-wujud samawi itu bela dan muliakan.
Kepercayaan ini
menjijikkan manusia yang mendiami bumi (al-ardh) sebab hal ini
bertentangan dengan tuntutan fitrat
serta kecerdasan otak manusia sejati,
dan akal manusia menolak dengan perasaan kecewa
terhadap paham demikian itu.
Orang-orang yang memiliki cita-cita
tinggi dan mulia seperti para nabi dan para pilihan Tuhan (al-jibal) menentangnya
juga menolak dan menentangnya, sebab anggapan bahwa manusia memerlukan pengurbanan orang lain untuk memperoleh keselamatan dan mencapai tingkat akhlak tinggi adalah
bertentangan dengan pengalaman ruhani
mereka sendiri.
Surah ini berisikan pencelaan yang paling keras dan lugas terhadap 'itikad-'itikad
Kristen, terutama kepercayaan mereka yang pokok bahwa Yesus anak Allah, satu kepercayaan yang darinya terbit semua 'itikad lainnya; tekanan istimewa telah
diberikan kepada penolakan dan pencelaan terhadap kepercayaan ini.
Perlu mendapat perhatian khusus bahwa sifat Ar-Rahmān
(Yang Maha Pemurah) telah berulang-ulang disinggung dalam Surah ini — sifat itu telah
disebutkan sebanyak 16 kali, karena 'itikad
Kristen yang pokok ialah pengakuan kepada Yesus sebagai anak Allah dan akibat-akibatnya yaitu 'itikad penebusan dosa mengandung arti
penolakan terhadap sifat Ar-Rahmān,
dan karena pokok pembahasan utama Surah ini ialah pembantahan terhadap ‘itikad ini maka sudah seharusnya Sifat-sifat Ilahi itu disebut dengan
berulang-ulang.
'Itikad penebusan
dosa yang mengandung arti bahwa Allah Swt. tidak dapat mengampuni dosa-dosa manusia, padahal sifat Ar-Rahmān
(Maha Pemurah) menghendaki
bahwa Dia dapat dan memang sering mengampuni mereka, itulah sebabnya
sifat Ar-Rahmān berulang kali disebut dalam Surah ini.
Penolakan Nabi Isa Ibu Maryam a.s. Terhadap
Faham “Trinitas” dan “Penebusan Dosa”
Tuhan Yang bersifat Rahmān (Maha Pemurah) itu tidak memerlukan anak untuk menolong-Nya atau menggantikan-Nya, sebab Dia adalah Pemilik seluruh langit dan bumi,
dan kerajaan-Nya meliputi
seluruh alam, dan juga karena semua
orang adalah hamba-Nya, dan Yesus adalah salah seorang dari antara mereka. Itulah sebabnya
beliau menolak telah mengajarkan faham
hasil rekayasa Paulus
tersebut, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اللّٰہُ
یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ
لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ
اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ
عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ
وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾ مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ
اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا
تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ
تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu
Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" Ia berkata: “Maha
Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan apa yang sekali-kali bukan hakku.
Jika aku telah mengatakannya maka
sungguh Engkau mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang
ada dalam diri Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Mengetahui segala yang gaib. Aku
sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah ke-pada Allah, Tuhan-ku dan
Tuhan kamu.” Dan aku menjadi saksi
atas mereka selama aku berada di antara mereka, tetapi tatkala
Engkau telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi
Pengawas atas mereka, dan Engkau
adalah Saksi atas segala sesuatu. Kalau Engkau mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan kalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Maidah [5]:117-119).
Demikianlah penjelasan
mengenai kalimat ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ -- “Sangat
besar keburukan perkataan yang keluar
dari mulut mereka, mereka tidak
mengucapkan kecuali kedustaan,”
dalam firman-Nya:
وَّ یُنۡذِرَ
الَّذِیۡنَ قَالُوا
اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ
عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ
کَلِمَۃً تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ اِلَّا کَذِبًا﴿﴾
Dan
supaya memperingatkan orang-orang yang berkata: "Allah
mengambil seorang anak laki-laki.”
Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya. Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak
mengucapkan kecuali kedustaan. (Al-Kahf
[18]:5-6).
Keprihatinan Nabi Besar Muhammad Saw.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
keprihatinan Nabi Besar Muhammad saw. terhadap hal
tersebut:
فَلَعَلَّکَ
بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ اِنۡ لَّمۡ
یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَسَفًا ﴿﴾ اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ اَیُّہُمۡ
اَحۡسَنُ
عَمَلًا ﴿﴾ وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا
عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا ؕ﴿﴾
Maka
sangat mungkin engkau akan membinasakan diri engkau karena sangat
sedih sekiranya mereka tidak beriman
kepada keterangan ini. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi perhiasan baginya
supaya Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan
sesungguhnya Kami niscaya akan
menjadikan segala yang ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus. (Al-Kahf
[18]:7-9).
Karena bakhi' itu ism fail dari bakha'a
yang berarti: ia berbuat sesuatu dengan cara setepat-tepatnya, ayat ini dengan
padat dan lugas melukiskan betapa besarnya perhatian dan kekhawatiran serta
kecemasan Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kesejahteraan
ruhani kaum beliau saw.. Kesedihan
beliau saw. atas penolakan dan perlawanan mereka terhadap amanat Ilahi hampir membuat beliau saw. wafat.
Memang begitulah keadaan para utusan dan
nabi Allāh hatinya senantiasa penuh dengan kasih-sayang terhadap sesama
manusia. Mereka berseru (kepada Allah), menangis dan berdukacita
demi kepentingan umat manusia. Tetapi manusia tidak tahu berterimakasih,
sehingga orang-orang itu sendiri yang bagi mereka para nabi Allah mempunyai perasaan yang begitu mendalam justru merekalah
yang menindas para nabi Allah dan berusaha untuk membunuh mereka.
Dalam ayat 7 dikemukakan bahwa semua benda
yang tidak terhitung banyaknya yang telah diciptakan Allah Swt., tidak ada satu pun yang tidak
mempunyai kegunaan tersendiri yang tertentu, atau yang kosong dari segala
kebaikan, semuanya menambah semarak dan indahnya kehidupan manusia.
Umat Islam telah dianjurkan untuk senantiasa memberi perhatian kepada kebenaran agung yang
melandasi kata-kata sederhana itu, dan untuk menyerahkan waktu dan
tenaga mereka guna menggali rahasia-rahasia alam
yang agung dan untuk menyelidiki sifat-sifat
yang tidak terbilang banyaknya, yang
dimiliki unsur-unsur alam.
Ayat 8 mengandung
suatu kabar gaib bahwa bangsa-bangsa
Kristen dari barat sesudah memperoleh kekayaan,
kekuatan, kekuasaan, dan sesudah mendapat penemuan-penemuan
besar, akhirnya akan membuat bumi Allah
itu penuh dengan kedosaan dan keburukan,
seperti yang dituturkan oleh Bible. Kemurkaan
Allah akan bangkit, dan sesuai dengan nubuatan-nubuatan
yang diucapkan oleh mulut para nabi Allah,
di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam Perjanjian Baru,
Al-Quran dan hadits, bencana-bencana
akan menimpa bumi secara meluas, serta segala kemajuan yang tadinya telah dicapai oleh mereka dan semua buah tangan mereka,
gedung-gedung mereka yang tinggi megah, keindahan negeri mereka, serta
segala kemuliaan, kemegahan, dan keagungan mereka sama sekali akan menjadi hancur berantakan.
Kaum yang dikemukakan
oleh Al-Quran tersebut adalah generasi
penerus pewaris Taurat dan Injil yang telah meninggalkan ajaran kedua Kitab
suci tersebut, sebagaimana telah
dikemukakan dalam Bab sebelumnya:
فَخَلَفَ
مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا
الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ
مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ
لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ اِلَّا
الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ ؕ وَ
الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Maka
datang menggantikan sesudah mereka,
suatu generasi pengganti yang mewarisi
Kitab Taurat itu, mereka mengambil harta dunia yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika
datang kepada mereka harta semacam
itu lagi mereka akan mengambilnya.
Bukankah telah diambil perjanjian
dari mereka dalam Kitab bahwa
mereka tidak akan mengatakan sesuatu
terhadap Allah kecuali yang haq, dan mereka
telah mempelajari apa yang tercantum di dalamnya? Padahal kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang
yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-A’rāf [7]:170).
Ashabul-Kahf (Para
penghuni Gua) &
Ar-Raqīm
(Prasasti-prasasti)
Mengisyaratkan kepada mereka itulah dalam
Surah Al-Kahf selanjutnya
Allah Swt. menyebut mereka sebagai ar-raqīm
(prasasti-prasasti), sedang generasi
yang lebih awal disebut Ashhābul-Kahf
(Para Penghuni Gua), firman-Nya:
اَمۡ حَسِبۡتَ
اَنَّ اَصۡحٰبَ الۡکَہۡفِ وَ الرَّقِیۡمِ ۙ کَانُوۡا مِنۡ اٰیٰتِنَا عَجَبًا ﴿﴾ اِذۡ اَوَی
الۡفِتۡیَۃُ اِلَی الۡکَہۡفِ فَقَالُوۡا رَبَّنَاۤ اٰتِنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً وَّ ہَیِّیٔۡ لَنَا
مِنۡ اَمۡرِنَا رَشَدًا ﴿﴾ فَضَرَبۡنَا عَلٰۤی اٰذَانِہِمۡ فِی
الۡکَہۡفِ سِنِیۡنَ عَدَدًا ﴿ۙ﴾ فَضَرَبۡنَا عَلٰۤی اٰذَانِہِمۡ فِی
الۡکَہۡفِ سِنِیۡنَ عَدَدًا ﴿ۙ﴾
Apakah
engkau menyangka bahwa penghuni gua dan prasasti-prasasti itu adalah dari antara Tanda-tanda Kami yang menakjubkan? Ketika para pemuda mencari perlindungan ke dalam
gua itu lalu mereka berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahilah kami rahmat
dari sisi Engkau, dan lengkapilah kami dengan petunjuk yang benar dalam urusan
kami." Maka Kami mencegah mereka dari mendengar
dalam gua beberapa tahun lamanya. (Al-Kahf [18]:10-12).
Ungkapan ashhāb al-kahf, telah
diberi banyak arti, seperti: kaum gua;
orang-orang gua; teman-teman segua;
penghuni gua; dan penduduk gua. Ayat ini menyatakan bahwa para penghuni gua itu – sebagaimana
anggapan umum -- bukanlah wujud‑wujud
aneh. Tidak ada sifat mereka yang
dianggap menyimpang dari hukum alam
biasa. Tetapi sungguh amat aneh bahwa banyak dongengan-dongengan khayali
telah terjalin sekitar mereka.
Kisah yang tersohor mengenai "Seven
Sleepers" (Tujuh penidur) seperti diuraikan oleh Gibbon dalam karyanya
"Decline and fall of the Roman
Empire" (Kemunduran dan jatuhnya kerajaan Romawi), memberi suatu
kunci penting untuk menyingkapkan kabut rahasia yang menyelubungi para penghuni
gua itu. Gibbon berkata:
"Ketika Maharaja
Decius mengejar-ngejar dan menindas
orang-orang Kristen, tujuh pemuda bangsawan dari Ephesus menyembunyikan diri
dalam sebuah gua yang luas di pinggir sebuah gunung di mana mereka dibiarkan
menjadi musnah oleh raja zalim itu, dan memberi perintah untuk menutup pintu
masuk gua itu rapat-rapat dengan tumpukan batu-batu besar.”
Menurut riwayat
lain, konon kabarnya Yusuf itu mengembara di Britania pada tahun 63 M. Menurut dongengan-dongengan, gereja
Glastonbury yang pertama itu merupa-kan bangunan yang dibuat dengan
ranting-ranting yang dianyam, didirikan oleh Yusuf Arimatea, ialah kepala dua
belas rasul yang diutus ke Britania dari Gaul oleh Santa Filip (Encyclopaedia Britanica, Edisi
ke10 & Edisi ke-13, pada kata "Yoseph of Arimathea" & pada
kata "Glastonbury").
Teori terbaru yang mendapat dukungan kuat dari
penyelidikan terhadap "Dead Sea
scrolls" (Gulungan-gulungan tulisan yang terdapat di dekat Laut
Mati), menunjukkan gua-gua itu — yakni tempat orang-orang Kristen pertama
mencari perlindungan dan mereka menuliskan kepercayaan-kepercayaan serta
ajaran-ajaran mereka — di sebuah lembah dekat Laut Mati.
"Gua" dan "prasasti" merupakan dua
segi yang sangat penting dalam kepercayaan
Kristen, yang berarti bahwa agama Kristen itu mulai sebagai agama yang melepaskan dan menarik diri dari
keramaian dunia – yang disebut Ashhabul-
Kahf (Para Penghuni Gua), dan mereka itu berpegang pada Tauhid sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(Yesus Kristus) -- dan berakhir dengan
menjadi suatu agama yang memusatkan perhatian kepada urusan dunia; suatu agama perdagangan dan perniagaan
dalam dunia tulis-menulis dan prasasti-prasasti (tulisan-tulisan pada
dinding dan benda-benda) atau ar-raqīm, serta mempercayai Yesus
sebagai “anak Allah” sebagaimana yang diajarkan Paulus dalam Surat-surat kirimannya.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 10 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar