Jumat, 28 Juni 2013

Hubungan "Ashhaabul-Kahf (Para Penghuni Gua) dan "Ar-Raqiim" (Prasasti-prasasti) dengan Kaum Nashrani




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 159


        Hubungan  Ashhābul Kahf” (Para Penghuni Gua) dan “Ar-Raqīm” (Prasasti-prasasti) dengan Kaum Nashrani


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan  mengenai kalimat ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ  -- “Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan,” (QS.18:6), dalam firman-Nya:
وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾  مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا﴿﴾
Dan supaya memperingat­kan orang-orang  yang berkata: "Allah  mengambil seorang anak laki-laki.”  Mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya.  Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan. (Al-Kahf [18]:5-6).

Bahaya Kedustaan Itikad  Ketuhanan Isa Ibnu Maryam

   Sehubungan dengan keburukan ucapan dusta tersebut hal tersebut dalam Surah berikut ini Allah Swt. berfirman:
وَ قَالُوا  اتَّخَذَ  الرَّحۡمٰنُ  وَلَدًا ﴿ؕ﴾  لَقَدۡ  جِئۡتُمۡ  شَیۡئًا  اِدًّا ﴿ۙ﴾  تَکَادُ السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾  اَنۡ  دَعَوۡا  لِلرَّحۡمٰنِ  وَلَدًا ﴿ۚ﴾  وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ  یَّتَّخِذَ  وَلَدًا ﴿ؕ﴾  اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ  اِلَّاۤ اٰتِی  الرَّحۡمٰنِ  عَبۡدًا ﴿ؕ﴾  لَقَدۡ  اَحۡصٰہُمۡ  وَ عَدَّہُمۡ  عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ  کُلُّہُمۡ  اٰتِیۡہِ  یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ   فَرۡدًا ﴿﴾
Dan mereka  berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah meng­ambil seorang anak laki-laki." Sungguh  kamu benar-benar telah mengucapkan sesuatu  yang sangat mengerikan.   Hampir-hampir seluruh langit pecah   karenanya, bumi terbelah, dan gunung­-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka menyatakan bagi Tuhan Yang Maha Pemurah punya  anak laki-laki. Padahal sekali-kali tidak layak bagi Tuhan Yang  Maha Pemurah, mengambil seorang anak laki-laki. Tidak  ada seorang pun di se­luruh  langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba.  Sungguh Dia benar-benar mengetahui jumlah  mereka dan meng-hitung mereka dengan   menyeluruh. Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya pada Hari Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam [19]:89-94).
 Paham bahwa Yesus anak Allah itu begitu mengerikan, sehingga seluruh langit, bumi, dan gunung-gunung dapat hancur berkeping-keping dan rebah ke tanah karena kejinya kepercavaan itu. Kepercayaan itu sangat menjijikkan wujud­-wujud samawi (as-samawat) -- yaitu para malaikat yang senantiasa bertasbih dengan pujian-pujian-Nya  (QS.2:31; QS,17L45; QS,24:42; QS.57:2QS.61:2; QS.62:2; QS.64:2) --- oleh karena berlawanan dengan Sifat-sifat Ilahi dan bertentangan dengan segala yang wujud-wujud samawi itu bela dan muliakan.
 Kepercayaan ini menjijikkan manusia yang mendiami bumi (al-ardh) sebab hal ini bertentangan dengan tuntutan fitrat serta kecerdasan otak manusia sejati, dan akal manusia menolak dengan perasaan kecewa terhadap paham demikian itu. Orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia seperti para nabi dan para pilihan Tuhan (al-jibal) menentangnya juga   menolak dan menentangnya,  sebab anggapan bahwa manusia memerlukan pengurbanan orang lain untuk memperoleh keselamatan dan mencapai tingkat akhlak tinggi  adalah bertentangan dengan pengalaman ruhani mereka sendiri.
Surah ini berisikan pencelaan yang paling keras dan lugas terhadap 'itikad-'itikad Kristen, terutama kepercayaan mereka yang pokok bahwa Yesus anak Allah, satu kepercayaan yang darinya terbit semua 'itikad lainnya; tekanan istimewa telah diberikan kepada penolakan dan pencelaan terhadap kepercayaan ini.
Perlu mendapat perhatian khusus bahwa sifat Ar-Rahmān (Yang Maha Pemurah) telah berulang-ulang disinggung dalam Surah ini — sifat itu telah disebutkan sebanyak 16 kali, karena 'itikad Kristen yang pokok ialah pengakuan kepada Yesus sebagai anak Allah dan akibat-akibatnya yaitu 'itikad penebusan dosa mengandung arti penolakan terhadap sifat Ar-Rahmān,  dan karena pokok pembahasan utama Surah ini ialah pembantahan terhadap ‘itikad ini maka sudah seharusnya Sifat-sifat Ilahi itu disebut dengan berulang-ulang.
'Itikad penebusan dosa yang mengandung arti bahwa Allah Swt. tidak dapat mengampuni dosa-dosa manusia, padahal sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) menghendaki bahwa Dia dapat dan memang sering mengampuni mereka, itulah sebabnya sifat Ar-Rahmān berulang kali disebut dalam Surah ini.

Penolakan Nabi Isa Ibu Maryam a.s. Terhadap
Faham “Trinitas” dan “Penebusan Dosa

Tuhan Yang bersifat Rahmān (Maha Pemurah) itu tidak memerlukan anak untuk menolong-Nya atau menggantikan-Nya, sebab Dia adalah Pemilik seluruh langit dan bumi,  dan kerajaan-Nya meliputi seluruh alam, dan juga karena semua orang adalah hamba-Nya, dan Yesus adalah salah seorang dari antara mereka. Itulah sebabnya beliau menolak telah mengajarkan faham  hasil rekayasa Paulus tersebut, firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ  ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ  اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ  اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ؃ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ  مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾  مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ  شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ  کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ  اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  شَہِیۡدٌ ﴿﴾  اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ  ﴿﴾  
Dan ingatlah ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan  selain Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan  apa yang sekali-kali  bukan hakku. Jika  aku telah mengatakannya maka sungguh  Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah ke-pada Allah, Tuhan-ku dan Tuhan kamu.” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka,  tetapi tatkala  Engkau telah mewafatkanku  maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu.   Kalau Engkau mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan kalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”  (Al-Maidah [5]:117-119).
      Demikianlah penjelasan  mengenai  kalimat ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ  -- “Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan,  dalam firman-Nya:
وَّ یُنۡذِرَ الَّذِیۡنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰہُ وَلَدًا ٭﴿﴾  مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ وَّ لَا لِاٰبَآئِہِمۡ ؕ کَبُرَتۡ کَلِمَۃً  تَخۡرُجُ مِنۡ اَفۡوَاہِہِمۡ ؕ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡنَ  اِلَّا کَذِبًا﴿﴾
Dan supaya memperingat­kan orang-orang  yang berkata: "Allah  mengambil seorang  anak laki-laki.”  Mereka   sekali-kali tidak memiliki pengetahuan mengenainya, dan tidak pula bapak-bapak mereka memilikinya.  Sangat besar keburukan perkataan yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengucapkan kecuali kedustaan. (Al-Kahf [18]:5-6).

Keprihatinan Nabi Besar Muhammad Saw.  

      Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai keprihatinan  Nabi Besar Muhammad saw. terhadap hal tersebut:
فَلَعَلَّکَ بَاخِعٌ نَّفۡسَکَ عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ  اِنۡ لَّمۡ  یُؤۡمِنُوۡا بِہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  اَسَفًا ﴿﴾  اِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَی الۡاَرۡضِ زِیۡنَۃً  لَّہَا لِنَبۡلُوَہُمۡ  اَیُّہُمۡ   اَحۡسَنُ  عَمَلًا ﴿﴾  وَ اِنَّا لَجٰعِلُوۡنَ مَا عَلَیۡہَا صَعِیۡدًا جُرُزًا ؕ﴿﴾
Maka sangat mungkin engkau akan  membinasakan diri engkau   karena sangat sedih  sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini.   Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi per­hiasan  baginya   supaya  Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan sesungguhnya Kami niscaya akan menjadikan segala yang ada di atasnya menjadi tanah-rata yang tandus. (Al-Kahf [18]:7-9).
     Karena bakhi' itu ism fail dari bakha'a yang berarti: ia berbuat sesuatu dengan cara setepat-tepatnya, ayat ini dengan padat dan lugas melukiskan betapa besarnya perhatian dan kekhawatiran serta kecemasan Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kesejahteraan ruhani kaum beliau saw.. Kesedihan beliau saw. atas penolakan dan perlawanan mereka terhadap amanat Ilahi hampir membuat beliau saw. wafat.
   Memang begitulah keadaan para utusan dan nabi Allāh hatinya senantiasa penuh dengan kasih-sayang terhadap sesama manusia. Mereka berseru (kepada Allah), menangis  dan berdukacita demi kepentingan umat manusia. Tetapi manusia tidak tahu  berterimakasih, sehingga orang-­orang itu sendiri yang bagi mereka para nabi Allah mempunyai perasaan yang begitu mendalam justru merekalah yang menindas para nabi Allah dan berusaha untuk membunuh mereka.
 Dalam ayat 7 dikemukakan bahwa semua benda yang tidak terhitung banyaknya yang telah diciptakan  Allah Swt., tidak ada satu pun yang tidak mempunyai kegunaan tersendiri yang tertentu, atau yang kosong dari segala kebaikan, semuanya menambah semarak dan indahnya kehidupan manusia.
Umat Islam telah dianjurkan untuk senantiasa  memberi perhatian kepada kebenaran agung yang  melandasi kata-kata sederhana itu, dan untuk menyerahkan waktu dan tenaga  mereka guna menggali rahasia­-rahasia alam  yang agung dan untuk menyelidiki sifat-sifat yang tidak terbilang banyaknya, yang  dimiliki unsur-unsur alam.
  Ayat 8  mengandung suatu kabar gaib  bahwa bangsa-bangsa Kristen dari barat sesudah memperoleh kekayaan, kekuatan, kekuasaan, dan sesudah mendapat penemuan-penemuan besar, akhirnya akan membuat bumi Allah itu penuh dengan  kedosaan dan keburukan, seperti yang dituturkan oleh Bible. Kemurkaan Allah akan bangkit, dan sesuai dengan nubuatan-nubuatan yang diucapkan oleh mulut para nabi Allah, di dalam Perjanjian Lama maupun di dalam Perjanjian Baru, Al-Quran dan hadits, bencana-bencana akan menimpa bumi secara meluas, serta segala kemajuan yang tadinya telah dicapai oleh mereka dan semua buah tangan  mereka,  gedung-gedung mereka yang tinggi megah, keindahan negeri mereka, serta segala kemuliaan, kemegahan, dan keagungan mereka sama sekali akan menjadi hancur berantakan.
 Kaum yang dikemukakan oleh Al-Quran tersebut adalah generasi penerus pewaris Taurat dan Injil yang telah meninggalkan ajaran kedua Kitab suci tersebut, sebagaimana  telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ  ؕ وَ الدَّارُ  الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ  یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi  pengganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu, mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, dan mereka telah mempelajari apa yang tercantum di dalamnya? Padahal  kampung  akhirat itu   lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-A’rāf [7]:170). 

Ashabul-Kahf (Para penghuni Gua) &
Ar-Raqīm (Prasasti-prasasti)

    Mengisyaratkan kepada mereka itulah   dalam  Surah Al-Kahf selanjutnya Allah Swt. menyebut mereka sebagai ar-raqīm (prasasti-prasasti), sedang generasi yang lebih awal disebut Ashhābul-Kahf (Para Penghuni Gua), firman-Nya:
اَمۡ حَسِبۡتَ اَنَّ  اَصۡحٰبَ الۡکَہۡفِ وَ الرَّقِیۡمِ ۙ کَانُوۡا  مِنۡ  اٰیٰتِنَا  عَجَبًا ﴿﴾  اِذۡ اَوَی الۡفِتۡیَۃُ  اِلَی الۡکَہۡفِ فَقَالُوۡا رَبَّنَاۤ اٰتِنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً  وَّ ہَیِّیٔۡ لَنَا مِنۡ  اَمۡرِنَا  رَشَدًا  ﴿﴾ فَضَرَبۡنَا عَلٰۤی اٰذَانِہِمۡ فِی الۡکَہۡفِ سِنِیۡنَ عَدَدًا ﴿ۙ﴾   فَضَرَبۡنَا عَلٰۤی اٰذَانِہِمۡ فِی الۡکَہۡفِ سِنِیۡنَ عَدَدًا ﴿ۙ﴾
Apakah engkau menyangka bahwa  penghuni gua dan prasasti-prasasti    itu adalah dari antara Tanda-tanda Kami yang menakjubkan? Ketika para pemuda mencari perlindungan ke dalam gua itu  lalu mereka berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau, dan lengkapilah kami dengan petunjuk yang benar dalam urusan kami."  Maka Kami mencegah mereka dari mendengar  dalam gua be­berapa tahun lamanya. (Al-Kahf [18]:10-12).
      Ungkapan ashhāb al-kahf, telah diberi banyak arti, seperti:  kaum gua; orang-orang gua;   teman-teman segua; penghuni gua; dan  penduduk gua.  Ayat ini menyatakan  bahwa para penghuni gua itu – sebagaimana anggapan umum -- bukanlah wujud‑wujud aneh. Tidak ada sifat mereka yang dianggap  menyimpang dari hukum alam biasa. Tetapi sungguh amat aneh bahwa banyak dongengan-dongengan khayali  telah terjalin sekitar mereka.
   Kisah yang tersohor mengenai "Seven Sleepers" (Tujuh penidur) seperti diuraikan oleh Gibbon dalam karyanya "Decline and fall of the Roman Empire" (Kemunduran dan jatuhnya kerajaan Romawi), memberi suatu kunci penting untuk menyingkapkan kabut rahasia yang menyelubungi para penghuni gua itu.  Gibbon berkata:
"Ketika Maharaja Decius  mengejar-ngejar dan menindas orang-orang Kristen, tujuh pemuda bangsawan dari Ephesus menyembunyikan diri dalam sebuah gua yang luas di pinggir sebuah gunung di mana mereka dibiarkan menjadi musnah oleh raja zalim itu, dan memberi perintah untuk menutup pintu masuk gua itu rapat-rapat dengan tumpukan batu-batu besar.”
 Menurut riwayat lain, konon kabarnya Yusuf itu mengembara di Britania pada tahun 63 M. Menurut dongengan-dongengan, gereja Glastonbury yang pertama itu merupa-kan bangunan yang dibuat dengan ranting-ranting yang dianyam, didirikan oleh Yusuf Arimatea, ialah kepala dua belas rasul yang diutus ke Britania dari Gaul oleh Santa Filip (Encyclopaedia Britanica, Edisi ke­10 & Edisi ke-13, pada kata "Yoseph of Arimathea" & pada kata "Glastonbury").
Teori terbaru yang mendapat dukungan kuat dari penyelidikan terhadap "Dead Sea scrolls" (Gulungan-gulungan tulisan yang terdapat di dekat Laut Mati), menunjukkan gua-gua itu — yakni tempat orang-orang Kristen pertama mencari perlindungan dan mereka menuliskan kepercayaan-kepercayaan serta ajaran-­ajaran mereka — di sebuah lembah dekat Laut Mati.
"Gua" dan "prasasti" merupakan dua segi yang sangat penting dalam kepercayaan Kristen,  yang berarti bahwa agama Kristen itu mulai sebagai agama yang melepaskan dan menarik diri dari keramaian dunia – yang disebut Ashhabul- Kahf (Para Penghuni Gua), dan mereka itu berpegang pada Tauhid sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) --  dan berakhir dengan menjadi suatu agama yang memusatkan perhatian kepada urusan dunia; suatu agama perdagangan dan perniagaan dalam dunia tulis-menulis dan prasasti-­prasasti (tulisan-tulisan pada dinding dan benda-benda) atau ar-raqīm, serta mempercayai   Yesus  sebagai “anak Allah” sebagaimana yang diajarkan Paulus dalam Surat-surat kirimannya.


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  10 Juni  2013  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar