بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 150
Orang yang Mendapat Izin Allah Swt. Memberikan Syafaat
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan
mengenai kegagalan “makar buruk” para penentang Rasul Allah (QS.3:55; QS.8:31; QS.27:51)
dan penciptaan “langit baru dan bumi baru”
melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ قَدۡ
مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ
لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ الۡجِبَالُ﴿ۙ﴾ فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾ یَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَیۡرَ الۡاَرۡضِ وَ
السَّمٰوٰتُ وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ
الۡوَاحِدِ الۡقَہَّارِ ﴿﴾ وَ تَـرَی
الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ مُّقَرَّنِیۡنَ فِی
الۡاَصۡفَادِ ﴿ۚ﴾ سَرَابِیۡلُہُمۡ
مِّنۡ قَطِرَانٍ وَّ تَغۡشٰی وُجُوۡہَہُمُ
النَّارُ ﴿ۙ﴾ لِیَجۡزِیَ
اللّٰہُ کُلَّ نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾ ہٰذَا بَلٰغٌ
لِّلنَّاسِ وَ لِیُنۡذَرُوۡا بِہٖ وَ لِیَعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا ہُوَ اِلٰہٌ
وَّاحِدٌ وَّ لِیَذَّکَّرَ
اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Dan sungguh mereka
telah melakukan makar mereka, tetapi makar
mereka ada di sisi Allah, dan
jika sekali pun makar mereka dapat memindahkan
gunung-gunung. Maka janganlah engkau sama sekali
menyangka bahwa Allah
akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya Allah
Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan. Pada hari ketika bumi ini akan digantikan dengan bumi yang lain, dan begitu pula
seluruh langit, dan mereka
akan tampil menghadap Allah, Yang Maha
Esa, Maha Perkasa. Dan engkau
akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat dengan rantai. Baju mereka dari pelangkin (ter), dan wajah mereka akan tertutup api. Supaya Allah membalas setiap jiwa apa
yang telah diusahakannya, sesungguhnya penghisaban Allah sangat cepat Al-Quran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan
supaya dengannya mereka mendapat
peringatan, dan supaya mereka
mengetahui bahwa sesungguhnya Dia-lah
Tuhan Yang Maha Esa, dan supaya orang-orang
yang berakal memberi-kan perhatian. (Ibrahim [14]:47-53).
Allah Swt. sungguh-sungguh mengetahui makar
buruk para penentang Rasul Allah mereka,
dan Dia akan menggagalkannya. Dengan jatuhnya Mekkah dan tegaknya Islam di Arabia sebagai satu kekuatan dahsyat, maka seolah-olah
terwujudlah satu alam semesta baru
dengan langit dan bumi baru. Tertib
lama telah dilenyapkan dan diganti oleh tertib
baru, yang sama sekali berbeda dari yang lama.
Terciptanya “langit baru” dan “bumi baru”
melalui perjuangan suci Nabi Besar Muhammad saw. tersebut adalah sebagai buah dari kepatuh-taatan para sahabah
r.a. melaksanakan firman Allah Swt. sebelum ini, karena bukan hanya harta benda, tetapi juga kehidupan pun mereka korbankan di jalan Allah. Semua itu terjadi sebagai buah dari kesempurnaan suri teladan yang diperagakan Nabi Besar
Muhammad saw., firman-Nya:
لَقَدۡ
کَانَ لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ
وَ ذَکَرَ اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾ وَ لَمَّا رَاَ
الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡاَحۡزَابَ ۙ قَالُوۡا ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ
وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ ۫ وَ مَا زَادَہُمۡ اِلَّاۤ اِیۡمَانًا وَّ
تَسۡلِیۡمًا ﴿ؕ﴾ مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ
رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی
نَحۡبَہٗ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ
۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾ لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ
الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ اِنۡ شَآءَ
اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾
Sungguh dalam
diri Rasulullah benar-benar terdapat suri teladan yang sebaik-baiknya
bagi kamu, yaitu bagi orang
yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah. Dan ketika
orang-orang beriman melihat lasykar-lasykar persekutuan mereka berkata: “Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami, dan Allah
serta Rasul-Nya telah mengatakan yang
benar.” Dan hal itu tidak menambah
kepada mereka kecuali keimanan dan
kepatuhan. Di antara orang-orang
yang beriman ada orang-orang yang telah menggenapi apa yang dijanjikannya
kepada Allah, maka dari antara mereka ada yang telah
menyempurnakan sumpahnya, yakni mati syahid, dan di
antara mereka ada yang masih menunggu, dan mereka sekali-kali tidak mengubah sedikit pun. Supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu
atas kebenaran mereka, dan mengazab orang-orang munafik jika Dia
menghendaki, atau menerima taubat mereka.
Se-sungguhnya Allah itu Maha Pengam-pun,
Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:22-25).
Ayat 23 merupakan kenang-kenangan besar
terhadap kesetiaan, keikhlasan dan kegigihan dalam iman para
pengikut Nabi Besar Muhammad saw. Tidak pernah para pengikut nabi yang mana jua pun menerima dari Allah surat
keterangan bukti kelakukan baik dan kesetiaan seperti itu.
Seperti
halnya wujud junjungan mereka, Nabi Besar Muhammad saw., tidak ada tara
bandingannya di antara nabi-nabi Allah dalam menunaikan tugas beliau saw. sebagai
nabi, begitu pula para sahabat beliau saw. tiada bandingannya
dalam memenuhi peranan yang diserahkan kepada mereka.
Dengan demikian para sahabah Nabi Besar Muhammad saw. merupakan pelaksana yang paling
sempurna dari firman Allah Swt. berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ
یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ
الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum
datang hari yang tidak ada jual-beli
di dalamnya, tidak
ada persahabatan, dan tidak
pula syafaat, dan orang-orang yang kafir mereka itulah orang-orang zalim. (Al-Baqarah
[2]:255).
Orang yang Mendapat Izin Memberikan Syafaat
Selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam ayat Kursiy, yang di dalamnya
dikemukakan tentang orang yang
mendapat izin Allah Swt. memberikan syafaat, yaitu para Rasul Allah, dalam hal ini khususnya Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
اَللّٰہُ
لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ
لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ
یَشۡفَعُ عِنۡدَہٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ
اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ۚ وَ لَا
یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ
الۡعَلِیُّ الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Hidup, Yang Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan
Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh
langit dan apa pun yang ada di bumi. Siapakah
yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya? Dia mengetahui apa pun yang ada di hadapan
mereka dan apa pun di belakang mereka, dan mereka tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia
kehendaki. Singgasana ilmu-Nya meliputi seluruh langit dan bumi, dan
tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya,
dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah
[2]:256).
Pada hakikatnya ayat Kursiy -- dalam
hubungannya dengan orang yang
mendapat izin Allah Swt. memberikan syafaat -- merupakan ayat mengenai misi kenabian, karena tugas utama
setiap Rasul Allah adalah menyeru kaumnya supaya hanya menyembah Allah Swt. dan menjauhi thaghut (QS.16:37), sebagaimana juga
dikemukakan dalam ayat selanjutnya (QS.2:257).
Ayat Kursiy dimulai tentang masalah Tauhid yaitu sifat-sifat tanzihiyah Allah Swt., yakni sifat-sifat yang khusus dimiliki Allah Swt., yaitu Al-Hayyu, Al-Qayyum, tidak pernah ngantuk mau tidur, yang tanpa sifat-sifat tersebut maka tatanam alam semesta ini akan hancur atau berantakan tidak keruan.
Kursiy
berarti: singgasana, kursi, tembok penunjang; ilmu; kedaulatan kekuasaan (Aqrab); Karāsi itu
jamak dari kursiy dan berarti orang-orang
terpelajar. Jadi ayat itu dengan indah
menggambarkan Keesaan Tuhan
serta Sifat-sifat-Nya yang agung.
Konon Nabi Besar Muhammad saw. pernah
bersabda bahwa Ayat Al-Kursiy itu ayat Al-Quran yang paling mulia (Muslim). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
لَاۤ
اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ
یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ
بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا انۡفِصَامَ
لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh
jalan benar itu nyata bedanya
dari kesesatan, karena itu barangsiapa kafir kepada thāghūt dan
beriman kepada Allah, maka
sungguh ia telah
berpegang kepada suatu pegangan yang sangat kuat lagi tidak akan putus, dan
Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Baqarah [2]:257).
Perintah dalam ayat 255 sebelumnya -- untuk melakukan pengorbanan khusus guna kepentingan agama dan memerangi musuh Islam -- boleh jadi
dapat menimbulkan salah pengertian,
seakan-akan Allah Swt. menghendaki kaum
Muslimin menggunakan kekerasan guna menablighkan agama mereka.
Ayat 257 melenyapkan salah paham itu dan bukan saja melarang kaum Muslimin, dengan kata-kata yang sangat tegas
mempergunakan kekerasan dalam rangka
menarik orang-orang bukan-Muslim masuk
Islam, tetapi memberikan pula alasan-alasan mengapa kekerasan tidak boleh dipakai untuk
tujuan tersebut. Alasan itu ialah karena kebenaran
(haq) itu nyata berbeda dari kesesatan
maka tidak ada alasan untuk membenarkan penggunaan kekerasan. Islam adalah kebenaran yang nyata. Selanjutnya Allah Swt. berfirman,
bahwa sebagaimana Dia Yang mewahyukan Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan
yang akan senantiasa memelihara
Al-Quran dari kerusakan (QS.15:10), demikian pulalah Allah Swt. akan menjadi Pelindung orang-orang beriman yang mengamalkan petunjuk Al-Quran:
اَللّٰہُ
وَلِیُّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ۬ؕ
وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ
النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ ؕ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾٪
Allah adalah Pelindung orang-orang beriman, Dia
mengeluarkan mereka dari berbagai kegelapan kepada cahaya, dan orang-orang
kafir pelindung mereka adalah thāghūt, yang mengeluarkan mereka dari
cahaya kepada berbagai
kegelapan, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya.
(Al-Baqarah
[2]:257-258).
Thāghūt adalah: orang-orang yang
bertindak melampaui batas-batas kewajaran; iblis; orang-orang yang menyesatkan
orang lain dari jalan lurus dan benar; segala bentuk berhala. Kata itu dipakai dalam arti
mufrad dan jamak (QS.2:258 dan QS.4:61).
Makna ‘Ilm (Ilmu
Pengetahuan)
Yang Diperselisihkan Golongan Ahli Kitab
Sehubungan dengan penolakan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. dan
Al-Quran, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kata “mumtarīna” (orang yang ragu):
اَفَغَیۡرَ اللّٰہِ
اَبۡتَغِیۡ حَکَمًا وَّ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ اِلَیۡکُمُ الۡکِتٰبَ
مُفَصَّلًا ؕ وَ الَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہٗ مُنَزَّلٌ
مِّنۡ رَّبِّکَ
بِالۡحَقِّ فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Apakah aku harus mencari hakim
yang bukan-Allah, padahal Dia-lah Yang telah menurunkan kepada
kamu Kitab dengan penjelasan terinci?
Dan orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka itu mengetahui sesungguhnya Kitab itu diturunkan dari Tuhan engkau
dengan sebenarnya, maka janganlah
engkau termasuk orang-orang yang ragu.
(Al-An’ām [6]:115).
“Kitab” dalam ayat tersebut dapat juga mengacu kepada Al-Quran sebab tidak hanya Kitab-kitab Suci terdahulu saja, tetapi
juga Al-Quran sendiri memberikan kesaksian terhadap kebenaran Nabi Besar Muhammad saw.. Al-Quran mengandung ajaran-ajaran yang sungguhpun berlawanan dengan pendapat-pendapat dan kepercayaan-kepercayaan
yang populer saat itu, namun orang-orang
yang sehat akalnya – yang terhadap mereka ajaran-ajaran ini dibacakan dan diterangkan -- terpaksa mengakui
bahwa ajaran-ajaran itu memang masuk akal.
Kemudian Allah Swt.
berfirman lagi mengenai kesaksian
para ulama Ahli Kitab tentang kebenaran nubuatan-nubuatan
dalam Bible berkenaan dengan Nabi Besar
Muhammad saw. :
وَ لَقَدۡ
بَوَّاۡنَا بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ
مُبَوَّاَ صِدۡقٍ وَّ رَزَقۡنٰہُمۡ مِّنَ الطَّیِّبٰتِ ۚ فَمَا اخۡتَلَفُوۡا
حَتّٰی جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ ؕ اِنَّ رَبَّکَ یَقۡضِیۡ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ
الۡقِیٰمَۃِ فِیۡمَا کَانُوۡا فِیۡہِ
یَخۡتَلِفُوۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ کُنۡتَ
فِیۡ شَکٍّ مِّمَّاۤ اَنۡزَلۡنَاۤ اِلَیۡکَ فَسۡـَٔلِ الَّذِیۡنَ یَقۡرَءُوۡنَ
الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۚ لَقَدۡ جَآءَکَ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا
تَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَتَکُوۡنَ
مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ حَقَّتۡ عَلَیۡہِمۡ کَلِمَتُ رَبِّکَ
لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah
menempatkan Bani Israil di tempat
yang baik dan Kami merezekikan kepada mereka
barang-barang yang baik, maka mereka
tidak berselisih hingga datang
kepada mereka ilmu (pengetahuan), sesungguhnya Tuhan engkau akan
memberi keputusan di antara mereka pada Hari Kiamat dalam hal apa yang
senantiasa mereka perselisihkan. Maka jika engkau ada dalam keraguan mengenai apa yang telah Kami turunkan kepada
engkau maka tanyalah orang-orang yang membaca Kitab sebelum engkau. Sungguh haq
(kebenaran) benar-benar telah datang kepada engkau dari Tuhan engkau, karena
itu janganlah
engkau termasuk orang-orang yang ragu. Dan janganlah engkau termasuk di antara
orang-orang yang telah mendustakan Tanda-tanda Allah, maka engkau akan termasuk di antara orang-orang
yang rugi. (Yunus [10]:94-96).
Kesaksian para Ulama Ahli Kitab
Yang dimaksud dengan ‘ilm (ilmu pengetahuan) dapat merujuk kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan dapat juga kepada Al-Quran, sebab kedua hal itulah yang menjadi “obyek perselisihan”
di kalangan Bani Israil. Dan
kalimat “Maka jika engkau ada dalam
keraguan mengenai apa yang telah Kami turunkan kepada engkau maka tanyalah
orang-orang yang membaca Kitab sebelum engkau” sesuai dengan firman
Allah Swt. dalam Surah Asy-Syu’arā
yang telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya:
وَ اِنَّہٗ
لَتَنۡزِیۡلُ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ؕ نَزَلَ
بِہِ الرُّوۡحُ الۡاَمِیۡنُ ﴿﴾ۙ عَلٰی قَلۡبِکَ لِتَکُوۡنَ مِنَ الۡمُنۡذِرِیۡنَ ﴿﴾ بِلِسَانٍ عَرَبِیٍّ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ؕ وَ
اِنَّہٗ لَفِیۡ زُبُرِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ ﴾ اَوَ لَمۡ
یَکُنۡ لَّہُمۡ اٰیَۃً اَنۡ
یَّعۡلَمَہٗ عُلَمٰٓؤُا بَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿﴾ؕ
Dan sesungguhnya Al-Quran ini diturunkan
oleh Rabb (Tuhan) seluruh alam. Telah turun dengannya Ruh
yang terpercaya atas kalbu
engkau, supaya engkau
termasuk di antara para pemberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sesungguhnya Al-Quran benar-benar tercantum di dalam kitab-kitab terdahulu. Dan tidakkah
ini merupakan satu Tanda bagi mereka bahwa ulama-ulama Bani Israil pun mengetahuinya? (Asy-Syu’arā [26]:193-198).
Lebih jauh Allah Swt. menyatakan dalam
firman-Nya berikut ini mengenai kesaksian para ulama Bani Israil tersebut:
اَلَّذِیۡنَ
اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَعۡرِفُوۡنَہٗ کَمَا یَعۡرِفُوۡنَ اَبۡنَآءَہُمۡ ؕ وَ
اِنَّ فَرِیۡقًا مِّنۡہُمۡ لَیَکۡتُمُوۡنَ الۡحَقَّ وَ ہُمۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ؔ اَلۡحَقُّ
مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾٪
Orang-orang yang telah Kami beri
kitab, mereka mengenalnya sebagaimana mereka mengenal anak-anaknya, dan sesungguhnya segolongan dari mereka benar-benar menyembunyikan
kebenaran padahal mereka mengetahui.
Kebenaran ini dari Tuhan engkau, maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah
[2]:147-148).
Itulah sebabnya para pemuka kaum Yahudi
telah mencela rekan-rekan mereka yang telah memberitahukan kepada umat
Islam mengenai adanya nubuatan-nubuatan tentang Nabi Besar
Muhammad saw. dalam Kitab-kitab suci mereka, firman-Nya:
وَ اِذَا
لَقُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا قَالُوۡۤا اٰمَنَّا ۚۖ وَ اِذَا خَلَا بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ قَالُوۡۤا
اَتُحَدِّثُوۡنَہُمۡ بِمَا
فَتَحَ اللّٰہُ عَلَیۡکُمۡ لِیُحَآجُّوۡکُمۡ بِہٖ عِنۡدَ
رَبِّکُمۡ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila
mereka bertemu dengan orang-orang beriman mereka berkata: “Kami pun telah beriman", tetapi apabila mereka bertemu satu sama lain mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka
tentang apa yang telah dibukakan Allah kepadamu, sehingga dengan
itu nanti mereka dapat membantah kamu di hadapan Tuhan-mu, tidakkah kamu
mengerti?” (Al-Baqarah [2]:77).
Ayat ini menyebut satu golongan Yahudi lain yang senantiasa berbuat munafik. Bila mereka berbaur dengan orang-orang Islam mereka mengiya-iyakan
saja karena tujuan-tujuan duniawi dengan membenarkan nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab mereka mengenai Nabi Besar Muhammad saw.. Tetapi bila mereka itu berbaur dengan kaumnya
sendiri, anggauta-anggauta masyarakat lainnya biasanya menyesali mereka, karena mereka memberi
penerangan kepada kaum Muslim
mengenai apa-apa yang telah diwahyukan
Allah Swt. kepada mereka,
yaitu yang membuat kaum Muslimin mengetahui nubuatan-nubuatan
mengenai Nabi Besar Muhammad asw. yang
terdapat dalam Kitab-kitab suci
mereka sendiri (QS.7:158-159).
Bukan tertuju Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Jadi, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa seruan “karena itu janganlah
engkau termasuk orang-orang yang ragu”
dalam QS.2:147-148 bukan ditujukan
kepada Nabi Besar Muhammad saw., melainkan
kepada setiap pembaca Al-Quran –
terutama para penentang Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran -- tidak pula kata-kata “telah Kami turunkan
kepada engkau” menunjukkan bahwa seruan itu tertuju kepada beliau saw.,
sebab di berbagai tempat dalam Al-Quran disebutkan bahwa Al-Quran diturunkan kepada semua orang (QS.2:137; QS.21:11). Ayat
yang langsung menyusul berikutnya pun mendukung pandangan ini, sebab tidak
mungkin Nabi Besar Muhammad saw. termasuk golongan orang-orang “yang
menolak Tanda-tanda dari Allah”.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 1 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar