Senin, 17 Juni 2013

Orang yang Mendapat Izin Swt. Memberikan Syafaat






بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 150


   Orang yang Mendapat Izin Allah Swt. Memberikan Syafaat


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   akhir  Bab   sebelumnya telah dikemukakan mengenai  kegagalan “makar buruk” para penentang  Rasul Allah (QS.3:55; QS.8:31; QS.27:51) dan penciptaan “langit baru dan bumi baru” melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.,  firman-Nya:   
وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ  الۡجِبَالُ﴿ۙ﴾  فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ  رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾  یَوۡمَ تُبَدَّلُ الۡاَرۡضُ غَیۡرَ الۡاَرۡضِ وَ السَّمٰوٰتُ وَ  بَرَزُوۡا  لِلّٰہِ  الۡوَاحِدِ  الۡقَہَّارِ ﴿﴾ وَ تَـرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ یَوۡمَئِذٍ مُّقَرَّنِیۡنَ فِی  الۡاَصۡفَادِ ﴿ۚ﴾  سَرَابِیۡلُہُمۡ مِّنۡ قَطِرَانٍ وَّ تَغۡشٰی وُجُوۡہَہُمُ  النَّارُ ﴿ۙ﴾  لِیَجۡزِیَ اللّٰہُ  کُلَّ  نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿﴾  ہٰذَا بَلٰغٌ  لِّلنَّاسِ وَ لِیُنۡذَرُوۡا بِہٖ وَ لِیَعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا ہُوَ  اِلٰہٌ  وَّاحِدٌ  وَّ لِیَذَّکَّرَ اُولُوا  الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾
Dan  sungguh  mereka telah melakukan makar mereka, tetapi makar mereka ada di sisi Allah, dan  jika sekali pun  makar mereka dapat memindahkan gunung-gunung.  Maka janganlah engkau sama sekali menyangka  bahwa  Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya  Allah Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan.   Pada hari ketika bumi ini akan digantikan dengan bumi yang lain, dan begitu pula seluruh langit, dan mereka akan tampil menghadap Allah, Yang Maha Esa, Maha Perkasa.   Dan  engkau akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat dengan rantai.   Baju mereka dari pelangkin (ter), dan wajah mereka akan tertutup  api.   Supaya Allah membalas setiap jiwa  apa yang telah diusahakannya, sesungguhnya penghisaban Allah sangat cepat  Al-Quran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya dengannya mereka mendapat peringatan, dan supaya mereka mengetahui bahwa sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, dan supaya orang-orang yang berakal memberi-kan perhatian. (Ibrahim [14]:47-53).
    Allah Swt.   sungguh-sungguh mengetahui  makar buruk para penentang Rasul Allah mereka, dan Dia akan menggagalkannya.  Dengan jatuhnya Mekkah dan tegaknya Islam di Arabia sebagai satu kekuatan dahsyat, maka seolah-olah terwujudlah satu alam semesta baru dengan langit dan bumi baru. Tertib lama telah dilenyapkan dan diganti oleh tertib baru, yang sama sekali berbeda dari yang lama.
   Terciptanya “langit baru” dan “bumi baru” melalui perjuangan suci Nabi Besar Muhammad saw. tersebut adalah sebagai buah dari kepatuh-taatan para sahabah  r.a. melaksanakan firman Allah Swt. sebelum ini, karena bukan hanya harta benda, tetapi juga kehidupan  pun mereka korbankan di jalan Allah. Semua itu terjadi sebagai buah dari kesempurnaan suri teladan yang diperagakan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾  وَ لَمَّا رَاَ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الۡاَحۡزَابَ ۙ قَالُوۡا ہٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰہُ  وَ رَسُوۡلُہٗ  وَ صَدَقَ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ ۫ وَ مَا زَادَہُمۡ  اِلَّاۤ اِیۡمَانًا  وَّ  تَسۡلِیۡمًا ﴿ؕ﴾  مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ رِجَالٌ صَدَقُوۡا مَا عَاہَدُوا اللّٰہَ عَلَیۡہِ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ قَضٰی نَحۡبَہٗ  وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّنۡتَظِرُ ۫ۖ وَ مَا بَدَّلُوۡا تَبۡدِیۡلًا ﴿ۙ﴾  لِّیَجۡزِیَ اللّٰہُ  الصّٰدِقِیۡنَ بِصِدۡقِہِمۡ وَ یُعَذِّبَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ  اِنۡ شَآءَ  اَوۡ یَتُوۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿ۚ﴾
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat suri teladan yang sebaik-baiknya bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah. Dan ketika orang-orang beriman melihat lasykar-lasykar persekutuan  mereka berkata: “Inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami,  dan Allah serta  Rasul-Nya telah mengatakan yang benar.” Dan hal itu tidak menambah kepada mereka kecuali keimanan dan kepatuhan.  Di antara orang-orang yang beriman ada  orang-orang yang  telah menggenapi apa yang dijanjikannya kepada Allah, maka  dari antara mereka ada yang telah menyempurnakan sumpahnya, yakni mati syahid,  dan di antara mereka ada yang masih menunggu, dan mereka sekali-kali tidak mengubah sedikit pun. Supaya Allah mengganjar orang-orang yang benar itu atas kebenaran mereka, dan mengazab orang-orang munafik jika Dia menghendaki, atau menerima taubat mereka. Se-sungguhnya Allah itu Maha Pengam-pun, Maha Penyayang. (Al-Ahzāb [33]:22-25).
   Ayat 23 merupakan kenang-kenangan besar terhadap kesetiaan, keikhlasan dan kegigihan dalam iman para pengikut Nabi Besar Muhammad saw.  Tidak pernah para pengikut nabi yang mana jua pun menerima dari Allah surat keterangan bukti kelakukan baik dan kesetiaan seperti itu.
Seperti halnya wujud junjungan mereka, Nabi Besar Muhammad saw.,  tidak ada tara bandingannya di antara nabi-nabi Allah dalam menunaikan tugas beliau saw. sebagai nabi, begitu pula para sahabat beliau saw. tiada bandingannya dalam memenuhi peranan yang diserahkan kepada mereka.
 Dengan demikian para sahabah Nabi Besar Muhammad saw. merupakan pelaksana yang paling sempurna dari firman Allah Swt. berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَ لَا خُلَّۃٌ وَّ لَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَ الۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ  الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  belanjakanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum datang hari yang tidak ada jual-beli  di dalamnya,  tidak ada persahabatan, dan  tidak pula syafaat,  dan orang-orang yang kafir  mereka itulah orang-orang  zalim. (Al-Baqarah [2]:255).

Orang yang Mendapat Izin Memberikan Syafaat

    Selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam ayat Kursiy, yang di dalamnya dikemukakan tentang orang yang mendapat izin Allah Swt. memberikan syafaat, yaitu para Rasul Allah, dalam hal ini khususnya Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
اَللّٰہُ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَۚ اَلۡحَیُّ الۡقَیُّوۡمُ ۬ۚ لَا تَاۡخُذُہٗ سِنَۃٌ وَّ لَا نَوۡمٌ ؕ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یَشۡفَعُ  عِنۡدَہٗۤ  اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ؕ یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ  ۚ وَ لَا یُحِیۡطُوۡنَ بِشَیۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِہٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ کُرۡسِیُّہُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ ۚ وَ لَا یَـُٔوۡدُہٗ حِفۡظُہُمَا ۚ وَ ہُوَ الۡعَلِیُّ  الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia   Yang Maha Hidup, Yang  Maha Tegak atas Dzat-Nya Sendiri dan Penegak segala sesuatu. Kantuk tidak menyentuh-Nya dan tidak pula tidur. Milik-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun  yang ada di bumi.  Siapakah yang dapat memberi syafaat di hadirat-Nya kecuali dengan izin-Nya?  Dia mengetahui apa pun yang ada di hadapan mereka dan apa pun di belakang mereka, dan mereka tidak meliputi sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki.  Singgasana ilmu-Nya meliputi seluruh langit dan bumi,  dan tidak memberatkan-Nya menjaga keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Agung. (Al-Baqarah [2]:256). 
     Pada hakikatnya ayat Kursiy  -- dalam hubungannya dengan orang yang mendapat izin Allah Swt. memberikan syafaat  -- merupakan ayat  mengenai misi kenabian, karena tugas utama setiap Rasul Allah  adalah menyeru kaumnya  supaya hanya menyembah Allah Swt. dan menjauhi thaghut (QS.16:37), sebagaimana juga dikemukakan dalam ayat selanjutnya (QS.2:257).
       Ayat Kursiy dimulai tentang masalah Tauhid  yaitu sifat-sifat  tanzihiyah Allah Swt., yakni sifat-sifat yang khusus dimiliki Allah Swt., yaitu  Al-Hayyu, Al-Qayyum, tidak pernah  ngantuk mau tidur, yang tanpa sifat-sifat tersebut maka  tatanam alam semesta ini akan hancur atau berantakan tidak keruan.
      Kursiy berarti: singgasana, kursi, tembok penunjang; ilmu; kedaulatan  kekuasaan (Aqrab); Karāsi itu jamak dari kursiy dan berarti orang-orang terpelajar. Jadi ayat itu dengan indah  menggambarkan Keesaan Tuhan serta Sifat-sifat-Nya yang agung. Konon Nabi Besar Muhammad saw.  pernah bersabda bahwa Ayat Al-Kursiy itu ayat Al-Quran yang paling mulia (Muslim). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَ یُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا انۡفِصَامَ  لَہَا ؕ وَ اللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾
Tidak ada paksaan  dalam agama. Sungguh  jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan, karena itu barangsiapa kafir kepada thāghūt dan beriman kepada Allah, maka sungguh  ia  telah berpegang kepada suatu pegangan yang sangat kuat lagi tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Baqarah [2]:257). 
      Perintah dalam ayat 255 sebelumnya  -- untuk melakukan pengorbanan khusus guna kepentingan agama dan memerangi musuh Islam -- boleh jadi dapat menimbulkan salah pengertian, seakan-akan Allah Swt.  menghendaki kaum Muslimin menggunakan kekerasan guna menablighkan agama mereka.
Ayat 257  melenyapkan salah paham itu dan bukan saja melarang kaum Muslimin, dengan kata-kata yang sangat tegas mempergunakan kekerasan dalam rangka menarik orang-orang bukan-Muslim masuk Islam, tetapi memberikan pula alasan-alasan mengapa kekerasan tidak boleh dipakai untuk tujuan tersebut. Alasan itu ialah karena kebenaran (haq) itu nyata berbeda dari kesesatan maka tidak ada alasan untuk membenarkan penggunaan kekerasan. Islam adalah  kebenaran yang nyata.     Selanjutnya Allah Swt. berfirman, bahwa sebagaimana Dia Yang mewahyukan Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan yang akan senantiasa memelihara Al-Quran dari kerusakan (QS.15:10), demikian pulalah Allah Swt. akan menjadi Pelindung orang-orang beriman yang mengamalkan  petunjuk Al-Quran:
اَللّٰہُ وَلِیُّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۙ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ۬ؕ وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَوۡلِیٰٓـُٔہُمُ الطَّاغُوۡتُ ۙ یُخۡرِجُوۡنَہُمۡ مِّنَ النُّوۡرِ اِلَی الظُّلُمٰتِ ؕ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾٪
Allah adalah Pelindung orang-orang beriman,  Dia mengeluarkan mereka dari berbagai kegelapan kepada cahaya, dan orang-orang kafir pelindung mereka adalah thāghūt, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada berbagai kegelapan, mereka itu  penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-Baqarah [2]:257-258).
     Thāghūt adalah: orang-orang yang bertindak melampaui batas-batas kewajaran; iblis; orang-orang yang menyesatkan orang lain dari jalan lurus dan benar; segala bentuk berhala. Kata itu dipakai dalam arti mufrad dan jamak (QS.2:258 dan QS.4:61).

Makna ‘Ilm (Ilmu Pengetahuan)
Yang Diperselisihkan Golongan Ahli Kitab

    Sehubungan dengan penolakan terhadap Nabi Besar Muhammad  saw. dan Al-Quran, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kata “mumtarīna” (orang yang ragu): 
اَفَغَیۡرَ اللّٰہِ اَبۡتَغِیۡ حَکَمًا وَّ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ  اِلَیۡکُمُ الۡکِتٰبَ مُفَصَّلًا ؕ وَ الَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہٗ مُنَزَّلٌ مِّنۡ رَّبِّکَ بِالۡحَقِّ فَلَا تَکُوۡنَنَّ  مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Apakah aku harus mencari hakim yang bukan-Allah, padahal Dia-lah Yang telah menurunkan kepada kamu Kitab dengan penjelasan terinci? Dan orang-orang yang telah Kami beri  Kitab, mereka itu mengetahui sesungguhnya Kitab itu diturunkan dari Tuhan engkau dengan sebenarnya, maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu.  (Al-An’ām [6]:115).
 “Kitab” dalam ayat tersebut dapat juga mengacu kepada Al-Quran sebab tidak hanya Kitab-kitab Suci terdahulu saja, tetapi juga Al-Quran sendiri memberikan kesaksian terhadap kebenaran Nabi Besar Muhammad saw..  Al-Quran mengandung ajaran-ajaran yang sungguhpun berlawanan dengan pendapat-pendapat dan kepercayaan-kepercayaan yang populer saat itu, namun orang-orang yang sehat akalnya – yang terhadap mereka ajaran-ajaran ini dibacakan dan diterangkan -- terpaksa mengakui bahwa ajaran-ajaran itu memang masuk akal.
Kemudian Allah Swt. berfirman lagi mengenai kesaksian para ulama Ahli Kitab tentang  kebenaran nubuatan-nubuatan dalam Bible  berkenaan dengan Nabi Besar Muhammad saw. : 
وَ لَقَدۡ بَوَّاۡنَا بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ مُبَوَّاَ صِدۡقٍ وَّ رَزَقۡنٰہُمۡ مِّنَ الطَّیِّبٰتِ ۚ فَمَا اخۡتَلَفُوۡا حَتّٰی جَآءَہُمُ الۡعِلۡمُ ؕ اِنَّ رَبَّکَ یَقۡضِیۡ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فِیۡمَا کَانُوۡا فِیۡہِ  یَخۡتَلِفُوۡنَ ﴿﴾  فَاِنۡ کُنۡتَ فِیۡ شَکٍّ مِّمَّاۤ  اَنۡزَلۡنَاۤ  اِلَیۡکَ فَسۡـَٔلِ الَّذِیۡنَ یَقۡرَءُوۡنَ الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلِکَ ۚ لَقَدۡ جَآءَکَ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُوۡنَنَّ  مِنَ  الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ لَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الَّذِیۡنَ  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِ اللّٰہِ  فَتَکُوۡنَ  مِنَ  الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّ الَّذِیۡنَ حَقَّتۡ عَلَیۡہِمۡ کَلِمَتُ رَبِّکَ لَا  یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾
Dan  sungguh  Kami benar-benar telah menempatkan Bani Israil di tempat yang baik dan  Kami merezekikan kepada mereka barang-barang yang baik, maka mereka tidak berselisih hingga datang kepada mereka ilmu (pengetahuan), sesungguhnya Tuhan engkau  akan memberi keputusan di antara mereka pada Hari Kiamat dalam hal apa yang senantiasa mereka perselisihkan. Maka jika engkau ada dalam keraguan mengenai apa yang telah Kami turunkan kepada engkau  maka tanyalah orang-orang yang membaca Kitab sebelum engkau. Sungguh  haq (kebenaran)  benar-benar telah datang kepada engkau dari Tuhan engkau, karena itu  janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu.  Dan  janganlah engkau termasuk di antara orang-orang yang telah mendustakan Tanda-tanda Allah, maka engkau akan termasuk di antara orang-orang yang rugi. (Yunus [10]:94-96).

Kesaksian para Ulama Ahli Kitab

      Yang dimaksud dengan ‘ilm (ilmu pengetahuan) dapat merujuk kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan dapat juga kepada Al-Quran, sebab kedua hal itulah yang menjadi  obyek  perselisihan” di kalangan Bani Israil. Dan kalimat  Maka jika engkau ada dalam keraguan mengenai apa yang telah Kami turunkan kepada engkau  maka tanyalah orang-orang yang membaca Kitab sebelum engkau” sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Surah Asy-Syu’arā yang telah dikemukakan  dalam Bab  sebelumnya:
وَ  اِنَّہٗ   لَتَنۡزِیۡلُ  رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ؕ   نَزَلَ  بِہِ  الرُّوۡحُ  الۡاَمِیۡنُ ﴿﴾ۙ  عَلٰی قَلۡبِکَ لِتَکُوۡنَ مِنَ الۡمُنۡذِرِیۡنَ ﴿﴾  بِلِسَانٍ عَرَبِیٍّ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾ؕ  وَ  اِنَّہٗ  لَفِیۡ  زُبُرِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ ﴾  اَوَ لَمۡ  یَکُنۡ لَّہُمۡ اٰیَۃً  اَنۡ یَّعۡلَمَہٗ عُلَمٰٓؤُا بَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿﴾ؕ
Dan sesungguhnya Al-Quran ini diturunkan oleh Rabb (Tuhan) seluruh alam.  Telah turun dengannya  Ruh yang terpercaya   atas kalbu engkau, supaya engkau termasuk di antara para pemberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sesungguhnya Al-Quran benar-benar tercantum di dalam kitab-kitab terdahulu.  Dan tidakkah ini merupakan satu Tanda bagi mereka bahwa ulama-ulama Bani Israil pun mengetahuinya? (Asy-Syu’arā [26]:193-198).
    Lebih jauh Allah Swt. menyatakan dalam firman-Nya  berikut ini mengenai kesaksian para ulama Bani Israil tersebut:
اَلَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَعۡرِفُوۡنَہٗ کَمَا یَعۡرِفُوۡنَ اَبۡنَآءَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ فَرِیۡقًا مِّنۡہُمۡ لَیَکۡتُمُوۡنَ الۡحَقَّ وَ ہُمۡ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ؔ  اَلۡحَقُّ  مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾٪
Orang-orang yang telah Kami beri kitab, mereka mengenalnya  sebagaimana mereka mengenal    anak-anaknya, dan sesungguhnya segolongan dari mereka benar-benar menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui. Kebenaran ini dari Tuhan engkau, maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah [2]:147-148).
       Itulah sebabnya para pemuka kaum Yahudi telah mencela rekan-rekan mereka  yang telah memberitahukan kepada umat Islam mengenai  adanya nubuatan-nubuatan tentang Nabi Besar Muhammad saw. dalam Kitab-kitab suci mereka, firman-Nya:
وَ اِذَا لَقُوا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا قَالُوۡۤا اٰمَنَّا   ۚۖ وَ اِذَا خَلَا بَعۡضُہُمۡ  اِلٰی بَعۡضٍ قَالُوۡۤا اَتُحَدِّثُوۡنَہُمۡ بِمَا فَتَحَ اللّٰہُ عَلَیۡکُمۡ لِیُحَآجُّوۡکُمۡ بِہٖ عِنۡدَ رَبِّکُمۡ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Dan  apabila mereka bertemu dengan orang-orang beriman mereka berkata: “Kami pun telah beriman", tetapi apabila mereka bertemu satu sama lain mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka  tentang apa yang telah dibukakan Allah kepadamu, sehingga  dengan itu nanti mereka dapat membantah kamu di hadapan Tuhan-mu, tidakkah kamu mengerti?”  (Al-Baqarah [2]:77).
      Ayat ini menyebut satu golongan Yahudi lain yang senantiasa berbuat munafik. Bila mereka berbaur dengan orang-orang Islam mereka mengiya-iyakan saja karena tujuan-tujuan duniawi dengan membenarkan nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab mereka mengenai  Nabi Besar Muhammad saw..  Tetapi bila mereka itu berbaur dengan kaumnya sendiri, anggauta-anggauta masyarakat lainnya biasanya menyesali mereka, karena mereka memberi penerangan kepada kaum Muslim  mengenai apa-apa yang telah diwahyukan Allah Swt.  kepada mereka, yaitu yang membuat kaum Muslimin mengetahui nubuatan-nubuatan mengenai Nabi Besar Muhammad asw.  yang terdapat dalam Kitab-kitab suci mereka sendiri (QS.7:158-159).

Bukan tertuju Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.

   Jadi, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa seruan “karena itu janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu  dalam QS.2:147-148  bukan ditujukan kepada  Nabi Besar Muhammad saw.,  melainkan kepada setiap pembaca Al-Quran – terutama  para penentang Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran -- tidak pula kata-kata “telah Kami turunkan kepada engkau” menunjukkan bahwa seruan itu tertuju kepada beliau saw., sebab di berbagai tempat dalam Al-Quran disebutkan bahwa Al-Quran diturunkan kepada semua orang (QS.2:137; QS.21:11). Ayat yang langsung menyusul berikutnya pun mendukung pandangan ini, sebab tidak mungkin  Nabi Besar Muhammad saw.  termasuk golongan orang-orang “yang menolak Tanda-tanda dari Allah”.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  1 Juni  2013  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar