بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 109
Makna Sabda Nabi Besar
Muhammad Saw.: Lā Mahdiya Illā ‘Isa (Tidak Ada Mahdi kecuali Isa) Sehubungan
Pengutusan “Rasul Akhir Zaman”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai
pujian dua orang ulama besar Hindustan terhadap pengkhidmatan Mirza Ghulam Ahmad a.s.
dalam membela kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan kesucian akhlak
serta ruhani Nabi Besar Muhammad
saw. dari berbagai kritikan
dan penghinaan zalim para pemuka
agama-agama lainnya di Hindustan, sebelum beliau diperintahkan Allah Swt. untuk
mendakwakan sebagai Imam
Mahdi dan Al-Masih Mau’ud atau Rasul
Akhir Zaman yang kedatangannya dijanjikan
oleh Allah Swt. mau pun oleh Nabi Besar Muhammad saw., yang kedatangannya sedang ditunggu-tunggu oleh
semua pengikut agama-agama, dengan nama
(sebutan) yang berbeda-beda, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar supaya Dia
memenangkannya atas semua agama, walaupun orang
musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Berbagai Nama “Rasul
Akhir Zaman”
Rasul
Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama tersebut dipercayai sebagai kedatangan
kedua kali Rasul Allah yang telah diutus kepada mereka sebelumnya, yakni:
(1) Shri Krisyna a.s. yang kedatangannya lagi ditunggu-tunggu oleh umat Hindu;
(2) Buddha Meteyya (Mitreya) a.s. yang kedatangannya lagi ditunggu-tunggu oleh umat Buddha,
(3) Mesiah (Messias/Al-Masih/Yesus Kristus) yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh kaum Nasrani;
(4) Mesio Darbahmi yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh kaum Majusi,
(5) Mesiah (Al-Masih) yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh umat Yahudi, karena sampai saat ini mereka tidak mempercayai Yesus Kristus yang mereka gantung di tiang salib sebagai Mesiah (Al-Masih) yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka;
(6) Imam Mahdi a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang kedatangannya sedang ditunggu-tunggu oleh umat Islam.
(1) Shri Krisyna a.s. yang kedatangannya lagi ditunggu-tunggu oleh umat Hindu;
(2) Buddha Meteyya (Mitreya) a.s. yang kedatangannya lagi ditunggu-tunggu oleh umat Buddha,
(3) Mesiah (Messias/Al-Masih/Yesus Kristus) yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh kaum Nasrani;
(4) Mesio Darbahmi yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh kaum Majusi,
(5) Mesiah (Al-Masih) yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh umat Yahudi, karena sampai saat ini mereka tidak mempercayai Yesus Kristus yang mereka gantung di tiang salib sebagai Mesiah (Al-Masih) yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka;
(6) Imam Mahdi a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang kedatangannya sedang ditunggu-tunggu oleh umat Islam.
Itulah
kepercayaan pertama yang dianut oleh semua pengikut agama-agama tersebut.
Kepercayaan
mereka yang kedua adalah bahwa kedatangan
kedua kali para Rasul Allah
tersebut adalah untuk mengunggulkan
agamanya atas agama-agama lain.
Demikian juga halnya dengan kepercayaan umat
Islam bahwa dengan perantaraan Rasul Akhir Zaman tersebut umat Islam akan mengalami keunggulan yang kedua kali atas agama-agama
lainnya (QS.61:10).
Kepercayaan
mereka yang ketiga adalah semua
pengikut agama-agama tersebut sepakat bahwa waktu kedatangan Rasul
Allah yang mereka tunggu-tunggu tersebut adalah di Akhir Zaman. Atau adalah yang mengatakan bahwa kedatangannya adalah pada Hari Kiamat.
Kepercayaan-kepercayaan semua umat
beragama yang memiliki persamaan tersebut menimbulkan pertanyaan, yakni:
( (1) Apabila Rasul Akhir
Zaman itu orangnya berlainan, tetapi datang pada waktu yang sama serta tugas
yang sama – yakni untuk memenangkan
agamanya atas semua agama lainnya – maka
agama yang mana yang akan unggul atas agama-agama lainnya? Jawabannya yang pasti adalah: Tidak akan ada satu agama pun yang memperoleh keunggulan atas agama-agama
tersebut, sebab hanya ada dua pilihan yaitu semuanya menang semua atau semuanya hancur.
Jika demikian yang terjadi, maka kedatangan
kedua kali para Rasul Allah
tersebut merupakan hal yang sia-sia.
(2) Jika demikian, apakah nubuatan-nubuatan mengenai kedatangan kedua kali para Rasul Allah di Akhir Zaman tersebut merupakan kepercayaan yang benar ataukah kepercayaan yang keliru? Jawabannya adalah: nubuatan-nubuatan tersebut benar, hanya saja keliru dalam memahaminya.
(3) Bagaimana cara memahami atau memaknai atau menafsirkan yang benar nubuatan mengenai kedatangan kedua kali para rasul Allah di Akhir Zaman yang dipercayai oleh umumnya semua umat beragama tersebut? Jawabannya adalah:
(a) Sebenarnya Rasul Akhir Zaman tersebut orangnya satu hanya saja setiap agama menyebutnya dengan nama yang berbeda. Itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda “Lā mahdiya illā ‘Isa terjemahan secara harfiah adalah “tidak ada Mahdi kecuali Isa”, maknanya adalah bahwa Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s. (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dijanjikan) tersebut orangnya sama.
(b) Rasul Allah tersebut harus datang dari kalangan penganut agama dan Kitab Suci yang terakhir dan tersempurna yang mendapat jaminan pemeliharaan oleh Allah Swt. sampai dengan Hari Kiamat, dan itu adalah agama Islam (Al-Quran – QS.5:4; QS.15:10).
(c) Atas kenyataan tersebut Allah Swt. telah menyebut umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “umat yang terbaik yang diciptakan demi menfaat seluruh umat manusia.” (QS.2:144; QS.3:111), dan menurut Allah Swt. dalam Al-Quran kenyataan tersebut akan berulang lagi di Akhir Zaman, pada masa kedatangan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan ākharīna minhum (kaum lain dari antara mereka – QS.62:3-5), yaitu orang-orang yang beriman kepada Rasul Akhir Zaman (QS.61:10), baik mereka itu berasal dari kalangan umat Islam maupun berasal dari pengikut agama-agama lainnya selain agama Islam.
(2) Jika demikian, apakah nubuatan-nubuatan mengenai kedatangan kedua kali para Rasul Allah di Akhir Zaman tersebut merupakan kepercayaan yang benar ataukah kepercayaan yang keliru? Jawabannya adalah: nubuatan-nubuatan tersebut benar, hanya saja keliru dalam memahaminya.
(3) Bagaimana cara memahami atau memaknai atau menafsirkan yang benar nubuatan mengenai kedatangan kedua kali para rasul Allah di Akhir Zaman yang dipercayai oleh umumnya semua umat beragama tersebut? Jawabannya adalah:
(a) Sebenarnya Rasul Akhir Zaman tersebut orangnya satu hanya saja setiap agama menyebutnya dengan nama yang berbeda. Itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda “Lā mahdiya illā ‘Isa terjemahan secara harfiah adalah “tidak ada Mahdi kecuali Isa”, maknanya adalah bahwa Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s. (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dijanjikan) tersebut orangnya sama.
(b) Rasul Allah tersebut harus datang dari kalangan penganut agama dan Kitab Suci yang terakhir dan tersempurna yang mendapat jaminan pemeliharaan oleh Allah Swt. sampai dengan Hari Kiamat, dan itu adalah agama Islam (Al-Quran – QS.5:4; QS.15:10).
(c) Atas kenyataan tersebut Allah Swt. telah menyebut umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “umat yang terbaik yang diciptakan demi menfaat seluruh umat manusia.” (QS.2:144; QS.3:111), dan menurut Allah Swt. dalam Al-Quran kenyataan tersebut akan berulang lagi di Akhir Zaman, pada masa kedatangan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan ākharīna minhum (kaum lain dari antara mereka – QS.62:3-5), yaitu orang-orang yang beriman kepada Rasul Akhir Zaman (QS.61:10), baik mereka itu berasal dari kalangan umat Islam maupun berasal dari pengikut agama-agama lainnya selain agama Islam.
Hakikat Sabda Nabi Besar Muhammad saw.
Tentang Imam
Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s.
Jadi,
sabda Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda berkenaan dengan
kedatangan Imam Mahdi a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Al-Masih
Mau’ud a.s.) yang ditunggu-tunggu oleh
umat Islam: Lā mahdiya illā ‘Isa terjemahan secara harfiah adalah “tidak ada Mahdi kecuali Isa”, maknanya
adalah bahwa Imam Mahdi a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam Akhir Zaman a.s.
pada hakikatnya orangnya sama, hanya sebutannya saja yang berbeda.
Penyebutan dua nama yang berbeda tersebut
sesuai 2 macam kewajiban (tugas) yang
harus dilakukan Rasul Akhir Zaman tersebut,
yakni (1) Tugas sebagai Imam Mahdi a.s.,
(2) Tugas sebagai Al-Masih Mau’ud a.s.,
sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah Swt. sebelum ini:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar supaya Dia
memenangkannya atas semua agama, walaupun orang
musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Kalimat “bil-hudā” (dengan petunjuk) berkenaan dengan Rasul Allah tersebut mengisyaratkan kepada tugasnya sebagai Imam Mahdi a.s. yaitu untuk melakukan berbagai macam perbaikan di kalangan intern umat Islam, yang
menurut Nabi Besar Muhammad saw. telah terpecah-belah
menjadi 73 firqah, yang menurut
beliau saw. “semuanya berada dalam api”. Kata “api” sangat
luas maknanya.
Nabi Besar Muhammad saw. menyebut Imam
Mahdi a.s. sebagai Hakaman ‘adlan”
(Hakim yang Adil), yang akan memutuskan
(menghakimi) berbagai “perselisihan” yang terjadi di kalangan umat Islam secara
adil dan benar, sebelum beliau menyeru para pengikut
agama-agama lainnya untuk bergabung
ke dalam agama Islam (QS.61:10), sebagai agama terakhir dan tersempurna
(QS.5:4 ).
Imam Mahdi artinya Imam (Pemimpin) yang mendapat petunjuk langsung dari Allah Swt. melalui wahyu-Nya,
sebab untuk memperbaiki berbagai
macam kesalahan pemahaman dan pengamalan
tentang Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw. di lingkungan intern umat Islam yang sangat kompleks. hanya mungkin apabila
dilakukan secara adil dan benar oleh
seorang Imam (Pemimpin) yang diangkat
(diutus) langsung oleh Allah Swt.
disertai pemberian berbagai macam huda (petunjuk) yang diperlukan
melalui wahyu Ilahi.
Demikian pula dalam melaksanakan tugas beliau sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. menyeru para pengikut agama lainnya ke
dalam agama Islam pun, selain memiliki kemampuan untuk
membuktikan kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan kesucian akhlak dan ruhani
Nabi Besar Muhammad saw., beliau pun
harus mampu menunjukkan berbagai kekurangan dan ketidak-sempurnaan
ajaran agama-agama selain Islam berdasarkan dalil-dalil dan argumentasi yang
tidak terbantahkkan.
Penganugerahan Hal-hal
Gaib Allah Swt.
Hanya Kepada Rasul
Allah
Kenapa Imam
Mahdi a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. – yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s. -- telah dianugerahi kemampuan oleh Allah Swt. untuk melaksanakan dua macam tugas besar
tersebut? Sebab:
(1) Allah Swt. dalam Al-Quran telah
berfiman bahwa Allah Swt. telah pernah
memberitahukan hal-hal gaib-Nya atau rahasia-rahasia gaib-Nya atau rahasia-rahasia
gaib Asmā-Nya (Sifat-sifat-Nya)
kecuali kepada Rasul Allah yang diridhai-Nya, Dia berfirman:
مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی
مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی
یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ
وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ
وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ اَجۡرٌ
عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali
tidak akan membiarkan orang-orang yang
beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya hingga Dia
memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki, karena itu berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan jika kamu beriman dan bertakwa,
maka bagi kamu ganjaran yang besar.
(Ali
‘Imrān [3]:180).
Kata-kata “tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki“ tidaklah berarti bahwa sebagian rasul-rasul terpilih dan sebagian lagi
tidak. Kata-kata itu berarti bahwa dari orang-orang
yang ditetapkan Allah Swt. sebagai rasul-rasul-Nya, Dia memilih yang paling sesuai untuk zaman tertentu, di zaman rasul Allah itu dibangkitkan (QS.7:35-37).
(2) Lebih terinci lagi mengenai pemberitahuan yang gaib kepada para Rasul yang Dia ridhai tersebut
selanjutnya Allah Swt. berfirman:
عٰلِمُ
الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ
یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿﴾
Dia-lah Yang
mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali
kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di
hadapannya dan di belakangnya,
supaya Dia mengetahui bahwa sungguh
mereka telah menyampaikan Amanat-amanat
Tuhan mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka
dan Dia membuat perhitungan mengenai
segala sesuatu. (Al-Jin [71]:27-29).
Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti: diberi
pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan
mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.
Ayat ini merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna
membedakan antara sifat dan jangkauan
rahasia-rahasia gaib yang dibukakan
kepada seorang rasul Allah dan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan
kepada orang-orang beriman
yang bertakwa lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar
‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas
yang gaib, maka rahasia-rahasia
yang diturunkan kepada orang-orang
bertakwa dan orang-orang suci
lainnya tidak menikmati kehormatan
serupa itu.
Tambahan pula wahyu yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
Tambahan pula wahyu yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya
terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah itu membawa tugas khusus dari Allah Swt. yang
harus dipenuhi (dilaksanakan sepenuhnya), dan mengemban Amanat Ilahi yang harus disampaikan
oleh mereka kepada umat manusia.
Kisah Monumental “Adam - Malaikat – Iblis”
(4) Sehubungan dengan pentingnya
pengutusan para Rasul Allah secara
berkesinambungan di kalangan Bani Adam
tersebut (QS.7:35-17), Allah Swt. telah menyatakan dalam Surah Al-Baqarah ayat 31-35 berkenaan dengaan Kisah Monumental “Adam – Malaikat – Iblis”, mengenai
pentingnya keberadaan seorang Khalifah
Allah atau Rasul Allah – salah
satunya adalah Nabi Adam a.s. – yang
kepada Adam (Khalifah Allah) itu Allah Swt. telah mengajarkan rahasia-rahasia Al-Asmā (nama-nama atau Sifat-sifat).
Dalam rangka mengetahui “hal-hal gaib Allah Swt.”, begitu pentingnya keberadaan “Khalifah Allah” atau “Rasul Allah” tersebut yang bahkan para malaikat pun tidak mampu mengemukakan
hakikat Al-Asmā Allah Swt. yang dikemukakan kepada para malaikat, hal tersebut membuktikan bahwa guna menciptakan “bumi baru dan langit baru”
(QS.14:49-53) -- setelah terjadi kemerosotan
akhlak dan ruhani yang parah di
kalangan umat manusia (QS. 30:42) akibat telah jauh dari masa kenabian
yang penuh berkat (QS.57:17-18) -- betapa pentingnya keberadaan “Khalifah Allah” atau Rasul Allah, yang kepadanya Allah Swt. berkenan memberitahukan “hal-hal gaib-Nya” berkenaan
berbagai hal yang diperlukan pada zaman itu, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ
فِی الۡاَرۡضِ
خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ
فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ
الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ
نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا
لَا تَعۡلَمُوۡنَ﴿﴾ وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ
عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ
کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ
لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ
اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۙ وَ
اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذۡ
قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی وَ اسۡتَکۡبَرَ ٭۫
وَ کَانَ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman
kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah
di bumi”, mereka berkata: “Apakah
Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan pujian
Engkau dan kami senantiasa mensucikan Engkau?” Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama itu semuanya
kemudian Dia mengemukakan mereka
itu kepada para malaikat
lalu Dia berfirman: “Beritahukanlah
kepada-Ku nama-nama mereka ini jika
kamu memang benar.” Mereka berkata: “Mahasuci Engkau, kami tidak
memiliki pe-ngetahuan kecuali
apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami, sesungguhnya Engkau
benar-benar Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” Dia berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
nama-nama mereka itu”, maka tatkala diberitahukannya
kepada mereka nama-nama mereka itu, Dia berfirman: “Bu-kankah telah Aku katakan kepada kamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi dan mengetahui
apa pun yang kamu nyatakan dan apa
pun yang kamu sembunyikan?” Dan
ingatlah ketika Kami
berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah
yakni tunduk-patuhlah kamu
kepada Adam” lalu mereka sujud kecuali iblis,
ia menolak dan takabur, dan
ia termasuk dari antara orang-orang yang kafir (Al-Baqarah [2]:31-35).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 26 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar