Rabu, 01 Mei 2013

Makna Sabda Nabi Besar Muhammad Saw. "Laa Mahdiya Illa 'Isaa" (Tidak ada Mahdi kecuali 'Isa) Sehubungan dengan Pengutusan "Rasul Akhir Zaman"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 109


      Makna Sabda Nabi Besar Muhammad Saw.: Lā Mahdiya Illā ‘Isa  (Tidak Ada Mahdi kecuali Isa) Sehubungan Pengutusan “Rasul Akhir Zaman”

  Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   bagian akhir  Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  pujian dua orang ulama besar Hindustan terhadap pengkhidmatan Mirza Ghulam Ahmad a.s. dalam membela kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan  kesucian akhlak serta ruhani Nabi Besar Muhammad saw.  dari  berbagai kritikan dan penghinaan zalim para pemuka agama-agama lainnya di Hindustan, sebelum beliau diperintahkan Allah Swt. untuk mendakwakan sebagai  Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud  atau Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya dijanjikan oleh Allah Swt. mau pun oleh Nabi Besar Muhammad saw.,  yang kedatangannya sedang ditunggu-tunggu oleh semua pengikut agama-agama, dengan nama (sebutan)  yang berbeda-beda, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).

Berbagai Nama “Rasul Akhir Zaman
      
  Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama tersebut dipercayai  sebagai kedatangan kedua  kali  Rasul Allah yang telah diutus kepada mereka sebelumnya, yakni: 
 (1)  Shri Krisyna a.s. yang kedatangannya lagi ditunggu-tunggu oleh umat Hindu;
 (2) Buddha Meteyya (Mitreya) a.s. yang kedatangannya lagi ditunggu-tunggu oleh umat Buddha,
(3)  Mesiah  (Messias/Al-Masih/Yesus Kristus)  yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh kaum Nasrani;
(4)  Mesio Darbahmi yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh kaum Majusi,
(5) Mesiah (Al-Masih) yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh umat Yahudi, karena sampai saat ini mereka tidak mempercayai Yesus Kristus  yang mereka gantung di tiang salib  sebagai Mesiah (Al-Masih) yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka;
(6) Imam Mahdi a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  yang kedatangannya  sedang ditunggu-tunggu oleh umat Islam.
 Itulah  kepercayaan pertama  yang dianut oleh semua pengikut agama-agama tersebut.  
  Kepercayaan mereka yang kedua adalah  bahwa kedatangan kedua kali para Rasul Allah tersebut adalah untuk mengunggulkan agamanya atas agama-agama lain. Demikian juga halnya dengan kepercayaan umat Islam  bahwa dengan perantaraan Rasul Akhir Zaman tersebut umat Islam akan mengalami keunggulan yang kedua kali atas agama-agama lainnya (QS.61:10).
  Kepercayaan mereka yang ketiga adalah semua pengikut agama-agama tersebut  sepakat bahwa waktu kedatangan Rasul  Allah yang mereka tunggu-tunggu tersebut adalah di Akhir Zaman.  Atau adalah yang mengatakan  bahwa kedatangannya  adalah pada Hari Kiamat.
   Kepercayaan-kepercayaan semua umat beragama yang memiliki  persamaan tersebut  menimbulkan   pertanyaan, yakni:
(        (1) Apabila Rasul Akhir Zaman itu orangnya berlainan,  tetapi datang pada waktu yang sama serta tugas yang sama – yakni untuk memenangkan   agamanya atas semua agama lainnya – maka  agama yang mana yang akan unggul atas agama-agama lainnya? Jawabannya yang  pasti adalah: Tidak akan ada satu agama pun yang memperoleh keunggulan  atas agama-agama tersebut, sebab hanya ada dua pilihan yaitu semuanya menang semua atau semuanya hancur. Jika demikian yang terjadi, maka kedatangan kedua kali para Rasul Allah tersebut merupakan hal yang sia-sia. 
          (2) Jika demikian,    apakah nubuatan-nubuatan mengenai kedatangan kedua kali  para Rasul Allah di Akhir Zaman tersebut merupakan kepercayaan yang benar ataukah kepercayaan yang keliru? Jawabannya adalah: nubuatan-nubuatan tersebut benar, hanya saja keliru dalam memahaminya. 
       (3) Bagaimana cara memahami atau memaknai atau menafsirkan yang benar nubuatan mengenai kedatangan kedua kali para rasul Allah  di Akhir Zaman yang dipercayai oleh umumnya semua umat beragama tersebut?  Jawabannya adalah:
        (a) Sebenarnya Rasul Akhir Zaman tersebut orangnya satu hanya saja setiap agama menyebutnya  dengan  nama yang berbeda.  Itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda “Lā mahdiya illā ‘Isa  terjemahan secara harfiah adalah “tidak ada Mahdi kecuali Isa”, maknanya adalah bahwa Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s. (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dijanjikan) tersebut orangnya sama.
       (b) Rasul Allah tersebut harus datang dari kalangan penganut agama dan Kitab Suci yang terakhir dan tersempurna  yang mendapat jaminan pemeliharaan oleh Allah Swt. sampai dengan Hari Kiamat, dan itu adalah agama Islam (Al-Quran – QS.5:4; QS.15:10).
      (c) Atas kenyataan  tersebut Allah Swt. telah menyebut umat Islam di zaman Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “umat yang terbaik yang diciptakan demi menfaat seluruh umat manusia.” (QS.2:144; QS.3:111), dan menurut Allah Swt. dalam Al-Quran kenyataan tersebut akan berulang lagi di Akhir Zaman, pada masa kedatangan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. di kalangan ākharīna minhum (kaum lain dari antara mereka – QS.62:3-5), yaitu orang-orang yang beriman kepada Rasul Akhir Zaman (QS.61:10), baik mereka itu berasal dari kalangan  umat Islam maupun    berasal dari pengikut agama-agama lainnya selain agama Islam.

Hakikat Sabda Nabi Besar Muhammad saw.
Tentang Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s.

  Jadi,  sabda Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda berkenaan dengan kedatangan Imam Mahdi a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Al-Masih Mau’ud a.s.)  yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam: Lā mahdiya illā ‘Isa  terjemahan secara harfiah adalah “tidak ada Mahdi kecuali Isa”, maknanya adalah bahwa Imam Mahdi a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam Akhir Zaman a.s. pada hakikatnya orangnya sama, hanya sebutannya saja yang berbeda.
    Penyebutan dua nama yang berbeda tersebut sesuai 2 macam kewajiban (tugas) yang harus dilakukan Rasul Akhir Zaman tersebut, yakni (1) Tugas sebagai Imam Mahdi a.s., (2) Tugas sebagai Al-Masih Mau’ud a.s., sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah Swt.  sebelum ini:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
  Kalimat “bil-hudā” (dengan petunjuk) berkenaan dengan Rasul Allah tersebut mengisyaratkan kepada tugasnya sebagai Imam Mahdi a.s.  yaitu   untuk melakukan berbagai  macam perbaikan  di kalangan intern umat Islam,  yang menurut Nabi Besar Muhammad saw. telah terpecah-belah menjadi 73 firqah, yang menurut beliau saw. “semuanya  berada dalam api”. Kata “api” sangat luas maknanya.
   Nabi Besar Muhammad saw. menyebut Imam Mahdi a.s. sebagai Hakaman ‘adlan” (Hakim yang Adil), yang akan memutuskan (menghakimi) berbagai “perselisihan” yang terjadi di kalangan umat Islam secara adil dan benar, sebelum beliau menyeru  para pengikut agama-agama lainnya untuk bergabung ke dalam agama Islam  (QS.61:10), sebagai agama terakhir dan tersempurna (QS.5:4 ).
    Imam Mahdi artinya Imam (Pemimpin) yang mendapat petunjuk langsung dari Allah Swt. melalui wahyu-Nya, sebab untuk memperbaiki berbagai macam kesalahan pemahaman dan pengamalan tentang Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw.  di lingkungan intern umat Islam yang sangat kompleks. hanya mungkin apabila dilakukan  secara adil dan benar oleh seorang Imam (Pemimpin) yang diangkat (diutus) langsung oleh Allah Swt. disertai pemberian berbagai macam huda (petunjuk) yang diperlukan melalui wahyu Ilahi.
  Demikian pula dalam melaksanakan tugas beliau sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. menyeru para pengikut agama lainnya ke dalam  agama Islam  pun, selain memiliki kemampuan untuk membuktikan   kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan kesucian akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw., beliau pun  harus mampu menunjukkan berbagai kekurangan dan ketidak-sempurnaan ajaran agama-agama selain Islam berdasarkan dalil-dalil dan argumentasi yang tidak terbantahkkan.

Penganugerahan Hal-hal Gaib  Allah Swt.
Hanya Kepada Rasul Allah

   Kenapa  Imam Mahdi a.s.  atau Al-Masih Mau’ud a.s. – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. --  telah dianugerahi kemampuan oleh Allah Swt. untuk melaksanakan dua macam tugas besar tersebut? Sebab:
   (1) Allah Swt. dalam Al-Quran telah berfiman bahwa Allah Swt.  telah pernah memberitahukan hal-hal gaib-Nya atau rahasia-rahasia gaib-Nya  atau rahasia-rahasia gaib Asmā-Nya (Sifat-sifat-Nya) kecuali kepada Rasul Allah yang diridhai-Nya, Dia berfirman:
مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali ‘Imrān [3]:180).
    Kata-kata “tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki   tidaklah berarti bahwa sebagian rasul-rasul terpilih dan sebagian lagi tidak. Kata-kata itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan Allah Swt. sebagai rasul-rasul-Nya, Dia memilih yang paling sesuai untuk zaman tertentu, di zaman rasul Allah itu dibangkitkan (QS.7:35-37).
      (2) Lebih terinci lagi mengenai pemberitahuan yang gaib kepada para Rasul yang Dia ridhai  tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿﴾
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan  rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa sungguh mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Tuhan mereka,  dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin [71]:27-29).
  Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.
Ayat ini merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Allah dan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang   beriman  yang bertakwa lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati kehormatan serupa itu.
Tambahan pula wahyu yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah itu membawa tugas  khusus dari Allah Swt. yang harus dipenuhi (dilaksanakan sepenuhnya), dan mengemban Amanat Ilahi yang harus disampaikan oleh mereka kepada umat manusia.

Kisah Monumental “Adam - Malaikat – Iblis

   (4) Sehubungan dengan pentingnya pengutusan para Rasul Allah secara berkesinambungan di kalangan Bani Adam tersebut (QS.7:35-17), Allah Swt. telah menyatakan dalam Surah Al-Baqarah ayat 31-35 berkenaan dengaan Kisah Monumental  AdamMalaikatIblis”, mengenai pentingnya keberadaan seorang Khalifah Allah atau Rasul Allah – salah satunya adalah Nabi Adam a.s. – yang kepada Adam (Khalifah Allah) itu Allah Swt. telah mengajarkan rahasia-rahasia Al-Asmā (nama-nama atau Sifat-sifat).
   Dalam rangka mengetahui “hal-hal gaib Allah Swt.”,   begitu pentingnya keberadaan “Khalifah Allah” atau “Rasul Allah” tersebut yang bahkan para malaikat pun tidak mampu mengemukakan hakikat Al-Asmā Allah Swt. yang dikemukakan kepada para malaikat, hal tersebut membuktikan  bahwa guna menciptakan “bumi baru dan langit baru” (QS.14:49-53) -- setelah terjadi kemerosotan akhlak dan ruhani yang parah di kalangan umat manusia  (QS. 30:42)  akibat telah jauh dari masa kenabian yang penuh berkat (QS.57:17-18)  -- betapa pentingnya keberadaan “Khalifah Allah” atau Rasul Allah,  yang kepadanya Allah Swt. berkenan  memberitahukan “hal-hal  gaib-Nya” berkenaan berbagai hal yang diperlukan pada zaman itu, firman-Nya:  
وَ  اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ﴿﴾ وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ  اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۙ وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا  اِلَّاۤ  اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی وَ اسۡتَکۡبَرَ ٭۫ وَ  کَانَ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾  
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman  kepada para  malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang  khalifah di bumi”, mereka berkata: “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang yang akan membuat kerusakan  di dalamnya dan akan menumpahkan darah,  padahal kami senantiasa bertasbih dengan pujian Engkau  dan kami senantiasa mensucikan Engkau?” Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan  Dia mengajarkan kepada Adam  nama-nama itu semuanya kemudian Dia mengemukakan mereka itu  kepada para malaikat lalu Dia berfirman: “Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama mereka ini jika kamu memang   benar.”  Mereka berkata: “Mahasuci Engkau, kami tidak  memiliki  pe-ngetahuan kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” Dia berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah  kepada mereka nama-nama mereka itu”, maka tatkala diberitahukannya kepada mereka nama-nama mereka itu, Dia berfirman: “Bu-kankah telah Aku katakan kepada kamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui  rahasia seluruh langit dan bumi  dan mengetahui apa pun yang kamu nyatakan dan apa pun yang    kamu sembunyikan?” Dan ingatlah  ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah  yakni tunduk-patuhlah  kamu kepada  Adam” lalu mereka sujud kecuali  iblis,  ia menolak dan takabur,  dan   ia  termasuk dari antara orang-orang yang  kafir (Al-Baqarah [2]:31-35).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 26 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar