Selasa, 28 Mei 2013

"Jemaat Ahmadiyah" adalah "Bahtera" Nabi Nuh a.s. di Akhir Zaman




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 131


     Jemaat Ahmadiyah 
 adalah “Bahtera” Nabi Nuh a.s.
 di  Akhir   Zaman

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai    keturunan Nabi Nuh a.s.  dan orang-orang beriman yang bersama beliau  dalam “bahtera” Nabi Nuh a.s., dan setelah bahtera Nabi Nuh a.s. bersandar di atas  puncak gunung al-Judi, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قِیۡلَ یٰنُوۡحُ اہۡبِطۡ بِسَلٰمٍ مِّنَّا وَ بَرَکٰتٍ عَلَیۡکَ وَ عَلٰۤی اُمَمٍ  مِّمَّنۡ مَّعَکَ ؕ وَ اُمَمٌ سَنُمَتِّعُہُمۡ ثُمَّ یَمَسُّہُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ  اَلِیۡمٌ  
Difirmankan: “Hai Nuh, turunlah dengan keselamatan dan keberkatan dari Kami atas diri engkau dan atas umat yang akan dilahirkan dari mereka yang beserta engkau,  sedangkan umat lain segera  Kami akan  memberikan perbekalan untuk sementara waktu kemudian  azab yang pedih dari Kami akan menimpa mereka.” (Hūd [11]:49).
     Ayat ini menunjukkan bahwa selain keturunan Nabi Nuh a.s., juga keturunan orang-orang yang beriman yang ada beserta beliau dalam bahtera itu diselamatkan dari air bah dan mereka itu memperoleh kesejahteraan serta berkembang-biak. Para sarjana sekarang mendukung pendapat bahwa kebanyakan penduduk bumi ini adalah keturunan Nabi Nuh a.s..
     Cerita mengenai air bah itu dengan beberapa corak yang berbeda terdapat dalam riwayat dan kepustakaan berbagai negeri (Encyclopaedia of Religions & Ethics; Encyclopaedia Britannia,  pada kata “Deluge”). Malapetaka itu nampaknya terjadi di sekitar masa terbitnya  peradaban manusia.
     Merupakan kenyataan sejarah yang terkenal bahwa bilamana suatu kaum yang agak lebih maju dalam kebudayaan dan peradaban datang menetap di suatu daerah, mereka memusnahkan atau sangat melemahkan penduduk daerah yang peradabannya terbelakang.
     Jadi agaknya ketika keturunan Nabi Nuh a.s. dan keturunan para sahabat beliau, yang merupakan pembina peradaban manusia, menyebar ke daerah-daerah lain, dan karena mereka lebih besar kekuatannya daripada penghuni yang sudah ada di sana, mereka melenyapkan penghuni yang sudah ada itu atau melebur mereka. Dengan demikian, niscaya mereka tetap memasukkan ke dalam semua daerah yang mereka taklukkan itu adat dan kebiasaan mereka sendiri, dan sebagai akibatnya ceritera mengenai air bah itu dengan sendirinya masuk pula ke daerah-daerah lain.
     Tetapi dengan berlalunya waktu, para pendatang itu terputus perhubungannya dengan tanah air mereka sendiri yang semula, dan sebagai akibatnya bencana itu dipandang sebagai kejadian setempat, dengan membawa akibat nama-nama orang dan tempat di daerah itu menggantikan nama-nama aslinya, maka dengan demikian peristiwa air bah itu bukanlah suatu malapetaka yang melanda seluruh bumi, dan juga ceritera-ceritera yang berasal dari berbagai daerah itu hendaknya jangan dipandang mengisyaratkan kepada peristiwa-peristiwa air bah yang masing-masing secara terpisah, melainkan merujuk kepada peristiwa banjir dahsyat yang menenggelamkan kaum Nabi Nuh a.s. di wilayah tersebut..

Pihak yang “Menertawakan” menjadi Pihak yang “Ditertawakan

      Perhatikan  perbedaan nasib akhir  dari pihak Nabi Nuh a.s. dan orang-orang yang beriman --  yang didustakan serta dihina oleh  para pemuka kaum Nabi Nuh a.s. yang bersikap takabur dan membanggakan status sosial serta kekayaan duniawi  serta anak keturunan mereka (QS.11:26-28) serta yang mentertawakan danm memperolok-olok Nabi Nuh a.s., ketika beliau sedang membuat perahu (QS.11:39-40) --  dan  nasib akhir  yang menimpa kaum yang takabur tersebut, pihak yang dihinakan “bahteranya berlabuh di atas sebuah puncak gunung”, sedangkan  pihak yang menghina dan takabur  binasa  oleh air bah dahsyat dengan penuh kehinaan tanpa penghormatan dan kehormatan dan tanpa ratap tangis, termasuk istri dan anak durhaka Nabi Nuh a.s.
      Dengan demikian sempurnaan ucapan Nabi Nuh a.s. sebelumnya kepada para pemuka kaumnya yang menertawakan dan memperolok-olok beliau, firman-Nya:
وَ یَصۡنَعُ الۡفُلۡکَ ۟ وَ کُلَّمَا مَرَّ عَلَیۡہِ مَلَاٌ مِّنۡ قَوۡمِہٖ  سَخِرُوۡا مِنۡہُ ؕ قَالَ  اِنۡ تَسۡخَرُوۡا مِنَّا فَاِنَّا نَسۡخَرُ  مِنۡکُمۡ کَمَا  تَسۡخَرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ مَنۡ یَّاۡتِیۡہِ عَذَابٌ یُّخۡزِیۡہِ  وَ یَحِلُّ  عَلَیۡہِ  عَذَابٌ  مُّقِیۡمٌ ﴿﴾
Dan ia (Nuh) mulai membuat bahtera itu, dan setiap kali pemuka-pemuka kaumnya sedang melewatinya, mereka itu menertawakannya. Ia (Nuh) berkata:  Jika kini kamu mentertawakan kami maka saat itu akan datang ketika kami pun akan mentertawakan kamu, seperti kamu mentertawakan kami, maka segera kamu  akan mengetahui siapa yang kepadanya akan datang azab yang akan menistakannya, dan kepada siapa akan menimpa azab yang tetap.” (Hūd [11]:39-40).
     Dengan demikian sempurnalah pengabulan doa Nabi Nuh a.s.  mengenai azab Ilahi  yang akan menimpa kaum beliau, yang sebelumnya telah beliau peringatkan kepada kaumnya, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَا تَذَرُنَّ  اٰلِہَتَکُمۡ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّ لَا سُوَاعًا ۬ۙ وَّ لَا یَغُوۡثَ وَ یَعُوۡقَ وَ نَسۡرًا ﴿ۚ﴾  وَ قَدۡ  اَضَلُّوۡا کَثِیۡرًا ۬ۚ وَ لَا تَزِدِ الظّٰلِمِیۡنَ  اِلَّا ضَلٰلًا ﴿﴾  مِمَّا خَطِیۡٓــٰٔتِہِمۡ  اُغۡرِقُوۡا فَاُدۡخِلُوۡا نَارًا ۬ۙ  فَلَمۡ یَجِدُوۡا  لَہُمۡ  مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَنۡصَارًا ﴿﴾
Dan Nuh berkata: “Hai Tuhan-ku, janganlah Engkau membiarkan di atas bumi penghuni dari kalangan orang-orang kafir, sesungguhnya jika Engkau membiarkan mereka, mereka akan menyesatkan hamba-hamba Engkau dan mereka tidak akan melahirkan kecuali orang-orang berdosa lagi kafir.  Hai Tuhan-ku, ampunilah aku serta ibu-bapakku, dan   yang memasuki rumahku sebagai orang beriman, serta orang-orang beriman laki-laki dan perempuan. Dan Engkau tidak menambahkan kepada orang-orang  zalim kecuali kebinasaan.”  (Nuh [71]:27-29).

Nubuatan yang Berulang  di Akhir Zaman ini

       Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan dengan kisah Nabi Nuh a.s. dan kaumnya tersebut:
تِلۡکَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الۡغَیۡبِ نُوۡحِیۡہَاۤ  اِلَیۡکَ ۚ مَا کُنۡتَ تَعۡلَمُہَاۤ  اَنۡتَ وَ لَا قَوۡمُکَ مِنۡ قَبۡلِ ہٰذَا ؕۛ فَاصۡبِرۡ ؕۛ اِنَّ الۡعَاقِبَۃَ  لِلۡمُتَّقِیۡنَ
Itulah dari antara kabar-kabar gaib  yang Kami telah mewahyukannya kepada engkau. Engkau sama sekali tidak mengetahuinya sebelum ini dan tidak pula kaum engkau maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa. (Hud [11]:49-50). 
   Penuturan Al-Quran mengenai hal ihwal berbagai nabi Allah tidaklah dimaksudkan hanya sekedar ceritera selingan belaka. Riwayat-riwayat itu dicantumkan dalam Al-Quran karena menunjuk kepada peristiwa-peristiwa yang serupa, dan yang akan terjadi dalam kehidupan Nabi Besar Muhammad saw.   sendiri, dan juga di Akhir Zaman ini, dengan demikian pada hakikatnya kisah kaum-kaum purbakala tersebut merupakan nubuatan (kabar gaib) yang akan terjadi lagi termasuk di Akhir Zaman.
     Dari sekitar 84 buku karya tulis beliau Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s., salah satunya beliau beri nama Kisyti Nuh  (Bahtera Nuh). Dalam buku tersebut beliau mengemukakan wabah tha’un  (pes) yang secara dahsyat akan melanda wilayah Punjab, yang telah membunuh puluhan ribu orang, walau pun pemerintah Inggris di Hindustan telah berusaha menanggulangi wabah tha’un (pes) tersebut yang merajalela tersebut dengan melakukan suntikan massal  tetapi hasilnya sangat minim.
     Sehubungan dengan malapetaka hebat  tersebut Pendiri Jemaat Ahmadiyah menulis dalam buku beliau Kisyti Nuh (Bahtera Nuh) tersebut:


RISALAH BAHTERA NUH

Taqwiyatul Iman
 (Pengukuh Keimanan)


 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


 Nahmaduhu wa nushalli  ‘alaa Rasuulihil- karim wa ‘alaa  Masihil mau’ud


SUNTIKAN THA’UN (PES)

لَّنۡ یُّصِیۡبَنَاۤ اِلَّا مَا کَتَبَ اللّٰہُ  لَنَا ۚ ہُوَ مَوۡلٰىنَا ۚ وَ عَلَی اللّٰہِ  فَلۡیَتَوَکَّلِ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ

 “Tidak akan pernah menimpa musibah kepada kami kecuali apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dia Pelindung kami dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal” (At Taubah, 51).
  
      Patut bersyukur, bahwa karena rasa kasihan  kepada rakyatnya, dalam rangka usaha membasmi wabah tha’un (pes), pemerintah Inggris[1] telah merencanakan gerakan suntikan untuk kedua kalinya. Dan demi kesejahteraan umat Tuhan pemerintah  telah memikul sejumlah biaya yang meliputi beratus-ratus ribu rupees.
    Sesungguhnya tiap warganegara yang bijaksana berkewajiban untuk menyambut gerakan itu dengan  rasa terima kasih. Dan mereka yang berprasangka terhadap gerakan suntikan itu sungguh amat bodoh dan sebenarnya memusuhi dirinya sendiri. Sebab telah berkali-kali terbukti di dalam  pengalaman, bahwa pemerintah sangat berhati-hati, tidak mau melancarkan suatu cara pengobatan yang berbahaya, bahkan pemerintah selamanya memperkenalkan suatu usaha yang terbukti benar-benar berfaedah, apabila sudah mengadakan banyak kali eksperimen di dalam usaha-usaha seperti itu.
   Adalah suatu sikap yang jauh dari kewajaran dan peri kemanusiaan jika orang mengadakan penilaian terhadap tindakan pemerintah -- yang dengan tulus ikhlas telah mengeluarkan  beratus-ratus ribu rupees untuk tujuan itu -- sebagai tindakan yang mempunyai latar-belakang tujuan tertentu untuk kepentingan sendiri. Alangkah malang nasib mereka yang mempunyai sangka-buruk sejauh itu.
   Sedikit pun tidak diragukan, bahwa sampai sekarang upaya setinggi-tingginya dan semaksimal-maksimalnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah di alam serba kebendaan ini ialah upaya kebendaan itulah, yakni melancarkan gerakan suntikan. Bagaimana pun tidak dapat orang ingkari, bahwa upaya itu terbukti bermanfaat. Oleh karena itu wajib bagi semua warganegara untuk memperhatikan sarana itu dan membantu  melepaskan beban pemerintah yang bermaksud hendak menyelamatkan jiwa rakyat.

Semata-mata Mentaati Perintah Allah Ta’ala &
Kehebatan Daya Binasa Wabah Pes

     Akan tetapi  dengan segala hormat,  kami ingin mengatakan kepada pemerintah yang baik hati itu, bahwa seandainya tidak ada rintangan samawi (langit),[2] maka kamilah yang pertama-tama di antara semua warganegara yang akan minta disuntik. Rintangan samawi (langit) itu ialah karena Tuhan menghendaki untuk memperlihatkan suatu Tanda kasih-sayang dari langit di zaman ini kepada umat manusia. Oleh karena itu Dia berfirman kepadaku, bahwa Dia akan menyelamatkanku dari wabah  pes  beserta semua orang yang tinggal di dalam  tembok (dinding) rumahku, yaitu orang-orang  yang melupakan diri dan menyatukan diri dengan diriku seraya patuh dan taat secara sempurna disertai ketakwaan yang setulus-tulusnya. Dan ini akan menjadi Tanda Ilahi di zaman mutakhir ini, yang dengannya Dia memperlihatkan perbedaan di antara suatu kaum  dengan kaum yang lain. 
    Akan tetapi  orang yang tidak mematuhi secara sempurna mereka itu bukan dariku, mereka itu tidak usah dihiraukan. Demikianlah perintah Ilahi.  Oleh sebab itu, bagi diriku dan bagi semua orang yang tinggal di dalam dinding   rumahku tidak perlu suntikan, karena sebagaimana tadi telah aku  terangkan, Tuhan Yang memiliki langit dan bumi, semenjak dahulu telah menurunkan wahyu kepadaku, bahwa Dia akan menyelamatkan dari kematian karena wabah  pes,  setiap orang yang tinggal di dalam dinding   rumahku. Tetapi dengan syarat, bahwa mereka melepaskan semua kehendak untuk melawan, lalu masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang baiat dengan penuh keikhlasan, ketaatan, dan kerendahan diri. Lagi dengan syarat bahwa mereka dengan cara apa  pun tidak  bersikap takabbur, melawan, sombong, lalai, congkak, dan tinggi hati di hadapan perintah-perintah Ilahi dan Utusan-Nya (Rasul-Nya), dan akan bertingkah-laku sesuai dengan  ajaran-Nya.
     Tuhan berfirman kepadaku bahwa pada umumnya wabah  pes  yang menghancur-luluhkan itu – dan karenanya orang-orang akan mati terhampar bagaikan anjing, dan karena derita kesedihan dan kebingungan orang-orang menjadi gila --  tidak akan melanda  Qadian. Lagi pada umumnya semua orang dalam Jemaatku  – betapa pun banyak bilangannya – dibandingkan dengan orang-orang yang menentangku,   akan terpelihara dari wabah pes.
   Namun demikian,  wabah pes  dapat menjangkiti di antara mereka yang tidak menepati janji mereka dengan sepenuh-penuhnya, atau karena sebab lain yang tersembunyi tentang mereka, dan hanya Allah yang mengetahui. Akan tetapi pada akhirnya orang akan mengakui dengan pandangan takjub  bahwa -- secara relatif dan komparatif --  pertolongan Tuhan ada di samping golongan ini. Dan demikian rupa Dia telah menyelamatkan mereka itu dengan rahmat-Nya yang istimewa sehingga tidak ada tara bandingannya.
     Mengenai hal ini sebagian orang yang bodoh akan tercengang, dan sebagian lagi akan menertawakan, sedangkan sebagian lagi akan menyebutku orang gila. Sebagian lagi akan merasa heran bahwa apakah ada Tuhan serupa itu, Yang tanpa menggunakan sarana-sarana kebendaan pun dapat menurunkan  rahmat-Nya?

Keajaiban Kekuasaan Sempurna Allah Ta’ala

     Jawabannya ialah,  tidak diragukan lagi bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa serupa itu   ada. Seandainya Tuhan serupa itu tidak ada, maka orang-orang yang mempunyai ikatan silaturahmi (perhubungan khusus) dengan Dia pasti akan binasa di dalam kehidupan ini.  Wujud Yang Maha Kuasa  itu ajaib (menakjubkan), dan kekuasaan-kekuasaan-Nya yang qudus (suci)  pun ajaib pula. Pada satu pihak Dia membiarkan orang-orang yang menentang leluasa menggagahi teman-teman-Nya bagaikan terhadap anjing-anjing, sedang pada pihak lain Dia memperintahkan para malaikat untuk mengkhidmati  mereka itu.
   Demikian pula apabila kegusaran-Nya bangkit dan  bersimaharajalela di seluruh    dunia,  dan kemurkaan-Nya bergejolak terhadap orang-orang aniaya, maka mata-Nya memberikan perlindungan kepada orang-orang-Nya yang tertentu. Jika tidak demikian keadaan-Nya maka tugas orang-orang suci akan menjadi kacau-balau, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengenal-Nya.
     Kekuasaan-kekuasaan-Nya tidak terbatas, akan tetapi kekuasaan-kekuasaan tersebut tampak kepada orang-orang menurut kadar keyakinan mereka masing-masing. Terhadap mereka yang dianugerahi keyakinan serta kecintaan, dan yang memutuskan segala hubungan kecuali dengan Dia, dan yang dijauhkan dari kebiasaan-kebiasaan memanjakan hawa-nafsu mereka, kekuasaan-kekuasaan tersebut nampak secara luar biasa.
    Tuhan berbuat apa yang Dia kehendaki. Akan tetapi kehendak untuk memperlihatkan kekuasaan-kekuasaan-Nya secara luar biasa itu, hanya bagi mereka yang mau merobek-robek kebiasaan-kebiasaan mereka demi mementingkan Dia. Pada zaman ini sangat sedikit orang-orang yang mengenal Dia dan percaya kepada kekuasaan-Nya yang ajaib itu. Kebalikannya, terdapat banyak orang yang sama sekali tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Suara-Nya didengar oleh segala sesuatu, Yang bagi-Nya tiada sesuatu yang mustahil.
    Hendaknya diingat, bahwa walaupun tidak berdosa berobat untuk melawan penyakit pes  dan penyakit lainnya, bahkan tercantum dalam sebuah Hadits, bahwa tidak ada sesuatu penyakit pun melainkan bagi penyakit tersebut Tuhan telah menciptakan obatnya. Akan tetapi, aku menganggap diriku  berdosa jika aku meragukan Tanda Tuhan  -- apabila melakukan suntikan -- yang Dia ingin tampakkan kepada kita dengan sejelas-jelasnya di atas  muka bumi ini.
   Aku tidak ingin mencemari kehormatan Tanda-tanda-Nya yang benar dan janji-Nya yang benar dengan mengambil  faedah dari suntikan. Jika aku berbuat demikian niscaya aku  patut dituntut karena dosa itu, sebab aku  tidak mempercayai janji Tuhan yang telah diberikan kepadaku. Dan seandainya demikian maka semestinya aku berterimakasih kepada sang dokter  yang telah menemukan serum suntikan ini, dan bukan bersyukur kepada Tuhan Yang telah berjanji kepadaku, bahwa tiap-tiap  orang yang tinggal di dalam rumahku  akan diselamatkan oleh Dia.

Nubuwatan Dalam Buku Barāhin-i-Ahmadiyya

    Aku berkata berdasarkan penglihatan ruhani bahwa janji-janji Tuhan Yang Maha Kuasa itu benar, dan aku menyaksikan saat-saat yang akan datang demikian jelasnya, sehingga seakan-akan telah tiba layaknya. Aku pun mengetahui bahwa tujuan pemerintah yang sebenarnya ialah menyelamatkan orang-orang dari wabah pes dengan jalan apapun, dan jika di masa yang akan datang pemerintah menemukan suatu sarana yang lebih mujarab daripada suntikan, untuk menyelamatkan rakyat dari bahaya  pes, maka pemerintah dengan senang hati akan menerimanya.
   Dalam keadaan demikian, jelaslah bahwa cara yang telah direstui Tuhan untuk ditempuh olehku tidak bertentangan dengan tujuan pemerintah. Dan 20 tahun yang lalu tercantum di dalam kitab saya Barāhīn Ahmadiyyah berupa nubuwatan (kabar gaib) mengenai wabah  pes  yang sangat  dahsyat itu, dan  juga tercantum mengenai janji limpahan berkat istimewa bagi Jemaat ini.  Lihatlah  Barāhīn Ahmadiyyah, halaman 518 dan 519.
    Kemudian, kecuali itu ada nubuwatan yang tegas dari Tuhan, bahwa orang-orang mukhlis yang tinggal di dalam batas-batas (dinding-dinding)  rumahku, yang tidak bersikap takabur (sombong) di hadapan Allah dan Utusan-Nya (Rasul-Nya), akan diselamatkan dari malapetaka  pes, dan secara relatif maupun secara komfaratif karunia Tuhan yang istimewa akan tetap menyertai Jemaat ini, walaupun adakalanya – oleh karena kelemahan iman atau oleh karena cela dalam amal, atau oleh karena ajal (jangka-waktu) yang telah  jadi suratan takdir, atau oleh karena suatu sebab lain  yang diketahui Allah -- peristiwa semacam itu terjadi juga di dalam Jemaat ini, namun  peristiwa yang langka itu boleh dikatakan tidak ada.
   Biasa pada waktu mengadakan perbandingan, yang orang perhatikan ialah jumlah angka. Sebagaimana telah dibuktikan oleh pemerintah dalam pengalaman, bahwa jumlah kematian di antara orang-orang yang telah mendapat suntikan anti pes jika dibandingkan dengan jumlah kematian di antara orang-orang yang tidak mendapat suntikan [di kalangan Jemaat Ahmadiyah] adalah sangat sedikit.
   Jadi, seperti halnya peristiwa kematian yang jarang terjadi tidak dapat mengurangi pentingnya arti suntikan, demikian pula mengenai  Tanda ini jika di Qadian peristiwa pes  terjadi – yang secara komparatif sangat kurang atau kadangkala ada juga seorang orang  di dalam Jemaat ini meninggal akibat penyakit itu – maka nilai Tanda pasti tidak akan berkurang.
   Nubuwatan itu ditulis sesuai dengan kata-kata yang diucapkan oleh Kalam  suci Tuhan. Adalah tidak layak bagi seorang bijak kalau ia dari semula memperolok-olokan Kalam samawi, sebab ini adalah Kalam Ilahi (firman Tuhan) dan bukan ucapan seorang ahli nujum. Ini adalah cahaya yang ditangkap indera penglihatan yang nyata, dan bukan patgulipat    permainan kegelapan. Ini adalah Kalam Ilahi  (firman Tuhan) Yang telah membangkitkan wabah  pes, dan Dia-lah Yang dapat melenyapkannya.
   Pemerintah pasti akan menghargai nubuwatan ini kelak, apabila pemerintah akan menyaksikan betapa mengherankannya orang-orang ini tetap sehat wal-afiat dibandingkan dengan orang-orang yang mendapat suntikan. Dan aku berkata dengan sejujur-jujurnya, bahwa apabila tidak terjadi keadaan yang sesuai dengan nubuwatan yang  telah dikumandangkan  semenjak 20 atau 22 tahun yang lalu, maka aku  bukanlah dari Tuhan.

Tanda-tanda  Kebenaran Pendakwaan “Datang dari Tuhan”

   Sebagai tanda bahwa aku datang dari Tuhan ialah bahwa orang-orang  mukhlis yang tinggal di dalam dinding rumah saya akan tetap terpelihara dari kematian akibat penyakit ini. Dan warga Jemaatku seutuhnya – secara relatif dan secara komparatif --  akan tetap terpelihara dari serangan wabah  pes. Dan kesejahteraan yang terdapat di dalam Jemaat ini pasti tidak terdapat tara bandingannya pada golongan lain. Dan kegemparan wabah  pes  yang membinasakan itu tidak akan melanda Qadian, kecuali sedikit atau jarang-jarang.
    Alangkah baiknya jika hati orang-orang itu lurus dan takut kepada Tuhan, supaya mereka benar-benar akan diselamatkan, karena siksaan (azab) tidak turun kepada seseorang di alam dunia ini disebabkan  perbedaan agama, karena mengenai itu pertanggung-jawabannya akan diminta nanti pada Hari Kiamat. Di dunia ini siksaan turun hanya akibat kenakalan, keangkuhan, dan terlampau banyak dosa
     Dan perlu diingat pula bahwa di dalam Quran Syarif – dan bahkan juga di dalam beberapa bagaian Taurat[3] – terdapat kabar bahwa di masa Masih Mau’ud akan berjangkit wabah  pes. Bahkan Hadhrat Masih a.s. pun mengabarkan mengenai itu di dalam Injil. Dan tidaklah mungkin kalau nubuwatan-nubuwatan para nabi akan meleset.
    Hendaknya juga diingat, bahwa adalah wajib bagi kita untuk menjauhi  upaya-upaya ciptaan manusia karena sudah ada janji Tuhan, agar orang-orang yang anti jangan sampai mengaitkan Tanda Ilahi itu kepada hal-hal lain. Akan tetapi apabila disamping itu Allah Ta’ala Sendiri  dengan perantaraan Kalam-Nya (firman-Nya) menunjukkan sesuatu upaya atau memberitahukan sesuatu obat, maka upaya atau obat serupa itu tidak menjadi halangan bagi Tanda itu, sebab upaya atau obat tersebut datang dari Tuhan Yang dari-Nya juga Tanda itu datang.
     Hendaknya jangan ada yang mempunyai dugaan, bahwa kalau kadangkala seseorang di dalam Jemaat kita mati akibat wabah pes lantas nilai serta martabat Tanda itu akan berkurang. Sebab pada zaman dahulu Musa a.s. dan Yesaya a.s. dan pada akhirnya Nabi kita saw. mendapat perintah bahwa untuk barangsiapa yang telah mengangkat pedang dan membunuh ratusan jiwa, mereka itu boleh dibunuh dengan pedang pula. Dan ini merupakan suatu Tanda dari para nabi tersebut, yang sesudah itu mereka mendapat kemenangan besar. Padahal dalam bentrokan (perang) itu dari pihak para pengikut kebenaran terdapat juga yang tewas oleh pedang pihak lawan, akan tetapi sangat sedikit, dan kerugian sebesar itu tidak berarti apa-apa bagi Tanda tersebut.
    Jadi, demikianlah, apabila ada beberapa orang dalam Jemaat kita telah terkena wabah pes karena sebab-sebab tersebut di atas, peristiwa itu pasti tidak menodai sedikit pun Tanda Ilahi tersebut. Tidakkah ini merupakan suatu Tanda agung  – seperti telah berkali-kali aku kemukakan – bahwa Allah Ta’ala akan menampakkan nubuwatan itu sedemikian rupa, sehingga setiap pencari kebenaran tidak akan ragu-ragu? Dan mereka akan mengerti  bahwa Allah Ta’ala telah memperlakukan Jemaat ini bagaikan mukjizat, bahkan bagai Tanda Ilahi, akibatnya ialah Jemaat ini akan berkembang dalam jumlahnya dengan perantaraan wabah  pes, dan akan maju secara luar biasa pesatnya. Kemajuan tersebut  akan disaksikan dengan takjub, sedangkan lawan terus menerus menderita kekalahan pada setiap kesempatan, sebagaimana telah aku tulis dalam kitab Nuzulul Masih (Turunnya Al-Masih).

Nubuwatan Tentang Abdullah Atham &
Sepuluh Ribu  Nubuwatan   dari Allah Ta’ala

  Seandainya Tuhan tidak memperlihatkan perbedaan di antara Jemaat ini dengan golongan-golongan lainnya, niscaya mereka berhak mendustakan diriku.  Sampai sekarang apa yang mereka dustakan, dengan itu mereka hanya mengundang laknat belaka. Umpamanya, mereka berulang-ulang berteriak-teriak bahwa Atham  tidak mati dalam tempo 15 bulan, sedangkan nubuwatan mengenainya dengan tegas mengatakan bahwa apabila ia kembali kepada kebenaran maka ia tidak akan mati di dalam tempo 15 bulan itu. 
    Oleh karena itu di tengah berlangsungnya pertemuan debat, ia di hadapan 70 orang-orang terhormat bertaubat dari menyebut Rasulullah saw. sebagai dajjal, dan bahkan bukan hanya itu saja, ia pun telah membuktikan taubatnya dengan tutup mulut dan dengan menunjukkan ketakutan selama 15 bulan.
   Latar-bekalang nubuwatan itu ialah karena ia telah menyebut Rasulullah saw. sebagai dajjal. Oleh karena itu ia mengambil faedah dari taubatnya hanya sekedar sampai itu, yakni matinya akan terjadi sesudah lewat 15 bulan, tetapi memang ia mati juga. Terjadinya hal demikian ialah karena di dalam nubuwatan tersebut dinyatakan bahwa salah satu di antara kedua pihak yang tidak benar dari segi kepercayaannya ia akan mati lebih dahulu, oleh karena itulah maka ia mati lebih dahulu daripada diri saya.
   Demikianlah, nubuwatan-nubuwatan  yang telah disampaikan Allah Ta’ala telah menjadi kenyataan pada waktunya berjumlah tidak kurang dari 10.000 buah. Akan tetapi di dalam kitab Nuzulul Masih (Turunnya Al-Masih) yang sedang dicetak, hanya disebutkan 150 buah untuk contoh beserta bukti dan saksi-saksinya, dan tidak ada satu pun dari nubuwatan-nubuwatan saya itu yang tidak menjadi kenyataan, atau dari dua bagiannya sebagian belum menjadi sempurna.
  Andaikata seseorang mencari-cari sampai ia tutup usia (mati), tidak akan ia dapati sebuah nubuwatan pun yang telah diucapkan mulutku, yang  mengenai itu ia dapat mengatakan nubuwatan tersebut hampa  belaka. Akan tetapi jika tidak punya rasa malu atau tidak mempunyai  kesadaran berpikir boleh saja ia berkata seenak hatinya. Dan aku berkata dengan tegas bahwa ada ribuan nubuwatan serupa itu  yang telah menjadi kenyataan dengan sejelas-jelasnya, sedang ratusan orang telah menjadi  saksi terhadap nubuwatan-nubuwatan tersebut. Seandainya bandingannya dicari pada nabi-nabi terdahulu maka tidak akan didapati bandingannya di tempat lain, kecuali pada wujud Rasulullah saw..
   Andaikan lawan-lawanku mengambil keputusan dengan cara itu pula maka sudah lama mata mereka terbuka, dan aku bersedia memberi hadiah besar seandainya mereka dapat menampilkan tandingan bagi nubuwatan-nubuwatan tersebut di dunia ini. Hanya semata-mata karena kenakalan atau  kebodohan belaka berkata bahwa nubuwatan yang itu atau yang itu tidak menjadi kenyataan, mengenai itu kami tidak dapat berbuat selain mengatakan bahwa ucapan-ucapan tersebut bersumber pada kekejian dan buruk sangka belaka.
   Sekiranya di dalam suatu pertemuan diadakan  tukar-pikiran (dialog) untuk menyelidiki hal itu, niscaya mereka akan menarik kembali ucapannya, atau terpaksa harus disebut tidak memiliki  rasa-malu.  Kalau ribuan nubuwatan  telah menjadi sempurna  persis seperti dinubuwatkan, lagi pula terdapat ribuan orang yang masih hidup dan menjadi saksi atas penyempurnaan nubuwatan tersebut, hal itu bukanlah suatu  hal sepele, melainkan seolah-olah penampakkan Wujud Tuhan Yang Maha Agung.
    Kecuali di masa Nabi Muhammad saw.,  pernahkah ada zaman di mana terdapat seseorang yang menyaksikan ribuan nubuwatan yang telah disampaikan lalu nubuwatan-nubuwatan itu telah menjadi sempurna laksana terang benderangnya siang hari dan ribuan orang  telah memberi kesaksian atas penyempurnaan  nubuwatan-nubuwatan tersebut? 
  Aku katakan dengan seyakin-yakinnya, bahwa sebagaimana di zaman ini Tuhan sedang menghampiri dan menampakkan Wujud-Nya, dan  ratusan perkara gaib tengah disingkapkan tirainya bagi hamba-Nya ini, hal yang serupa itu jarang sekali terdapat contohnya pada zaman dahulu.

Penciptaan “Langit Baru dan “Bumi Baru” &
Para Pengingkar Kehendak Allah Ta’ala

   Dalam waktu dekat orang-orang akan menyaksikan, bahwa Wajah Tuhan akan nampak di zaman ini,  seakan-akan Dia akan turun dari langit. Telah semenjak lama Dia menyembunyikan Diri dan Dia diingkari, tetapi Dia tetap diam. Akan tetapi sekarang Dia tidak akan bersembunyi lagi. Dunia akan menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Nya yang tidak pernah disaksikan nenek-moyang mereka.
      Hal itu akan terjadi karena dunia telah rusak-binasa, dan karena orang-orang tidak  percaya lagi kepada Sang Pencipta langit dan bumi.  Bibir mereka menyebut nama-Nya namun hati mereka berpaling dari-Nya. Oleh karena itu Tuhan berfirman: Sekarang Aku akan ciptakan langit baru dan bumi baru. Maksudnya ialah bumi telah mati, yakni hati orang-orang di atas bumi  telah menjadi keras seakan-akan telah mati. Sebab Wajah Tuhan telah bersembunyi dari mereka, dan Tanda-tanda Samawi yang terdahulu hanya tinggal sebagai kisah-kisah belaka semuanya, maka Tuhan telah berkehendak untuk menciptakan bumi baru. Apakah langit baru itu dan apakah bumi baru itu?
    Bumi baru ialah hati yang suci, yang tengah dipersiapkan Tangan-Nya Sendiri, yang dinampakkan Tuhan dan Tuhan akan dinampakkan melalui hati yang suci tersebut Sedang langit baru ialah Tanda-tanda yang sedang dinampakkan melalui tangan hamba-Nya ini dengan seiizin-Nya juga. Akan tetapi  sayang, dunia telah memusuhi penampakan-Nya yang baru ini. Pada tangan mereka tiada lain kecuali kisah-kisah belaka. Tuhan mereka hanyalah menurut citra (dugaan) mereka sendiri. Hati mereka resah, semangat mereka lumpuh, dan di atas mata mereka ada tutupan.
    Umat-umat lain telah meninggalkan Tuhan Hakiki. Apa yang dapat dikatakan tentang mereka yang telah menjadikan anak Maryam sebagai Tuhan? Tengoklah keadaan orang-orang Islam, betapa mereka telah melantur jauh dari Dia, menjadi musuh kental bagi kebenaran dan menjadi penentang jalan lurus bagai musuh kejam.
    Contohnya,  apa-apa yang telah diserukan oleh golongan Nadwatul Ulama untuk kepentingan Islam, dan golongan Himayat-i-Islam, Lahore,  yang mengumpulkan harta dari orang-orang Islam atas nama Islam. Benarkah orang-orang itu menginginkan kesejahteraan bagi Islam?  Apakah orang-orang ini memberi dukungan kepada jalan lurus? Apakah mereka  mengetahui, di bawah musibah-musibah apa Islam sedang dihimpit, dan bagaimanakah Sunnah Ilahi akan bekerja untuk menyegarkannya kembali?
   Aku berkata dengan sesungguh-sungguhnya, sekiranya aku  tidak datang niscaya pengakuan (pendakwaan) mereka untuk mendukung Islam sedikit-banyak dapat diterima. Akan tetapi, orang-orang ini jadi  para terdakwa di hadapan Tuhan, sebab kendati mereka mengaku sebagai pendukung Islam, namun tatkala bintang terbit di langit mereka itulah yang pertama-tama mengingkarinya.
    Sekarang, bagaimanakah mereka akan memberi jawaban kepada Tuhan Yang telah mengutus diriku tepat pada waktunya? Akan tetapi mereka tidak acuh. Sementara matahari mendekati rembang  tengah hari, menurut mereka hari masih malam. Sumber mata air Tuhan telah memancar, namun mereka masih menangis-nangis di tengah padang belantara. Sebuah aliran sungai ilmu samawi sedang mengalir, namun mereka tidak tahu menahu. Tanda-tanda Tuhan sedang menampakkan diri, namun mereka tetap lengah. Tidak hanya lengah, bahkan mereka memusuhi Jemaat Ilahi.
     Seperti inikah yang disebut mendukung Islam, memelihara Islam? Dan menegakkan ajaran Islam seperti apa yang mereka laksanakan? Apakah dengan memaling muka, mereka dapat merintangi kehendak Tuhan, yang semenjak dahulu para nabi semuanya telah memberi kesaksian terhadap kehendak-Nya itu? Sesungguhnya nubuwatan Tuhan itu dalam waktu dekat akan terbukti benar. Sebagaimana Allah berfirman:
کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ
(“Telah dipastikan Allah bahwa: Kami dan Rasul-rasul Kami niscaya akan memperoleh keunggulan” – QS. Al-Mujaadilah [58]:22).
      

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 16Mei  2013





[1] Pada waktu  risalah ini ditulis India masih dijajah  oleh Inggris (Pent.)
[2]  Samawi (langit)  dalam makna  kiasan mengisyaratkan hal-hal yang berhubungan dengan masalah  Ketuhanan  atau masalah keruhanian,   bukan berarti bahwa Allah Ta’ala berada di  langit (Pent.)
[3] Kabar tentang berjangkitnya wabah  pes  di zaman Masih Mau’ud dalam kitab-kitab Bible tercantum pada Zakaria 14:12, Injil Matius 24:8, dan Wahyu-wahyu 22:8 (Pen.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar