بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 131
Jemaat
Ahmadiyah
adalah “Bahtera” Nabi Nuh a.s.
di Akhir Zaman
adalah “Bahtera” Nabi Nuh a.s.
di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan
mengenai keturunan
Nabi Nuh a.s. dan orang-orang beriman yang bersama beliau dalam “bahtera” Nabi Nuh a.s., dan setelah bahtera Nabi Nuh a.s. bersandar di atas puncak gunung al-Judi, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قِیۡلَ یٰنُوۡحُ اہۡبِطۡ بِسَلٰمٍ مِّنَّا وَ بَرَکٰتٍ عَلَیۡکَ وَ عَلٰۤی
اُمَمٍ مِّمَّنۡ مَّعَکَ ؕ وَ اُمَمٌ
سَنُمَتِّعُہُمۡ ثُمَّ یَمَسُّہُمۡ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِیۡمٌ
Difirmankan:
“Hai Nuh, turunlah dengan keselamatan dan keberkatan dari Kami atas diri engkau dan atas umat yang akan dilahirkan dari mereka yang beserta engkau, sedangkan umat
lain segera Kami akan memberikan perbekalan untuk sementara
waktu kemudian azab yang pedih dari Kami akan menimpa mereka.”
(Hūd
[11]:49).
Ayat ini menunjukkan bahwa selain keturunan Nabi Nuh a.s.,
juga keturunan orang-orang yang beriman yang ada beserta beliau dalam bahtera itu diselamatkan dari air bah dan mereka itu memperoleh kesejahteraan serta berkembang-biak. Para sarjana sekarang mendukung pendapat bahwa kebanyakan penduduk bumi ini adalah keturunan Nabi Nuh a.s..
Cerita mengenai air bah itu
dengan beberapa corak yang berbeda terdapat dalam riwayat dan kepustakaan
berbagai negeri (Encyclopaedia of
Religions & Ethics;
Encyclopaedia Britannia, pada kata “Deluge”). Malapetaka itu nampaknya terjadi di sekitar masa terbitnya peradaban
manusia.
Merupakan kenyataan sejarah yang
terkenal bahwa bilamana suatu kaum
yang agak lebih maju dalam kebudayaan
dan peradaban datang menetap di suatu
daerah, mereka memusnahkan atau sangat melemahkan penduduk daerah yang peradabannya
terbelakang.
Jadi agaknya ketika keturunan Nabi Nuh a.s. dan keturunan para sahabat beliau, yang merupakan pembina
peradaban manusia, menyebar ke daerah-daerah lain, dan karena mereka lebih besar kekuatannya daripada
penghuni yang sudah ada di sana, mereka melenyapkan
penghuni yang sudah ada itu atau melebur
mereka. Dengan demikian, niscaya mereka tetap memasukkan ke dalam semua daerah yang mereka taklukkan itu adat dan kebiasaan mereka sendiri, dan sebagai akibatnya ceritera mengenai air bah itu dengan
sendirinya masuk pula ke daerah-daerah
lain.
Tetapi dengan berlalunya waktu,
para pendatang itu terputus perhubungannya dengan tanah air mereka sendiri yang semula, dan sebagai akibatnya bencana itu dipandang sebagai kejadian
setempat, dengan membawa akibat nama-nama
orang dan tempat di daerah itu
menggantikan nama-nama aslinya, maka
dengan demikian peristiwa air bah itu
bukanlah suatu malapetaka yang melanda seluruh bumi, dan juga
ceritera-ceritera yang berasal dari berbagai daerah itu hendaknya jangan
dipandang mengisyaratkan kepada peristiwa-peristiwa
air bah yang masing-masing secara terpisah, melainkan merujuk kepada peristiwa banjir dahsyat yang menenggelamkan kaum Nabi Nuh a.s. di wilayah tersebut..
Pihak yang “Menertawakan”
menjadi Pihak yang “Ditertawakan”
Perhatikan perbedaan nasib
akhir dari pihak Nabi Nuh a.s. dan orang-orang yang beriman --
yang didustakan serta dihina oleh para pemuka
kaum Nabi Nuh a.s. yang bersikap takabur
dan membanggakan status sosial serta kekayaan
duniawi serta anak keturunan mereka (QS.11:26-28) serta yang mentertawakan danm memperolok-olok
Nabi Nuh a.s., ketika beliau sedang membuat perahu
(QS.11:39-40) -- dan nasib
akhir yang menimpa kaum yang takabur tersebut,
pihak yang dihinakan “bahteranya berlabuh
di atas sebuah puncak gunung”,
sedangkan pihak yang menghina dan takabur binasa oleh air bah dahsyat dengan penuh kehinaan tanpa penghormatan
dan kehormatan dan tanpa ratap tangis, termasuk istri dan anak durhaka Nabi Nuh a.s.
Dengan demikian sempurnaan ucapan Nabi Nuh a.s. sebelumnya kepada
para pemuka kaumnya yang menertawakan
dan memperolok-olok beliau,
firman-Nya:
وَ یَصۡنَعُ
الۡفُلۡکَ ۟ وَ کُلَّمَا مَرَّ عَلَیۡہِ مَلَاٌ مِّنۡ قَوۡمِہٖ سَخِرُوۡا مِنۡہُ ؕ قَالَ اِنۡ تَسۡخَرُوۡا مِنَّا فَاِنَّا
نَسۡخَرُ مِنۡکُمۡ کَمَا تَسۡخَرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ مَنۡ یَّاۡتِیۡہِ عَذَابٌ یُّخۡزِیۡہِ وَ یَحِلُّ
عَلَیۡہِ عَذَابٌ مُّقِیۡمٌ ﴿﴾
Dan ia (Nuh)
mulai membuat bahtera itu, dan setiap kali pemuka-pemuka kaumnya sedang
melewatinya, mereka itu menertawakannya.
Ia (Nuh) berkata: “Jika kini kamu mentertawakan kami maka saat itu akan datang ketika kami pun akan mentertawakan kamu,
seperti kamu mentertawakan kami,
maka segera kamu akan mengetahui siapa yang kepadanya akan datang azab yang akan
menistakannya, dan kepada siapa akan
menimpa azab yang tetap.” (Hūd [11]:39-40).
Dengan demikian
sempurnalah pengabulan doa Nabi Nuh a.s.
mengenai azab Ilahi yang akan menimpa kaum beliau, yang sebelumnya
telah beliau peringatkan kepada kaumnya, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَا تَذَرُنَّ اٰلِہَتَکُمۡ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّ لَا
سُوَاعًا ۬ۙ وَّ لَا یَغُوۡثَ وَ یَعُوۡقَ وَ نَسۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ قَدۡ اَضَلُّوۡا کَثِیۡرًا ۬ۚ وَ لَا تَزِدِ
الظّٰلِمِیۡنَ اِلَّا ضَلٰلًا ﴿﴾ مِمَّا
خَطِیۡٓــٰٔتِہِمۡ اُغۡرِقُوۡا
فَاُدۡخِلُوۡا نَارًا ۬ۙ فَلَمۡ
یَجِدُوۡا لَہُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَنۡصَارًا ﴿﴾
Dan Nuh berkata: “Hai Tuhan-ku, janganlah Engkau membiarkan di atas bumi penghuni dari kalangan
orang-orang kafir, sesungguhnya jika
Engkau membiarkan mereka, mereka akan menyesatkan hamba-hamba Engkau dan mereka tidak akan melahirkan kecuali
orang-orang berdosa lagi kafir. Hai
Tuhan-ku, ampunilah aku serta ibu-bapakku, dan yang
memasuki rumahku sebagai orang
beriman, serta orang-orang beriman
laki-laki dan perempuan. Dan Engkau tidak menambahkan kepada
orang-orang zalim kecuali kebinasaan.” (Nuh
[71]:27-29).
Nubuatan yang Berulang di Akhir
Zaman ini
Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada
Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan dengan kisah Nabi Nuh a.s. dan kaumnya
tersebut:
تِلۡکَ مِنۡ
اَنۡۢبَآءِ الۡغَیۡبِ نُوۡحِیۡہَاۤ
اِلَیۡکَ ۚ مَا کُنۡتَ تَعۡلَمُہَاۤ
اَنۡتَ وَ لَا قَوۡمُکَ مِنۡ قَبۡلِ ہٰذَا ؕۛ فَاصۡبِرۡ ؕۛ اِنَّ
الۡعَاقِبَۃَ لِلۡمُتَّقِیۡنَ
Itulah dari
antara kabar-kabar gaib yang Kami telah mewahyukannya kepada engkau. Engkau sama sekali tidak mengetahuinya sebelum ini dan tidak pula kaum engkau maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa. (Hud
[11]:49-50).
Penuturan Al-Quran mengenai hal ihwal berbagai
nabi Allah tidaklah dimaksudkan hanya
sekedar ceritera selingan belaka. Riwayat-riwayat itu dicantumkan dalam
Al-Quran karena menunjuk kepada peristiwa-peristiwa
yang serupa, dan yang akan terjadi dalam kehidupan
Nabi Besar Muhammad saw. sendiri, dan juga di Akhir Zaman ini, dengan demikian pada hakikatnya kisah kaum-kaum purbakala tersebut merupakan nubuatan (kabar gaib) yang akan terjadi lagi termasuk di Akhir Zaman.
Dari sekitar 84 buku karya tulis beliau Pendiri Jemaat
Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
salah satunya beliau beri nama Kisyti Nuh (Bahtera Nuh). Dalam buku
tersebut beliau mengemukakan wabah tha’un
(pes) yang secara dahsyat akan melanda wilayah Punjab,
yang telah membunuh puluhan ribu
orang, walau pun pemerintah Inggris di Hindustan telah berusaha menanggulangi
wabah tha’un (pes) tersebut yang
merajalela tersebut dengan melakukan suntikan
massal tetapi hasilnya sangat minim.
Sehubungan dengan malapetaka hebat tersebut Pendiri Jemaat Ahmadiyah menulis
dalam buku beliau Kisyti Nuh (Bahtera Nuh) tersebut:
RISALAH
BAHTERA NUH
Taqwiyatul
Iman
(Pengukuh Keimanan)
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Nahmaduhu wa nushalli ‘alaa Rasuulihil- karim wa ‘alaa Masihil mau’ud
SUNTIKAN
THA’UN (PES)
لَّنۡ یُّصِیۡبَنَاۤ
اِلَّا مَا کَتَبَ اللّٰہُ لَنَا ۚ ہُوَ مَوۡلٰىنَا ۚ وَ عَلَی اللّٰہِ فَلۡیَتَوَکَّلِ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ
“Tidak akan pernah menimpa musibah kepada kami
kecuali apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dia Pelindung kami dan hanya
kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal” (At Taubah, 51).
Patut bersyukur,
bahwa karena rasa kasihan kepada
rakyatnya, dalam rangka usaha membasmi wabah tha’un (pes), pemerintah
Inggris[1] telah merencanakan gerakan suntikan untuk
kedua kalinya. Dan demi kesejahteraan umat Tuhan pemerintah telah memikul sejumlah biaya yang meliputi
beratus-ratus ribu rupees.
|
Sesungguhnya tiap warganegara yang bijaksana berkewajiban untuk menyambut gerakan
itu dengan rasa terima kasih. Dan
mereka yang berprasangka terhadap gerakan suntikan itu sungguh
amat bodoh dan sebenarnya memusuhi dirinya sendiri. Sebab telah berkali-kali
terbukti di dalam pengalaman, bahwa pemerintah sangat berhati-hati, tidak
mau melancarkan suatu cara pengobatan yang berbahaya, bahkan pemerintah selamanya memperkenalkan suatu
usaha yang terbukti benar-benar berfaedah, apabila sudah mengadakan banyak kali
eksperimen di dalam usaha-usaha seperti itu.
Adalah suatu sikap yang jauh dari kewajaran dan peri kemanusiaan jika orang mengadakan penilaian terhadap tindakan
pemerintah -- yang dengan tulus ikhlas telah mengeluarkan beratus-ratus ribu rupees untuk tujuan itu --
sebagai tindakan yang mempunyai latar-belakang tujuan tertentu untuk kepentingan sendiri. Alangkah malang nasib
mereka yang mempunyai sangka-buruk sejauh itu.
Sedikit pun tidak diragukan, bahwa sampai
sekarang upaya setinggi-tingginya dan semaksimal-maksimalnya yang dapat
dilakukan oleh pemerintah di alam serba kebendaan ini ialah upaya kebendaan
itulah, yakni melancarkan gerakan suntikan. Bagaimana pun tidak dapat
orang ingkari, bahwa upaya itu terbukti bermanfaat. Oleh karena itu wajib
bagi semua warganegara untuk memperhatikan sarana itu dan membantu melepaskan beban pemerintah yang bermaksud
hendak menyelamatkan jiwa rakyat.
Semata-mata
Mentaati Perintah Allah Ta’ala &
Kehebatan Daya
Binasa Wabah Pes
Akan tetapi dengan segala hormat, kami ingin mengatakan kepada pemerintah yang
baik hati itu, bahwa seandainya tidak ada rintangan samawi (langit),[2] maka kamilah yang pertama-tama di antara semua warganegara
yang akan minta disuntik. Rintangan samawi (langit) itu ialah
karena Tuhan menghendaki untuk memperlihatkan suatu Tanda kasih-sayang
dari langit di zaman ini kepada umat manusia. Oleh karena itu Dia
berfirman kepadaku, bahwa Dia akan menyelamatkanku dari
wabah pes beserta semua orang yang tinggal di
dalam tembok (dinding) rumahku,
yaitu orang-orang yang melupakan diri
dan menyatukan diri dengan diriku seraya patuh dan taat secara
sempurna disertai ketakwaan yang setulus-tulusnya. Dan ini
akan menjadi Tanda Ilahi di zaman mutakhir ini, yang dengannya Dia
memperlihatkan perbedaan di antara suatu kaum dengan kaum yang lain.
Akan tetapi orang yang tidak mematuhi secara
sempurna mereka itu bukan dariku, mereka itu tidak usah dihiraukan. Demikianlah perintah
Ilahi. Oleh sebab itu, bagi diriku
dan bagi semua orang yang tinggal di dalam dinding rumahku
tidak perlu suntikan, karena sebagaimana tadi telah aku terangkan, Tuhan Yang memiliki langit dan
bumi, semenjak dahulu telah menurunkan wahyu kepadaku, bahwa Dia akan menyelamatkan
dari kematian karena wabah
pes, setiap orang yang
tinggal di dalam dinding rumahku. Tetapi dengan syarat, bahwa mereka
melepaskan semua kehendak untuk melawan, lalu masuk ke dalam lingkungan
orang-orang yang baiat dengan penuh keikhlasan, ketaatan,
dan kerendahan diri. Lagi dengan syarat bahwa mereka dengan cara
apa pun tidak bersikap takabbur, melawan, sombong, lalai,
congkak, dan tinggi hati di hadapan perintah-perintah Ilahi dan Utusan-Nya
(Rasul-Nya), dan akan bertingkah-laku sesuai dengan ajaran-Nya.
Tuhan berfirman kepadaku bahwa pada
umumnya wabah pes yang menghancur-luluhkan itu
– dan karenanya orang-orang akan mati terhampar bagaikan anjing, dan karena
derita kesedihan dan kebingungan orang-orang menjadi gila -- tidak akan melanda Qadian. Lagi pada umumnya
semua orang dalam Jemaatku
– betapa pun banyak bilangannya – dibandingkan dengan orang-orang yang menentangku, akan terpelihara dari wabah pes.
Namun demikian, wabah pes dapat menjangkiti di antara mereka yang tidak
menepati janji mereka dengan sepenuh-penuhnya, atau karena sebab lain
yang tersembunyi tentang mereka, dan hanya Allah yang mengetahui. Akan
tetapi pada akhirnya orang akan mengakui dengan pandangan takjub bahwa -- secara relatif dan komparatif
-- pertolongan Tuhan ada di
samping golongan ini. Dan demikian rupa Dia telah menyelamatkan mereka
itu dengan rahmat-Nya yang istimewa sehingga tidak ada tara
bandingannya.
Mengenai hal ini sebagian orang yang bodoh
akan tercengang, dan sebagian lagi akan menertawakan, sedangkan sebagian lagi
akan menyebutku orang gila. Sebagian lagi akan merasa heran bahwa apakah ada Tuhan
serupa itu, Yang tanpa menggunakan sarana-sarana kebendaan pun dapat
menurunkan rahmat-Nya?
Keajaiban
Kekuasaan Sempurna Allah Ta’ala
Jawabannya ialah, tidak diragukan lagi bahwa Tuhan Yang Maha
Kuasa serupa itu ada. Seandainya
Tuhan serupa itu tidak ada, maka orang-orang yang mempunyai ikatan
silaturahmi (perhubungan khusus) dengan Dia pasti akan binasa di
dalam kehidupan ini. Wujud Yang Maha
Kuasa itu ajaib (menakjubkan),
dan kekuasaan-kekuasaan-Nya yang qudus (suci) pun ajaib pula. Pada satu pihak Dia
membiarkan orang-orang yang menentang leluasa menggagahi teman-teman-Nya
bagaikan terhadap anjing-anjing, sedang pada pihak lain Dia memperintahkan para
malaikat untuk mengkhidmati
mereka itu.
Demikian pula apabila kegusaran-Nya
bangkit dan bersimaharajalela di seluruh
dunia,
dan kemurkaan-Nya bergejolak terhadap orang-orang aniaya, maka
mata-Nya memberikan perlindungan kepada orang-orang-Nya yang
tertentu. Jika tidak demikian keadaan-Nya maka tugas orang-orang suci akan
menjadi kacau-balau, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengenal-Nya.
Kekuasaan-kekuasaan-Nya tidak terbatas,
akan tetapi kekuasaan-kekuasaan tersebut tampak kepada orang-orang menurut kadar
keyakinan mereka masing-masing. Terhadap mereka yang dianugerahi keyakinan
serta kecintaan, dan yang memutuskan segala hubungan kecuali dengan Dia,
dan yang dijauhkan dari kebiasaan-kebiasaan memanjakan hawa-nafsu
mereka, kekuasaan-kekuasaan tersebut nampak secara luar biasa.
Tuhan berbuat apa yang Dia kehendaki.
Akan tetapi kehendak untuk memperlihatkan kekuasaan-kekuasaan-Nya
secara luar biasa itu, hanya bagi mereka yang mau merobek-robek
kebiasaan-kebiasaan mereka demi mementingkan Dia. Pada zaman ini sangat
sedikit orang-orang yang mengenal Dia dan percaya kepada kekuasaan-Nya
yang ajaib itu. Kebalikannya, terdapat banyak orang yang sama sekali tidak
percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Suara-Nya didengar oleh
segala sesuatu, Yang bagi-Nya tiada sesuatu yang mustahil.
Hendaknya diingat, bahwa walaupun tidak
berdosa berobat untuk melawan penyakit pes
dan penyakit lainnya, bahkan tercantum dalam sebuah Hadits, bahwa tidak
ada sesuatu penyakit pun melainkan bagi penyakit tersebut Tuhan telah
menciptakan obatnya. Akan tetapi, aku menganggap diriku berdosa jika aku meragukan Tanda
Tuhan -- apabila melakukan suntikan
-- yang Dia ingin tampakkan kepada kita dengan sejelas-jelasnya di atas muka bumi ini.
Aku tidak ingin mencemari kehormatan Tanda-tanda-Nya
yang benar dan janji-Nya yang benar dengan mengambil faedah dari suntikan. Jika aku berbuat
demikian niscaya aku patut dituntut
karena dosa itu, sebab aku tidak
mempercayai janji Tuhan yang telah diberikan kepadaku. Dan seandainya
demikian maka semestinya aku berterimakasih kepada sang dokter yang telah menemukan serum suntikan ini, dan bukan bersyukur kepada Tuhan Yang
telah berjanji kepadaku, bahwa tiap-tiap
orang yang tinggal di dalam rumahku akan diselamatkan oleh Dia.
Nubuwatan Dalam
Buku Barāhin-i-Ahmadiyya
Aku berkata berdasarkan penglihatan
ruhani bahwa janji-janji Tuhan Yang Maha Kuasa itu benar, dan aku
menyaksikan saat-saat yang akan datang demikian jelasnya, sehingga
seakan-akan telah tiba layaknya. Aku pun mengetahui bahwa tujuan pemerintah
yang sebenarnya ialah menyelamatkan orang-orang dari wabah pes dengan
jalan apapun, dan jika di masa yang akan datang pemerintah menemukan suatu sarana
yang lebih mujarab daripada suntikan, untuk menyelamatkan rakyat
dari bahaya pes, maka pemerintah
dengan senang hati akan menerimanya.
Dalam keadaan demikian, jelaslah bahwa
cara yang telah direstui Tuhan untuk ditempuh olehku tidak bertentangan
dengan tujuan pemerintah. Dan 20 tahun yang lalu tercantum di dalam kitab saya Barāhīn
Ahmadiyyah berupa nubuwatan (kabar gaib) mengenai wabah pes
yang sangat dahsyat itu, dan juga tercantum mengenai janji limpahan
berkat istimewa bagi Jemaat ini.
Lihatlah Barāhīn Ahmadiyyah,
halaman 518 dan 519.
Kemudian, kecuali itu ada nubuwatan
yang tegas dari Tuhan, bahwa orang-orang mukhlis yang tinggal di dalam batas-batas (dinding-dinding) rumahku, yang tidak bersikap takabur
(sombong) di hadapan Allah dan Utusan-Nya
(Rasul-Nya), akan diselamatkan dari
malapetaka pes, dan secara
relatif maupun secara komfaratif karunia Tuhan yang istimewa akan tetap
menyertai Jemaat ini, walaupun adakalanya – oleh karena kelemahan iman atau oleh karena cela
dalam amal, atau oleh karena ajal
(jangka-waktu) yang telah jadi suratan
takdir, atau oleh karena suatu sebab lain
yang diketahui Allah -- peristiwa semacam itu terjadi juga di dalam
Jemaat ini, namun peristiwa yang
langka itu boleh dikatakan tidak ada.
Biasa pada waktu mengadakan perbandingan,
yang orang perhatikan ialah jumlah angka. Sebagaimana telah dibuktikan oleh
pemerintah dalam pengalaman, bahwa jumlah kematian di antara orang-orang
yang telah mendapat suntikan anti pes jika dibandingkan dengan jumlah
kematian di antara orang-orang yang tidak mendapat suntikan [di kalangan Jemaat Ahmadiyah] adalah
sangat sedikit.
Jadi, seperti halnya peristiwa kematian
yang jarang terjadi tidak dapat mengurangi pentingnya arti suntikan,
demikian pula mengenai Tanda ini
jika di Qadian peristiwa pes terjadi – yang secara
komparatif sangat kurang atau kadangkala ada juga seorang orang di dalam Jemaat
ini meninggal akibat penyakit itu – maka nilai Tanda pasti tidak
akan berkurang.
Nubuwatan itu ditulis sesuai dengan
kata-kata yang diucapkan oleh Kalam
suci Tuhan. Adalah tidak
layak bagi seorang bijak kalau ia dari semula memperolok-olokan Kalam samawi,
sebab ini adalah Kalam Ilahi (firman Tuhan) dan bukan ucapan
seorang ahli nujum. Ini adalah cahaya yang ditangkap indera penglihatan
yang nyata, dan bukan patgulipat permainan kegelapan. Ini adalah Kalam
Ilahi (firman Tuhan) Yang telah
membangkitkan wabah pes, dan
Dia-lah Yang dapat melenyapkannya.
Pemerintah pasti akan menghargai nubuwatan
ini kelak, apabila pemerintah akan menyaksikan betapa mengherankannya
orang-orang ini tetap sehat wal-afiat dibandingkan dengan orang-orang yang mendapat
suntikan. Dan aku berkata dengan sejujur-jujurnya, bahwa apabila tidak
terjadi keadaan yang sesuai dengan nubuwatan yang telah dikumandangkan semenjak 20 atau 22 tahun yang lalu, maka aku bukanlah dari Tuhan.
Tanda-tanda Kebenaran Pendakwaan “Datang dari Tuhan”
Sebagai tanda bahwa aku datang
dari Tuhan ialah bahwa orang-orang
mukhlis yang tinggal di dalam dinding rumah saya akan tetap terpelihara
dari kematian akibat penyakit ini.
Dan warga Jemaatku seutuhnya – secara relatif dan secara komparatif -- akan tetap terpelihara dari serangan wabah pes. Dan kesejahteraan yang terdapat di
dalam Jemaat ini pasti tidak terdapat tara bandingannya pada golongan lain. Dan
kegemparan wabah pes yang membinasakan itu tidak akan melanda
Qadian, kecuali sedikit atau jarang-jarang.
Alangkah baiknya jika hati orang-orang
itu lurus dan takut kepada Tuhan, supaya mereka benar-benar akan diselamatkan,
karena siksaan (azab) tidak turun kepada seseorang di alam dunia ini
disebabkan perbedaan agama,
karena mengenai itu pertanggung-jawabannya akan diminta nanti pada Hari
Kiamat. Di dunia ini siksaan turun hanya akibat kenakalan, keangkuhan,
dan terlampau banyak dosa.
Dan perlu diingat pula bahwa di dalam Quran Syarif – dan bahkan juga di dalam beberapa bagaian Taurat[3] – terdapat kabar bahwa di masa Masih Mau’ud akan berjangkit wabah pes. Bahkan Hadhrat Masih a.s. pun mengabarkan mengenai itu di dalam Injil. Dan tidaklah mungkin kalau nubuwatan-nubuwatan para nabi akan meleset.
Dan perlu diingat pula bahwa di dalam Quran Syarif – dan bahkan juga di dalam beberapa bagaian Taurat[3] – terdapat kabar bahwa di masa Masih Mau’ud akan berjangkit wabah pes. Bahkan Hadhrat Masih a.s. pun mengabarkan mengenai itu di dalam Injil. Dan tidaklah mungkin kalau nubuwatan-nubuwatan para nabi akan meleset.
Hendaknya juga diingat, bahwa adalah wajib
bagi kita untuk menjauhi upaya-upaya
ciptaan manusia karena sudah ada janji Tuhan, agar orang-orang yang
anti jangan sampai mengaitkan Tanda Ilahi itu kepada hal-hal lain. Akan
tetapi apabila disamping itu Allah Ta’ala Sendiri dengan perantaraan Kalam-Nya (firman-Nya)
menunjukkan sesuatu upaya atau memberitahukan sesuatu obat, maka
upaya atau obat serupa itu tidak menjadi halangan bagi Tanda itu, sebab
upaya atau obat tersebut datang dari Tuhan Yang dari-Nya juga Tanda itu
datang.
Hendaknya jangan ada yang mempunyai
dugaan, bahwa kalau kadangkala seseorang di dalam Jemaat kita mati akibat wabah
pes lantas nilai serta martabat Tanda itu akan berkurang. Sebab pada
zaman dahulu Musa a.s. dan Yesaya a.s. dan pada akhirnya Nabi kita saw.
mendapat perintah bahwa untuk barangsiapa yang telah mengangkat pedang dan
membunuh ratusan jiwa, mereka itu boleh dibunuh dengan pedang pula. Dan ini
merupakan suatu Tanda dari para nabi tersebut, yang sesudah itu mereka
mendapat kemenangan besar. Padahal dalam bentrokan (perang) itu dari pihak para
pengikut kebenaran terdapat juga yang tewas oleh pedang pihak lawan,
akan tetapi sangat sedikit, dan kerugian sebesar itu tidak berarti apa-apa bagi
Tanda tersebut.
Jadi, demikianlah, apabila ada beberapa
orang dalam Jemaat kita telah terkena wabah pes karena
sebab-sebab tersebut di atas, peristiwa itu pasti tidak menodai sedikit pun Tanda
Ilahi tersebut. Tidakkah ini merupakan suatu Tanda agung – seperti telah berkali-kali aku kemukakan –
bahwa Allah Ta’ala akan menampakkan nubuwatan itu sedemikian rupa,
sehingga setiap pencari kebenaran tidak akan ragu-ragu? Dan mereka akan
mengerti bahwa Allah Ta’ala telah
memperlakukan Jemaat ini bagaikan mukjizat, bahkan bagai Tanda Ilahi,
akibatnya ialah Jemaat ini akan berkembang dalam jumlahnya dengan perantaraan wabah pes, dan akan maju secara luar biasa
pesatnya. Kemajuan tersebut akan disaksikan
dengan takjub, sedangkan lawan terus menerus menderita kekalahan pada setiap kesempatan, sebagaimana telah aku tulis dalam
kitab Nuzulul Masih (Turunnya Al-Masih).
Nubuwatan Tentang
Abdullah Atham &
Sepuluh Ribu Nubuwatan
dari Allah Ta’ala
Seandainya Tuhan tidak memperlihatkan perbedaan
di antara Jemaat ini dengan golongan-golongan lainnya, niscaya mereka berhak mendustakan
diriku. Sampai sekarang apa yang
mereka dustakan, dengan itu mereka hanya mengundang laknat
belaka. Umpamanya, mereka berulang-ulang berteriak-teriak bahwa Atham tidak mati dalam tempo 15 bulan,
sedangkan nubuwatan mengenainya dengan tegas mengatakan bahwa apabila ia
kembali kepada kebenaran maka ia tidak akan mati di dalam tempo 15
bulan itu.
Oleh karena itu di tengah berlangsungnya pertemuan debat, ia di hadapan 70 orang-orang terhormat bertaubat dari menyebut Rasulullah saw. sebagai dajjal, dan bahkan bukan hanya itu saja, ia pun telah membuktikan taubatnya dengan tutup mulut dan dengan menunjukkan ketakutan selama 15 bulan.
Oleh karena itu di tengah berlangsungnya pertemuan debat, ia di hadapan 70 orang-orang terhormat bertaubat dari menyebut Rasulullah saw. sebagai dajjal, dan bahkan bukan hanya itu saja, ia pun telah membuktikan taubatnya dengan tutup mulut dan dengan menunjukkan ketakutan selama 15 bulan.
Latar-bekalang nubuwatan itu
ialah karena ia telah menyebut Rasulullah saw. sebagai dajjal. Oleh
karena itu ia mengambil faedah dari taubatnya hanya sekedar sampai itu,
yakni matinya akan terjadi sesudah lewat 15 bulan, tetapi memang ia mati
juga. Terjadinya hal demikian ialah karena di dalam nubuwatan tersebut
dinyatakan bahwa salah satu di antara kedua pihak yang tidak benar dari
segi kepercayaannya ia akan mati lebih dahulu, oleh karena itulah maka ia
mati lebih dahulu daripada diri saya.
Demikianlah,
nubuwatan-nubuwatan yang telah
disampaikan Allah Ta’ala telah menjadi kenyataan pada waktunya berjumlah tidak
kurang dari 10.000 buah. Akan tetapi di dalam kitab Nuzulul Masih
(Turunnya Al-Masih) yang sedang dicetak, hanya disebutkan 150 buah untuk contoh
beserta bukti dan saksi-saksinya, dan tidak ada satu pun dari nubuwatan-nubuwatan
saya itu yang tidak menjadi kenyataan, atau dari dua bagiannya sebagian belum
menjadi sempurna.
Andaikata seseorang mencari-cari sampai ia
tutup usia (mati), tidak akan ia dapati sebuah nubuwatan pun yang telah
diucapkan mulutku, yang mengenai itu ia
dapat mengatakan nubuwatan tersebut hampa belaka. Akan tetapi jika tidak punya rasa
malu atau tidak mempunyai kesadaran
berpikir boleh saja ia berkata seenak hatinya. Dan aku berkata dengan tegas
bahwa ada ribuan nubuwatan serupa itu
yang telah menjadi kenyataan dengan sejelas-jelasnya, sedang ratusan
orang telah menjadi saksi terhadap nubuwatan-nubuwatan
tersebut. Seandainya bandingannya dicari pada nabi-nabi terdahulu maka tidak
akan didapati bandingannya di tempat lain, kecuali pada wujud Rasulullah saw..
Andaikan lawan-lawanku mengambil keputusan dengan cara itu pula maka
sudah lama mata mereka terbuka, dan aku bersedia memberi hadiah besar
seandainya mereka dapat menampilkan tandingan bagi nubuwatan-nubuwatan
tersebut di dunia ini. Hanya semata-mata karena kenakalan atau kebodohan belaka berkata bahwa nubuwatan
yang itu atau yang itu tidak menjadi kenyataan, mengenai itu kami tidak
dapat berbuat selain mengatakan bahwa ucapan-ucapan tersebut bersumber pada kekejian
dan buruk sangka belaka.
Sekiranya di dalam suatu pertemuan
diadakan tukar-pikiran (dialog) untuk
menyelidiki hal itu, niscaya mereka akan menarik kembali ucapannya, atau
terpaksa harus disebut tidak memiliki
rasa-malu. Kalau ribuan nubuwatan
telah menjadi sempurna persis seperti dinubuwatkan, lagi pula
terdapat ribuan orang yang masih hidup dan menjadi saksi atas
penyempurnaan nubuwatan tersebut, hal itu bukanlah suatu hal sepele, melainkan seolah-olah penampakkan
Wujud Tuhan Yang Maha Agung.
Kecuali di masa Nabi Muhammad saw., pernahkah ada zaman di mana terdapat
seseorang yang menyaksikan ribuan nubuwatan yang telah disampaikan lalu nubuwatan-nubuwatan
itu telah menjadi sempurna laksana terang benderangnya siang hari dan ribuan
orang telah memberi kesaksian atas
penyempurnaan nubuwatan-nubuwatan
tersebut?
Aku katakan dengan seyakin-yakinnya, bahwa
sebagaimana di zaman ini Tuhan sedang menghampiri dan menampakkan
Wujud-Nya, dan ratusan perkara
gaib tengah disingkapkan tirainya bagi hamba-Nya ini, hal yang
serupa itu jarang sekali terdapat contohnya pada zaman dahulu.
Penciptaan
“Langit Baru dan “Bumi Baru” &
Para Pengingkar Kehendak Allah Ta’ala
Dalam waktu dekat orang-orang akan
menyaksikan, bahwa Wajah Tuhan akan nampak di zaman ini, seakan-akan Dia akan turun dari langit.
Telah semenjak lama Dia menyembunyikan Diri dan Dia diingkari, tetapi Dia tetap
diam. Akan tetapi sekarang Dia tidak akan bersembunyi lagi. Dunia akan
menyaksikan bukti-bukti kekuasaan-Nya yang tidak pernah disaksikan
nenek-moyang mereka.
Hal itu akan terjadi karena dunia
telah rusak-binasa, dan karena orang-orang tidak percaya lagi kepada Sang Pencipta
langit dan bumi. Bibir mereka menyebut nama-Nya
namun hati mereka berpaling dari-Nya. Oleh karena itu Tuhan berfirman: Sekarang
Aku akan ciptakan langit baru dan bumi baru. Maksudnya ialah bumi
telah mati, yakni hati orang-orang di atas bumi telah menjadi keras seakan-akan telah
mati. Sebab Wajah Tuhan telah bersembunyi dari mereka, dan Tanda-tanda
Samawi yang terdahulu hanya tinggal sebagai kisah-kisah belaka
semuanya, maka Tuhan telah berkehendak untuk menciptakan bumi baru.
Apakah langit baru itu dan apakah bumi baru itu?
Bumi baru ialah hati yang suci,
yang tengah dipersiapkan Tangan-Nya Sendiri, yang dinampakkan Tuhan dan Tuhan
akan dinampakkan melalui hati yang suci tersebut Sedang langit baru
ialah Tanda-tanda yang sedang dinampakkan melalui tangan hamba-Nya
ini dengan seiizin-Nya juga. Akan tetapi
sayang, dunia telah memusuhi penampakan-Nya yang baru ini. Pada
tangan mereka tiada lain kecuali kisah-kisah belaka. Tuhan mereka
hanyalah menurut citra (dugaan) mereka sendiri. Hati mereka resah,
semangat mereka lumpuh, dan di atas mata mereka ada tutupan.
Umat-umat lain telah meninggalkan Tuhan
Hakiki. Apa yang dapat dikatakan tentang mereka yang telah menjadikan anak
Maryam sebagai Tuhan? Tengoklah keadaan orang-orang Islam, betapa mereka
telah melantur jauh dari Dia, menjadi musuh kental bagi kebenaran dan
menjadi penentang jalan lurus bagai musuh kejam.
Contohnya, apa-apa yang telah diserukan oleh golongan Nadwatul
Ulama untuk kepentingan Islam, dan golongan Himayat-i-Islam,
Lahore, yang mengumpulkan harta dari orang-orang Islam atas nama
Islam. Benarkah orang-orang itu menginginkan kesejahteraan bagi Islam? Apakah orang-orang ini memberi dukungan
kepada jalan lurus? Apakah mereka
mengetahui, di bawah musibah-musibah
apa Islam sedang dihimpit, dan bagaimanakah Sunnah Ilahi akan
bekerja untuk menyegarkannya kembali?
Aku berkata dengan sesungguh-sungguhnya,
sekiranya aku tidak datang niscaya pengakuan (pendakwaan) mereka untuk mendukung
Islam sedikit-banyak dapat diterima. Akan tetapi, orang-orang ini jadi para terdakwa di hadapan Tuhan, sebab
kendati mereka mengaku sebagai pendukung Islam, namun tatkala bintang
terbit di langit mereka itulah yang pertama-tama
mengingkarinya.
Sekarang, bagaimanakah mereka akan memberi
jawaban kepada Tuhan Yang telah mengutus diriku tepat pada waktunya?
Akan tetapi mereka tidak acuh. Sementara matahari
mendekati rembang tengah hari, menurut
mereka hari masih malam. Sumber
mata air Tuhan telah memancar, namun mereka masih menangis-nangis di tengah
padang belantara. Sebuah aliran sungai ilmu samawi sedang mengalir,
namun mereka tidak tahu menahu. Tanda-tanda Tuhan sedang menampakkan
diri, namun mereka tetap lengah. Tidak hanya lengah, bahkan mereka memusuhi Jemaat
Ilahi.
Seperti inikah yang disebut mendukung Islam, memelihara Islam? Dan menegakkan ajaran
Islam seperti apa yang mereka laksanakan? Apakah dengan memaling muka,
mereka dapat merintangi kehendak Tuhan, yang semenjak dahulu para nabi
semuanya telah memberi kesaksian terhadap kehendak-Nya itu?
Sesungguhnya nubuwatan Tuhan itu dalam waktu dekat akan terbukti benar. Sebagaimana Allah
berfirman:
کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ
(“Telah dipastikan Allah bahwa:
Kami dan Rasul-rasul Kami niscaya akan memperoleh keunggulan” – QS. Al-Mujaadilah [58]:22).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16Mei 2013
[2] Samawi (langit) dalam makna
kiasan mengisyaratkan hal-hal yang berhubungan dengan masalah Ketuhanan atau masalah keruhanian, bukan berarti bahwa Allah Ta’ala berada
di langit (Pent.)
[3] Kabar tentang berjangkitnya wabah pes di
zaman Masih Mau’ud dalam kitab-kitab Bible tercantum pada Zakaria 14:12,
Injil Matius 24:8, dan Wahyu-wahyu 22:8 (Pen.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar