بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 126
“Kenaikan Ruhani” (Mi’raj) Hamba-hamba Allah &
Mereka yang Menantang Kedatangan
Azab Ilahi
Azab Ilahi
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai berbagai tanda kebenaran pendakwaan Mirza
Ghulam Ahmad a.s. sebagai Al-Masih
Mau’ud a.s. atau Al-Masih Akhir Zaman
(QS.43:58-61; QS.61:10) di antaranya
adalah terjadi dua kali Perang Dunia
serta terlepasnya “negeri yang dijanjikan”
(Kanaan/Palestina) dari kekuasaan umat
Islam di Timur Tengah, firman-Nya:
وَ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ
یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ کَاَلۡفِ
سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿ ﴾ وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪
﴾
Dan mereka meminta kepada engkau untuk
mempercepat azab, tetapi Allah tidak akan pernah mengingkari janji-Nya.
Dan sesungguhnya satu hari di sisi Tuhan
engkau seperti seribu tahun menurut
perhitungan kamu. Dan berapa banyaknya kota telah Aku memberi
tangguh baginya padahal dia berlaku
zalim, kemudian Aku menangkapnya dan kepada Aku-lah kembali mereka. (Al-Hājj [22]:48-49).
Nabi Besar Muhammad saw. menurut riwayat
pernah bersabda bahwa tiga abad (300
tahun) pertama Islam akan merupakan masa
yang terbaik, sesudah itu kepalsuan
akan tersebar di kalangan umat Islam dan suatu masa kegelapan akan datang dan meluas sampai seribu tahun (Tirmidzi).
Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog)
& Ancaman Perang Nuklir
Masa 1000 tahun ini dipersamakan dengan satu hari (QS.32:6). Dalam masa ini satu kaum yang bermata biru –
yang bangsa-bangsa Kristen dari
Barat atau Ya’juj (Gog) dan Ma’juj
(Magog) -- akan bangkit dan menyebar luas ke seluruh dunia (QS.20:103-104;
QS.21:96-99; Wahyu 20:7-10).
Orang-orang bermata biru itulah yang karena sombong
dan takabur, yang diakibatkan oleh
karena memperoleh kemuliaan duniawi
dan kekuasaan politik, telah
digambarkan memberi tantangan kepada Nabi
Besar Muhammad saw. untuk
mempercepat azab yang — begitulah
dikatakan oleh beliau saw.— akan menimpa
mereka pada waktu yang ditentukan dan dijanjikan
itu (QS.18:1-9).
Dengan demikian jelaslan yang dimaksud dengan
“seorang penanya” yang “menanyakan” –
yakni menantang – kepada Nabi Besar
Muhamad saw. agar mempercepat kedatangan azab Ilahi yang diancamkan kep0ada
mereka, dimana sebagai realisasinya
telah terjadi Perang Dunia I dan Perang Dua II, dan Perang Dunia III (Perang Nuklir) tinggal menunggu waktu kedatangannya yang sangat tiba-tiba, seperti juga yang terjadi
dengan dua Perang Dunia sebelumnya,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَاَلَ سَآئِلٌۢ
بِعَذَابٍ وَّاقِعٍ ۙ﴿﴾ لِّلۡکٰفِرِیۡنَ لَیۡسَ لَہٗ دَافِعٌ ۙ﴿﴾ مِّنَ اللّٰہِ
ذِی الۡمَعَارِجِ ؕ﴿﴾ تَعۡرُجُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗ خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ﴿﴾ فَاصۡبِرۡ
صَبۡرًا جَمِیۡلًا ﴿﴾ اِنَّہُمۡ
یَرَوۡنَہٗ بَعِیۡدًا ۙ﴿﴾ وَّ
نَرٰىہُ قَرِیۡبًا ؕ﴿﴾ یَوۡمَ
تَکُوۡنُ السَّمَآءُ کَالۡمُہۡلِ ۙ﴿﴾ وَ تَکُوۡنُ
الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ ۙ﴿﴾ وَ
لَا یَسۡـَٔلُ حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا ﴿ۚ﴾ یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ ؕ یَوَدُّ الۡمُجۡرِمُ لَوۡ یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ
بِبَنِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ مَنۡ فِی
الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ یُنۡجِیۡہِ
﴿ۙ﴾ کَلَّا ؕ اِنَّہَا
لَظٰی﴿ۙ﴾ نَزَّاعَۃً
لِّلشَّوٰی ﴿ۚۖ﴾ تَدۡعُوۡا
مَنۡ اَدۡبَرَ وَ تَوَلّٰی ﴿ۙ﴾ وَ جَمَعَ
فَاَوۡعٰی ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Seorang penanya menanyakan mengenai azab yang akan terjadi, untuk orang-orang
kafir, yang seorang pun dapat
menghindarkannya, Azab
itu dari Allah Yang memiliki tempat-tempat naik, malaikat-malaikat
dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun. Maka bersabarlah dengan sabar yang baik. Sesungguhnya mereka memandang hari itu sangat jauh, mustahil, sedangkan Kami melihatnya dekat, pasti terjadi. Pada hari langit akan menjadi seperti
cairan tembaga, dan
gunung-gunung akan menjadi seperti bulu
domba yang dihamburkan. Dan tidak akan bertanya sahabat
karib kepada sahabat karib lainnya. Hari itu akan diperlihatkan dengan jelas kepada mereka. Orang
berdosa ingin seandainya dia dapat
menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya serta saudaranya,
dan kaum kerabatnya yang melindunginya, dan bahkan semua orang yang ada di bumi kemudian menyelamatkannya. Sekali-kali
tidak dapat. Sesungguhnya itu nyala api, yang melucuti (mengelupas) kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling, dan menimbun harta serta menahannya. (Al-Ma’ārij [70]:1-19).
Kenaikan Ruhani (Mi’raj) Hamba-hamba Allah yang Tidak Terbatas &
Kedahsyatan
Kegoncangan Pada “Hari yang Dijanjikan”
Sementara azab
yang akan menimpa orang-orang kafir akan membuat mereka binasa, Allah Swt. menganugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang taat kenaikan
ruhani (mi’raj) yang setinggi-tingginya, inilah makna
ayat:
مِّنَ اللّٰہِ
ذِی الۡمَعَارِجِ ؕ﴿﴾ تَعۡرُجُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ الرُّوۡحُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗ خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ﴿﴾ فَاصۡبِرۡ
صَبۡرًا جَمِیۡلًا﴿﴾
Azab itu dari Allah Yang memiliki
tempat-tempat naik, malaikat-malaikat dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun. Maka bersabarlah dengan sabar yang baik. (Al-Ma’ārij [70]:4-6).
Karena ar-ruh
berarti jiwa manusia, ayat ini
dapat berarti bahwa perkembangan dan kemajuan ruh manusia tidak akan ada hentinya. Atau ayat ini dapat
berarti bahwa rancangan-rancangan dan rencana-rencana Allah dapat meliputi ribuan tahun sampai jadi matang.
Atau isyarat itu dapat juga
tertuju kepada peredaran (siklus) tertentu selama 50.000 tahun yang selama itu beberapa perubahan
agung yang tertentu telah ditakdirkan
akan terjadi, sebab nubuatan-nubuatan
Allah Swt. itu mempunyai masa-masa,
zaman-zaman, dan peredaran-peredaran (daur) waktu tertentu yang di didalamnya nubuatan-nubuatan itu menjadi sempurna (terjadi).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai kengerian yang ditimbulkan oleh Perang-perang Dunia tersbeut –
khususnya Oerang Dunia III (Perang Nuklir):
اِنَّہُمۡ یَرَوۡنَہٗ
بَعِیۡدًا ۙ﴿﴾ وَّ نَرٰىہُ
قَرِیۡبًا ؕ﴿﴾ یَوۡمَ تَکُوۡنُ
السَّمَآءُ کَالۡمُہۡلِ ۙ﴿﴾ وَ تَکُوۡنُ
الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ ۙ﴿﴾ وَ
لَا یَسۡـَٔلُ حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا ﴿ۚ﴾
یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ ؕ یَوَدُّ الۡمُجۡرِمُ
لَوۡ یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ
بِبَنِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾ وَ مَنۡ فِی
الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ یُنۡجِیۡہِ
﴿ۙ﴾ کَلَّا ؕ اِنَّہَا
لَظٰی﴿ۙ﴾ نَزَّاعَۃً
لِّلشَّوٰی ﴿ۚۖ﴾ تَدۡعُوۡا
مَنۡ اَدۡبَرَ وَ تَوَلّٰی ﴿ۙ﴾ وَ جَمَعَ
فَاَوۡعٰی﴿﴾
Sesungguhnya mereka memandang
hari itu sangat jauh, mustahil, sedangkan Kami melihatnya dekat, pasti terjadi. Pada hari langit akan menjadi seperti
cairan tembaga, dan
gunung-gunung akan menjadi seperti bulu
domba yang dihamburkan. Dan tidak akan bertanya sahabat
karib kepada sahabat karib lainnya. Hari itu akan diperlihatkan dengan jelas kepada mereka. Orang
berdosa ingin seandainya dia dapat
menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya serta saudaranya,
dan kaum kerabatnya yang melindunginya, dan bahkan semua orang yang ada di bumi kemudian menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat.
Se-sungguhnya itu nyala api, yang melucuti
kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakangi dan
yang berpaling, dan menimbun harta serta menahannya. (Al-Ma’ārij [70]:7-19).
Dalam
abad-abad atom dan hidrogen atau nuklir ini beterbangan gunung-gunung laksana bulu domba dihambur-hamburkan itu sungguh mungkin sekali
terjadi (QS.101:1-12). Alangkah
mengerikannya lukisan hari Pembalasan
yang diberikan dalam ayat-ayat ini!
Berhadap-hadapan dengan suatu malapetaka dahsyat manusia bersedia
pisah dari segala sesuatu, bahkan bersedia mengorbankan
orang-orang yang paling karib dan tersayang sekalipun, asalkan saja dengan
berbuat demikian ia dapat menyelamatkan
dirinya sendiri. (QS.70:11-15; QS.80:34-38). Firman-Nya lagi:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّکُمۡ ۚ اِنَّ زَلۡزَلَۃَ السَّاعَۃِ شَیۡءٌ
عَظِیۡمٌ﴿﴾ یَوۡمَ
تَرَوۡنَہَا تَذۡہَلُ کُلُّ
مُرۡضِعَۃٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ وَ تَضَعُ
کُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَہَا وَ تَرَی
النَّاسَ سُکٰرٰی وَ مَا ہُمۡ بِسُکٰرٰی وَ لٰکِنَّ عَذَابَ
اللّٰہِ شَدِیۡدٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu, sesungguhnya kegoncangan
Saat itu sesuatu yang sangat dahsyat. Pada hari ketika engkau melihatnya, setiap
perempuan yang me-nyusui akan lupa
kepada yang disusuinya dan setiap
perempuan yang mengandung akan menggugurkan kandungannya, dan engkau akan melihat manusia mabuk,
padahal mereka itu tidak mabuk
tetapi azab Allah sungguh sangat
keras. (Al-Hājj [22]:1-3).
Tiga Macam As-Sā’ah
(Tanda Saat/Kiamat)
As-Sā’ah (saat), atau al-Qiyāmat
dipergunakan dalam 3 pengertian: (a) Kematian seorang pribadi yang besar
dan ternama (as-Sā’ah ashshughra); (b) suatu bencana nasional (as-Sā’ah
alwustha); (c) Hari Peradilan (as-Sā’ah alkubra). Kata itu
telah dipergunakan dalam Al-Quran dengan kedua pengertian yang disebut
terakhir. Letaknya menunjukkan bahwa di sini kata itu dipergunakan dalam
pengertian bencana nasional yang menggoncangkan sendi-sendi kekuatan suatu
kaum.
Kata itu dapat pula menunjuk
secara khusus kepada nasib yang
ketika itu sedang mengancam orang-orang Arab, ketika Mekkah benteng kekuasaan politik mereka akan jatuh
serta kekuasaan politik dan sistem kemasyarakatan mereka akan patah
dan ambruk karena kehadiran agama Islam
(Al-Quran) ; atau kata itu dapat menunjuk kepada suatu bencana amat dahsyat yang akan menimpa umat manusia berupa Perang Dunia, dan sebagai akibatnya akan
mendatangkan perubahan-perubahan yang
amat dahsyat.
Ayat ini, jika dibaca
bersama-sama dengan QS.2:213, memberikan lagi dukungan kepada kesimpulan bahwa
kata-kata as-Sā’ah atau yaumal-qiyāmah yang dipergunakan dalam
Al-Quran pada umumnya menunjuk kepada suatu bencana nasional besar yang menimpa
sesuatu kaum seluruhnya.
Ayat
ini telah memakai 3 perumpamaan atau tamsil
untuk menyatakan sangat kerasnya “gempa
bumi Saat itu” yang disebut dalam ayat sebelumnya. Tidak ada yang lebih dicintai oleh seorang ibu selain bayi yang ia susui, dan tidak ada kengerian yang lebih menakutkan akibatnya, selain kengerian yang
membuat seorang perempuan gugur kandungannya dan membuat kaum
laki-laki jadi kalap.
Surah Al-Hajj
ayat 1-3 tersebut mengatakan bahwa sekonyong-konyong dan hebatnya kengerian yang ditimbulkan oleh kejadian yang amat dahsyat begitu tidak
terpikirkan sehingga kaum ibu akan meninggalkan bayi-bayi yang sedang
disusuinya serta perempuan-perempuan
hamil akan menggugurkan kandungannya
dan orang-orang akan menjadi gila
oleh rasa takutnya dan seperti orang mabuk tidak akan menguasai
perbuatannya.
Bertentangan dengan kejadian yang
sangat mengerikan tersebut, selanjutnya
Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Ma’ārij mengenai keadaan hamba-hamba Allah yang beriman
kepada Rasul Allah yang diutus kepada
mereka serta kemajuan-kemajuan ruhani
yang mereka tempuh – yakni melakukan ma’arij
(mi’raj) -- firman-Nya:
اِنَّ الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ ہَلُوۡعًا ﴿ۙ﴾ اِذَا مَسَّہُ
الشَّرُّ جَزُوۡعًا ﴿ۙ﴾ وَّ اِذَا
مَسَّہُ الۡخَیۡرُ مَنُوۡعًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا الۡمُصَلِّیۡنَ
﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَلٰی صَلَاتِہِمۡ دَآئِمُوۡنَ ﴿۪ۙ﴾ وَ الَّذِیۡنَ فِیۡۤ اَمۡوَالِہِمۡ حَقٌّ مَّعۡلُوۡمٌ ﴿۪ۙ﴾ لِّلسَّآئِلِ وَ الۡمَحۡرُوۡمِ ﴿۪ۙ﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُصَدِّقُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ
﴿۪ۙ﴾ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ مِّنۡ عَذَابِ رَبِّہِمۡ
مُّشۡفِقُوۡنَ ﴿ۚ﴾ اِنَّ عَذَابَ رَبِّہِمۡ غَیۡرُ مَاۡمُوۡنٍ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ
لِفُرُوۡجِہِمۡ حٰفِظُوۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلَّا عَلٰۤی
اَزۡوَاجِہِمۡ اَوۡ مَا مَلَکَتۡ
اَیۡمَانُہُمۡ فَاِنَّہُمۡ غَیۡرُ
مَلُوۡمِیۡنَ ﴿ۚ﴾ فَمَنِ ابۡتَغٰی وَرَآءَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡعٰدُوۡنَ ﴿ۚ﴾ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ
لِاَمٰنٰتِہِمۡ وَ عَہۡدِہِمۡ رٰعُوۡنَ ﴿۪ۙ﴾ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ بِشَہٰدٰتِہِمۡ قَآئِمُوۡنَ﴿۪ۙ﴾ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَلٰی صَلَاتِہِمۡ یُحَافِظُوۡنَ
﴿ؕ﴾ اُولٰٓئِکَ فِیۡ جَنّٰتٍ مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ؕ٪﴾
Sesungguhnya manusia diciptakan
cepat mengeluh. Apabila
ditimpa keburukan ia gelisah, tetapi
apabila mendapat kebaikan ia kikir,
kecuali orang-orang yang shalat, orang-orang yang mereka itu tetap (dawam) mengerjakan shalat, dan orang-orang yang dalam harta mereka ada bagian yang ditentukan untuk orang miskin.
Untuk yang meminta dan yang tidak meminta. Dan
orang-orang yang membenarkan Hari
Pembalasan, Dan orang-orang yang
takut terhadap azab Tuhan mereka. Sesungguhnya tidak ada yang merasa aman dari azab Tuhan mereka. Dan orang-orang yang menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap istri-istri mereka atau yang dimiliki tangan kanan mereka, maka sesungguhnya mereka dalam
hal itu tidak tercela. Lalu barangsiapa mencari selain itu maka mereka
itulah yang melampaui batas. Dan orang-orang
yang menjaga amanat-amanatnya dan janji-janjinya,
dan orang-orang yang berdiri teguh pada kesaksian-kesaksiannya, dan orang-orang
yang benar-benar menjaga shalatnya. Mereka itulah di dalam surga-surga, dimuliakan.
(Al-Ma’ārij [70]:20-36). Lihat pula QS.23:1-12.
Menantang Azab
Ilahi Segera Datang
Makna ayat اِنَّ
الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ ہَلُوۡعًا – “manusia
diciptakan cepat mengeluh”, manusia menurut pembawaannya tidak sabar. Dalam QS.21:38
dikatakan “manusia diciptakan dari ketergesa-gesaan” -- termasuk tergesa-gesa menantang kepada Rasul
Allah untuk menyegerakan azab Ilahi yang diancamkan
(diperingatkan) kepada mereka., firman-Nya:
خُلِقَ
الۡاِنۡسَانُ مِنۡ عَجَلٍ ؕ سَاُورِیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ فَلَا
تَسۡتَعۡجِلُوۡنِ ﴿﴾ وَ یَقُوۡلُوۡنَ
مَتٰی ہٰذَا الۡوَعۡدُ اِنۡ کُنۡتُمۡ
صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ لَوۡ یَعۡلَمُ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا حِیۡنَ لَا یَکُفُّوۡنَ عَنۡ وُّجُوۡہِہِمُ النَّارَ
وَ لَا عَنۡ ظُہُوۡرِہِمۡ وَ
لَا ہُمۡ
یُنۡصَرُوۡنَ ﴿﴾ بَلۡ تَاۡتِیۡہِمۡ بَغۡتَۃً فَتَبۡہَتُہُمۡ فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ
رَدَّہَا وَ لَا ہُمۡ یُنۡظَرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَقَدِ
اسۡتُہۡزِئَ بِرُسُلٍ مِّنۡ قَبۡلِکَ فَحَاقَ بِالَّذِیۡنَ سَخِرُوۡا مِنۡہُمۡ
مَّا کَانُوۡا بِہٖ یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿٪﴾
Manusia
diciptakan dari sifat tergesa-gesa,
segera Aku akan perlihatkan kepada
kamu tanda-tanda-Ku, maka janganlah kamu minta kepada-Ku mempercepat
kedatangannya. Dan mereka
mengatakan: “Kapankah janji itu akan terjadi jika kamu adalah orang-orang yang benar?”
Seandainya orang-orang yang kafir mengetahui saat ketika mereka tidak akan dapat mengelakkan
api dari wajahnya dan tidak
pula dari punggungnya dan mereka
tidak akan ditolong. Bahkan azab itu akan datang kepada mereka dengan
tiba-tiba lalu membuat mereka panik, maka mereka tidak akan mampu menolaknya dan tidak pula mereka diberi tangguh. Dan sungguh rasul-rasul sebelum engkau benar-benar telah diper-olok-olokkan, maka orang-orang dari antara mereka yang
memperolok-olokkan rasul telah
dikepung dengan apa
yang mereka perolok-olokkan. (Al-Anbiya [21]:38-42).
Ungkapan, khuliqal insānu min
‘ajal, mengandung arti bahwa sifat tergesa-gesa merupakan bagian
wujud (karakter/sifat) manusia, dan bahwa sifat
itu merupakan corak yang begitu penting dalam wataknya, sehingga dapat
dikatakan bahwa seolah-olah manusia dijadikan dari “ketergesa-gesaan”, yaitu
manusia menurut fitratnya suka
tergesa-gesa.
Bila orang-orang Arab ingin
menyatakan suatu sifat pembawaan utama seseorang, mereka berkata: Khuliqa
minhu artinya “ia telah dijadikan
dari itu”. Ungkapan-ungkapan serupa itu dipergunakan pula di tempat-tempat
lain dalam Al-Quran (QS.7:13; QS.30:55). Demikian juga makna ungkapan bahwa Allah Swt. telah menjadikan iblis dan jin dari api dan Adam
dari “tanah liat” (QS.7:12-13) yakni iblis
atau jin memiliki sifat seperti kobaran api yang sulit dikendalikan, sedangkan
Adam memiliki sifat patuh-taat seperti “tanah liat” sehingga mudah dibentuk sesuai dengan keinginan pengrajin “tanah liat” (keramik).
Itulah sebabnya jika Allah Swt. hendak menciptakan “bumi baru dan langit baru”
guna menggantikan tatanan “bumi lama dan langit nama” yang sudah rusak selalu melalui pengutusan seorang
“Khalifah Allah” atau “Rasul Allah”, salah satu di antaranya
adalah Nabi Adam a.s. yang diciptakan
dari “tanah liat” (QS.2:31-35), dengan
demikian kisah “Adam – Malaikat – Iblis” merupakan suatu kisah monumental yang selalu
terulang lagi dengan para pemeran yang berbeda, termasuk di Akhir Zaman ini.
Dari kisah monumental “Adam – Malaikat – Iblis” tersebut dapat
diketahui siapa atau pihak mana yang kemudian “diusir dari surga keridhaan” Allah Swt. karena menolak perintah
Allah Swt. yang telah memerintahkan
para malaikat untuk “sujud” – yakni
patuh-taat sepenuhnya” -- kepada Adam,
Khalifah Allah (QS.7:12-14; QS.15:35); QS.38:78).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 12 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar