Sabtu, 25 Mei 2013

"Kenaikan Ruhani" (Mi'raj) Hamba-hamba Allah & Mereka yang Menantang Kedatangan Azab Ilahi




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 126


   “Kenaikan Ruhani” (Mi’raj) Hamba-hamba Allah    &  Mereka yang Menantang Kedatangan  
Azab Ilahi

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai berbagai tanda kebenaran pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. atau Al-Masih Akhir Zaman (QS.43:58-61; QS.61:10)  di antaranya adalah terjadi dua kali Perang Dunia serta terlepasnya “negeri yang dijanjikan” (Kanaan/Palestina) dari kekuasaan umat Islam di Timur Tengah, firman-Nya:
وَ  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ  کَاَلۡفِ  سَنَۃٍ   مِّمَّا  تَعُدُّوۡنَ ﴿ ﴾  وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪ ﴾
Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat azab, tetapi Allah  tidak akan pernah mengingkari janji-Nya. Dan sesungguhnya satu hari di sisi Tuhan engkau  seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu.  Dan berapa banyaknya kota telah Aku memberi tangguh baginya padahal dia berlaku zalim, kemudian Aku menangkapnya dan kepada Aku-lah kembali mereka. (Al-Hājj [22]:48-49).
   Nabi Besar Muhammad saw. menurut riwayat pernah bersabda bahwa tiga abad (300 tahun) pertama Islam akan merupakan masa yang terbaik, sesudah itu kepalsuan akan tersebar di kalangan umat Islam dan suatu masa kegelapan akan datang dan meluas sampai seribu tahun (Tirmidzi).

Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) & Ancaman Perang Nuklir

    Masa 1000 tahun ini dipersamakan dengan satu hari (QS.32:6). Dalam masa ini satu kaum yang bermata biru – yang bangsa-bangsa Kristen dari Barat  atau Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) -- akan bangkit dan menyebar luas ke seluruh dunia (QS.20:103-104; QS.21:96-99; Wahyu 20:7-10).
    Orang-orang bermata biru itulah yang karena sombong dan takabur, yang diakibatkan oleh karena memperoleh kemuliaan duniawi dan kekuasaan politik, telah digambarkan memberi tantangan kepada Nabi Besar Muhammad saw.   untuk mempercepat azab yang — begitulah dikatakan oleh beliau  saw.— akan menimpa mereka pada waktu yang ditentukan dan dijanjikan itu (QS.18:1-9).
   Dengan demikian jelaslan yang dimaksud dengan “seorang penanya” yang “menanyakan” – yakni menantang – kepada Nabi Besar Muhamad saw. agar mempercepat kedatangan azab Ilahi yang diancamkan kep0ada mereka,  dimana sebagai realisasinya telah terjadi Perang Dunia I dan Perang Dua II, dan Perang Dunia III (Perang Nuklir) tinggal menunggu waktu kedatangannya yang sangat tiba-tiba, seperti juga yang terjadi dengan dua Perang Dunia sebelumnya, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  سَاَلَ  سَآئِلٌۢ  بِعَذَابٍ  وَّاقِعٍ ۙ﴿﴾  لِّلۡکٰفِرِیۡنَ لَیۡسَ لَہٗ  دَافِعٌ ۙ﴿﴾  مِّنَ اللّٰہِ  ذِی الۡمَعَارِجِ ؕ﴿﴾  تَعۡرُجُ  الۡمَلٰٓئِکَۃُ  وَ الرُّوۡحُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗ  خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ﴿﴾  فَاصۡبِرۡ  صَبۡرًا  جَمِیۡلًا ﴿﴾  اِنَّہُمۡ  یَرَوۡنَہٗ  بَعِیۡدًا ۙ﴿﴾  وَّ  نَرٰىہُ  قَرِیۡبًا ؕ﴿﴾  یَوۡمَ  تَکُوۡنُ  السَّمَآءُ  کَالۡمُہۡلِ ۙ﴿﴾  وَ تَکُوۡنُ  الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ  ۙ﴿﴾  وَ لَا یَسۡـَٔلُ  حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا ﴿ۚ﴾    یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ ؕ یَوَدُّ  الۡمُجۡرِمُ لَوۡ  یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ بِبَنِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ مَنۡ  فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ  یُنۡجِیۡہِ ﴿ۙ﴾  کَلَّا ؕ اِنَّہَا  لَظٰی﴿ۙ﴾  نَزَّاعَۃً   لِّلشَّوٰی  ﴿ۚۖ﴾ تَدۡعُوۡا  مَنۡ  اَدۡبَرَ  وَ تَوَلّٰی ﴿ۙ﴾ وَ  جَمَعَ   فَاَوۡعٰی ﴿﴾  
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Seorang penanya menanyakan mengenai  azab yang akan terjadi,  untuk orang-orang kafir, yang seorang pun   dapat   menghindarkannya, Azab itu dari Allah Yang memiliki tempat-tempat naik,  malaikat-malaikat dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun.  Maka bersabarlah dengan sabar yang baik. Sesungguhnya mereka memandang hari itu sangat jauh,  mustahil, sedangkan Kami melihatnya dekat, pasti terjadi. Pada hari langit akan menjadi seperti cairan tembaga, dan gunung-gunung akan menjadi seperti bulu domba yang dihamburkan. Dan tidak akan bertanya  sahabat karib kepada sahabat karib lainnya.   Hari itu akan diperlihatkan dengan jelas kepada mereka.  Orang berdosa ingin seandainya  dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya,  dan isterinya serta  saudaranya,   dan kaum kerabatnya yang melindunginya, dan bahkan  semua orang yang ada di bumi kemudian menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya  itu nyala api, yang melucuti (mengelupas) kulit  kepala, yang memanggil orang yang membelakangi dan yang  berpaling,   dan menimbun harta serta menahannya.  (Al-Ma’ārij [70]:1-19).

Kenaikan Ruhani (Mi’raj) Hamba-hamba Allah yang Tidak Terbatas &
Kedahsyatan Kegoncangan Pada  Hari yang Dijanjikan

  Sementara azab yang akan menimpa orang-orang kafir akan membuat mereka binasa, Allah Swt. menganugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang taat kenaikan ruhani (mi’raj) yang setinggi-tingginya,  inilah makna   ayat:  
  مِّنَ اللّٰہِ  ذِی الۡمَعَارِجِ ؕ﴿﴾  تَعۡرُجُ  الۡمَلٰٓئِکَۃُ  وَ الرُّوۡحُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗ  خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ﴿﴾  فَاصۡبِرۡ  صَبۡرًا  جَمِیۡلًا﴿﴾     
 Azab itu dari Allah Yang memiliki  tempat-tempat naik,  malaikat-malaikat dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun.  Maka bersabarlah dengan sabar yang baik. (Al-Ma’ārij [70]:4-6).
  Karena ar-ruh berarti jiwa manusia, ayat ini dapat berarti bahwa perkembangan dan kemajuan ruh manusia tidak akan ada hentinya. Atau ayat ini dapat berarti bahwa rancangan-rancangan dan rencana-rencana Allah dapat meliputi ribuan tahun sampai jadi matang.
Atau isyarat itu dapat juga tertuju kepada peredaran (siklus) tertentu selama 50.000 tahun yang selama itu beberapa  perubahan agung yang tertentu telah ditakdirkan akan terjadi, sebab nubuatan-nubuatan Allah Swt.  itu mempunyai masa-masa, zaman-zaman, dan peredaran-peredaran (daur) waktu tertentu yang di didalamnya nubuatan-nubuatan itu menjadi sempurna (terjadi).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kengerian yang ditimbulkan oleh Perang-perang Dunia tersbeut – khususnya Oerang Dunia III (Perang Nuklir):
اِنَّہُمۡ  یَرَوۡنَہٗ  بَعِیۡدًا ۙ﴿﴾  وَّ  نَرٰىہُ  قَرِیۡبًا ؕ﴿﴾  یَوۡمَ  تَکُوۡنُ  السَّمَآءُ  کَالۡمُہۡلِ ۙ﴿﴾  وَ تَکُوۡنُ  الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ  ۙ﴿﴾  وَ لَا یَسۡـَٔلُ  حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا ﴿ۚ﴾ یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ ؕ یَوَدُّ  الۡمُجۡرِمُ لَوۡ  یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ بِبَنِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ مَنۡ  فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ  یُنۡجِیۡہِ ﴿ۙ﴾  کَلَّا ؕ اِنَّہَا  لَظٰی﴿ۙ﴾  نَزَّاعَۃً   لِّلشَّوٰی  ﴿ۚۖ﴾ تَدۡعُوۡا  مَنۡ  اَدۡبَرَ  وَ تَوَلّٰی ﴿ۙ﴾ وَ  جَمَعَ   فَاَوۡعٰی﴿﴾  
Sesungguhnya mereka memandang hari itu sangat jauh,  mustahil, sedangkan Kami melihatnya dekat, pasti terjadi. Pada hari langit akan menjadi seperti cairan tembaga, dan gunung-gunung akan menjadi seperti bulu domba yang dihamburkan. Dan tidak akan bertanya  sahabat karib kepada sahabat karib lainnya.   Hari itu akan diperlihatkan dengan jelas kepada mereka.  Orang berdosa ingin seandainya  dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya,  dan isterinya serta  saudaranya,   dan kaum kerabatnya yang melindunginya, dan bahkan  semua orang yang ada di bumi kemudian menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat. Se-sungguhnya  itu nyala api,   yang melucuti kulit  kepala, yang memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling,   dan menimbun harta serta menahannya.  (Al-Ma’ārij [70]:7-19).
  Dalam abad-abad atom dan hidrogen atau nuklir ini beterbangan gunung-gunung laksana bulu domba  dihambur-hamburkan itu sungguh mungkin sekali terjadi (QS.101:1-12).  Alangkah mengerikannya lukisan hari Pembalasan yang diberikan dalam ayat-ayat ini!
Berhadap-hadapan dengan suatu malapetaka dahsyat manusia bersedia pisah dari segala sesuatu, bahkan bersedia mengorbankan orang-orang yang paling karib dan tersayang sekalipun, asalkan saja dengan berbuat demikian ia dapat menyelamatkan dirinya sendiri. (QS.70:11-15; QS.80:34-38). Firman-Nya lagi:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾   یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّکُمۡ ۚ اِنَّ  زَلۡزَلَۃَ  السَّاعَۃِ  شَیۡءٌ  عَظِیۡمٌ﴿﴾ یَوۡمَ تَرَوۡنَہَا تَذۡہَلُ کُلُّ مُرۡضِعَۃٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ وَ تَضَعُ کُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَہَا وَ تَرَی النَّاسَ سُکٰرٰی وَ مَا ہُمۡ  بِسُکٰرٰی وَ لٰکِنَّ عَذَابَ اللّٰہِ شَدِیۡدٌ ﴿﴾
Aku baca dengan nama  Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu, sesungguhnya  kegoncangan Saat itu sesuatu yang sangat dahsyat.   Pada hari ketika engkau melihatnya,  setiap perempuan  yang me-nyusui akan lupa kepada yang disusuinya dan setiap perempuan  yang mengandung akan  menggugurkan kandungannya, dan engkau akan melihat manusia mabuk,  padahal mereka itu tidak mabuk  tetapi azab Allah sungguh sangat keras. (Al-Hājj [22]:1-3).

Tiga Macam  As-Sā’ah (Tanda Saat/Kiamat)

   As-Sā’ah (saat), atau al-Qiyāmat dipergunakan dalam 3 pengertian: (a) Kematian seorang pribadi yang besar dan ternama (as-Sā’ah ashshughra); (b) suatu bencana nasional (as-Sā’ah alwustha); (c) Hari Peradilan (as-Sā’ah alkubra). Kata itu telah dipergunakan dalam Al-Quran dengan kedua pengertian yang disebut terakhir. Letaknya menunjukkan bahwa di sini kata itu dipergunakan dalam pengertian bencana nasional yang menggoncangkan sendi-sendi kekuatan suatu kaum.
     Kata itu dapat pula menunjuk secara khusus kepada nasib yang ketika itu sedang mengancam orang-orang Arab, ketika Mekkah benteng kekuasaan politik mereka akan jatuh serta kekuasaan politik dan sistem kemasyarakatan mereka akan patah dan ambruk karena kehadiran agama Islam (Al-Quran) ; atau kata itu dapat menunjuk kepada suatu bencana amat dahsyat yang akan menimpa umat manusia berupa Perang Dunia, dan sebagai akibatnya akan mendatangkan perubahan-perubahan yang amat dahsyat.
     Ayat ini, jika dibaca bersama-sama dengan QS.2:213, memberikan lagi dukungan kepada kesimpulan bahwa kata-kata as-Sā’ah atau yaumal-qiyāmah yang dipergunakan dalam Al-Quran pada umumnya menunjuk kepada suatu bencana nasional besar yang menimpa sesuatu kaum seluruhnya.
   Ayat ini telah memakai 3  perumpamaan atau tamsil untuk menyatakan sangat kerasnya “gempa bumi Saat itu” yang disebut dalam ayat sebelumnya. Tidak ada yang lebih dicintai oleh seorang ibu selain bayi yang ia susui, dan tidak ada kengerian yang lebih menakutkan akibatnya, selain kengerian yang membuat seorang perempuan gugur kandungannya dan membuat kaum laki-laki jadi kalap.
   Surah Al-Hajj ayat 1-3 tersebut mengatakan bahwa sekonyong-konyong dan hebatnya kengerian yang ditimbulkan oleh kejadian yang amat dahsyat begitu tidak terpikirkan sehingga kaum ibu akan meninggalkan bayi-bayi yang sedang disusuinya serta perempuan-perempuan hamil akan menggugurkan kandungannya dan orang-orang akan menjadi gila oleh rasa takutnya dan seperti orang mabuk tidak akan menguasai perbuatannya.  
     Bertentangan dengan kejadian yang sangat mengerikan tersebut, selanjutnya Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Ma’ārij  mengenai keadaan hamba-hamba Allah yang beriman kepada Rasul Allah yang diutus kepada mereka serta kemajuan-kemajuan ruhani yang mereka tempuh – yakni melakukan ma’arij (mi’raj) -- firman-Nya: 
اِنَّ  الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ ہَلُوۡعًا ﴿ۙ﴾  اِذَا مَسَّہُ  الشَّرُّ  جَزُوۡعًا ﴿ۙ﴾  وَّ  اِذَا مَسَّہُ  الۡخَیۡرُ  مَنُوۡعًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا  الۡمُصَلِّیۡنَ ﴿ۙ﴾   الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَلٰی صَلَاتِہِمۡ   دَآئِمُوۡنَ  ﴿۪ۙ﴾  وَ الَّذِیۡنَ فِیۡۤ  اَمۡوَالِہِمۡ حَقٌّ مَّعۡلُوۡمٌ ﴿۪ۙ﴾  لِّلسَّآئِلِ وَ الۡمَحۡرُوۡمِ ﴿۪ۙ﴾  وَ الَّذِیۡنَ یُصَدِّقُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿۪ۙ﴾  وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ مِّنۡ عَذَابِ رَبِّہِمۡ مُّشۡفِقُوۡنَ ﴿ۚ﴾  اِنَّ  عَذَابَ رَبِّہِمۡ غَیۡرُ  مَاۡمُوۡنٍ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ  لِفُرُوۡجِہِمۡ حٰفِظُوۡنَ ﴿ۙ﴾  اِلَّا عَلٰۤی  اَزۡوَاجِہِمۡ  اَوۡ مَا مَلَکَتۡ اَیۡمَانُہُمۡ  فَاِنَّہُمۡ  غَیۡرُ  مَلُوۡمِیۡنَ ﴿ۚ﴾  فَمَنِ  ابۡتَغٰی وَرَآءَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡعٰدُوۡنَ ﴿ۚ﴾  وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ  لِاَمٰنٰتِہِمۡ وَ عَہۡدِہِمۡ رٰعُوۡنَ ﴿۪ۙ﴾  وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ بِشَہٰدٰتِہِمۡ  قَآئِمُوۡنَ﴿۪ۙ﴾  وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَلٰی صَلَاتِہِمۡ یُحَافِظُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اُولٰٓئِکَ فِیۡ جَنّٰتٍ  مُّکۡرَمُوۡنَ ﴿ؕ٪﴾
Sesungguhnya manusia diciptakan cepat mengeluh.  Apabila ditimpa keburukan  ia gelisah,  tetapi apabila mendapat kebaikan ia  kikir, kecuali orang-orang yang shalat,  orang-orang yang mereka itu tetap (dawam)  mengerjakan shalat,   dan orang-orang yang dalam harta mereka ada bagian yang ditentukan untuk orang miskin. Untuk yang meminta dan yang tidak meminta. Dan orang-orang yang membenarkan Hari Pembalasan, Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhan mereka. Sesungguhnya tidak ada yang merasa aman  dari azab Tuhan mereka. Dan orang-orang yang menjaga kemaluan mereka,   kecuali terhadap istri-istri mereka atau yang dimiliki tangan kanan mereka, maka sesungguhnya mereka dalam hal itu tidak tercela.   Lalu  barangsiapa mencari selain itu maka mereka itulah yang melampaui batas. Dan orang-orang yang menjaga amanat-amanatnya dan janji-janjinya,   dan orang-orang yang berdiri teguh pada kesaksian-kesaksiannya, dan orang-orang  yang benar-benar menjaga shalatnya. Mereka itulah di dalam surga-surga, dimuliakan.  (Al-Ma’ārij [70]:20-36). Lihat pula QS.23:1-12.

Menantang  Azab Ilahi   Segera Datang

Makna ayat  اِنَّ  الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ ہَلُوۡعًا – “manusia diciptakan cepat mengeluh”, manusia menurut pembawaannya tidak sabar. Dalam  QS.21:38 dikatakan “manusia diciptakan dari  ketergesa-gesaan  -- termasuk tergesa-gesa menantang kepada Rasul Allah untuk menyegerakan azab Ilahi yang diancamkan (diperingatkan) kepada mereka., firman-Nya:
خُلِقَ الۡاِنۡسَانُ مِنۡ عَجَلٍ ؕ سَاُورِیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ  فَلَا  تَسۡتَعۡجِلُوۡنِ ﴿﴾  وَ یَقُوۡلُوۡنَ مَتٰی ہٰذَا الۡوَعۡدُ اِنۡ  کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ لَوۡ  یَعۡلَمُ  الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا حِیۡنَ لَا یَکُفُّوۡنَ عَنۡ وُّجُوۡہِہِمُ  النَّارَ  وَ لَا عَنۡ ظُہُوۡرِہِمۡ  وَ لَا  ہُمۡ  یُنۡصَرُوۡنَ ﴿﴾ بَلۡ تَاۡتِیۡہِمۡ بَغۡتَۃً  فَتَبۡہَتُہُمۡ فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ رَدَّہَا وَ لَا ہُمۡ یُنۡظَرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَقَدِ اسۡتُہۡزِئَ بِرُسُلٍ مِّنۡ قَبۡلِکَ فَحَاقَ بِالَّذِیۡنَ سَخِرُوۡا مِنۡہُمۡ مَّا کَانُوۡا بِہٖ  یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿٪﴾
Manusia diciptakan dari sifat tergesa-gesa, segera Aku akan  perlihatkan kepada kamu tanda-tanda-Ku, maka janganlah kamu minta kepada-Ku mempercepat kedatangannya.  Dan mereka mengatakan:  “Kapankah janji itu akan terjadi jika kamu adalah orang-orang yang benar?” Seandainya orang-orang  yang kafir mengetahui saat ketika mereka tidak akan dapat mengelakkan api dari wajahnya dan tidak pula dari punggungnya dan mereka tidak akan ditolong.   Bahkan  azab itu akan datang kepada mereka  dengan tiba-tiba  lalu membuat mereka panik, maka mereka tidak akan mampu menolaknya dan tidak pula mereka diberi tangguh.  Dan sungguh rasul-rasul sebelum engkau benar-benar telah diper-olok-olokkan,  maka orang-orang dari antara mereka yang  memperolok-olokkan rasul telah dikepung dengan  apa yang mereka perolok-olokkan. (Al-Anbiya [21]:38-42).
    Ungkapan, khuliqal insānu min ‘ajal, mengandung arti  bahwa sifat tergesa-gesa merupakan bagian wujud (karakter/sifat) manusia, dan bahwa sifat itu merupakan corak yang begitu penting dalam wataknya, sehingga dapat dikatakan bahwa seolah-olah manusia dijadikan dari “ketergesa-gesaan”, yaitu manusia menurut fitratnya suka tergesa-gesa.
     Bila orang-orang Arab ingin menyatakan suatu sifat pembawaan utama seseorang, mereka berkata: Khuliqa minhu artinya “ia telah dijadikan dari itu”. Ungkapan-ungkapan serupa itu dipergunakan pula di tempat-tempat lain dalam Al-Quran (QS.7:13; QS.30:55). Demikian juga makna ungkapan bahwa Allah Swt. telah menjadikan iblis dan jin dari api dan Adam dari “tanah liat” (QS.7:12-13)  yakni iblis atau jin memiliki sifat seperti  kobaran api  yang sulit dikendalikan,  sedangkan  Adam memiliki sifat patuh-taat seperti “tanah liat” sehingga mudah dibentuk sesuai dengan keinginan  pengrajin “tanah liat” (keramik).
      Itulah sebabnya jika Allah Swt.  hendak menciptakan “bumi baru dan langit baru  guna menggantikan tatanan “bumi lama dan langit nama” yang sudah rusak selalu melalui pengutusan seorang “Khalifah Allah” atau “Rasul Allah”, salah satu di antaranya adalah Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari “tanah liat” (QS.2:31-35), dengan demikian kisah “Adam – Malaikat – Iblis  merupakan suatu kisah monumental  yang selalu terulang lagi dengan para pemeran yang berbeda, termasuk di Akhir Zaman ini.
     Dari kisah monumental “Adam – Malaikat – Iblis” tersebut dapat diketahui siapa atau pihak mana yang kemudian “diusir dari surga keridhaan” Allah Swt. karena menolak perintah Allah Swt. yang telah memerintahkan para malaikat untuk “sujud” – yakni patuh-taat sepenuhnya” -- kepada Adam, Khalifah Allah (QS.7:12-14; QS.15:35); QS.38:78).
 
 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 12 Mei  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar