Sabtu, 04 Mei 2013

Misal Keadaan Orang-orang yang Terusir dari "Surga Keridhaan Ilahi" & Makna "Tertutupnya Pintu-pintu Langit"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 111


     Misal Keadaan Orang-orang yang Terusir dari “Surga Keridhaan Ilahi” &  Makna 
Tertutupnya Pintu-pintu Langit

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   bagian akhir  Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai pentingnya kesinambungan wahyu Ilahi sebagai petunjuk dari Allah Swt. dalam memecahkan rahasia-rahasia gaib yang terkandung dalam Kitab suci, misalnya mengenai mysteri penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., dll,  firman-Nya:
وَ مَا کَانَ  لِبَشَرٍ اَنۡ یُّکَلِّمَہُ اللّٰہُ  اِلَّا وَحۡیًا اَوۡ مِنۡ وَّرَآیِٔ حِجَابٍ اَوۡ یُرۡسِلَ رَسُوۡلًا فَیُوۡحِیَ بِاِذۡنِہٖ مَا یَشَآءُ ؕ اِنَّہٗ عَلِیٌّ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾   وَ کَذٰلِکَ  اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا ؕ مَا کُنۡتَ تَدۡرِیۡ مَا الۡکِتٰبُ وَ لَا  الۡاِیۡمَانُ وَ لٰکِنۡ جَعَلۡنٰہُ  نُوۡرًا نَّہۡدِیۡ  بِہٖ مَنۡ نَّشَآءُ  مِنۡ عِبَادِنَا ؕ وَ اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿ۙ﴾  صِرَاطِ اللّٰہِ  الَّذِیۡ  لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ اَلَاۤ  اِلَی اللّٰہِ  تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ ﴿﴾
Dan sekali-kali tidak mungkin bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki, sesungguhnya, Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana. Dan demikianlah Kami telah mewahyukan kepada engkau firman ini dengan perintah Kami. Engkau sekali-kali tidak mengetahui apa Kitab itu, dan tidak pula mengetahui apa iman itu,  tetapi Kami telah menjadikan wahyu itu nur, yang dengan itu Kami memberi petunjuk kepada siapa yang Kami kehendaki dari antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan lurus,   jalan Allah Yang milik-Nya apa yang ada di seluruh langit dan apa yang ada di bumi. Ketahuilah, kepada Allah segala perkara kembali.    (Asy-Syurā [42]:52-54). 

Tiga Cara Allah Swt. Berkomunikasi dengan Manusia

Ayat 52  menyebut tiga cara Allah Swt.    berbicara (berkomunikasi) kepada hamba-Nya dan menampakkan Wujud-Nya kepada mereka:
(a) Dia berfirman secara langsung kepada mereka tanpa perantara.
(b) Dia membuat mereka menyaksikan kasyaf (penglihatan gaib), yang dapat ditakwilkan atau tidak, atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-kata dalam keadaan jaga dan sadar, di waktu itu mereka tidak melihat wujud orang yang berbicara kepada mereka. Inilah arti kata-kata "dari belakang tabir,"
(c) Allah Swt. menurunkan seorang utusan atau seorang malaikat yang menyampaikan Amanat Ilahi.
Wahyu Al-Quran dalam  QS.42:53 disebut ruh (nafas hidup — Lexicon Lane), sebab dengan perantaraannya, bangsa yang telah mati keadaan akhlak dan keruhaniannya mendapat kehidupan baru. Agama  Islam (Al-Quran) adalah kehidupan, nur, dan jalan yang membawa manusia kepada Allah Swt. dan menyadarkan manusia akan tujuan agung dan luhur kejadiannya.
 Jadi, sebelum Allah Swt. mewahyukan Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw. beliau saw. sama  sekali tidak mengetahui hakikat Kitab (Syariat) mau pun masalah iman (keimanan), semuanya menjadi jelas bagi beliau saw. setelah Allah Swt. menjelaskan   melalui wahyu-Nya.
 Demikian juga halnya  dengan Mirza Ghulam Ahmad a.s. mengenai masalah kewafatan Nabi Isa Ibu Maryam a.s.  dan kedatangannya kedua kali di Akhir Zaman  -- sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. -- sama sekali beliau tidak  mengetahui hakikat yang sebenarnya, sebelum Allah Swt. sendiri melalui wahyu-Nya memberitahukan masalah tersebut kepada beliau a.s.. Itulah sebabnya dalam buku Barahīn-i Ahmadiyyah beliau secara lugu mengemukakan kepercayaan masalah kedatangan lagi Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagaimana yang menjadi kepercayaan umumnya umat Islam.
     Akibat perubahan pendapat Mirza Ghulam Ahmad a.s. berkenaan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut maka dengan didahului berbagai macam fatwa zalim yang dimotori oleh Mlv. Muhammad Hussein Batalwi  yang juga didukung oleh sekitar 200 orang ulama Hindustan yang terprovokasi olehnya -- maka  di berbagai peloksok dunia, lebih dari 1 abad (seratus tahun) sampai dengan saat ini,   para penentang  Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah yang beliau a.s. dirikan, telah berusaha untuk menghancurkan missi suci beliau  -- yaitu  mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10) -- namun kenyataan membuktikan bahwa yang terjadi adalah firman Allah Swt.  berikut ini:
وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan mereka,  yakni musuh Al-Masih, merancang makar  buruk  dan Allah pun merancang makar tandingan  dan Allah sebaik-baik Perancang makar (rencana). (Âli ‘Imran [3]:55).
    Orang-orang Yahudi telah merencanakan (merancang makar) supaya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. harus mati terkutuk di atas salib (Ulangan 21:24),  guna membuktikan kepada masyarakat luas  kalangan Yahudi bahwa beliau adalah nabi palsu, tetapi rencana Allah Swt.   adalah beliau harus selamat dari kematian terkutuk semacam itu. Rencana (makar buruk) orang-orang Yahudi gagal dan rencana (makar tandingan) Ilahi berhasil, sebab beliau tidak mati di atas salib, melainkan diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup (QS.4:158-159), dan wafat secara wajar di Kashmir dalam usia  sangat lanjut, dan jauh dari tempat beliau mengalami peristiwa penyaliban (QS.3:56; QS.5:117-119; QS.21:35-6; QS.23:51), setelah melaksanakan tugasnya sebagai Al-Masih  dan “Penggembala domba” untuk mencari “10 suku  Israil” yang tercerai-berai di luar Palestina (Kanaan – Yohanes 10:10-16).

Pengulangan “Duel Makar” di Akhir Zaman

     “Duel makar” tersebut terjadi pula pada masa Nabi Besar Muhammad saw. dengan hasil akhir yang sama pula, yakni keunggulan “makar tandingan” Allah Swt., firman-Nya: 
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar  terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang  makar tandingan,  dan Allah sebaik-baik  Perancang makar. (Al-Anfāl [8]:31).
       Makar buruk terhadap Nabi Besar Muhammad saw. yang disponsori  9 orang tokoh kekafiran kaum Quraisy Mekkah tersebut merupakan pengulangan “makar buruk” yang dilakukan terhadap  Nabi Shalih a.s. oleh para penentang beliau dari kalangan para pemimpin kaumnya, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَاۤ  اِلٰی ثَمُوۡدَ  اَخَاہُمۡ  صٰلِحًا اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ  فَاِذَا ہُمۡ فَرِیۡقٰنِ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ یٰقَوۡمِ لِمَ تَسۡتَعۡجِلُوۡنَ بِالسَّیِّئَۃِ قَبۡلَ الۡحَسَنَۃِ ۚ لَوۡ لَا تَسۡتَغۡفِرُوۡنَ اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ ﴿﴾  قَالُوا اطَّیَّرۡنَا بِکَ وَ بِمَنۡ مَّعَکَ ؕ قَالَ طٰٓئِرُکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ  بَلۡ  اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ تُفۡتَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ کَانَ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ  تِسۡعَۃُ  رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا تَقَاسَمُوۡا بِاللّٰہِ لَنُبَیِّتَنَّہٗ وَ اَہۡلَہٗ ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ مَا شَہِدۡنَا مَہۡلِکَ  اَہۡلِہٖ  وَ  اِنَّا  لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَکَرُوۡا مَکۡرًا وَّ  مَکَرۡنَا مَکۡرًا  وَّ ہُمۡ لَا  یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ فَانۡظُرۡ کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ مَکۡرِہِمۡ ۙ اَنَّا دَمَّرۡنٰہُمۡ  وَ  قَوۡمَہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾  فَتِلۡکَ بُیُوۡتُہُمۡ خَاوِیَۃًۢ بِمَا ظَلَمُوۡا ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً   لِّقَوۡمٍ  یَّعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَنۡجَیۡنَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ کَانُوۡا یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh Kami benar-benar telah mengutus kepada Tsamud saudara mereka Shalih yang berkata: “Sembahlah Allah” maka tiba-tiba mereka menjadi dua golongan yang saling berbantahIa, Shalih, berkata: “Hai kaumku, mengapakah kamu minta disegerakan keburukan (azab) sebelum datang kebaikan?  Mengapakah kamu tidak memohon ampun kepada Allah, supaya kamu di kasihani?” Mereka berkata: “Hai Shalih,   kami telah mendapatkan nasib malang disebabkan engkau dan orang yang beserta engkau.” Ia, Shalih, berkata: “Nasib buruk kamu ada di sisi Allah, bahkan kamu  kaum yang diuji.”   Dan dalam kota itu ada  sembilan orang yang  berbuat kerusuhan di bumi  dan tidak mau meng-adakan perbaikan.  Mereka berkata: “Hendaklah kamu sekalian bersumpah dengan nama Allah bahwa niscaya kami  akan menyerbu pada malam hari kepada dia dan keluarganya, kemudian kami niscaya akan berkata kepada pelindungnya: “Kami sekali-kali tidak menyaksikan keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar.” Dan mereka membuat makar buruk  dan Kami pun membuat makar tandingan, tetapi mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana buruknya akibat makar buruk mereka, sesungguhnya Kami memusnahkan mereka dan kaumnya semua.   Maka itulah rumah-rumah mereka yang telah runtuh karena mereka berbuat zalim. Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda untuk kaum yang mengetahui. 54. Dan Kami menyelamatkan  orang-orang yang beriman dan bertakwa. (An-Naml [27]:46-54).
   Dengan sendirinya yang diisyaratkan dalam ayat 49-51 adalah kesembilan musuh Nabi Besar Muhammad saw.  terkemuka.  Delapan di antaranya terbunuh dalam pertempuran Badar dan yang kesembilan, Abu Lahab, yang terkenal keburukannya itu, mati di Mekkah ketika sampai ke telinganya kabar tentang kekalahan di Badar. Kedelapan orang yang terbunuh dalam Perang Badar itu adalah Abu Jahal, Muthim bin Adiy, Syaibah bin Rabiah, Utbah bin Rabiah, Walid bin Utbah, Umayah  bin Khalf, Nadhr bin Harts, dan Aqbah bin Abi Mu’aith.
      Kesembilan pemimpin kaum kafir Quraisy Mekkah tersebut  bersekongkol untuk membunuh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.8:31). Rencana (makar buruk) sebenarnya ialah memilih seorang dari tiap-tiap kabilah kaum Quraisy, dan kemudian mengadakan serangan pembunuhan yang berencana atas beliau saw., sehingga tidak ada kabilah tertentu dapat dianggap bertanggung-jawab atas pembunuhan terhadap beliau saw. itu. Rencana (makar buruk)  itu datang dari Abu Jahal, pemimpin kelompok jahat itu, firman-Nya:
وَ کَانَ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ  تِسۡعَۃُ  رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا تَقَاسَمُوۡا بِاللّٰہِ لَنُبَیِّتَنَّہٗ وَ اَہۡلَہٗ ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ مَا شَہِدۡنَا مَہۡلِکَ  اَہۡلِہٖ  وَ  اِنَّا  لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَکَرُوۡا مَکۡرًا وَّ  مَکَرۡنَا مَکۡرًا  وَّ ہُمۡ لَا  یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾
Dan dalam kota itu ada  sembilan orang  yang  berbuat kerusuhan di bumi  dan tidak mau mengadakan perbaikan.  Mereka berkata: “Hendaklah kamu sekalian bersumpah dengan nama Allah bahwa niscaya kami  akan menyerbu pada malam hari kepada dia dan keluarganya, kemudian kami niscaya akan berkata kepada pelindungnya: “Kami sekali-kali tidak menyaksikan keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar.”  Dan mereka membuat makar buruk  dan Kami pun membuat makar tandingan, tetapi mereka tidak menyadari.  (An-Naml [27]:49-51).

Pengulangan Nubuatan   dalam Al-Quran &
SunnatulLāh Keunggulan Para Rasul Allah

      Dengan demikian ayat-ayat Al-Quran tentang upaya pembunuhan terhadap Nabi Shalih a.s. tersebut merupakan nubuatan (kabar gaib) mengenai makar buruk yang sama terhadap Nabi Besar Muhammad saw. sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, firman-Nya:
      “Duel makar” tersebut terjadi pula pada masa Nabi Besar Muhammad saw. dengan hasil akhir yang sama pula, yakni keunggulan “makar tandingan” Allah Swt., firman-Nya: 
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar  terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang  makar tandingan,  dan Allah sebaik-baik  Perancang makar. (Al-Anfāl [8]:31).
    Nabi Besar Muhammad  saw. terpaksa hijrah dari Mekkah, tetapi hijrahnya itu akhirnya mengakibatkan kehancuran kekuatan kaum Quraisy yang tidak menyadari, bahwa dengan memaksa  Nabi Besar Muhammad saw.  hijrah dari Mekkah, mereka meletakkan dasar kehancuran bagi mereka sendiri.  Kenapa demikian? Sebab Allah Swt. telah berfirman  mengenai Sunnah-Nya terhadap para Rasul Allah:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾  لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir namun demikian  mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang  di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal  di dalamnya.  Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya. Itulah HizbulLāh (golongan Allah). Ketahuilah, sesungguhnya HizbulLāh (golongan Allāh)  itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujādilah [58]:21-23).

Jika Haq (Kebenaran) Datang yang Bathil Pasti Lenyap &
Makna “Pengusiran Iblis  dari Jannah (Surga)”

 Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran senantiasa menang terhadap kepalsuan, firman-Nya:
وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ  کَانَ  زَہُوۡقًا ﴿﴾
Dan katakanlah:  Haq yakni kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap, sesungguhnya kebatilan itu pasti  lenyap.”  (Bani Israil [17]:82).  Lihat pula QS.21:19;  QS.34:50).
  Selanjutnya Allah Swt. QS.58:23 sebelumnya menyatakan, bahwa sudah nyata bahwa tidak mungkin terdapat persahabatan atau perhubungan cinta sejati atau sungguh-sungguh di antara orang-orang beriman  dengan  orang-orang kafir. Cita-cita, pendirian-pendirian, dan kepercayaan agama dari kedua golongan itu bertentangan satu sama lain, dan karena kesamaan dan perhubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi perhubungan yang sungguh-sungguh erat menjadi tidak ada, maka orang-orang beriman  diminta jangan mempunyai persahabatan yang erat lagi mesra dengan orang-orang kafir.
Ikatan agama mengatasi segala perhubungan lainnya, malahan mengatasi pertalian darah yang amat dekat sekalipun. Ayat ini nampaknya merupakan seruan umum. Tetapi secara khusus seruan itu tertuju kepada orang-orang kafir yang ada dalam berperang dengan kaum Muslim.
Jadi, betapa kedatangan al-haq (kebenaran) berupa pengutusan rasul Allah di Akhir Zaman ini (QS.61:10) telah membuat Mlv. Muhammad Hussein Batalwi yang sebelumnya sempat memuji-muji pembelaan Mirza Ghulam Ahmad terhadap kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) serta kesucian akhlak  dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw. tetapi ketika mendengar pendakwaan beliau sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Akhir Zaman  tiba-tiba menjadi seorang penentang yang paling depan dalam segala upaya menghancurkan missi suci Mirza Ghulam Ahmad a.s..
Benarlah pernyataan Allah Swt.  berikut ini mengenai orang-orang yang mendustakan dan menentang rasul Allah   seperti Bal’am bin Baura (Bileam bin  Beor) di zaman Nabi Musa a.s., Abu Jahal dkk di zaman Nabi Besar Muhammad saw., dan di Akhir Zaman ini adalah Mlv. Muhammad  Hussein Batalwi dkk, firman-Nya:
وَ اتۡلُ عَلَیۡہِمۡ  نَبَاَ الَّذِیۡۤ  اٰتَیۡنٰہُ  اٰیٰتِنَا فَانۡسَلَخَ مِنۡہَا فَاَتۡبَعَہُ الشَّیۡطٰنُ فَکَانَ مِنَ  الۡغٰوِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنٰہُ بِہَا وَ لٰکِنَّہٗۤ اَخۡلَدَ اِلَی الۡاَرۡضِ وَ اتَّبَعَ ہَوٰىہُ ۚ فَمَثَلُہٗ  کَمَثَلِ الۡکَلۡبِ ۚ اِنۡ  تَحۡمِلۡ عَلَیۡہِ یَلۡہَثۡ اَوۡ تَتۡرُکۡہُ یَلۡہَثۡ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُ الۡقَوۡمِ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا ۚ فَاقۡصُصِ الۡقَصَصَ لَعَلَّہُمۡ یَتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾  سَآءَ مَثَلَاۨ الۡقَوۡمُ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اَنۡفُسَہُمۡ کَانُوۡا یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ceritakanlah kepada mereka  berita orang-orang yang telah Kami berikan Tanda-tanda Kami kepadanya, lalu ia melepaskan diri darinya maka syaitan mengikutinya dan jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat.  Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami meninggikan derajatnya dengan itu, akan tetapi ia cenderung ke bumi  dan mengikuti hawa nafsunya, maka keadaannya seperti seekor anjing yang kehausan, jika engkau menghalaunya ia menjulurkan lidahnya dan jika engkau membiarkannya ia tetap menjulurkan   lidahnya.  Demikianlah misal orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami, maka kisahkanlah kisah ini supaya mereka merenungkannya. Sangat buruk misal  orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami, dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.  (Al-A’rāf [17]:176-178).

Hakikat Tertutupnya “Pintu-pintu Langit

 Yang dimaksudkan di sini bukanlah seseorang tertentu melainkan semua orang yang kepada mereka Allah Swt.   memperlihatkan Tanda-tanda melalui seorang nabi (rasul) Allah  tetapi mereka menolaknya. Ungkapan semacam itu terdapat di tempat lain dalam Al-Quran, seperti QS.2:18.
 Ayat itu telah dikenakan secara khusus kepada seorang yang bernama Bal’am bin Ba’ura yang menurut kisah pernah hidup di zaman Nabi Musa a.s. dan konon dahulunya ia seorang wali Allah. Tetapi seperti halnya iblis yang menolak untuk “sujud” (patuh-taat) bersama para malaikat kepada Adam (Khalifah Allah),   kesombongan merusak pikirannya dan ia mengakhiri hidupnya dalam kenistaan. Ayat itu dapat juga dikenakan kepada Abu Jahal atau Abdullah bin Ubbay bin Salul atau dapat pula kepada tiap-tiap pemimpin kekafiran yang mendustakan dan menentang Rasul Allah.
 Kalimat  cenderung ke bumi” maknanya adalah kecenderungan kepada hal-hal yang bersifat kebendaan, pada khususnya kecintaan akan uang. Kata  yalhats,  (dari lahatsa yang berarti nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan atau kepenatan),  maksudnya  adalah  baik diminta ataupun tidak untuk berkorban pada jalan agama, orang semacam itu nampaknya terengah-engah seperti seekor anjing kehausan, seakan-akan beban pemberian pengorbanan yang terus menerus bertambah membuatnya amat penat sekali.
 Dengan demikian jelaslah bahwa pada hakikatnya makna “pengusiran iblis dari jannah  -- karena menolak perintah Allah Swt. untuk  sujud kepada Adam” bersama para malaikat pun (QS.2:31-35) --  merupakan gambaran  kemalangan dan kehinaan yang dialami oleh para pemuka agama yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah  seperti itu, padahal sebelumnya mereka itu  memiliki “hubungan dengan langit.     Jadi, setelah para pemuka agama  atau para pemuka kaum menjadi penentang rasul Allah, khususnya terhadap Nabi Besar Muhammad saw.,   maka “pintu-pintu langit” – termasuk pertolongan Allah Swt. --  yang sebelumnya sampai batas tertentu terbuka” bagi mereka, isalnya mereka mendapat mimpi, rukya, kasyaf serta ilham yang benar, kemudian semua  nikmat Allah Swt. tersebut   menjadi  tertutup rapat bagi mereka, firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ  اَبۡوَابُ السَّمَآءِ  وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ  وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya,  tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani dan tidak pula mereka akan masuk surga  hingga unta masuk ke lubang jarum,  dan demikianlah Kami membalas  orang-orang  yang  berdosa. Bagi mereka ada hamparan   Jahannam sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam, dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).
Jamal (unta) juga dapat diartikan seutas tali, sebab tali mempunyai persamaan lebih dekat dengan benang yang dimasukkan ke dalam lobang jarum. Adalah mustahil bagi para pengingkar Tanda-tanda Ilahi masuk surga. Lihat Matius 19:24.
  
(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 28 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar