بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 113
Para Pendakwa
Palsu dan
Para Penentang Rasul
Allah
Pasti Akan Dibinasakan Allah Swt.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai
nasib malang dan kehinaan yang menimpa orang-orang yang mendustakan dan menentang Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37) -- termasuk yang mendustakan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) -- serta akibat
buruk yang menimpa mereka berupa
merebaknya berbagai jenis azab Ilahi,
sebagaimana yang terjadi di Akhir Zaman
ini, firman-Nya:
قُلۡ
ہُوَ الۡقَادِرُ عَلٰۤی اَنۡ یَّبۡعَثَ عَلَیۡکُمۡ عَذَابًا مِّنۡ
فَوۡقِکُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِکُمۡ اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ
بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ
یَفۡقَہُوۡنَ﴿﴾ وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ ؕ قُلۡ
لَّسۡتُ عَلَیۡکُمۡ بِوَکِیۡلٍ ﴿ؕ﴾ لِکُلِّ نَبَاٍ
مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡن()
Katakanlah:
“Dia-lah Yang berkuasa mengirimkan azab
kepada kamu dari atasmu atau dari
bawah kakimu atau mencampur-baurkan
kamu menjadi golongan-golongan yang saling berselisih dan membuat sebagian kamu merasakan keganasan
sebagian yang lain.” Lihatlah bagaimana
Kami membentangkan. Tanda-tanda supaya mereka mengerti. Dan kaum engkau telah mendustakannya, padahal itu adalah kebenaran.
Katakanlah: ”Aku sekali-kali bukan penanggungjawab atas kamu.” Bagi tiap
kabar gaib ada masa yang tertentu, dan kamu
segera akan mengetahui. (Al-An’ām [6]:66-68).
Berbagai
Bentuk Azab Ilahi yang Terjadi di Akhir Zaman ini
“Azab dari atas” maknanya: kelaparan,
gempa bumi, air bah, taufan, penin-dasan terhadap golongan yang lemah oleh yang
kuat, penderitaan mental, dan sebagainya, dan “siksaan dari bawah” berarti: penyakit-penyakit, wabah,
pemberontakan orang-orang bawahan, dan sebagainya. Kemudian
ada hukuman berupa kekacauan, perpecahan-perpecahan dan perselisihan yang kadang-kadang berakhir
dalam perang saudara. Hal demikian
ini diisyaratkan dalam kata-kata membuat sebagian kamu merasakan keganasan
sebagian yang lain.
Di sini kata ganti “nya” dalam
kalimat “Dan kaum
engkau telah mendustakannya” menunjuk
kepada: (1) perkara yang sedang dibahas; (2) Al-Quran; (3) azab Ilahi. Jika
kita ambil arti yang terakhir (azab Ilahi), maka kata-kata “padahal itu
adalah kebenaran” akan berarti bahwa azab
yang dijanjikan pasti akan tiba, dan
benar-benar telah tiba di Akhir Zaman
ini.
Ayat “Bagi
tiap kabar gaib ada masa yang tertentu,
dan kamu segera akan mengetahui” itu berarti bahwa Allah Swt. sesuai dengan hikmah-Nya yang tidak dapat salah itu, telah menentukan satu saat penggenapan setiap kabar gaib. Maka azab yang telah dijanjikan kepada
orang-orang yang menolak kebenaran
akan datang juga pada saatnya yang tepat.
Dan menurut SunnatulLāh,
Allah Swt. tidak pernah menimpakan azab kepada suatu kaum – bagaimana pun sesat dan zalim serta jahilnya
mereka itu – sebelum terlebih dahulu
kepada kaum tersebut diutus Rasul Allah
sebagai “pemberi kabar gembira” dan “pemberi peringatan”, agar tidak ada alasan bagi mereka untuk menyalahkan Allah Swt. (QS.6:132;
QS.11:118; QS.17:16; QS.20:135-136; QS.26:209; QS.28:60).
SunnatulLāh itulah yang sedang terjadi
di Akhir Zaman ini sehubungan dengan pendustaan dan penentangan serta kezaliman
yang tengah dilakukan terhadap Mirza
Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat
Ahmadiyah. Penderitaan dan kerugian fisik
(materi) – mesjid-mesjid, rumah-rumah; bangunan-bangunan dan harta
dll -- yang dialami oleh Jemaat Ahmadiyah adalah hasil perbuatan tangan manusia, tetapi kehancuran yang menimpa umumnya umat
manusia dan umat beragama di berbagai kawasan dunia di Akhir
Zaman ini sepenuhnya adalah
merupakan “perbuatan Tangan Allah Swt.
Sendiri.”, bukan perbuatan tangan
orang-orang Ahmadiyah, yang memegang motto Love for All Hatred for None (Cinta untuk semuanya, tidak ada kebencian
bagi siapa pun pun), sesuai dengan sifat Rahmatan-lil
‘ālamīn (rahmat bagi seluruh alam) Nabi Besar Muhammad saw. (QS.21:108).
Tidak Perlu “Merepotkan
Diri”
Oleh karena itu tidak perlu repot-repot mengenai
Pendiri Jemaat Ahmadiyah (Mirza Ghulam Ahmad a..s) dan Jemaat Ahmadiyah, sebab jika memang merupakan golongan pendusta
serta sesat maka yang akan “Menghakiminya” adalah Allah
Swt. Sendiri, sebab mengenai orang-orang
yang mengada-adakan kedustaan atas nama Allah pasti nasib buruk
mereka dan kegagalan misi mereka telah ditetapkan Allah Swt. dalam Al-Quran,
demikian juga terhadap mereka yang mendustakan
Rasul Allah firman-Nya:
اِنَّہٗ لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍ ﴿﴾ وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ
قَلِیۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا
تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ
رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ تَقَوَّلَ
عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾ لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ
بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا مِنۡکُمۡ
مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia, dan bukanlah Al-Quran
itu perkataan seorang penyair,
sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah
ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat. Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian
perkataan atas nama Kami Niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, kemudian
niscaya Kami memotong urat nadinya, dan
tidak ada seorang pun di antara kamu
dapat mencegah itu darinya. (Al-Hāqqah [69]:41-48).
Dalam ayat 45 dan
dalam tiga ayat sebelumnya keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila
Nabi Besar Muhammad saw. itu pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt.
pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau saw. dan
pasti beliau telah menemui kematian
yang pedih, dan seluruh pekerjaan dan
misi beliau saw. pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib
seorang nabi palsu. Dakwa dan
keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang
tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20 mengenai nabi palsu.
Memaksakan Kehendak Hawa Nafsu
Nasib Malang “Orang-orang yang
Tidak Bersyukur”
Seandainya orang-orang yang
mendustakan dan menentang pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud a.s. (QS.43:58)
atau sebagai Rasul Akhir Zaman (QS.61:10)
mempercayai pernyataan Allah Swt.
dalam Al-Quran mengenai nasib buruk yang pasti akan menimpa para
pendakwa palsu, mereka tidak perlu bersusah-payah memaksakan kehendak hawa nafsu dan kedengkian mereka berusaha melakukan berbagai bentuk makar buruk terhadap Mirza
Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat
Ahmadiyah, karena menurut ketentuan Al-Quran pasti Allah Swt. Sendiri yang akan bertindak keras terhadap orang-orang
yang mengada-adakan kedustaan, siapa
pun mereka itu.
Namun jika dalam
kenyataannya Allah Swt. tidak
pernah melakukan Sunnah-Nya tersebut terhadap
Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah dalam kurun-waktu lebih
dari 1 abad (100 tahun) hingga saat ini, maka seharusnya
mereka itu dapat mengambil pelajaran dari kesia-siaan
yang mereka lakukan tersebut, karena dalam kenyataannya apa yang selama ini
mereka lakukan malah telah mengundang
berbagai bentuk azab Ilahi di seluruh dunia, sesuai Sunnah-Nya
terhadap kaum-kaum purbakala yang mendustakan
para Rasul Allah mulai zaman Nabi
Adam a.s. sampai dengan zaman Nabi Besar Muhammad saw. (QS.6:132; QS.11:118;
QS.17:16; QS.20:135-136;; QS.26:209; QS.28:60).
Bukankah merupakan Sunnah Allah Swt. pula bahwa orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat-Nya
pasti akan mendapatkan buah
kekafirannya berupa azab di dunia
dan di akhirat (QS.14:8)? Firman-Nya:
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ
اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman?
Dan Allah benar-benar Maha Menghargai, Maha Mengetahui. (An-Nisā[4]:148).
Syukur dari
pihak Allah Swt. terwujud dalam pemberian ampun kepada hamba-hamba-Nya
atau memujinya atau memandangnya dengan rasa puas, menghargai atau mengaruniai, dan seterusnya tentu saja membalas atau mengganjar
amal-amalnya (Lexicon Lane).
Dengan demikian benarlah firman-Nya sebelum ini:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ
اَبۡوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا
یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ
کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ
نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, tidak akan dibukakan bagi mereka
pintu-pintu langit ruhani dan tidak
pula mereka akan masuk surga hingga unta masuk ke lubang jarum, dan demikianlah
Kami membalas orang-orang yang berdosa. Bagi
mereka ada hamparan Jahannam
sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam,
dan demikianlah Kami membalas
orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).
Misal Orang-orang
Kafir & Hikmah-hikmahnya
Nasib malang yang menimpa orang-orang
yang mendustakan Ayat-ayat
(tanda-tanda) Allah Swt. – yakni yang mendustakan dan menentang
para Rasul Allah – tersebut telah
dibahas mulai Bab 77 dan beberapa Bab berikutnya yakni sehubungan dengan “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. sebagai misal (perumpamaan) orang-orang yang kufur nikmat tersebut, firman-Nya:
ضَرَبَ
اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ
کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ
امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ
عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا
عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾ وَ ضَرَبَ اللّٰہُ
مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا امۡرَاَتَ فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ لِیۡ عِنۡدَکَ
بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ وَ
نَجِّنِیۡ مِنۡ فِرۡعَوۡنَ وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ
الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka
mereka berdua sedikit pun tidak dapat
membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada
mereka: “Masuklah kamu berdua
ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun
sebagai misal bagi orang-orang
beriman, ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau
sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah
aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah
aku dari kaum yang zalim, Dan juga
Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami
meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia
menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya,
dan ia termasuk orang-orang yang patuh.
(At-Tahrīm
[66]:11-13).
Jadi, orang-orang kafir diumpamakan seperti istri Nabi Nuh a.s. dan istri
Nabi Luth a.s. untuk menunjukkan bahwa persahabatan
dengan orang bertakwa --malahan dengan
seorang nabi Allah sekalipun -- tidak
berfaedah bagi orang yang mempunyai kecenderungan
buruk menolak kebenaran. Memang secara jasmani, kedua istri
durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. rahim jasmani membuahkan keturunan jasmani kedua suami mereka
yang suci, namun dari segi ruhani
kedua istri durhaka Nabi Allah
tersebut menolak rahim ruhaninya –
yakni hatinya -- untuk dibuahi
secara ruhani oleh kedua suaminya, karena keduanya memilih bergabung dengan kaum mereka yang mendustakan dan menentang pendakwaan
kedua suaminya sebagai Rasul Allah, maka akibatnya ketika azab Ilahi yang diperingatkan kedua suami
mereka itu terjadi maka kedua istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi
Luth a.s. tersebut termasuk orang-orang yang dibinasakan oleh azab Ilahi tersebut, inilah mana
kalimat:
فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ
اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا
النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
“…maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri
mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta
orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm [66]:11).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar