Minggu, 05 Mei 2013

Para "Pendakwa Palsu" dan "Para Penentang Rasul Allah" Pasti Akan Dibinasakan Allah Swt.





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 113


 Para Pendakwa Palsu  dan
Para Penentang Rasul Allah
Pasti  Akan Dibinasakan Allah Swt.

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   bagian akhir  Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai   nasib malang dan kehinaan yang menimpa orang-orang yang mendustakan dan menentang Rasul Allah  yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37)  -- termasuk yang mendustakan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) -- serta akibat buruk yang menimpa mereka  berupa merebaknya berbagai jenis azab Ilahi, sebagaimana yang terjadi di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
قُلۡ ہُوَ  الۡقَادِرُ عَلٰۤی  اَنۡ یَّبۡعَثَ عَلَیۡکُمۡ عَذَابًا مِّنۡ فَوۡقِکُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِکُمۡ اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَفۡقَہُوۡنَ﴿﴾  وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ ؕ قُلۡ لَّسۡتُ عَلَیۡکُمۡ  بِوَکِیۡلٍ ﴿ؕ﴾  لِکُلِّ نَبَاٍ  مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡن() 
Katakanlah: “Dia-lah Yang berkuasa mengirimkan azab kepada kamu dari atasmu atau dari bawah kakimu atau mencampur-baurkan kamu menjadi golongan-golongan yang saling berselisih dan membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.” Lihatlah bagaimana Kami membentangkan. Tanda-tanda supaya mereka mengerti. Dan kaum engkau telah mendustakannya, padahal itu adalah kebenaran. Katakanlah: ”Aku sekali-kali bukan penanggungjawab atas kamu.” Bagi tiap kabar gaib ada masa yang tertentu,  dan kamu segera akan mengetahui. (Al-An’ām [6]:66-68).

Berbagai Bentuk Azab Ilahi yang Terjadi di Akhir Zaman ini

    Azab dari atas” maknanya: kelaparan, gempa bumi, air bah, taufan, penin-dasan terhadap golongan yang lemah oleh yang kuat, penderitaan mental, dan sebagainya, dan “siksaan dari bawah” berarti: penyakit-penyakit, wabah, pemberontakan orang-orang bawahan, dan sebagainya.  Kemudian ada hukuman berupa kekacauan, perpecahan-perpecahan dan perselisihan yang kadang-kadang berakhir dalam perang saudara. Hal demikian ini diisyaratkan dalam kata-kata membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.
Di sini kata ganti “nya”  dalam  kalimat “Dan  kaum engkau telah mendustakannya” menunjuk kepada: (1) perkara yang sedang dibahas; (2) Al-Quran; (3) azab Ilahi. Jika kita ambil arti yang terakhir (azab Ilahi), maka kata-kata “padahal itu adalah kebenaran” akan berarti bahwa azab yang dijanjikan pasti akan tiba, dan benar-benar telah tiba di Akhir Zaman ini.
Ayat “Bagi tiap kabar gaib ada masa yang tertentu,  dan kamu segera akan mengetahui” itu berarti bahwa  Allah Swt.   sesuai dengan hikmah-Nya yang tidak dapat salah itu, telah menentukan satu saat penggenapan setiap kabar gaib. Maka azab yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang menolak kebenaran akan datang juga pada saatnya yang tepat.
Dan menurut SunnatulLāh, Allah Swt. tidak pernah menimpakan  azab kepada suatu kaum – bagaimana pun sesat dan zalim serta jahilnya mereka itu – sebelum terlebih dahulu kepada kaum tersebut diutus Rasul Allah sebagai “pemberi kabar gembira” dan “pemberi peringatan”, agar tidak ada alasan bagi mereka untuk menyalahkan Allah Swt. (QS.6:132; QS.11:118; QS.17:16; QS.20:135-136; QS.26:209; QS.28:60).
SunnatulLāh itulah yang sedang terjadi di Akhir Zaman ini sehubungan dengan pendustaan dan penentangan serta kezaliman yang tengah dilakukan terhadap Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah. Penderitaan dan kerugian fisik (materi) – mesjid-mesjid, rumah-rumah; bangunan-bangunan  dan harta dll -- yang dialami oleh Jemaat Ahmadiyah adalah hasil perbuatan tangan manusia, tetapi kehancuran yang menimpa umumnya umat manusia  dan umat beragama  di berbagai kawasan dunia   di Akhir Zaman ini  sepenuhnya adalah merupakan “perbuatan Tangan Allah Swt. Sendiri.”, bukan perbuatan tangan orang-orang Ahmadiyah, yang  memegang motto Love for All  Hatred for None  (Cinta untuk semuanya, tidak ada kebencian bagi siapa pun pun), sesuai dengan sifat Rahmatan-lil ‘ālamīn (rahmat bagi seluruh alam) Nabi Besar Muhammad saw. (QS.21:108).

Tidak Perlu “Merepotkan Diri”

Oleh karena itu tidak perlu repot-repot mengenai Pendiri Jemaat Ahmadiyah (Mirza Ghulam Ahmad a..s) dan Jemaat Ahmadiyah, sebab jika memang merupakan golongan pendusta  serta sesat  maka yang akan “Menghakiminya” adalah Allah Swt. Sendiri, sebab mengenai orang-orang yang mengada-adakan kedustaan atas nama Allah pasti  nasib buruk mereka  dan kegagalan misi mereka   telah  ditetapkan Allah Swt. dalam Al-Quran, demikian juga terhadap mereka yang mendustakan Rasul Allah firman-Nya:
اِنَّہٗ  لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍ ﴿﴾      وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾  لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾  فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia, dan bukanlah Al-Quran itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat.  Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan  atas nama Kami Niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan,   kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya. (Al-Hāqqah [69]:41-48).
  Dalam ayat 45   dan dalam tiga ayat sebelumnya keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw.  itu pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt. pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau saw. dan pasti beliau telah menemui kematian yang  pedih, dan seluruh pekerjaan dan misi beliau saw. pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20 mengenai nabi palsu.

Memaksakan Kehendak Hawa Nafsu
Nasib Malang “Orang-orang yang Tidak Bersyukur”

 Seandainya orang-orang yang mendustakan dan menentang pendakwaan    Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud  a.s. (QS.43:58) atau sebagai Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) mempercayai pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai nasib buruk yang pasti akan menimpa para pendakwa palsu, mereka tidak perlu bersusah-payah memaksakan kehendak hawa nafsu dan kedengkian mereka berusaha  melakukan berbagai bentuk makar buruk  terhadap Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah, karena  menurut ketentuan Al-Quran pasti Allah Swt. Sendiri yang akan bertindak keras terhadap orang-orang yang mengada-adakan kedustaan, siapa pun mereka itu.
Namun jika dalam kenyataannya  Allah Swt. tidak pernah  melakukan Sunnah-Nya tersebut terhadap Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah dalam kurun-waktu lebih dari 1 abad  (100 tahun) hingga saat ini, maka seharusnya mereka itu dapat mengambil pelajaran  dari kesia-siaan yang mereka lakukan tersebut, karena dalam kenyataannya apa yang selama ini mereka lakukan malah telah mengundang berbagai bentuk azab Ilahi  di seluruh dunia, sesuai  Sunnah-Nya terhadap  kaum-kaum purbakala yang mendustakan para Rasul Allah mulai zaman Nabi Adam a.s. sampai dengan zaman Nabi Besar Muhammad saw. (QS.6:132; QS.11:118; QS.17:16; QS.20:135-136;; QS.26:209; QS.28:60).
 Bukankah merupakan Sunnah Allah Swt. pula bahwa  orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat-Nya  pasti akan mendapatkan buah kekafirannya berupa azab di dunia dan di akhirat (QS.14:8)? Firman-Nya:
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ  اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan  Allah  benar-benar Maha Menghargai,  Maha Mengetahui. (An-Nisā[4]:148).
     Syukur dari pihak  Allah Swt.   terwujud dalam pemberian ampun kepada hamba-hamba-Nya atau memujinya atau memandangnya dengan rasa puas, menghargai atau mengaruniai, dan seterusnya tentu saja membalas atau mengganjar amal-amalnya (Lexicon Lane). Dengan demikian benarlah firman-Nya sebelum ini: 
اِنَّ الَّذِیۡنَ  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ  اَبۡوَابُ السَّمَآءِ  وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ  وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan  takabur berpaling darinya,  tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani dan tidak pula mereka akan masuk surga  hingga unta masuk ke lubang jarum, dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang berdosa. Bagi mereka ada hamparan Jahannam sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam, dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).

Misal Orang-orang Kafir & Hikmah-hikmahnya

   Nasib malang yang menimpa orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat (tanda-tanda) Allah Swt. – yakni yang mendustakan  dan menentang para Rasul Allah – tersebut telah dibahas  mulai Bab 77 dan  beberapa Bab berikutnya yakni    sehubungan dengan “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. sebagai misal (perumpamaan) orang-orang yang kufur nikmat tersebut, firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾  وَ ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوا امۡرَاَتَ  فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ  قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ  لِیۡ عِنۡدَکَ  بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ  وَ نَجِّنِیۡ  مِنۡ فِرۡعَوۡنَ  وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ  مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.”   Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai  misal bagi orang-orang beriman,  ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,  Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrīm [66]:11-13).
 Jadi, orang-orang kafir diumpamakan seperti istri Nabi Nuh a.s.  dan istri Nabi Luth a.s. untuk menunjukkan bahwa persahabatan dengan orang bertakwa --malahan dengan seorang nabi Allah sekalipun --  tidak berfaedah bagi orang yang mempunyai kecenderungan buruk menolak kebenaran. Memang secara jasmani, kedua istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. rahim jasmani membuahkan keturunan jasmani kedua suami mereka yang suci, namun dari segi ruhani kedua istri durhaka Nabi Allah tersebut menolak rahim ruhaninya – yakni hatinya --  untuk dibuahi secara ruhani oleh kedua suaminya, karena keduanya memilih bergabung dengan kaum mereka yang  mendustakan dan menentang pendakwaan kedua suaminya sebagai Rasul Allah, maka akibatnya ketika azab Ilahi yang diperingatkan kedua suami mereka  itu terjadi maka kedua istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. tersebut termasuk   orang-orang yang dibinasakan oleh azab Ilahi tersebut, inilah mana kalimat:
فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
“…maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm [66]:11).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 30 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar