بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 129
Tidak
Ada Paksaan Dalam Agama & Hakikat Doa Nabi Nuh a.s. Mengenai Kaumnya yang Durhaka
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan jawaban Nabi Nuh a.s. terhadap berbagai keberatan para pemuka kaumnya
tentang pendakwaan beliau saw. sebagai Rasul
Allah dan keberadaan orang-orang
yang beriman kepada beliau a.s., firman-Nya:
قَالَ یٰقَوۡمِ اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ
کُنۡتُ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّیۡ وَ
اٰتٰىنِیۡ رَحۡمَۃً مِّنۡ عِنۡدِہٖ فَعُمِّیَتۡ عَلَیۡکُمۡ ؕ اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا
وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ ﴿﴾
Ia (Nuh) berkata:
“Hai kaumku, bagaimana pandangan kamu,
jika aku berdiri atas suatu Tanda
yang nyata dari Tuhan-ku, dan Dia
telah menganugerahkan kepadaku rahmat
dari sisi-Nya tetapi itu tetap saja
tidak jelas (samar) bagi kamu? Apakah kami akan memaksakannya kepada kamu, sedangkan kamu
tidak menyukainya? (Hūd [11]:29).
Tidak Ada Paksaan Dalam Masalah Agama
Hal menarik lainnya dari jawaban Nabi Nuh a.s. terhadap keberatan para pemuka kaumnya dalam
jawaban beliau sebelum ini adalah اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا
وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ – “Apakah
kami akan memaksakannya kepada kamu, sedangkan kamu
tidak menyukainya?”, firman-Nya:
قَالَ یٰقَوۡمِ اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ
کُنۡتُ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّیۡ وَ
اٰتٰىنِیۡ رَحۡمَۃً مِّنۡ عِنۡدِہٖ فَعُمِّیَتۡ عَلَیۡکُمۡ ؕ اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا
وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ ﴿﴾
Ia (Nuh) berkata:
“Hai kaumku, bagaimana pandangan kamu,
jika aku berdiri atas suatu Tanda
yang nyata dari Tuhan-ku, dan Dia
telah menganugerahkan kepadaku rahmat
dari sisi-Nya tetapi itu tetap saja
tidak jelas (samar) bagi kamu? Apakah
kami akan memaksakannya kepada kamu, sedangkan kamu
tidak menyukainya? (Hūd
[11]:29).
Jawaban Nabi Nuh a.s. tersebut sesuai
dengan firman Allah Swt. berikut ini dalam
Surah Nuh mengenai
sikap degil para pemuka kaumnya dan juga kaumnya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اِنَّاۤ اَرۡسَلۡنَا
نُوۡحًا اِلٰی قَوۡمِہٖۤ
اَنۡ اَنۡذِرۡ قَوۡمَکَ مِنۡ
قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾ قَالَ یٰقَوۡمِ
اِنِّیۡ لَکُمۡ نَذِیۡرٌ مُّبِیۡنٌ
ۙ﴿﴾ اَنِ اعۡبُدُوا
اللّٰہَ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَطِیۡعُوۡنِ
ۙ﴿﴾ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ
مِّنۡ ذُنُوۡبِکُمۡ وَ یُؤَخِّرۡکُمۡ اِلٰۤی
اَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ اِنَّ اَجَلَ
اللّٰہِ اِذَا جَآءَ لَا
یُؤَخَّرُ ۘ لَوۡ کُنۡتُمۡ
تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya dengan perintah: “Berilah peringatan kaum engkau sebelum
datang kepada mereka azab yang pedih.” Dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku
seorang pemberi peringatan yang nyata bagi kamu.Sembahlah
Allah oleh kamu, bertakwalah
kepada-Nya dan taatlah kepadaku, Dia akan mengampuni
kamu atas dosa-dosamu dan akan
memberi kamu tangguh hingga waktu yang telah ditentukan, sesungguhnya waktu
yang ditentukan Allah itu tidak dapat diundur lagi apabila waktu itu datang, jika kamu
mengetahui.” (Nuh [71]:1-5).
Mengenai perkataan
Nabi Nuh a.s. terhadap keberatan para pemuka kaumnya dalam
jawaban beliau sebelum ini: اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا
وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ – “Apakah kami
akan memaksakannya kepada kamu,
sedangkan kamu tidak menyukainya?” -- sesuai dengan pernyataan Allah Swt. لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ – “tidak ada paksaan dalam masalah agama” (QS.2:257).
Menolak Kebenaran yang Dikemukakan Nabi Nuh a.s.
dengan Berbagai Cara dan Kesempatan
Selanjutnya Nabi Nuh
a.s. mengemukakan mengenai kedegilan hati kaumnya terhadap kebenaran yang beliau sampai kepada mereka dengan berbagai
cara dan dalam berbagai kesempatan,
firman-Nya:
قَالَ
رَبِّ اِنِّیۡ دَعَوۡتُ قَوۡمِیۡ لَیۡلًا وَّ نَہَارًا ۙ﴿﴾ فَلَمۡ یَزِدۡہُمۡ دُعَآءِیۡۤ اِلَّا
فِرَارًا ﴿﴾ وَ اِنِّیۡ کُلَّمَا دَعَوۡتُہُمۡ لِتَغۡفِرَ لَہُمۡ جَعَلُوۡۤا اَصَابِعَہُمۡ
فِیۡۤ اٰذَانِہِمۡ وَ اسۡتَغۡشَوۡا
ثِیَابَہُمۡ وَ اَصَرُّوۡا وَ اسۡتَکۡبَرُوا اسۡتِکۡبَارًا ۚ﴿﴾ ثُمَّ اِنِّیۡ
دَعَوۡتُہُمۡ جِہَارًا ۙ﴿﴾ ثُمَّ
اِنِّیۡۤ اَعۡلَنۡتُ لَہُمۡ وَ
اَسۡرَرۡتُ لَہُمۡ اِسۡرَارًا ۙ﴿﴾ فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّکُمۡ ؕ
اِنَّہٗ کَانَ غَفَّارًا ﴿ۙ﴾ یُّرۡسِلِ
السَّمَآءَ عَلَیۡکُمۡ مِّدۡرَارًا ﴿ۙ﴾ وَّ
یُمۡدِدۡکُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ
یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ جَنّٰتٍ وَّ یَجۡعَلۡ
لَّکُمۡ اَنۡہٰرًا ﴿ؕ﴾ مَا لَکُمۡ لَا تَرۡجُوۡنَ لِلّٰہِ وَقَارًا ﴿ۚ﴾ وَ
قَدۡ خَلَقَکُمۡ اَطۡوَارًا ﴿﴾ اَلَمۡ تَرَوۡا
کَیۡفَ خَلَقَ اللّٰہُ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ
طِبَاقًا ﴿ۙ﴾ وَّ جَعَلَ الۡقَمَرَ فِیۡہِنَّ نُوۡرًا وَّ جَعَلَ الشَّمۡسَ سِرَاجًا﴿﴾ وَ اللّٰہُ اَنۡۢبَتَکُمۡ
مِّنَ الۡاَرۡضِ نَبَاتًا ﴿ۙ﴾
ثُمَّ یُعِیۡدُکُمۡ فِیۡہَا وَ یُخۡرِجُکُمۡ اِخۡرَاجًا﴿﴾ وَ اللّٰہُ جَعَلَ
لَکُمُ الۡاَرۡضَ بِسَاطًا ﴿ۙ﴾ لِّتَسۡلُکُوۡا مِنۡہَا سُبُلًا فِجَاجًا ﴿٪﴾ قَالَ نُوۡحٌ رَّبِّ اِنَّہُمۡ عَصَوۡنِیۡ وَ اتَّبَعُوۡا
مَنۡ لَّمۡ یَزِدۡہُ مَالُہٗ وَ وَلَدُہٗۤ اِلَّا خَسَارًا ﴿ۚ﴾ وَ مَکَرُوۡا
مَکۡرًا کُبَّارًا﴿ۚ﴾
Ia (Nuh) berkata: “Hai
Tuhan-ku, sesungguhnya aku telah
menyeru kaumku malam dan siang, tetapi seruanku tidak menambah mereka melainkan
lari menjauh. Dan sesungguhnya setiap kali aku berseru kepada mereka agar Engkau memaafkan mereka,
mereka memasukkan jari-jarinya ke dalam
telinganya dan menutupkan pakaian mereka, dan mereka gigih dalam kekafiran dan
mereka sangat menyom-bongkan diri. Kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka secara terang-terangan, lalu sesungguhnya aku telah menyeru secara terbuka kepada mereka dan mengimbau mereka secara sembunyi-sembunyi,
lalu aku berkata: “Mohonlah ampun kepada Tuhan kamu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Dia akan
mengirimkan atas kamu hujan dengan lebat, dan Dia
akan membantu kamu dengan harta dan anak-anak
dan Dia akan menjadikan bagimu
kebun-kebun dan akan menjadikan
bagimu sungai-sungai. Apakah yang terjadi dengan diri kamu bahwa kamu tidak mengharapkan kemuliaan dari Allah?
Dan
sungguh Dia telah menciptakan kamu dalam
beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu
melihat bagaimana Allah telah menciptakan tujuh tingkat langit dengan serasi, dan
Dia telah menjadikan bulan di
dalamnya sebagai cahaya penerang dan menjadikan
matahari sebagai pelita? Dan Allah
telah menumbuhkan kamu dari bumi dengan sebaik-baik pertumbuhan, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalamnya, dan
Dia mengeluarkan kamu dengan sebenar-benar pengeluaran. Dan Allah
telah menjadikan bagi kamu bumi sebagai hamparan, supaya kamu
berjalan di jalan-jalannya yang luas.” (Nuh [71]:6-21).
Sikap degil
kaum Nabi Nuh a.s. tersebut sesuai dengan sikap
buruk orang-orang kafir penentang
para Rasul Allah di setiap zaman, orang-orang
kafir tersebut yang telah “menutup
rapat” hati dan semua inderanya dari
menerima haq (kebenaran) yang
dikemukakan kepada mereka, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا سَوَآءٌ عَلَیۡہِمۡ
ءَاَنۡذَرۡتَہُمۡ اَمۡ لَمۡ تُنۡذِرۡہُمۡ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ خَتَمَ اللّٰہُ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ وَ عَلٰی سَمۡعِہِمۡ
ؕ وَ عَلٰۤی اَبۡصَارِہِمۡ غِشَاوَۃٌ ۫
وَّ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ٪﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang kafir sama saja bagi mereka,
apakah engkau memperingatkan mereka
atau pun engkau tidak pernah
memperingatkan mereka, mereka tidak
akan beriman. Allah telah mencap hati mereka
dan pendengaran mereka, sedangkan pada penglihatan mereka
ada tutupan, dan bagi mereka
ada siksaan yang amat besar. (Al-Baqarah [2]:7-8).
Membanggakan Banyaknya
Harta Kekayaan Duniawi
dan Keturunan
Lebih jauh Nabi Nuh a.s. mengemukakan
alasan kedegilan hati kaumnya
tersebut, firman-Nya:
قَالَ
نُوۡحٌ رَّبِّ اِنَّہُمۡ عَصَوۡنِیۡ وَ
اتَّبَعُوۡا مَنۡ لَّمۡ یَزِدۡہُ مَالُہٗ وَ وَلَدُہٗۤ اِلَّا خَسَارًا ﴿ۚ﴾ وَ مَکَرُوۡا
مَکۡرًا کُبَّارًا ﴿ۚ﴾ وَ قَالُوۡا لَا تَذَرُنَّ اٰلِہَتَکُمۡ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّ لَا
سُوَاعًا ۬ۙ وَّ لَا یَغُوۡثَ وَ یَعُوۡقَ وَ نَسۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ قَدۡ اَضَلُّوۡا کَثِیۡرًا ۬ۚ وَ لَا تَزِدِ الظّٰلِمِیۡنَ اِلَّا ضَلٰلًا ﴿﴾ مِمَّا
خَطِیۡٓــٰٔتِہِمۡ اُغۡرِقُوۡا
فَاُدۡخِلُوۡا نَارًا ۬ۙ فَلَمۡ
یَجِدُوۡا لَہُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَنۡصَارًا ﴿﴾
Nuh berkata: “Hai Tuhan-ku, sesungguhnya mereka telah mendurhakai aku, dan mengikuti orang-orang yang tidak menambah kepadanya hartanya dan keturunannya selain kerugian, dan mereka
telah merencanakan makar buruk yang besar, dan mereka berkata: ”Janganlah kamu meninggalkan tuhan-tuhanmu, dan janganlah meninggalkan Wadd dan jangan pula Suwa’, dan jangan
pula Yaghuts, Ya’uq dan Nasr”, dan sungguh mereka
telah menyesatkan banyak orang, dan Engkau
tidak akan menambah bagi orang-orang
zalim kecuali kesesatan.” Disebabkan dosa-dosa
mereka, mereka ditenggelamkan dan
dimasukkan ke dalam Api, dan mereka tidak mendapati bagi mereka
penolong-penolong selain Allah. (Nuh
[71]:22-26).
Perkataan Nabi Nuh
a.s. mengenai harta kekayaan kaumnya
tersebut memperjelas mengapa para pemuka kaum Nabi Nuh a.s. tersebut
telah menganggap rendah (hina) orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh
a.s., dalam firman-Nya berikut ini:
وَ لَقَدۡ
اَرۡسَلۡنَا نُوۡحًا اِلٰی قَوۡمِہٖۤ ۫ اِنِّیۡ لَکُمۡ نَذِیۡرٌ
مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ﴾ اَنۡ لَّا
تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّا اللّٰہَ ؕ اِنِّیۡۤ
اَخَافُ عَلَیۡکُمۡ عَذَابَ یَوۡمٍ
اَلِیۡمٍ ﴿﴾ فَقَالَ الۡمَلَاُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَوۡمِہٖ
مَا نَرٰىکَ اِلَّا بَشَرًا مِّثۡلَنَا وَ مَا نَرٰىکَ اتَّبَعَکَ اِلَّا
الَّذِیۡنَ ہُمۡ اَرَاذِلُنَا بَادِیَ الرَّاۡیِ ۚ وَ مَا نَرٰی لَکُمۡ عَلَیۡنَا مِنۡ فَضۡلٍۭ بَلۡ
نَظُنُّکُمۡ کٰذِبِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah
mengutus Nuh kepada kaumnya, ia berkata: “Sesungguhnya aku bagi kamu pemberi peringatan yang nyata,
bahwa janganlah kamu menyembah kecuali
Allah, sesungguhnya aku takut atas
kamu ditimpa azab Hari yang sangat pedih.” Maka pemuka-pemuka yang kafir dari
kalangan kaumnya berkata: “Kami sama sekali tidak memandang engkau melainkan seorang manusia seperti kami, dan kami
sama sekali tidak melihat mereka yang mengikuti engkau melainkan orang-orang yang keadaan lahirnya paling
hina di antara kami. Dan tidak kami
lihat pada kamu suatu pun kelebihan atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah pendusta.” (Hūd [11]:26-28).
Terhadap pendapat para pemuka kaum Nabi Nuh a.s. yang takabur tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai Nabi Nuh
a.s.:
قَالَ
یٰقَوۡمِ اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ کُنۡتُ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّیۡ وَ اٰتٰىنِیۡ رَحۡمَۃً مِّنۡ عِنۡدِہٖ
فَعُمِّیَتۡ عَلَیۡکُمۡ ؕ اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ ﴿﴾ وَ
یٰقَوۡمِ لَاۤ اَسۡئَلُکُمۡ عَلَیۡہِ
مَالًا ؕ اِنۡ اَجۡرِیَ اِلَّا عَلَی اللّٰہِ وَ مَاۤ اَنَا بِطَارِدِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ
اِنَّہُمۡ مُّلٰقُوۡا رَبِّہِمۡ وَ لٰکِنِّیۡۤ
اَرٰىکُمۡ قَوۡمًا تَجۡہَلُوۡنَ﴿﴾ وَ یٰقَوۡمِ مَنۡ
یَّنۡصُرُنِیۡ مِنَ اللّٰہِ اِنۡ
طَرَدۡتُّہُمۡ ؕ اَفَلَا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَاۤ
اَقُوۡلُ لَکُمۡ عِنۡدِیۡ خَزَآئِنُ اللّٰہِ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ
الۡغَیۡبَ وَ لَاۤ اَقُوۡلُ اِنِّیۡ مَلَکٌ وَّ لَاۤ اَقُوۡلُ لِلَّذِیۡنَ تَزۡدَرِیۡۤ
اَعۡیُنُکُمۡ لَنۡ یُّؤۡتِیَہُمُ
اللّٰہُ خَیۡرًا ؕ اَللّٰہُ
اَعۡلَمُ بِمَا فِیۡۤ اَنۡفُسِہِمۡ ۚۖ اِنِّیۡۤ اِذًا لَّمِنَ
الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Ia (Nuh) berkata: “Hai kaumku, bagaimana pandangan kamu, jika aku
berdiri atas suatu Tanda yang nyata dari Tuhan-ku, dan Dia telah menganugerahkan kepadaku rahmat dari sisi-Nya tetapi itu tetap saja tidak jelas (samar)
bagi kamu? Apakah kami akan memaksakannya kepadamu, sedangkan kamu
tidak menyukainya? Dan hai kaumku, aku tidak meminta harta
kepada kamu sebagai balasannya, ganjaranku
hanyalah pada Allah. Dan aku
sama sekali tidak akan mengusir orang yang telah ber-iman, sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya,
tetapi tetapi aku memandang kamu sebagai
suatu kaum yang berbuat kejahilan. Dan hai kaumku, siapakah yang dapat menolongku dari hukuman Allah jika aku mengusir mereka? Apakah kamu tidak
mau mengambil pelajaran? Dan
tidak pula aku berkata kepada kamu: “Padaku ada khazanah dari Allah,” tidak pula aku mengetahui yang gaib dan tidak pula aku mengatakan: “Sesungguhnya aku malaikat.” Dan tidak
pula aku mengatakan mengenai orang-orang
yang dipandang hina oleh mata kamu: “Allah
tidak akan pernah memberikan kebaikan apa pun kepada mereka.” Allah lebih mengetahui yang ada dalam diri
mereka, sesungguhnya jika demikian
niscaya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Hūd [11]:29-32).
“Akan Bertemu dengan Tuhan
Mereka”
Jawaban Nabi Nuh a.s. selanjutnya terhadap
keberatan kaumnya terhadap pendakwaan beliau dan keadaan orang-orang yang beriman kepada beliau
adalah:
وَ یٰقَوۡمِ
لَاۤ اَسۡئَلُکُمۡ عَلَیۡہِ مَالًا ؕ
اِنۡ اَجۡرِیَ اِلَّا عَلَی اللّٰہِ وَ مَاۤ اَنَا بِطَارِدِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ
اِنَّہُمۡ مُّلٰقُوۡا رَبِّہِمۡ وَ لٰکِنِّیۡۤ
اَرٰىکُمۡ قَوۡمًا تَجۡہَلُوۡنَ﴿﴾
Dan hai kaumku, aku tidak
meminta harta kepada kamu sebagai
balasannya, ganjaranku hanyalah pada Allah. Dan aku
sama sekali tidak akan mengusir orang yang telah beriman, sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya,
tetapi tetapi aku memandang kamu sebagai
suatu kaum yang berbuat kejahilan. (Hūd [11]:30).
Yakni, Nabi Nuh a.s.
memberi jaminan kepada kaumnya yang bangga
dengan harta kekayaannya serta
keturunannya, bahwa:
(1) beliau sama sekali tidak akan meminta upah (ganjaran) harta duniawi dari mereka atas penyampaian da’wah beliau kepada mereka, sehingga mereka tidak perlu ketakutan bahwa harta kekayaan mereka akan berkurang, sebab ganjaran beliau hanya
pada Allah Swt. yang telah mengutus beliau kepada mereka.
(2) kalau keberadaan orang-orang beriman yang beserta beliau – yang dalam pandangan kaumnya mereka itu dalam segala seginya adalah orang-orang
yang lemah dalam pandangan duniawi
mereka -- وَ مَا نَرٰىکَ اتَّبَعَکَ
اِلَّا الَّذِیۡنَ ہُمۡ اَرَاذِلُنَا بَادِیَ الرَّاۡیِ (dan kami sama sekali tidak melihat mereka yang
mengikuti engkau melainkan orang-orang
yang keadaan lahirnya paling hina di antara kami” - QS.11:28) – namun demikian Nabi Nuh a.s. tidak akan pernah mengucilkan
apalagi mengusir mereka agar tidak
menjadi halangan bagi para pemuka
kaumnya untuk beriman kepada beliau,
sebab:
ؕ اِنَّہُمۡ مُّلٰقُوۡا
رَبِّہِمۡ وَ لٰکِنِّیۡۤ اَرٰىکُمۡ قَوۡمًا تَجۡہَلُوۡنَ﴿﴾
“sesungguhnya mereka akan
bertemu dengan Tuhannya, tetapi tetapi aku
memandang kamu sebagai suatu kaum yang berbuat kejahilan.” (Hūd [11]:30).
Doa Nabi Nuh
a.s. Mengenai Kaumnya yang Durhaka
Jawaban Nabi Nuh a.s. selanjutnya terhadap keberatan dan tuntutan para pemuka kaumnya yang takabur yang bersifat duniawi berkenaan dengan keadaan orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh a.s. tersebut adalah:
وَ یٰقَوۡمِ مَنۡ یَّنۡصُرُنِیۡ مِنَ
اللّٰہِ اِنۡ طَرَدۡتُّہُمۡ ؕ اَفَلَا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَاۤ
اَقُوۡلُ لَکُمۡ عِنۡدِیۡ خَزَآئِنُ اللّٰہِ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ
الۡغَیۡبَ وَ لَاۤ اَقُوۡلُ اِنِّیۡ مَلَکٌ وَّ لَاۤ اَقُوۡلُ لِلَّذِیۡنَ تَزۡدَرِیۡۤ
اَعۡیُنُکُمۡ لَنۡ یُّؤۡتِیَہُمُ
اللّٰہُ خَیۡرًا ؕ اَللّٰہُ
اَعۡلَمُ بِمَا فِیۡۤ اَنۡفُسِہِمۡ ۚۖ اِنِّیۡۤ اِذًا لَّمِنَ
الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan hai kaumku, siapakah
yang dapat menolongku dari hukuman Allah jika aku mengusir mereka? Apakah kamu tidak mau mengambil
pelajaran? Dan tidak
pula aku berkata kepada kamu: “Padaku
ada khazanah dari Allah,” tidak pula aku
mengetahui yang gaib dan tidak pula aku mengatakan: “Sesungguhnya aku malaikat.” Dan tidak pula aku mengatakan mengenai orang-orang yang dipandang hina
oleh mata kamu: “Allah tidak akan
pernah memberikan kebaikan apa pun kepada mereka.” Allah lebih mengetahui yang ada dalam diri mereka, sesungguhnya jika demikian niscaya aku termasuk
orang-orang yang zalim.” (Hūd [11]:31-32).
Kembali
kepada Surah Nuh, setelah mengemukakan berbagai kejahilan dan kezaliman kaumnya yang takabur
tersebut, selanjutnya Nabi Nuh a.s. mengemukakan pendangannya mengenai mereka itu, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَا تَذَرُنَّ اٰلِہَتَکُمۡ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّ لَا
سُوَاعًا ۬ۙ وَّ لَا یَغُوۡثَ وَ یَعُوۡقَ وَ نَسۡرًا ﴿ۚ﴾ وَ قَدۡ اَضَلُّوۡا کَثِیۡرًا ۬ۚ وَ لَا تَزِدِ
الظّٰلِمِیۡنَ اِلَّا ضَلٰلًا ﴿﴾ مِمَّا
خَطِیۡٓــٰٔتِہِمۡ اُغۡرِقُوۡا
فَاُدۡخِلُوۡا نَارًا ۬ۙ فَلَمۡ یَجِدُوۡا لَہُمۡ
مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَنۡصَارًا ﴿﴾
Dan Nuh berkata: “Hai Tuhan-ku, janganlah Engkau membiarkan di atas bumi penghuni dari kalangan
orang-orang kafir, sesungguhnya jika
Engkau membiarkan mereka, mereka akan menyesatkan hamba-hamba Engkau dan mereka tidak akan melahirkan kecuali
orang-orang berdosa lagi kafir. Hai Tuhan-ku, ampunilah aku serta ibu-bapakku,
dan yang memasuki rumahku sebagai orang
beriman, serta orang-orang beriman
laki-laki dan perempuan. Dan Engkau tidak menambahkan kepada
orang-orang zalim kecuali kebinasaan.” (Nuh
[71]:27-29).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar