Senin, 27 Mei 2013

Tidak Ada Paksaan Dalam Agama & Hakikat Doa Nabi Nuh a.s. Mengenai Kaumnya yang Durhaka




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 129


      Tidak Ada Paksaan Dalam Agama & Hakikat Doa Nabi Nuh a.s. Mengenai Kaumnya yang Durhaka 

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan    jawaban Nabi Nuh a.s. terhadap berbagai keberatan para pemuka kaumnya tentang  pendakwaan beliau saw. sebagai Rasul Allah dan keberadaan  orang-orang  yang beriman kepada beliau a.s., firman-Nya:
قَالَ یٰقَوۡمِ اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ کُنۡتُ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّیۡ  وَ اٰتٰىنِیۡ رَحۡمَۃً مِّنۡ عِنۡدِہٖ فَعُمِّیَتۡ عَلَیۡکُمۡ ؕ اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ ﴿﴾ 
Ia (Nuh) berkata: “Hai kaumku, bagaimana pandangan kamu, jika aku berdiri atas suatu Tanda yang nyata dari Tuhan-ku, dan Dia telah menganugerahkan  kepadaku rahmat dari sisi-Nya tetapi itu tetap saja tidak jelas (samar) bagi kamu? Apakah kami akan memaksakannya  kepada kamu, sedangkan  kamu tidak menyukainya? (Hūd [11]:29).

Tidak Ada Paksaan Dalam Masalah Agama

    Hal menarik lainnya dari jawaban Nabi Nuh a.s. terhadap keberatan para pemuka kaumnya dalam jawaban beliau sebelum ini adalah  اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ – “Apakah  kami akan memaksakannya  kepada kamu, sedangkan  kamu tidak menyukainya?”, firman-Nya:
قَالَ یٰقَوۡمِ اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ کُنۡتُ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّیۡ  وَ اٰتٰىنِیۡ رَحۡمَۃً مِّنۡ عِنۡدِہٖ فَعُمِّیَتۡ عَلَیۡکُمۡ ؕ اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ ﴿﴾ 
Ia (Nuh) berkata: “Hai kaumku, bagaimana pandangan kamu, jika aku berdiri atas suatu Tanda yang nyata dari Tuhan-ku, dan Dia telah menganugerahkan  kepadaku rahmat dari sisi-Nya tetapi itu tetap saja tidak jelas (samar) bagi kamu? Apakah  kami akan memaksakannya  kepada kamu, sedangkan  kamu tidak menyukainya?   (Hūd [11]:29).
    Jawaban Nabi Nuh a.s. tersebut sesuai dengan firman Allah Swt. berikut ini  dalam Surah   Nuh   mengenai sikap degil para pemuka kaumnya dan juga kaumnya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اِنَّاۤ   اَرۡسَلۡنَا  نُوۡحًا  اِلٰی  قَوۡمِہٖۤ  اَنۡ  اَنۡذِرۡ قَوۡمَکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾   قَالَ یٰقَوۡمِ   اِنِّیۡ  لَکُمۡ نَذِیۡرٌ مُّبِیۡنٌ ۙ﴿﴾   اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَطِیۡعُوۡنِ ۙ﴿﴾   یَغۡفِرۡ لَکُمۡ مِّنۡ ذُنُوۡبِکُمۡ وَ یُؤَخِّرۡکُمۡ اِلٰۤی  اَجَلٍ مُّسَمًّی ؕ اِنَّ  اَجَلَ اللّٰہِ  اِذَا جَآءَ  لَا  یُؤَخَّرُ ۘ لَوۡ  کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾    
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya dengan perintah:Berilah peringatan kaum engkau sebelum datang kepada mereka azab yang pedih.” Dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata bagi kamu.Sembahlah Allah oleh kamu, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku,  Dia akan mengampuni kamu atas dosa-dosamu dan akan memberi kamu tangguh  hingga waktu yang telah  ditentukan, sesungguhnya   waktu yang ditentukan Allah itu  tidak dapat diundur lagi apabila waktu itu datang, jika kamu mengetahui.” (Nuh [71]:1-5).
       Mengenai perkataan Nabi Nuh a.s.   terhadap keberatan para pemuka kaumnya dalam jawaban beliau sebelum ini:    اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ – “Apakah  kami akan memaksakannya  kepada kamu, sedangkan  kamu tidak menyukainya?”  -- sesuai dengan pernyataan Allah Swt. لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ  – “tidak ada paksaan dalam masalah agama” (QS.2:257). 

Menolak Kebenaran yang Dikemukakan Nabi  Nuh a.s.
dengan Berbagai Cara dan Kesempatan

     Selanjutnya Nabi Nuh a.s.  mengemukakan mengenai kedegilan hati kaumnya terhadap kebenaran yang beliau sampai  kepada mereka dengan  berbagai cara dan dalam berbagai kesempatan, firman-Nya:
قَالَ  رَبِّ  اِنِّیۡ  دَعَوۡتُ قَوۡمِیۡ لَیۡلًا وَّ نَہَارًا ۙ﴿﴾   فَلَمۡ   یَزِدۡہُمۡ دُعَآءِیۡۤ   اِلَّا  فِرَارًا ﴿﴾  وَ  اِنِّیۡ کُلَّمَا دَعَوۡتُہُمۡ  لِتَغۡفِرَ لَہُمۡ جَعَلُوۡۤا  اَصَابِعَہُمۡ  فِیۡۤ  اٰذَانِہِمۡ وَ اسۡتَغۡشَوۡا ثِیَابَہُمۡ وَ اَصَرُّوۡا وَ اسۡتَکۡبَرُوا اسۡتِکۡبَارًا ۚ﴿﴾  ثُمَّ   اِنِّیۡ  دَعَوۡتُہُمۡ  جِہَارًا ۙ﴿﴾   ثُمَّ  اِنِّیۡۤ  اَعۡلَنۡتُ لَہُمۡ وَ اَسۡرَرۡتُ لَہُمۡ اِسۡرَارًا ۙ﴿﴾   فَقُلۡتُ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّکُمۡ ؕ اِنَّہٗ کَانَ غَفَّارًا ﴿ۙ﴾  یُّرۡسِلِ السَّمَآءَ عَلَیۡکُمۡ  مِّدۡرَارًا ﴿ۙ﴾   وَّ یُمۡدِدۡکُمۡ  بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ  جَنّٰتٍ وَّ یَجۡعَلۡ لَّکُمۡ  اَنۡہٰرًا ﴿ؕ﴾   مَا  لَکُمۡ لَا تَرۡجُوۡنَ لِلّٰہِ  وَقَارًا  ﴿ۚ﴾  وَ  قَدۡ خَلَقَکُمۡ   اَطۡوَارًا ﴿﴾   اَلَمۡ تَرَوۡا کَیۡفَ خَلَقَ اللّٰہُ  سَبۡعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًا ﴿ۙ﴾  وَّ جَعَلَ الۡقَمَرَ فِیۡہِنَّ  نُوۡرًا وَّ جَعَلَ الشَّمۡسَ سِرَاجًا﴿﴾  وَ اللّٰہُ  اَنۡۢبَتَکُمۡ  مِّنَ الۡاَرۡضِ نَبَاتًا ﴿ۙ﴾  ثُمَّ یُعِیۡدُکُمۡ فِیۡہَا وَ یُخۡرِجُکُمۡ اِخۡرَاجًا﴿﴾  وَ اللّٰہُ  جَعَلَ  لَکُمُ الۡاَرۡضَ بِسَاطًا ﴿ۙ﴾  لِّتَسۡلُکُوۡا مِنۡہَا سُبُلًا  فِجَاجًا ﴿٪﴾ قَالَ نُوۡحٌ  رَّبِّ اِنَّہُمۡ عَصَوۡنِیۡ وَ اتَّبَعُوۡا مَنۡ لَّمۡ  یَزِدۡہُ  مَالُہٗ وَ وَلَدُہٗۤ  اِلَّا خَسَارًا ﴿ۚ﴾   وَ مَکَرُوۡا مَکۡرًا کُبَّارًا﴿ۚ﴾ 
 Ia (Nuh) berkata: “Hai Tuhan-ku, sesungguhnya aku telah menyeru  kaumku malam dan siang,  tetapi  seruanku tidak menambah mereka melainkan lari menjauh.  Dan sesungguhnya setiap kali aku berseru kepada mereka agar Engkau memaafkan mereka, mereka memasukkan jari-jarinya ke dalam telinganya  dan menutupkan pakaian mereka, dan mereka gigih dalam kekafiran dan mereka sangat menyom-bongkan diri.  Kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka secara terang-terangan,  lalu sesungguhnya aku telah menyeru  secara terbuka kepada mereka dan mengimbau mereka secara sembunyi-sembunyi, lalu   aku berkata: “Mohonlah ampun kepada Tuhan kamu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Dia akan mengirimkan atas kamu hujan dengan lebat,  dan Dia akan membantu kamu dengan harta dan anak-anak dan Dia akan menjadikan bagimu kebun-kebun dan akan menjadikan bagimu sungai-sungai. Apakah yang terjadi dengan diri kamu bahwa kamu tidak mengharapkan kemuliaan dari Allah?  Dan  sungguh  Dia telah menciptakan kamu dalam  beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah telah menciptakan tujuh  tingkat langit  dengan serasi,   dan  Dia telah menjadikan bulan di dalamnya sebagai cahaya penerang  dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah telah menumbuhkan kamu dari bumi dengan sebaik-baik pertumbuhan, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalamnya, dan Dia mengeluarkan kamu  dengan sebenar-benar pengeluaran.  Dan Allah telah menjadikan bagi kamu bumi sebagai hamparan,  supaya kamu berjalan di jalan-jalannya yang luas.” (Nuh [71]:6-21).
      Sikap degil kaum Nabi Nuh a.s. tersebut sesuai dengan sikap buruk orang-orang kafir penentang para Rasul Allah di setiap zaman, orang-orang kafir tersebut yang telah “menutup rapat” hati dan semua inderanya dari menerima haq (kebenaran) yang dikemukakan kepada mereka, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اِنَّ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا سَوَآءٌ  عَلَیۡہِمۡ ءَاَنۡذَرۡتَہُمۡ  اَمۡ  لَمۡ  تُنۡذِرۡہُمۡ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ خَتَمَ اللّٰہُ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ وَ عَلٰی سَمۡعِہِمۡ ؕ  وَ عَلٰۤی اَبۡصَارِہِمۡ غِشَاوَۃٌ ۫ وَّ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ٪﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang  kafir  sama saja bagi mereka, apakah   engkau memperingatkan mereka atau pun engkau tidak pernah memperingatkan mereka, mereka tidak akan beriman.  Allah  telah mencap  hati mereka dan pendengaran mereka, sedangkan pada penglihatan  mereka   ada tutupan, dan bagi mereka ada siksaan yang amat besar. (Al-Baqarah [2]:7-8).

Membanggakan  Banyaknya  Harta Kekayaan Duniawi 
dan  Keturunan  

      Lebih jauh Nabi Nuh a.s. mengemukakan alasan kedegilan hati kaumnya tersebut, firman-Nya:
قَالَ نُوۡحٌ  رَّبِّ اِنَّہُمۡ عَصَوۡنِیۡ وَ اتَّبَعُوۡا مَنۡ لَّمۡ  یَزِدۡہُ  مَالُہٗ وَ وَلَدُہٗۤ  اِلَّا خَسَارًا ﴿ۚ﴾   وَ مَکَرُوۡا مَکۡرًا کُبَّارًا ﴿ۚ﴾  وَ قَالُوۡا لَا تَذَرُنَّ  اٰلِہَتَکُمۡ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّ لَا سُوَاعًا ۬ۙ وَّ لَا یَغُوۡثَ وَ یَعُوۡقَ وَ نَسۡرًا ﴿ۚ﴾  وَ قَدۡ  اَضَلُّوۡا کَثِیۡرًا ۬ۚ وَ لَا تَزِدِ الظّٰلِمِیۡنَ  اِلَّا ضَلٰلًا ﴿﴾  مِمَّا خَطِیۡٓــٰٔتِہِمۡ  اُغۡرِقُوۡا فَاُدۡخِلُوۡا نَارًا ۬ۙ  فَلَمۡ یَجِدُوۡا  لَہُمۡ  مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَنۡصَارًا ﴿﴾
Nuh berkata: “Hai Tuhan-ku,   sesungguhnya mereka telah mendurhakai aku, dan mengikuti orang-orang yang tidak menambah kepadanya hartanya dan keturunannya selain kerugian,  dan mereka telah merencanakan makar buruk yang besar,   dan mereka berkata:  Janganlah kamu meninggalkan tuhan-tuhanmu, dan janganlah meninggalkan Wadd dan jangan pula Suwa’, dan jangan pula Yaghuts, Ya’uq dan Nasr”,  dan sungguh  mereka telah menyesatkan banyak orang, dan Engkau tidak akan menambah bagi orang-orang zalim kecuali kesesatan.”  Disebabkan  dosa-dosa mereka, mereka ditenggelamkan dan dimasukkan ke dalam Api, dan mereka tidak mendapati bagi mereka penolong-penolong selain Allah. (Nuh [71]:22-26).
   Perkataan Nabi Nuh a.s. mengenai harta kekayaan  kaumnya  tersebut memperjelas mengapa para pemuka kaum Nabi Nuh a.s. tersebut telah menganggap rendah (hina) orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh a.s.,  dalam firman-Nya berikut ini:
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَا نُوۡحًا اِلٰی قَوۡمِہٖۤ ۫ اِنِّیۡ لَکُمۡ  نَذِیۡرٌ  مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ﴾  اَنۡ  لَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّا اللّٰہَ ؕ اِنِّیۡۤ  اَخَافُ عَلَیۡکُمۡ  عَذَابَ  یَوۡمٍ  اَلِیۡمٍ ﴿﴾  فَقَالَ الۡمَلَاُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَوۡمِہٖ مَا نَرٰىکَ اِلَّا بَشَرًا مِّثۡلَنَا وَ مَا نَرٰىکَ اتَّبَعَکَ اِلَّا الَّذِیۡنَ ہُمۡ اَرَاذِلُنَا بَادِیَ الرَّاۡیِ ۚ وَ مَا نَرٰی لَکُمۡ  عَلَیۡنَا مِنۡ فَضۡلٍۭ  بَلۡ  نَظُنُّکُمۡ  کٰذِبِیۡنَ ﴿﴾ 
Dan  sungguh  Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, ia berkata: “Sesungguhnya aku bagi kamu pemberi peringatan yang nyata, bahwa janganlah kamu menyembah kecuali Allah, sesungguhnya aku takut atas kamu ditimpa azab Hari yang sangat pedih.  Maka   pemuka-pemuka yang kafir dari kalangan kaumnya berkata: “Kami sama sekali tidak memandang engkau melainkan seorang manusia seperti kami, dan  kami sama sekali tidak melihat mereka yang mengikuti engkau melainkan orang-orang yang keadaan lahirnya  paling hina di antara kami. Dan tidak kami lihat pada kamu suatu pun kelebihan atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah pendusta.” (Hūd [11]:26-28).
     Terhadap pendapat para pemuka kaum Nabi Nuh a.s. yang takabur tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai Nabi Nuh a.s.:
قَالَ یٰقَوۡمِ اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ کُنۡتُ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّیۡ  وَ اٰتٰىنِیۡ رَحۡمَۃً مِّنۡ عِنۡدِہٖ فَعُمِّیَتۡ عَلَیۡکُمۡ ؕ اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ ﴿﴾ وَ یٰقَوۡمِ لَاۤ  اَسۡئَلُکُمۡ عَلَیۡہِ مَالًا ؕ اِنۡ  اَجۡرِیَ   اِلَّا عَلَی اللّٰہِ وَ مَاۤ  اَنَا بِطَارِدِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ اِنَّہُمۡ مُّلٰقُوۡا  رَبِّہِمۡ  وَ لٰکِنِّیۡۤ  اَرٰىکُمۡ قَوۡمًا تَجۡہَلُوۡنَ﴿﴾  وَ یٰقَوۡمِ مَنۡ یَّنۡصُرُنِیۡ مِنَ اللّٰہِ  اِنۡ طَرَدۡتُّہُمۡ ؕ اَفَلَا   تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَاۤ   اَقُوۡلُ  لَکُمۡ  عِنۡدِیۡ خَزَآئِنُ اللّٰہِ وَ لَاۤ  اَعۡلَمُ  الۡغَیۡبَ وَ لَاۤ  اَقُوۡلُ  اِنِّیۡ مَلَکٌ وَّ لَاۤ  اَقُوۡلُ لِلَّذِیۡنَ تَزۡدَرِیۡۤ اَعۡیُنُکُمۡ  لَنۡ  یُّؤۡتِیَہُمُ  اللّٰہُ خَیۡرًا ؕ اَللّٰہُ  اَعۡلَمُ  بِمَا فِیۡۤ  اَنۡفُسِہِمۡ ۚۖ اِنِّیۡۤ  اِذًا لَّمِنَ  الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Ia (Nuh) berkata: “Hai kaumku, bagaimana pandangan kamu, jika aku berdiri atas suatu Tanda yang nyata dari Tuhan-ku, dan Dia telah menganugerahkan  kepadaku rahmat dari sisi-Nya tetapi itu tetap saja tidak jelas (samar) bagi kamu? Apakah  kami akan memaksakannya  kepadamu, sedangkan  kamu tidak menyukainya?   Dan hai kaumku, aku tidak meminta   harta kepada kamu sebagai balasannya, ganjaranku hanyalah  pada Allah. Dan  aku sama sekali tidak akan mengusir orang yang telah ber-iman, sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, tetapi tetapi aku memandang kamu sebagai suatu kaum yang berbuat kejahilan. Dan hai kaumku, siapakah yang dapat menolongku dari hukuman Allah jika aku mengusir mereka? Apakah kamu tidak  mau mengambil pelajaran?   Dan  tidak pula aku berkata kepada kamu: “Padaku ada khazanah dari Allah,” tidak pula aku mengetahui yang gaib dan tidak pula aku mengatakan: “Sesungguhnya aku malaikat.” Dan tidak pula aku mengatakan mengenai orang-orang yang dipandang hina oleh mata kamu: “Allah tidak akan pernah memberikan kebaikan apa pun kepada mereka.” Allah lebih mengetahui yang ada dalam diri mereka, sesungguhnya jika demikian niscaya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Hūd [11]:29-32).

“Akan Bertemu dengan Tuhan Mereka”

  Jawaban Nabi Nuh a.s. selanjutnya terhadap keberatan kaumnya terhadap pendakwaan beliau dan keadaan orang-orang yang beriman kepada beliau adalah:
وَ یٰقَوۡمِ لَاۤ  اَسۡئَلُکُمۡ عَلَیۡہِ مَالًا ؕ اِنۡ  اَجۡرِیَ   اِلَّا عَلَی اللّٰہِ وَ مَاۤ  اَنَا بِطَارِدِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ اِنَّہُمۡ مُّلٰقُوۡا  رَبِّہِمۡ  وَ لٰکِنِّیۡۤ  اَرٰىکُمۡ قَوۡمًا تَجۡہَلُوۡنَ﴿﴾ 
Dan hai kaumku, aku tidak meminta  harta kepada kamu sebagai balasannya, ganjaranku hanyalah  pada Allah. Dan  aku sama sekali tidak akan mengusir orang yang telah beriman, sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, tetapi tetapi aku memandang kamu sebagai suatu kaum yang berbuat kejahilan. (Hūd [11]:30).
    Yakni, Nabi Nuh a.s. memberi jaminan kepada kaumnya  yang bangga dengan harta kekayaannya serta keturunannya, bahwa:
     (1) beliau sama sekali tidak akan meminta upah (ganjaran) harta duniawi dari mereka atas penyampaian da’wah beliau kepada mereka, sehingga mereka tidak perlu ketakutan bahwa harta kekayaan mereka akan berkurang, sebab ganjaran beliau hanya pada Allah Swt. yang telah mengutus beliau kepada mereka.
     (2) kalau keberadaan orang-orang beriman yang beserta  beliau – yang dalam pandangan kaumnya mereka itu dalam segala seginya   adalah orang-orang yang lemah dalam pandangan duniawi mereka --      وَ مَا نَرٰىکَ اتَّبَعَکَ اِلَّا الَّذِیۡنَ ہُمۡ اَرَاذِلُنَا بَادِیَ الرَّاۡیِ  (dan  kami sama sekali tidak melihat mereka yang mengikuti engkau melainkan orang-orang yang keadaan lahirnya  paling hina di antara kami” -  QS.11:28) – namun demikian  Nabi Nuh a.s. tidak akan pernah    mengucilkan  apalagi mengusir mereka  agar tidak menjadi halangan bagi para pemuka kaumnya untuk beriman kepada beliau, sebab:
ؕ اِنَّہُمۡ مُّلٰقُوۡا  رَبِّہِمۡ  وَ لٰکِنِّیۡۤ  اَرٰىکُمۡ قَوۡمًا تَجۡہَلُوۡنَ﴿﴾
“sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, tetapi tetapi aku memandang kamu sebagai suatu kaum yang berbuat kejahilan.”  (Hūd [11]:30).

Doa Nabi Nuh a.s. Mengenai Kaumnya yang Durhaka

      Jawaban  Nabi Nuh a.s. selanjutnya terhadap keberatan dan tuntutan para pemuka kaumnya yang takabur  yang bersifat duniawi berkenaan dengan keadaan orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh a.s. tersebut adalah:
  وَ یٰقَوۡمِ مَنۡ یَّنۡصُرُنِیۡ مِنَ اللّٰہِ  اِنۡ طَرَدۡتُّہُمۡ ؕ اَفَلَا   تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَاۤ   اَقُوۡلُ  لَکُمۡ  عِنۡدِیۡ خَزَآئِنُ اللّٰہِ وَ لَاۤ  اَعۡلَمُ  الۡغَیۡبَ وَ لَاۤ  اَقُوۡلُ  اِنِّیۡ مَلَکٌ وَّ لَاۤ  اَقُوۡلُ لِلَّذِیۡنَ تَزۡدَرِیۡۤ اَعۡیُنُکُمۡ  لَنۡ  یُّؤۡتِیَہُمُ  اللّٰہُ خَیۡرًا ؕ اَللّٰہُ  اَعۡلَمُ  بِمَا فِیۡۤ  اَنۡفُسِہِمۡ ۚۖ اِنِّیۡۤ  اِذًا لَّمِنَ  الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
 Dan hai kaumku, siapakah yang dapat menolongku dari hukuman Allah jika aku mengusir mereka? Apakah kamu tidak  mau mengambil pelajaran?   Dan  tidak pula aku berkata kepada kamu: “Padaku ada khazanah dari Allah,” tidak pula aku mengetahui yang gaib dan tidak pula aku mengatakan: “Sesungguhnya aku malaikat.” Dan tidak pula aku mengatakan mengenai orang-orang yang dipandang hina oleh mata kamu: “Allah tidak akan pernah memberikan kebaikan apa pun kepada mereka.” Allah lebih mengetahui yang ada dalam diri mereka, sesungguhnya jika demikian niscaya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Hūd [11]:31-32).
     Kembali kepada Surah Nuh,  setelah mengemukakan berbagai kejahilan dan kezaliman kaumnya yang takabur tersebut, selanjutnya Nabi Nuh a.s. mengemukakan pendangannya mengenai mereka itu, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَا تَذَرُنَّ  اٰلِہَتَکُمۡ وَ لَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّ لَا سُوَاعًا ۬ۙ وَّ لَا یَغُوۡثَ وَ یَعُوۡقَ وَ نَسۡرًا ﴿ۚ﴾  وَ قَدۡ  اَضَلُّوۡا کَثِیۡرًا ۬ۚ وَ لَا تَزِدِ الظّٰلِمِیۡنَ  اِلَّا ضَلٰلًا ﴿﴾  مِمَّا خَطِیۡٓــٰٔتِہِمۡ  اُغۡرِقُوۡا فَاُدۡخِلُوۡا نَارًا ۬ۙ  فَلَمۡ یَجِدُوۡا  لَہُمۡ  مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَنۡصَارًا ﴿﴾
Dan Nuh berkata: “Hai Tuhan-ku, janganlah Engkau membiarkan di atas bumi penghuni dari kalangan orang-orang kafir, sesungguhnya jika Engkau membiarkan mereka, mereka akan menyesatkan hamba-hamba Engkau dan mereka tidak akan melahirkan kecuali orang-orang berdosa lagi kafir.    Hai Tuhan-ku, ampunilah aku serta ibu-bapakku, dan   yang memasuki rumahku sebagai orang beriman, serta orang-orang beriman laki-laki dan perempuan. Dan Engkau tidak menambahkan kepada orang-orang  zalim kecuali kebinasaan.”  (Nuh [71]:27-29).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 14 Mei  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar