بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah
Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 112
Akibat Tertutupnya Pintu-pintu Langit adalah Merebaknya Berbagai Bentuk
Azab Ilahi (Bencana Alam)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai
nasib malang dan kehinaan
yang menimpa orang-orang yang mendustakan
dan menentang Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
kepada mereka (QS.7:35-37), sehingga
Allah Swt. memisalkannya seperti “seekor
anjing yang selalu menjulurkan lidahnya kehausan”
dan hidungnya selalu mengendus-endus
permukaan bumi, firman-Nya:
وَ اتۡلُ
عَلَیۡہِمۡ نَبَاَ الَّذِیۡۤ اٰتَیۡنٰہُ
اٰیٰتِنَا فَانۡسَلَخَ مِنۡہَا فَاَتۡبَعَہُ الشَّیۡطٰنُ فَکَانَ مِنَ الۡغٰوِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنٰہُ بِہَا وَ لٰکِنَّہٗۤ
اَخۡلَدَ اِلَی الۡاَرۡضِ وَ اتَّبَعَ ہَوٰىہُ ۚ فَمَثَلُہٗ کَمَثَلِ الۡکَلۡبِ ۚ اِنۡ تَحۡمِلۡ عَلَیۡہِ یَلۡہَثۡ اَوۡ تَتۡرُکۡہُ
یَلۡہَثۡ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُ الۡقَوۡمِ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا ۚ
فَاقۡصُصِ الۡقَصَصَ لَعَلَّہُمۡ یَتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ سَآءَ مَثَلَاۨ الۡقَوۡمُ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا
بِاٰیٰتِنَا وَ اَنۡفُسَہُمۡ کَانُوۡا یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ceritakanlah kepada mereka berita orang-orang yang telah Kami berikan
Tanda-tanda Kami kepadanya, lalu ia
melepaskan diri darinya maka syaitan
mengikutinya dan jadilah ia termasuk
orang-orang yang sesat. Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami meninggikan derajatnya dengan
itu, akan tetapi ia cenderung ke
bumi dan mengikuti hawa nafsunya, maka
keadaannya seperti seekor anjing yang
kehausan, jika engkau menghalaunya
ia menjulurkan lidahnya dan jika
engkau membiarkannya ia tetap menjulurkan lidahnya. Demikianlah misal orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami, maka kisahkanlah kisah ini supaya mereka
merenungkannya. Sangat buruk misal orang-orang yang
mendustakan Tanda-tanda Kami, dan kepada
diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (Al-A’rāf [17]:176-178).
Kalimat “cenderung ke bumi” maknanya adalah
kecenderungan kepada hal-hal yang bersifat kebendaan,
pada khususnya kecintaan akan uang. Kata yalhats, (dari lahatsa yang berarti nafasnya tersengal-sengal karena
kelelahan atau kepenatan), maksudnya
adalah baik diminta ataupun tidak untuk
berkorban pada jalan agama, orang
semacam itu nampaknya terengah-engah
seperti seekor anjing kehausan,
seakan-akan beban pemberian pengorbanan
yang terus menerus bertambah membuatnya amat penat sekali.
Tertutupnya “Pintu-pintu Langit”
Dengan demikian
jelaslah bahwa pada hakikatnya makna “pengusiran
iblis dari jannah” -- karena menolak perintah Allah Swt. untuk “sujud
kepada Adam” bersama para malaikat
pun (QS.2:31-35) -- merupakan
gambaran kemalangan dan kehinaan
yang dialami oleh para pemuka agama
yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah seperti itu,
padahal sebelumnya mereka itu – sampai mbatas tertentu -- memiliki “hubungan dengan langit.”
Berikut
adalah firman-Nya mengenai para pemuka Yahudi atau Nasrani (Kristen) yang bertemu secara sembunyi-sembunyi pada malam
hari dengan Nabi Besar Muhammad saw. di luar kota Mekkah, sehingga Allah
Swt. menyebut mereka “segolongan jin”,
dimana mereka pun mengakui bahwa
sebelumnya mereka pun “menduduki beberapa
tempat di langit, tetapi ketika mereka mendustakan
Nabi Besar Muhammad Saw. maka “pintu-pintu langit” yang sebelumnya terbuka bagi mereka, bukan saja menjadi tertutup bahkan terdapat “para penjaga” yang siap mengejar dan menghancurkan pemahaman-pemahaman
batil (palsu) yang mereka ajarkan, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ قُلۡ
اُوۡحِیَ اِلَیَّ اَنَّہُ
اسۡتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الۡجِنِّ
فَقَالُوۡۤا اِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡاٰنًا
عَجَبًا ۙ﴿﴾ یَّہۡدِیۡۤ
اِلَی الرُّشۡدِ فَاٰمَنَّا بِہٖ ؕ وَ لَنۡ نُّشۡرِکَ بِرَبِّنَاۤ اَحَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ
تَعٰلٰی جَدُّ رَبِّنَا مَا
اتَّخَذَ صَاحِبَۃً وَّ لَا وَلَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ
کَانَ یَقُوۡلُ سَفِیۡہُنَا عَلَی اللّٰہِ شَطَطًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ
اَنۡ لَّنۡ تَقُوۡلَ الۡاِنۡسُ وَ
الۡجِنُّ عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ
کَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ یَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ مِّنَ
الۡجِنِّ فَزَادُوۡہُمۡ رَہَقًا
ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہُمۡ
ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ
اَنۡ لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ اَحَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا لَمَسۡنَا السَّمَآءَ فَوَجَدۡنٰہَا مُلِئَتۡ حَرَسًا شَدِیۡدًا
وَّ شُہُبًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا کُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡہَا مَقَاعِدَ
لِلسَّمۡعِ ؕ فَمَنۡ یَّسۡتَمِعِ
الۡاٰنَ یَجِدۡ لَہٗ شِہَابًا
رَّصَدًا ۙ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Katakanlah:
“Telah diwahyukan kepadaku
bahwasanya serombongan jin mendengarkan Al-Quran, lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah
mendengar Al-Quran yang menakjubkan.
Al-Quran itu memberi
petunjuk kepada kebenaran, maka kami
telah beriman kepadanya. Dan kami tidak akan pernah menyekutukan seseorang
dengan Tuhan kami, dan sesungguhnya
Maha Luhur Keagungan Tuhan kami, Dia sekali-kali tidak beristri dan tidak pula beranak. Dan
sesungguhnya orang-orang bodoh di antara kami berkata dusta berlebihan terhadap Allah. Dan sesungguhnya kami menyangka ins (manusia) dan jin tidak
akan pernah mengatakan perkataan dusta
terhadap Allah, dan sesungguhnya ada beberapa orang dari ins (manusia) yang meminta perlindungan kepada beberapa orang
dari jin maka menambah kesombongan
mereka. Dan sesungguhnya mereka menyangka
sebagaimana kamu juga menyangka bahwa
Allah tidak akan pernah
membangkitkan seorang rasul. Dan sesungguhnya kami benar-benar telah berusaha menyentuh langit tetapi kami
mendapatkannya penuh dengan penjagaan yang kuat dan nyala api. Dan sesungguhnya kami biasa
menduduki beberapa tempat duduknya untuk mendengarkan, tetapi sekarang barangsiapa berusaha mendengarkan ia tentu akan mendapatkan di sana bintang
menyala yang mengintai, (Al-Jin
[72]:1-10).
Jadi, setelah para pemuka agama Yahudi menjadi
penentang rasul Allah, khususnya
terhadap Nabi Besar Muhammad saw., maka “pintu-pintu
langit” yang sebelumnya sampai batas
tertentu “terbuka” bagi mereka – misalnya mereka mendapat mimpi, rukya, kasyaf serta ilham yang benar -- kemudian semua itu menjadi
tertutup rapat bagi mereka,
firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ
اَبۡوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا
یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ
کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ
نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya, tidak akan dibukakan bagi mereka
pintu-pintu langit ruhani dan tidak
pula mereka akan masuk surga hingga unta masuk ke lubang jarum, dan demikianlah
Kami membalas orang-orang yang
berdosa. Bagi mereka ada hamparan Jahannam
sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam,
dan demikianlah Kami membalas
orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).
Ancaman Keras bagi Para Pendusta
Jamal (unta) juga dapat diartikan
seutas tali, sebab tali mempunyai persamaan lebih dekat dengan benang yang dimasukkan ke dalam lobang jarum. Adalah mustahil bagi para pengingkar Tanda-tanda Ilahi masuk surga. Lihat perumpamaan yang sama dalam
Bible: Matius 19:24. Berikut
peringatan keras Allah Swt. terhadap para pendusta,
firman-Nya:
وَ مَنۡ
اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ
کَذِبًا اَوۡ قَالَ اُوۡحِیَ
اِلَیَّ وَ لَمۡ یُوۡحَ
اِلَیۡہِ شَیۡءٌ وَّ مَنۡ قَالَ سَاُنۡزِلُ
مِثۡلَ مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ
تَرٰۤی اِذِ الظّٰلِمُوۡنَ فِیۡ غَمَرٰتِ
الۡمَوۡتِ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ بَاسِطُوۡۤا
اَیۡدِیۡہِمۡ ۚ اَخۡرِجُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ اَلۡیَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ
الۡہُوۡنِ بِمَا کُنۡتُمۡ تَقُوۡلُوۡنَ عَلَی اللّٰہِ غَیۡرَ الۡحَقِّ وَ کُنۡتُمۡ
عَنۡ اٰیٰتِہٖ تَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan
terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepadaku” padahal tidak pernah ada sesuatu diwahyukan
kepadanya, dan juga barangsiapa
yang berkata: “Segera aku akan
menurunkan seperti yang telah diturunkan Allah.” Dan seandainya engkau
melihat ketika orang-orang yang zalim
itu berada dalam penderitaan
sakaratul-maut, dan malaikat-malaikat
merentangkan ta-ngan mereka sambil berkata: “Keluarkanlah nyawa kamu! Hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan disebabkan
apa yang senantiasa kamu katakan
terhadap Allah tidak benar dan karena kamu bersikap takabur terhadap
Tanda-tanda-Nya.” (Al-An’ām [6]:94). Lihat pula QS.6:22;
QS.7:38; QS.10:18; QS.11:19; 61:8.
Siksaan
ini tidak boleh disamakan dengan sakratulmaut
(penderitaan menjelang mati) yang dialami, di bawah hukum-alam biasa, baik oleh
orang-orang bertakwa maupun yang
tidak-bertakwa, melainkan adalah hukuman
khas yang mencengkeram para pengingkar
nabi-nabi, semenjak saat kematian
mereka. Peringatan dan ancaman keras Allah Swt. tersebut
berlaku bagi semua manusia, termasuk Nabi Besar Muhmmad saw., firman-Nya:
اِنَّہٗ لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍ ﴿﴾ وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ
قَلِیۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا
تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ
رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ تَقَوَّلَ
عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾ لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ
بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا مِنۡکُمۡ
مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia, dan bukanlah Al-Quran
itu perkataan seorang penyair,
sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah
ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat. Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian
perkataan atas nama Kami Niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, kemudian
niscaya Kami memotong urat nadinya, dan
tidak ada seorang pun di antara kamu
dapat mencegah itu darinya. (Al-Hāqqah [69]:41-48).
Dalam ayat 45 dan
dalam tiga ayat sebelumnya keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila
Nabi Besar Muhammad saw. itu pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt.
pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau saw. dan pasti beliau telah
menemui kematian yang pedih, dan seluruh pekerjaan dan misi beliau saw.
pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib malang seorang nabi
palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya
merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20 mengenai nabi
palsu.
Buah Kekufuran Adalah Merebaknya
Berbagai Jenis Azab Ilahi
Seandainya orang-orang yang
mendustakan dan menentang pendakwaan Mirza
Ghulam Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi
dan Al-Masih Mau’ud a.s. (QS.43:58) atau sebagai Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) mempercayai pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai nasib buruk yang pasti akan menimpa para pendakwa palsu, mereka tidak perlu bersusah-payah berusaha
melakukan berbagai bentuk makar
buruk terhadap Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat
Ahmadiyah, karena pasti Allah Swt. Sendiri yang akan bertindak keras terhadap orang-orang
yang mengada-adakan kedustaan, siapa
pun mereka itu.
Namun jika dalam
kenyataannya Allah Swt. tidak
pernah melakukan Sunnah-Nya tersebut terhadap
Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah dalam kurun-waktu lebih
dari 1 abad (100 tahun) hingga saat ini, maka seharusnya
mereka itu dapat mengambil pelajaran dari kesia-siaan yang mereka lakukan tersebut,
karena dalam kenyataannya malah telah mengundang
berbagai bentuk azab Ilahi di seluruh dunia, sesuai Sunnah-Nya
terhadap kaum-kaum purbakala yang mendustakan
para Rasul Allah mulai zaman Nabi
Adam a.s. sampai dengan zaman Nabi Besar Muhammad saw. (QS.6:132; QS.11:118;
QS.17:16; QS.20:135-136;; QS.26:209; QS.28:60).
Bukankah merupakan Sunnah Allah Swt. pula bahwa orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat-Nya
pasti akan mendapatkan buah
kekafirannya berupa azab di dunia
dan di akhirat (QS.14:8)? Firman-Nya:
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ
اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman?
Dan Allah benar-benar Maha Menghargai, Maha Mengetahui. (An-Nisā[4]:148).
Syukur dari
pihak Allah Swt. terwujud dalam pemberian ampun kepada hamba-hamba-Nya
atau memujinya atau memandangnya dengan rasa puas, menghargai atau mengaruniai, dan seterusnya tentu saja membalas atau mengganjar
amal-amalnya (Lexicon Lane).
Dengan demikian benarlah firman-Nya sebelum ini:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ
اَبۡوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا
یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ
کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ
نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡن()
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, tidak akan dibukakan bagi mereka
pintu-pintu langit ruhani dan tidak
pula mereka akan masuk surga hingga unta masuk ke lubang jarum, dan demikianlah
Kami membalas orang-orang yang
berdosa. Bagi mereka ada hamparan Jahannam sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam, dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang
zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 29 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar