Minggu, 05 Mei 2013

Akibat "Tertutupnya Pintu-pintu Langit" adalah Merebaknya Berbagai Bentuk Azab Ilahi (Bencana Alam)




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 112


 Akibat Tertutupnya Pintu-pintu Langit  adalah Merebaknya Berbagai Bentuk  
Azab Ilahi (Bencana Alam)

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   bagian akhir  Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai   nasib malang dan kehinaan yang menimpa orang-orang yang mendustakan dan menentang Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka (QS.7:35-37), sehingga  Allah Swt.  memisalkannya seperti “seekor anjing  yang selalu menjulurkan lidahnya kehausan” dan   hidungnya  selalu mengendus-endus permukaan bumi, firman-Nya:
وَ اتۡلُ عَلَیۡہِمۡ  نَبَاَ الَّذِیۡۤ  اٰتَیۡنٰہُ  اٰیٰتِنَا فَانۡسَلَخَ مِنۡہَا فَاَتۡبَعَہُ الشَّیۡطٰنُ فَکَانَ مِنَ  الۡغٰوِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنٰہُ بِہَا وَ لٰکِنَّہٗۤ اَخۡلَدَ اِلَی الۡاَرۡضِ وَ اتَّبَعَ ہَوٰىہُ ۚ فَمَثَلُہٗ  کَمَثَلِ الۡکَلۡبِ ۚ اِنۡ  تَحۡمِلۡ عَلَیۡہِ یَلۡہَثۡ اَوۡ تَتۡرُکۡہُ یَلۡہَثۡ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُ الۡقَوۡمِ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا ۚ فَاقۡصُصِ الۡقَصَصَ لَعَلَّہُمۡ یَتَفَکَّرُوۡنَ ﴿﴾  سَآءَ مَثَلَاۨ الۡقَوۡمُ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اَنۡفُسَہُمۡ کَانُوۡا یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ceritakanlah kepada mereka  berita orang-orang yang telah Kami berikan Tanda-tanda Kami kepadanya, lalu ia melepaskan diri darinya maka syaitan mengikutinya dan jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat.  Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami meninggikan derajatnya dengan itu, akan tetapi ia cenderung ke bumi  dan mengikuti hawa nafsunya, maka keadaannya seperti seekor anjing yang kehausan, jika engkau menghalaunya ia menjulurkan lidahnya dan jika engkau membiarkannya ia tetap menjulurkan lidahnya.  Demikianlah misal orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami, maka kisahkanlah kisah ini supaya mereka merenungkannya. Sangat buruk misal orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami, dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.  (Al-A’rāf [17]:176-178).
 Kalimat  cenderung ke bumi” maknanya adalah kecenderungan kepada hal-hal yang bersifat kebendaan, pada khususnya kecintaan akan uang. Kata  yalhats,  (dari lahatsa yang berarti nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan atau kepenatan), maksudnya  adalah  baik diminta ataupun tidak untuk berkorban pada jalan agama, orang semacam itu nampaknya terengah-engah seperti seekor anjing kehausan, seakan-akan beban pemberian pengorbanan yang terus menerus bertambah membuatnya amat penat sekali.

Tertutupnya “Pintu-pintu Langit”

 Dengan demikian jelaslah bahwa pada hakikatnya makna “pengusiran iblis dari jannah  -- karena menolak perintah Allah Swt. untuk  sujud kepada Adam” bersama para malaikat pun (QS.2:31-35) --  merupakan gambaran  kemalangan dan kehinaan yang dialami oleh para pemuka agama yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah  seperti itu, padahal sebelumnya mereka itu – sampai mbatas tertentu -- memiliki “hubungan dengan langit. 
  Berikut adalah  firman-Nya mengenai para pemuka Yahudi atau Nasrani (Kristen) yang bertemu secara sembunyi-sembunyi pada malam hari dengan Nabi Besar Muhammad saw. di luar kota Mekkah, sehingga Allah Swt. menyebut mereka “segolongan jin”,  dimana mereka pun mengakui bahwa sebelumnya mereka pun “menduduki beberapa tempat di langit, tetapi ketika mereka mendustakan Nabi Besar Muhammad Saw.  maka “pintu-pintu langit” yang sebelumnya terbuka bagi mereka, bukan saja menjadi tertutup bahkan terdapat “para penjaga” yang siap mengejar dan menghancurkan pemahaman-pemahaman batil (palsu) yang mereka ajarkan, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  قُلۡ  اُوۡحِیَ  اِلَیَّ  اَنَّہُ  اسۡتَمَعَ  نَفَرٌ مِّنَ الۡجِنِّ فَقَالُوۡۤا  اِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡاٰنًا عَجَبًا  ۙ﴿﴾  یَّہۡدِیۡۤ  اِلَی الرُّشۡدِ فَاٰمَنَّا بِہٖ ؕ وَ لَنۡ نُّشۡرِکَ بِرَبِّنَاۤ   اَحَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّہٗ  تَعٰلٰی جَدُّ  رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَۃً وَّ لَا وَلَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّہٗ  کَانَ یَقُوۡلُ سَفِیۡہُنَا عَلَی اللّٰہِ شَطَطًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ  اَنۡ  لَّنۡ تَقُوۡلَ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا ۙ﴿﴾  وَّ  اَنَّہٗ کَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ یَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ  مِّنَ  الۡجِنِّ فَزَادُوۡہُمۡ  رَہَقًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّہُمۡ  ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ  اَنۡ  لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ  اَحَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا لَمَسۡنَا السَّمَآءَ  فَوَجَدۡنٰہَا مُلِئَتۡ حَرَسًا شَدِیۡدًا وَّ  شُہُبًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا کُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡہَا مَقَاعِدَ لِلسَّمۡعِ ؕ فَمَنۡ  یَّسۡتَمِعِ الۡاٰنَ  یَجِدۡ لَہٗ  شِہَابًا  رَّصَدًا ۙ﴿﴾ 
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Katakanlah: “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya  serombongan jin  mendengarkan Al-Quran, lalu  mereka berkata: “Sesungguhnya  kami telah mendengar Al-Quran yang menakjubkan. Al-Quran itu memberi petunjuk kepada kebenaran, maka kami telah beriman kepadanya. Dan kami  tidak akan pernah menyekutukan seseorang dengan Tuhan kami,  dan sesungguhnya Maha Luhur Keagungan Tuhan kami, Dia sekali-kali tidak beristri dan tidak pula beranak. Dan sesungguhnya  orang-orang bodoh di antara kami berkata dusta berlebihan terhadap Allah. Dan sesungguhnya  kami menyangka ins (manusia) dan jin   tidak akan pernah mengatakan perkataan  dusta terhadap Allah, dan sesungguhnya ada beberapa orang dari ins (manusia) yang meminta perlindungan kepada beberapa orang dari jin maka menambah kesombongan mereka. Dan sesungguhnya mereka menyangka sebagaimana kamu juga menyangka bahwa  Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul. Dan sesungguhnya kami benar-benar telah berusaha menyentuh langit  tetapi kami mendapatkannya penuh dengan penjagaan yang kuat dan  nyala api. Dan sesungguhnya kami biasa menduduki beberapa tempat duduknya untuk mendengarkan, tetapi sekarang  barangsiapa  berusaha mendengarkan  ia tentu akan mendapatkan di sana bintang menyala yang mengintai,  (Al-Jin [72]:1-10).   
Jadi, setelah para pemuka agama Yahudi  menjadi penentang rasul Allah, khususnya terhadap Nabi Besar Muhammad saw.,   maka “pintu-pintu langit  yang sebelumnya sampai batas tertentu  terbuka” bagi mereka – misalnya mereka mendapat mimpi, rukya, kasyaf serta ilham yang benar --  kemudian semua itu  menjadi  tertutup rapat bagi mereka, firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ  اَبۡوَابُ السَّمَآءِ  وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ  وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya,  tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani dan tidak pula mereka akan masuk surga  hingga unta masuk ke lubang jarum,  dan demikianlah Kami membalas  orang-orang  yang  berdosa. Bagi mereka ada hamparan   Jahannam sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam, dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).

Ancaman Keras bagi Para Pendusta

  Jamal (unta) juga dapat diartikan seutas tali, sebab tali mempunyai persamaan lebih dekat dengan benang yang dimasukkan ke dalam lobang jarum. Adalah mustahil bagi para pengingkar Tanda-tanda Ilahi masuk surga. Lihat perumpamaan yang sama dalam Bible: Matius 19:24. Berikut peringatan keras Allah Swt. terhadap para pendusta, firman-Nya:  
وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا اَوۡ قَالَ اُوۡحِیَ  اِلَیَّ  وَ لَمۡ  یُوۡحَ  اِلَیۡہِ شَیۡءٌ وَّ  مَنۡ قَالَ سَاُنۡزِلُ مِثۡلَ مَاۤ  اَنۡزَلَ اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ تَرٰۤی  اِذِ الظّٰلِمُوۡنَ فِیۡ غَمَرٰتِ الۡمَوۡتِ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ بَاسِطُوۡۤا  اَیۡدِیۡہِمۡ ۚ اَخۡرِجُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ اَلۡیَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ الۡہُوۡنِ بِمَا کُنۡتُمۡ تَقُوۡلُوۡنَ عَلَی اللّٰہِ غَیۡرَ الۡحَقِّ وَ کُنۡتُمۡ عَنۡ اٰیٰتِہٖ تَسۡتَکۡبِرُوۡنَ  ﴿﴾
Dan  siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepadaku” padahal tidak pernah ada sesuatu diwahyukan kepadanya,  dan juga barangsiapa yang berkata: “Segera aku akan menurunkan seperti yang telah diturunkan Allah.” Dan seandainya engkau melihat ketika orang-orang yang zalim itu  berada dalam penderitaan sakaratul-maut, dan malaikat-malaikat merentangkan ta-ngan mereka sambil berkata: “Keluarkanlah nyawa kamu!  Hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan disebabkan apa yang senantiasa kamu katakan terhadap Allah tidak benar dan karena kamu bersikap takabur terhadap Tanda-tanda-Nya.” (Al-An’ām [6]:94). Lihat pula QS.6:22; QS.7:38; QS.10:18; QS.11:19; 61:8. 
    Siksaan ini tidak boleh disamakan dengan sakratulmaut (penderitaan menjelang mati) yang dialami, di bawah hukum-alam biasa, baik oleh orang-orang bertakwa  maupun yang tidak-bertakwa, melainkan adalah hukuman khas yang mencengkeram para pengingkar nabi-nabi, semenjak saat kematian mereka. Peringatan dan ancaman keras Allah Swt. tersebut berlaku bagi semua manusia, termasuk Nabi Besar Muhmmad saw., firman-Nya:
اِنَّہٗ  لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍ ﴿﴾      وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾  لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾  فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia, dan bukanlah Al-Quran itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat.  Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan  atas nama Kami Niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan,   kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya. (Al-Hāqqah [69]:41-48).
  Dalam ayat 45   dan dalam tiga ayat sebelumnya keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw.  itu pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt. pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau saw. dan pasti beliau telah menemui kematian yang  pedih, dan seluruh pekerjaan dan misi beliau saw. pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib malang seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20 mengenai nabi palsu.

Buah Kekufuran Adalah Merebaknya
Berbagai Jenis Azab Ilahi

 Seandainya orang-orang yang mendustakan dan menentang pendakwaan    Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Mau’ud  a.s. (QS.43:58) atau sebagai Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) mempercayai pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai nasib buruk yang pasti akan menimpa para pendakwa palsu, mereka tidak perlu bersusah-payah berusaha  melakukan berbagai bentuk makar buruk  terhadap Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah, karena  pasti Allah Swt. Sendiri yang akan bertindak keras terhadap orang-orang yang mengada-adakan kedustaan, siapa pun mereka itu.
 Namun jika dalam kenyataannya  Allah Swt. tidak pernah  melakukan Sunnah-Nya tersebut terhadap Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah dalam kurun-waktu lebih dari 1 abad  (100 tahun) hingga saat ini, maka seharusnya mereka itu dapat mengambil pelajaran  dari kesia-siaan yang mereka lakukan tersebut, karena dalam kenyataannya malah telah mengundang berbagai bentuk azab Ilahi  di seluruh dunia, sesuai  Sunnah-Nya terhadap  kaum-kaum purbakala yang mendustakan para Rasul Allah mulai zaman Nabi Adam a.s. sampai dengan zaman Nabi Besar Muhammad saw. (QS.6:132; QS.11:118; QS.17:16; QS.20:135-136;; QS.26:209; QS.28:60).
 Bukankah merupakan Sunnah Allah Swt. pula bahwa  orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat-Nya  pasti akan mendapatkan buah kekafirannya berupa azab di dunia dan di akhirat (QS.14:8)? Firman-Nya:
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ  اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan  Allah  benar-benar Maha Menghargai,  Maha Mengetahui. (An-Nisā[4]:148).
    Syukur dari pihak  Allah Swt.   terwujud dalam pemberian ampun kepada hamba-hamba-Nya atau memujinya atau memandangnya dengan rasa puas, menghargai atau mengaruniai, dan seterusnya tentu saja membalas atau mengganjar amal-amalnya (Lexicon Lane). Dengan demikian benarlah firman-Nya sebelum ini: 
اِنَّ الَّذِیۡنَ  کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ  اَبۡوَابُ السَّمَآءِ  وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ  وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡن() 
Sesungguhnya  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan  takabur berpaling darinya,  tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit ruhani dan tidak pula mereka akan masuk surga  hingga unta masuk ke lubang jarum,  dan demikianlah Kami membalas  orang-orang  yang  berdosa.     Bagi mereka ada hamparan Jahannam sedangkan di atas mereka ada selimut Jahannam, dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 29 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar