بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 128
Orang-orang
yang Dibangkitkan Dalam Keadaan Buta &
Kisah Monumental
“Dua Putra Adam”
Kisah Monumental
“Dua Putra Adam”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan jawaban Nabi Nuh a.s. terhadap berbagai keberatan para pemuka kaumnya tentang pendakwaan
beliau saw. sebagai Rasul Allah dan keberadaan
orang-orang yang beriman kepada beliau a.s.,
firman-Nya:
قَالَ یٰقَوۡمِ اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ
کُنۡتُ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّیۡ وَ
اٰتٰىنِیۡ رَحۡمَۃً مِّنۡ عِنۡدِہٖ فَعُمِّیَتۡ عَلَیۡکُمۡ ؕ اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا
وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ ﴿﴾
Ia (Nuh) berkata:
“Hai kaumku, bagaimana pandangan kamu,
jika aku berdiri atas suatu Tanda
yang nyata dari Tuhan-ku, dan Dia
telah menganugerahkan kepadaku rahmat
dari sisi-Nya tetapi itu tetap saja
tidak jelas (samar) bagi kamu? Apakah
kami akan memaksakannya kepada kamu, sedangkan kamu
tidak menyukainya? (Hūd [11]:29).
Orang-orang yang Buta Mata Ruhaninya
Menurut Nabi Nuh a.s., begitu banyak Tanda-tanda serta dalil-dalil
dari Allah Swt. yang mendukung kebenaran pendakwaan beliau a.s. sebagai Rasul Allah, hanya saja masalahnya bukan
pada diri beliau a.s. melainkan pada diri para penentang Nabi Nuh a.s. yakni
فَعُمِّیَتۡ عَلَیۡکُمۡ -- yakni “kalian tetap membuta terhadap Tanda-tanda
dan Rahmat-rahmat Ilahi yang mendukung pendakwaan-Ku”. Dengan demikian
benarlah firman Allah Swt. berikut ini mengenai orang-orang yang buta mata ruhaninya di dunia dan di akhirat nanti:
وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی
فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ
سَبِیۡلًا ﴿﴾
Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat pun ia
akan buta juga dan bahkan lebih
tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:73).
Mereka yang tidak
mempergunakan mata ruhani mereka
dengan cara yang wajar di dunia ini
akan tetap luput dari penglihatan ruhani di dalam akhirat. Al-Quran menyebut mereka yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah
serta tidak memperoleh manfaat
darinya adalah “buta”. Orang-orang seperti itu di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan
buta. Firman-Nya lagi:
وَ مَنۡ
اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ
الۡقِیٰمَۃِ اَعۡمٰی ﴿﴾ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ بَصِیۡرًا ﴿﴾ قَالَ کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا
ۚ وَکَذٰلِکَ الۡیَوۡمَ
تُنۡسٰی ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ
الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی ﴿﴾ اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا
قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ
ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی
النُّہٰی ﴿﴾٪
Dan
barangsiapa berpaling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya ada kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkit-kannya pada Hari
Kiamat dalam ke-adaan buta. Ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta,
padahal sesungguhnya dahulu aku dapat
melihat?” Dia berfirman: "Demikianlah telah datang kepada kamu Tanda-tanda Kami, tetapi engkau melupakannya dan demikian pula engkau dilupakan pada hari
ini." Dan demikianlah Kami
memberi balasan orang yang melanggar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Tuhan-nya, dan niscaya azab
akhirat itu lebih keras dan lebih kekal. Maka apakah tidak memberi petunjuk
kepada mereka berapa
banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, mereka berja-lan-jalan di tempat-tempat
tinggal mereka yang telah hancur? Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Thā Hā
[20]:125-129).
Seseorang yang sama sekali tidak ingat kepada Allah Swt.
di dunia serta menjalani cara hidup
yang menghalangi dan menghambat perkembangan ruhaninya –
khususnya mendustakan dan menjadi penentang para Rasul Allah -- dan dengan
demikian membuat dirinya tidak layak
menerima nur dari Allah Swt. akan dilahirkan
dalam keadaan buta di waktu kebangkitannya
kembali pada kehidupan di akhirat.
Hal itu menjadi demikian karena ruhnya di dunia ini - yang akan berperan
sebagai tubuh bagi ruh
yang lebih maju ruhaninya di alam
akhirat - telah menjadi buta, sebab
ia telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa di dunia ini.
Pengulangan Kisah Monumental “Dua Putra Adam”
Sebagai jawaban
terhadap keluhan orang kafir mengapa ia dibangkitkan buta padahal dalam kehidupan sebelumnya di dunia ia memiliki penglihatan, Allah Swt. akan mengatakan
bahwa ia telah menjadi buta ruhani
dalam kehidupannya di dunia sebab
telah menjalani kehidupan yang
bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya
— yang akan berperan sebagai tubuh
untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta.
Ayat ini dapat
pula berarti bahwa karena orang kafir
tidak mengembangkan dalam dirinya sifat-sifat
Ilahi dan tetap asing dari sifat-sifat itu, maka pada hari kebangkitan — ketika sifat-sifat itu akan dinampakkan dengan segala keagungan dan kemuliaan —
ia sebagai seseorang yang terasing dari sifat-sifat
itu tidak
akan mampu mengenalnya dan dengan demikian akan berdiri seperti orang buta yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan sedikit pun kepada sifat-sifat
itu.
Itulah sebabnya ketika
para malaikat mengetahui bahwa
Adam (Khalifah Allah) mampu mengemukakan Al-Asmā (nama-nama) yang diajarkan Allah Swt. kepadanya secara
khusus maka ia serta-merta “sujud” (patuh taat) kepada “Adam” ketika diperintahkan Allah Swt. untuk “sujud”
kepadanya, kecuali iblis, karena ia
bersikap takabur menganggap dirinya lebih mulia daripada Adam (Khalifah Allah), sehingga ia diusir Allah Swt. dari “surga keridhaan-Nya”
(QS.2:21-35; QS.7:12-14; QS.15:29-36; QS.38:72-79).
Kedengkian iblis dan para pengikutnya terhadap Adam
dan istrinya atau jama’ahnya
tersebut diabadikan sebagai kisah monumental lainnya yaitu kisah “dua putra Adam” yang salah satu dari “dua
putra Adam” tersebut pengorbanannya tidak
dikabulkan (ditolak) oleh Allah Swt.
(QS.5:28-35), lalu karena kedengkiannya
-- ia “membunuh saudaranya” yang pengorbanannya
dikabulkan (diterima) Allah Swt.. Dengan demikian kisah monumental “dua
putra Adam” tersebut akan senantiasa berulang, termasuk di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
وَ اتۡلُ
عَلَیۡہِمۡ نَبَاَ ابۡنَیۡ اٰدَمَ بِالۡحَقِّ ۘ اِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانًا
فَتُقُبِّلَ مِنۡ اَحَدِہِمَا وَ لَمۡ یُتَقَبَّلۡ مِنَ الۡاٰخَرِ ؕ قَالَ
لَاَقۡتُلَنَّکَ ؕ قَالَ اِنَّمَا
یَتَقَبَّلُ اللّٰہُ مِنَ الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿﴾ لَئِنۡۢ بَسَطۡتَّ
اِلَیَّ یَدَکَ لِتَقۡتُلَنِیۡ مَاۤ
اَنَا بِبَاسِطٍ یَّدِیَ اِلَیۡکَ لِاَقۡتُلَکَ ۚ اِنِّیۡۤ اَخَافُ اللّٰہَ رَبَّ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ اِنِّیۡۤ
اُرِیۡدُ اَنۡ تَبُوۡٓاَ بِاِثۡمِیۡ وَ اِثۡمِکَ فَتَکُوۡنَ مِنۡ اَصۡحٰبِ
النَّارِ ۚ وَ ذٰلِکَ جَزٰٓؤُا الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۚ﴾
Dan
ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua
anak Adam dengan
sebenarnya, ketika keduanya memberikan pengorbanan, maka dika-bulkan salah seorang dari keduanya itu sedangkan dari yang lain tidak dikabulkan, lalu ia berkata: “Niscaya
engkau akan kubunuh.” Saudaranya berkata: “Sesungguhnya Allah hanya mengabulkan pengorbanan
dari orang-orang yang bertakwa. Jika
engkau benar-benar menjangkaukan tangan
engkau terhadapku untuk membunuhku, sekali-kali aku tidak akan menjangkaukan tanganku terhadap engkau untuk membunuh
engkau, sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Sesungguhnya
aku menginginkan bahwa engkau
menanggung dosaku dan dosa engkau sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni Api, dan demikianlah balasan ba-gi orang-orang yang
zalim.” (Al-Māidah [5]:28-30).
Kedengkian Kain terhadap Habel
Sebutan
“kedua anak Adam,” secara kiasan
maksudnya ialah dua pribadi siapa
saja dari antara segenap keturunan umat
manusia (Bani Adam). Perumpamaan
itu pun menggambarkan sikap tidak bersahabat
kaum Bani Israil terhadap keturunan Bani Isma’il, oleh karena silsilah kenabian telah dipindahkan Allah Swt. dari mereka kepada kaum Bani Isma’il dalam pribadi Nabi Besar Muhammad saw..
Urīdu
(aku menginginkan) diserap dari kata rāda yang kadang-kadang tidak menyatakan keinginan yang sebenarnya
melainkan hanya menerangkan suatu keadaan
atau kondisi praktis yang agaknya
menjurus kepada suatu situasi tertentu
(QS.18:78). Ayat ini tidak berarti bahwa Habel
menghendaki saudaranya, Kain,
dicampakkan ke dalam neraka. Apa yang
dimaksud olehnya hanya akibat wajar
tapi pasti dari sikapnya sendiri yang
tidak-agresip (pengalah) itu yaitu
saudaranya akan masuk neraka.
Itsmi
artinya “dosa yang dibuat terhadapku.”
Di sini calon korban itu hanya menggambarkan akibat dari perbuatan
yang akan dilakukan oleh saudaranya.
Ungkapan ini dapat juga dijelaskan dengan jalan lain sebagai berikut: Menurut
riwayat Nabi Besar Muhammad saw. bersabda bahwa pada Hari Peradilan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan orang-orang
zalim, akan dipindahkan kepada
orang-orang yang dizalimi oleh mereka, dan seandainya orang-orang
zalim sama sekali tidak pernah berbuat
baik, maka dosa orang-orang yang
dizalimi akan diperhitungkan kepada orang-orang zalim sehingga dengan
demikian, orang-orang fasik bukan saja menanggung dosa mereka sendiri, tetapi pula dosa-dosa orang yang dizalimi (Muslim,
bab al-Birr wa’l Shila), itulah makna
ayat:
اِنِّیۡۤ اُرِیۡدُ اَنۡ تَبُوۡٓاَ
بِاِثۡمِیۡ وَ اِثۡمِکَ فَتَکُوۡنَ مِنۡ اَصۡحٰبِ النَّارِ ۚ وَ ذٰلِکَ جَزٰٓؤُا
الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۚ﴾
Sesungguhnya
aku menginginkan bahwa engkau
menanggung dosaku dan dosa engkau sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni Api, dan demikianlah balasan bagi orang-orang yang
zalim.” (Al-Māidah [5]:30).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
tindak “pembunuhan” yang dilakukan
Kain terhadap Habel atas dasar kedengkian:
فَطَوَّعَتۡ لَہٗ نَفۡسُہٗ قَتۡلَ اَخِیۡہِ فَقَتَلَہٗ فَاَصۡبَحَ مِنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾ فَبَعَثَ اللّٰہُ غُرَابًا یَّبۡحَثُ فِی الۡاَرۡضِ لِیُرِیَہٗ کَیۡفَ
یُوَارِیۡ سَوۡءَۃَ اَخِیۡہِ ؕ قَالَ یٰوَیۡلَتٰۤی اَعَجَزۡتُ اَنۡ اَکُوۡنَ مِثۡلَ ہٰذَا الۡغُرَابِ فَاُوَارِیَ سَوۡءَۃَ اَخِیۡ ۚ
فَاَصۡبَحَ مِنَ النّٰدِمِیۡنَ ﴿ۚۛۙ﴾
Tetapi nafsunya telah membuat dia taat kepadanya
supaya membunuh saudaranya,
lalu dia membunuhnya, maka dia
pun menjadi termasuk orang-orang yang
rugi. Lalu Allah
mengirim seekor burung gagak yang menggaruk-garuk di tanah untuk memperlihatkan kepadanya, bagaimana cara
menyembunyikan mayat saudaranya. Ia berkata: “Celaka aku! Tidak sanggupkah aku berbuat
seperti gagak ini supaya dapat kusembunyikan mayat saudara-ku?” Maka jadilah ia di antara orang-orang yang
menyesal. (Al-Māidah [5]:31-32).
Seakan-akan “Membunuh Seluruh
Manusia” &
“Menghidupkan Seluruh Manusia”
Para mufasirin berlainan pendapat
mengenai peristiwa burung gagak itu —
apakah benar-benar terjadi ataukah hanya sekedar perumpamaan. Tidak mustahil bahwa peristiwa demikian itu,
sungguh-sungguh terjadi. Selanjutnya Allah Swt. berirman:
مِنۡ اَجۡلِ
ذٰلِکَ ۚۛؔ کَتَبۡنَا عَلٰی بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ اَنَّہٗ مَنۡ قَتَلَ نَفۡسًۢا
بِغَیۡرِ نَفۡسٍ اَوۡ فَسَادٍ فِی الۡاَرۡضِ فَکَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ
جَمِیۡعًا ؕ وَ مَنۡ اَحۡیَاہَا
فَکَاَنَّمَاۤ اَحۡیَا النَّاسَ جَمِیۡعًا ؕ وَ لَقَدۡ جَآءَتۡہُمۡ رُسُلُنَا
بِالۡبَیِّنٰتِ ۫ ثُمَّ اِنَّ کَثِیۡرًا
مِّنۡہُمۡ بَعۡدَ ذٰلِکَ فِی الۡاَرۡضِ لَمُسۡرِفُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّمَا جَزٰٓؤُا الَّذِیۡنَ یُحَارِبُوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ
یَسۡعَوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ فَسَادًا اَنۡ یُّقَتَّلُوۡۤا اَوۡ یُصَلَّبُوۡۤا اَوۡ
تُقَطَّعَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَرۡجُلُہُمۡ مِّنۡ خِلَافٍ اَوۡ یُنۡفَوۡا مِنَ الۡاَرۡضِ ؕ ذٰلِکَ لَہُمۡ خِزۡیٌ فِی
الدُّنۡیَا وَ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ اِلَّا الَّذِیۡنَ تَابُوۡا مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ تَقۡدِرُوۡا عَلَیۡہِمۡ ۚ
فَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿٪﴾
Oleh sebab
itu Kami tetapkan bagi Bani Israil
bahwa: Barangsiapa yang membunuh
seseorang, padahal orang itu tidak pernah membunuh orang lain atau telah
mengadakan kerusakan di bumi, maka seolah-olah ia membunuh seluruh manusia; dan barangsiapa
menyelamatkan nyawa seseorang maka ia
seolah-olah menghidupkan seluruh manusia. Dan sungguh benar-benar telah datang kepada mereka
rasul-rasul Kami dengan Tanda-tanda yang nyata, kemudian sesudah itu
sungguh kebanyakan dari mereka benar-benar melampaui batas di bumi. (Al-Māidah
[5]:33).
Apa
yang diisyaratkan dalam ayat ini ialah suatu peristiwa yang serupa dengan apa
yang tersebut di sini mengenai kedua
putra Adam, tetapi peristiwa yang mengandung arti yang jauh lebih luas
lagi penting itu, akan terjadi kelak
di kemudian hari. Seorang nabi Allah akan
muncul di antara saudara-saudara Bani
Israil (Ulangan 18:15-19;
QS.46:11) yakni misal Nabi
Musa a.s. atau Nabi Besar Muhammad
saw. yang berasal dari Bani Isma’il.
Kenyataan ini akan menimbulkan kemarahan kaum Bani Israil terhadap nabi
itu atau nabi yang seperti Musa
itu dan mereka akan menjadi haus darah karena disulut oleh rasa iri hati (kedengkian), persis seperti
Kain telah menjadi haus darah
terhadap saudaranya, Habel. Nabi Allah tersebut bukan sembarang
wujud.
Dialah yang akan menjadi Pembaharu Dunia dan ditakdirkan membawa syariat abadi bagi segenap umat manusia (QS.7:158-159; QS.21:108;
QS.25:2; QS.34:29; Matius 23:39; Yohanes 14:16, 26 &16:7-14; Ulangan 18:18 & 33:2; Yesaya 21:13-17 20:62; Syirul- Asyar 1:5-5 dan Habakuk 3:7), yang seluruh masa depannya bergantung padanya
dan karena
itu membunuhnya adalah sama dengan
membunuh seluruh umat manusia dan menyelamatkan
jiwanya berarti sama dengan menyelamatkan
seluruh umat manusia.
Kedengkian para pemuka kaum di
kalangan Bani Israil terhadap
Bani Isma’il atau umat Islam sangat wajar terjadi, sebab
walau pun Bani Israil dan Bani Isma’il (umat Islam) adalah sama-sama keturunan Nabi Ibrahim a.s., tetapi melalui dua putra beliau a.s. yang berbeda, yakni melalui jalur keturunan Nabi Ishaq a.s. dan jalur keturunan Nabi Isma’il a.s..
Rangkaian Kedengkian di
Kalangan Bani Israil
Kenyataan sejarah kenabian di kalangan Bani Israil membuktikan bahwa rangkaian kedengkian warisan Kain terhadap Habel tersebut
bahkan berlangsung di kalangan Bani
Israil sendiri, yakni terhadap para Rasul
Allah yang dibangkitkan dari keturunan Nabi
Ya’qub a.s. (Israil) mulai dari Nabi
Yusuf a.s. (QS.12:1-21; QS.40:35-36) sampai dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
وَ لَقَدۡ
جَآءَکُمۡ یُوۡسُفُ مِنۡ قَبۡلُ بِالۡبَیِّنٰتِ فَمَا زِلۡتُمۡ فِیۡ شَکٍّ
مِّمَّا جَآءَکُمۡ بِہٖ ؕ حَتّٰۤی
اِذَا ہَلَکَ قُلۡتُمۡ لَنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ مِنۡۢ بَعۡدِہٖ رَسُوۡلًا ؕ کَذٰلِکَ یُضِلُّ اللّٰہُ مَنۡ
ہُوَ مُسۡرِفٌ مُّرۡتَابُۨ ﴿ۚۖ﴾ الَّذِیۡنَ یُجَادِلُوۡنَ فِیۡۤ اٰیٰتِ اللّٰہِ بِغَیۡرِ سُلۡطٰنٍ اَتٰہُمۡ ؕ
کَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ عِنۡدَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ کَذٰلِکَ
یَطۡبَعُ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ قَلۡبِ مُتَکَبِّرٍ جَبَّارٍ ﴿﴾
Dan sungguh
benar-benar telah datang kepada kamu
Yusuf sebelum ini dengan bukti-bukti yang nyata, tetapi kamu selalu dalam keraguan dari apa yang
dengannya dia datang kepadamu, hingga apabila
ia telah mati kamu berkata: “Allah
tidak akan per-nah mengutus seorang rasul pun sesudahnya.” Demikianlah Allah me-nyesatkan barangsiapa
yang melampaui batas, yang ragu-ragu. Yaitu
orang-orang yang ber-tengkar
mengenai Tanda-tanda Allah tanpa dalil yang
datang kepada mereka. Sangat
besar kebencian di sisi Allah dan di
sisi orang-orang yang beriman, demikianlah Allah mencap setiap hati orang
sombong lagi sewenang-senang. (Al-Mu’mīn
[40]:35-36).
Nabi-nabi telah senantiasa datang ke dunia
semenjak waktu yang jauh silam, tetapi begitu busuknya pikiran orang-orang —
setiap kali datang seorang nabi baru,
mereka menolak dan menentangnya, dan ketika nabi Allah itu wafat
orang-orang yang kemudian beriman kepada nabi Allah itu berkata bahwa tidak
ada nabi akan datang lagi dan pintu
wahyu telah tertutup untuk selama-lamanya (QS.72:8).
Selanjutnya
mengenai pendustaan terhadap para Rasul
Allah yang dibangkitkan di kalangan Bani
Israil mulai dari Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Allah Swt. berfirman:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا
مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا
عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ
اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا
جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ
عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ
۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ
اَنۡفُسَہُمۡ اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ
عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ
عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ
مُّہِیۡنٌ ﴿﴾ وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ
اٰمِنُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ قَالُوۡا نُؤۡمِنُ بِمَاۤ اُنۡزِلَ عَلَیۡنَا وَ یَکۡفُرُوۡنَ بِمَا وَرَآءَہٗ
٭ وَ ہُوَ الۡحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَہُمۡ
ؕ قُلۡ فَلِمَ تَقۡتُلُوۡنَ اَنۡۢبِیَآءَ اللّٰہِ مِنۡ قَبۡلُ اِنۡ
کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ جَآءَکُمۡ مُّوۡسٰی بِالۡبَیِّنٰتِ ثُمَّ
اتَّخَذۡتُمُ الۡعِجۡلَ مِنۡۢ بَعۡدِہٖ وَ اَنۡتُمۡ ظٰلِمُوۡنَ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di
belakangnya, Kami
berikan kepada Isa Ibnu Maryam
Tanda-tanda yang nyata, dan juga
Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak
disukai oleh dirimu kamu berlaku takabur,
lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian
lainnya kamu bunuh? Dan
mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka maka sedikit
sekali apa yang mereka imani. Dan tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab yakni Al-Quran dari Allah menggenapi apa yang ada pada mereka,
sedangkan sebelum itu mereka senantiasa
memohon kemenangan atas orang-orang
kafir, tetapi tatkala datang
kepada mereka apa yang
mereka kenali itu lalu mereka kafir kepadanya
maka laknat Allah atas
orang-orang kafir. Sangat buruk hal yang dengan itu mereka telah menjual dirinya
yakni mereka kafir kepada apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hamba-Nya, lalu mereka
ditimpa kemurkaan demi kemurkaan, dan bagi
orang-orang kafir ada azab yang menghinakan. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada apa yang diturunkan Allah”,
mereka berkata: “Kami hanya
beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kami”, dan mereka kafir kepada yang diturunkan sesudahnya,
padahal itulah haq (kebenaran) yang menggenapi
yang ada pada mereka. Katakanlah: ”Lalu mengapa kamu membunuh
nabi-nabi Allah sebelum ini, jika kamu sungguh orang-orang beriman?” Dan sungguh
Musa benar-benar telah datang kepada kamu dengan Tanda-tanda yang nyata, kemudian sepeninggalnya kamu menjadikan anak sapi sebagai
sembahan dan ka-mu orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah [2]:88-93).
Kesedihan Nabi Musa a.s. atas Kedurhakaan Kaumnya dan
Nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam Mengenai Nabi Ahmad Saw.
Ayat 90
“sedangkan sebelum itu mereka senantiasa memohon kemenangan atas orang-orang kafir“ berarti
bahwa orang-orang Yahudi biasa
membukakan kepada orang-orang musyrik
Arab kenyataan bahwa ada nubuatan-nubuatan
dalam Kitab-kitab Suci mereka tentang kedatangan seorang Nabi yang akan menyebarkan kebenaran ke seluruh dunia (Ulangan
18:18 dan 28:1-2; QS.2:77). Tetapi ketika Nabi
Allah itu sungguh-sungguh muncul, bahkan orang-orang dari antara mereka
yang telah melihat Tanda-tanda dari
Allah Swt. menjadi sempurna dalam diri beliau saw., mereka berpaling
dari beliau saw..
Atau mungkin pula artinya bahwa
sebelum diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. orang-orang Yahudi biasa mendoa
dengan khusuk kepada Tuhan agar
membangkitkan seorang nabi yang akan menyebabkan agama yang benar itu menang terhadap agama-agama palsu (Hisyam,
1, 150), tetapi ketika Nabi Allah yang untuknya mereka
terus-terus mendoa itu sungguh-sungguh datang dan keunggulan haq (kebenaran) di atas kepalsuan mulai nampak mereka menolaknya dan sebagai akibatnya
penolakan itu menimpakan atas mereka laknat
Allah Swt..
Berikut firman-Nya mengenai kesedihan
Nabi Musa a.s. terhadap kedurhakaan
kaum beliau (Bani Israil) dan nubuatan
Nabi isa Ibnu Maryam a.s. tentang kedatangan Nabi Ahmad saw. atau Nabi
Besar Muhammad saw., sebagai pemberitahuan mengenai akan dipindahkan-Nya nikmat kenabian dari
kalangan Bani Israil kepada Bani Isma’il, firman-Nya:
وَ
اِذۡ قَالَ مُوۡسٰی لِقَوۡمِہٖ یٰقَوۡمِ
لِمَ تُؤۡذُوۡنَنِیۡ وَ قَدۡ
تَّعۡلَمُوۡنَ اَنِّیۡ رَسُوۡلُ اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ ؕ فَلَمَّا زَاغُوۡۤا اَزَاغَ اللّٰہُ قُلُوۡبَہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ
عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ یٰبَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ اِنِّیۡ رَسُوۡلُ
اللّٰہِ اِلَیۡکُمۡ
مُّصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیَّ
مِنَ التَّوۡرٰىۃِ وَ
مُبَشِّرًۢا بِرَسُوۡلٍ یَّاۡتِیۡ مِنۡۢ
بَعۡدِی اسۡمُہٗۤ اَحۡمَدُ ؕ
فَلَمَّا جَآءَہُمۡ بِالۡبَیِّنٰتِ
قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu
sungguh mengetahui bahwa aku Rasul Allah yang diutus kepada kamu?” Maka tatkala mereka menyimpang dari jalan
benar Allah pun menyimpangkan hati
mereka, dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada kaum yang fasik (durhaka). Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata: ”Hai Bani
Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah
kepada kamu menggenapi apa yang ada sebe-lumku yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira mengenai seorang
rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad.” Maka tatkala
ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (Ash-Shaf
[61]:6-7).
Mungkin tidak ada nabi Alah yang begitu banyak menderita
kepedihan hati karena perbuatan para pengikutnya selain Nabi Musa a.s. Kaum
Nabi Musa s.s. telah
menyaksikan lasykar Firaun tenggelam
di hadapan mata kepala mereka sendiri, namun demikian baru saja mereka
melintasi lautan mereka telah mencoba lagi kembali
kepada kemusyrikan, dan karena mereka melihat suatu kaum penyembah berhala, mereka meminta kepada
Nabi Musa a.s. membuatkan bagi mereka berhala semacam itu juga (QS.7:139).
Ketika mereka disuruh
bergerak memasuki Kanaan – negeri yang
telah dijanjikan Allah Swt. akan
diberikan kepada mereka, tetapi mereka sambil
mencemoohkan dan dengan bersitebal-kulit-muka mereka mengatakan
kepada Nabi Musa a.s. agar
beliau sendiri pergi berperang bersama
Tuhan beliau yang amat dipercayai beliau, mereka tidak mau bergerak barang satu
tapak pun dari tempat mereka bermukim (QS.5:25).
Jadi Nabi Musa a.s. – dalam usaha beliau memanggil mereka
kembali dari kemusyrikan berkali-kali
dihina dan dikecewakan oleh kaum yang justru telah diselamatkan beliau dari
penindasan perbudakan Fir’aun itu.
Mereka malahan mengumpat dan memfitnah Nabi Musa a.s..
Peringatan Allah Swt. Kepada Umat Islam
Sehubungan dengan
berbagai macam kedurhakaan yang telah dilakukan oleh kaum Nabi Musa a.s.
tersebut Allah Swt. telah memperingatkan
umat Islam agar tidak melakukan keburukan yang sama terhadap Nabi Besar Muhammad
saw., yang adalah misal Nabi Musa a.s. (QS.46:11):
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اٰذَوۡا مُوۡسٰی
فَبَرَّاَہُ اللّٰہُ مِمَّا قَالُوۡا ؕ وَ
کَانَ عِنۡدَ اللّٰہِ وَجِیۡہًا ﴿ؕ﴾ یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ وَ قُوۡلُوۡا قَوۡلًا سَدِیۡدًا ﴿ۙ﴾ یُّصۡلِحۡ لَکُمۡ اَعۡمَالَکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ
ؕ وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu
seperti orang-orang yang telah
menyusahkan Musa, tetapi Allah
membersihkannya dari apa yang mereka katakan. Dan ia di sisi Allah adalah orang yang terhormat. Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang jujur. Dia akan memperbaiki bagi kamu
amal-amalmu dan akan mengampuni bagi
kamu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia akan meraih kemenangan
besar. (Al-Ahzāb [33]:70-72).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar