Selasa, 21 Mei 2013

"Al-Masih Akhir Zaman" Merupakan "As-Saa'ah" (Tanda Saat) bagi Bani Isma'il di Akhir Zaman




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 123


   Al-Masih Akhir Zaman Merupakan As-Sā’ah (Tanda Saat) bagi Bani Isma’il di Akhir Zaman  

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai   tiga tingkatan pembelaan Allah Swt. sehubungan dengan   Khātaman Nabiyyīn,  terhadap hujatan  bahwa Nabi Besar Muhammad saw. – bertentangan dengan adat istiadat jahiliyah --  telah menikahi janda  Zaid bin Haritsan r.a., yang  sebelumnya dijadikan “anak angkat” oleh Nabi Besar Muhammad saw., kemudian dibatalkan oleh  Surah Al-Ahzab [33]:5-6,  firman-Nya:
مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ  اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ وَ خَاتَمَ  النَّبِیّٖنَ ؕ وَ  کَانَ اللّٰہُ  بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿﴾
Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara laki-laki  kamu, akan tetapi ia adalah Rasul Allah dan khātaman Nabiyyīn   dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Ahzāb [33]:41). 
  Dalam firman-Nya tersebut Allah Swt. mengemukakan tiga alasan yang menggugurkan secara telak  tuduhan dusta  para pemimpin kaum kafir Quraisy atau para pemimpin bangsa Arab jahiliyah, yakni:
       (1) مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ  اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ   --  Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara laki-laki  kamu”,   yakni: “Hai para penentang, kalian sendiri menjadi saksi bahwa semua anak laki-laki Rasulullah saw. wafat pada waktu masih  kecil, sehingga kalian sendiri telah menuduh beliau saw. sebagai seorang “abtar” (yang terputus keturunannya  - QS.108:104), dengan demikian Rasulullah saw. tidak memiliki hubungan darah dengan seorang laki-laki bangsa Arab mana pun, termasuk dengan Zaid bin Haritsah, karena ia hanyalah seorang bekas “anak angkat”. Karena itu dalam pernikahan Rasulullah saw.  dengan Zainab – janda anak-angkatnya -- tersebut  tidak ada kesalahan serta tidak ada mudarat apa pun yang dilakukan oleh Rasulullah saw.”
       (2) وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ  -- “akan tetapi ia adalah Rasul Allah”,  yakni Nabi Muhammad saw. bukan seorang “bapak jasmani” seorang laki-laki bangsa Arab manapun melainkan  kedudukannya sebagai Rasul Allah  merupakan “bapak ruhani” semua orang beriman, yang mencakup bangsa-bangsa yang bukan-Arab  karena beliau saw. merupakan rasul Allah untuk seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108-109; QS.25:2; QS.34:29), dan istri-istrinya merupakan ummul-mukminin (ibu  orang-orang beriman - QS.33:7).
     (3)  وَ خَاتَمَ  النَّبِیّٖنَ    - dan khātaman Nabiyyīn”, yakni ia bukan hanya sekedar seorang Rasul Allah pembawa syariat terakhir dan tersempurna untuk seluruh umat manusia (QS.5:4), bahkan Muhammad saw. adalah satu-satunya Rasul Allah  yang bergelar khātaman Nabiyyīn yakni  Cap atau Segel atau Meterai Nabi-nabi atau nabi  Allah yang paling mulia dan paling absah  kenabiannya, sehingga sangat mustahil baginya melakukan kekeliruan dalam hal menikahi Zainab r.a. tersebut.
       Itulah tiga  macam pembelaan Allah Swt. yang tak terbantahkan  terhadap berbagai tuduhan dusta dan fitnah yang dilontarkan para pemimpin bangsa Arab Jahiliyah berkenaan dengan pernikahan Nabi Besar Muhammad saw. dengan Zainab r.a., janda dari Zaid  bin Haritsah r.a., yang menurut adat istiadat bangsa Arab jahiliyah dilarang melakukannya, karena menurut mereka kedudukan “anak angkat” sama dengan “anak kandung”.
       Kalau kata  khātaman-nabiyyīn hanya diartikan   penutup nabi-nabi   maka sama sekali tidak ada unsur  pembelaan  Allah Swt. terhadap Nabi Besar Muhammad saw., sebab tidak selamanya sesuatu yang kedudukannya  terakhir (penutup) berkonotasi  (bermakna) baik (positif).

Berbagai Makna Khātaman Nabiyyīn

    Khātam berasal dari kata khatama yang berarti: ia memeterai, mencap, mensahkan atau mencetakkan pada barang itu. Inilah arti-pokok kata itu. Adapun arti kedua ialah: ia mencapai ujung benda itu; atau menutupi benda itu, atau melindungi apa yang tertera dalam tulisan dengan memberi tanda atau mencapkan secercah tanah liat di atasnya, atau dengan sebuah meterai jenis apa pun. Khātam berarti juga sebentuk cincin stempel; sebuah segel, atau meterai dan sebuah tanda; ujung atau bagian terakhir dan hasil atau anak (cabang) suatu benda.
      Kata khātam itu pun berarti hiasan atau perhiasan; terbaik atau paling sempurna. Kata-kata khatim, khatm dan khatam hampir sama artinya (Lexicon Lane, Al-Mufradat, Fath-ul-Bari, dan Zurqani). Maka kata khātaman nabiyyin akan berarti: meterai para nabi; yang terbaik dan paling sempurna dari antara nabi-nabi; hiasan dan perhiasan nabi-nabi. Arti kedua ialah nabi terakhir yang membawa syariat.
      Sebagaimana telah diseinggung sebelumnya, di Mekkah pada waktu semua putra (anak laki-laki) Nabi Besar Muhammad saw. telah meninggal dunia semasa masih kanak-kanak, musuh-musuh beliau saw. mengejek beliau sebagai seorang abtar (yang tidak mempunyai anak laki-laki), yang berarti karena ketiadaan ahliwaris lelaki itu untuk menggantikan beliau saw. maka jemaat beliau saw. (umat Islam) cepat atau lambat akan menemui kesudahan (Muhith).
      Sebagai jawaban terhadap ejekan orang-orang kafir tersebut,  secara tegas Allah Swt. menyatakan dalam Surah Al-Kautsar bahwa bukan  Nabi Besar Muhammad saw.  melainkan musuh-musuh beliau saw. itulah yang  akan abtar (tidak akan berketurunan) --  baik dari segi jasmani maupun secara ruhani  -- karena banyak di antara keturunan jasmani  mereka yang mati dalam peperangan melawan Nabi Besar Muhammad saw., atau mereka itu beriman kepada beliau saw. serta menjadi putra-putra ruhani Nabi Besar Muhammad saw., contohnya Khalid bin Walid r.a., Ikrimah  r.a. anaknya Abu Jahal dll., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  اِنَّاۤ  اَعۡطَیۡنٰکَ  الۡکَوۡثَرَ ؕ﴿﴾   فَصَلِّ  لِرَبِّکَ وَ انۡحَرۡ ؕ﴿﴾  اِنَّ شَانِئَکَ ہُوَ الۡاَبۡتَرُ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah  menganugerahkan kepada engkau berlimpah-limpah kebaikan. Maka shalatlah  bagi Tuhan engkau dan berkorbanlah.   Sesungguhnya musuh engkau, dialah yang  tanpa keturunan.  (Al-Kautsar [108]:1-4).
    Dengan demikian penyebutan abtar  (terputus keturunannya) oleh para pemuka kaum kafir Quraisy terhadap Nabi Besar Muhammad saw.  -- sehuhungan meninggalnya seluruh putera laki-laki beliau saw. di masa kecil – tenpa mereka sadari setelah menjadi “boomerang” yang akibatnya menimpa kepada bangsa Arab atau Bani Ismail , karena sebagaimana di kalangan Bani Israil  rasul Allah yang terakhir diutus di kalangan mereka, yaitu Nabi Isa Ibnu Maryam  a.s., hubungan darahnya dengan Bani Israil hanya dari pihak perempuan, demikian pula dengan kewafatan putra-putra Nabi Besar Muhammad saw. pada waktu kecil pun telah mengakibatkan hal yang sama berkenaan bangsa Arab (Bani Isma’il), yakni Rasul Allah  yang bertugas untuk mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10) pun hubungan darahnya dengan bangsa Arab (Bani Ismail) hanya melalui perempuan, yaitu Sayyidah Fatimah r.a. binti Rasulullah Saw. melalui jalur Imam Hasan r.a..

As-Sā’ah (Tanda  Saat/Kiamat) bagi Bani Isma’il

    Dengan demikian jelaslah bahwa  sebagaimana Allah Swt. telah menyebut pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dilahirkan tanpa ayah seorang laki-laki dari Bani Israil sebagai as-Sā’ah (Tanda Saat/Kiamat) bagi Bani Israil (QS.43:62), demikian juga kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. atau Al-Masih Akhir Zaman a.s. yang muncul dari kalangan umat Islam pun – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- merupakan as-Sā’ah (Tanda Saat/Kiamat) bagi Bani Isma’il  (bangsa Arab), firman-Nya:
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ  مَثَلًا  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾   وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾  اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ  مَثَلًا   لِّبَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾  وَ لَوۡ  نَشَآءُ  لَجَعَلۡنَا مِنۡکُمۡ مَّلٰٓئِکَۃً  فِی الۡاَرۡضِ  یَخۡلُفُوۡنَ ﴿﴾  وَ اِنَّہٗ  لَعِلۡمٌ  لِّلسَّاعَۃِ  فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِہَا وَ اتَّبِعُوۡنِ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿﴾  وَ لَا یَصُدَّنَّکُمُ الشَّیۡطٰنُ ۚ اِنَّہٗ  لَکُمۡ عَدُوٌّ  مُّبِیۡنٌ ﴿﴾  وَ لَمَّا جَآءَ عِیۡسٰی بِالۡبَیِّنٰتِ قَالَ قَدۡ جِئۡتُکُمۡ  بِالۡحِکۡمَۃِ وَ لِاُبَیِّنَ  لَکُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ تَخۡتَلِفُوۡنَ فِیۡہِ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰہَ  وَ اَطِیۡعُوۡنِ ﴿﴾   اِنَّ اللّٰہَ  ہُوَ رَبِّیۡ  وَ رَبُّکُمۡ  فَاعۡبُدُوۡہُ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ  مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿﴾    
Dan apabila   Ibnu Maryam dikemukakan  sebagai misal tiba-tiba kaum engkau meneriakkan penentangan  terhadapnya, dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah.  Ia (Isa) tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan  bagi Bani IsrailDan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami menjadikan malaikat dari antara kamu  sebagai penerus di bumi.  Tetapi sesungguhnya ia (Isa) benar-benar pengetahuan mengenai Saat,  maka janganlah ragu-ragu mengenainya dan ikutilah aku, inilah jalan lurus. Dan janganlah syaitan menghalang-halangi kamu, sesungguhnya ia bagi kamu adalah musuh yang nyata.  Dan  tatkala Isa datang dengan Tanda-tanda yang nyata ia berkata: "Sungguh  aku datang kepada kamu dengan hikmah, dan menjelaskan beberapa hal kepada kamu yang mengenainya kamu berselisih, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.  Sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhan-ku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, inilah jalan yang lurus."   (Az-Zuhruf [43]:58-65).
   Shadda (yashuddu) berarti: ia menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia mengajukan sanggahan/protes (Aqrab-ul-Mawarid).  Kedatangan Al-Masih a.s.  adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya.
     Karena matsal berarti sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat 58 ini, di samping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa bila kaum Nabi Besar Muhammad saw.   — yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama (misal) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan dibangkitkan di antara mereka (QS.62:3-5), untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang (QS.61:10), maka dari bergembira atas kabar gembira itu malah mereka berteriak  mengajukan protes. Jadi, ayat ini dapat dianggap mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    untuk kedua kalinya.

Pengutusan Para Malaikat dan As-Sā’ah (Tanda Saat/Kiamat)

    Mengenai ayat   وَ لَوۡ  نَشَآءُ  لَجَعَلۡنَا مِنۡکُمۡ مَّلٰٓئِکَۃً  فِی الۡاَرۡضِ  یَخۡلُفُوۡنَ    -- “Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami menjadikan malaikat dari antara kamu  sebagai penerus di bumi”, para malaikat tidak dapat dijadikan contoh dan model bagi manusia; oleh karena itu, Allah Swt. senantiasa mengutus manusia guna menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia dan untuk menjadi contoh dan teladan bagi manusia atau dari  kalangan Bani Adam (QS.7:33-37)  firman-Nya:
اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌۢ  بَصِیۡرٌ ﴿ۚ﴾
Allah senantiasa memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (Al-Hajj [22]:75).
 Kata  "Saat" pada ayat  وَ اِنَّہٗ  لَعِلۡمٌ  لِّلسَّاعَۃِ  فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِہَا وَ اتَّبِعُوۡنِ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ  -  Tetapi sesungguhnya ia (Isa) benar-benar pengetahuan mengenai  Saat,  maka janganlah ragu-ragu mengenainya dan ikutilah aku, inilah jalan lurus” dapat menyatakan waktu berakhirnya syariat Nabi Musa a.s.  dan kata pengganti hu dalam innahu dapat mengisyaratkan kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau kepada Al-Quran, dan ayat ini dapat berarti bahwa sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kaum Bani Israil akan kehilangan karunia kenabian, atau bahwa syariat lain —ialah syariat Al-Quran— akan menggantikan syariat Nabi Musa a.s..
      Terlepasnya Kanaan (Palestina)  -- “negeri yang dijanjikan” dari tangan umat Islam di Timur tengah pada tahun 1948,  serta keadaan kacau-balau di kawasan Timur-Tengah  berupa peperangan berkepanjangan antara sesama umat Islam yang berbeda sekte serta mazhab  yang terus berkecamuk hingga saat ini, pada hakikatnya merupakan Tanda kebenaran as-Sā’ah (tanda Saat/Kiamat) bagi Bani Isma’il,  bahwa  Al-Masih Akhir Zaman yang kedatangannya   ditunggu-tunggu oleh tiga kaum keturunan  Nabi Ibrahim a.s. --  umat Yahudi, umat Kristen dan Umat Islam – Rasul Akhir Zaman tersebut  telah datang, namun mereka mendustakan serta menentang  Rasul Akhir Zaman tersebut, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., sehingga akibatnya yang terjadi adalah sebagaimana firman Allah Swt. selanjutnya: 
فَاخۡتَلَفَ الۡاَحۡزَابُ مِنۡۢ  بَیۡنِہِمۡ ۚ فَوَیۡلٌ  لِّلَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا مِنۡ عَذَابِ یَوۡمٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  ہَلۡ یَنۡظُرُوۡنَ  اِلَّا السَّاعَۃَ  اَنۡ تَاۡتِیَہُمۡ بَغۡتَۃً  وَّ ہُمۡ  لَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾  اَلۡاَخِلَّآءُ  یَوۡمَئِذٍۭ بَعۡضُہُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ  اِلَّا الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿ؕ﴾  یٰعِبَادِ  لَا خَوۡفٌ عَلَیۡکُمُ  الۡیَوۡمَ  وَ لَاۤ اَنۡتُمۡ  تَحۡزَنُوۡنَ﴿ۚ﴾
Tetapi    golongan-golongan di antara mereka berselisih, maka celakalah bagi  orang-orang zalim karena azab hari yang pedih. Tidaklah yang mereka tunggu-tunggu selain Saat yang akan datang kepada mereka secara tiba-tiba dan mereka tidak menyadari. Kawan-kawan pada hari itu sebagian akan bermusuhan dengan sebagian lain,  kecuali orang-orang bertakwa.  Allah berfirman: "Hai hamba-hamba-Ku,  tidak ada ketakutan atas kamu pada hari ini dan tidak pula ka-mu akan bersedih hati  (Az-Zuhruf [43]:66-69).
     Pada saat derita sengsara, segala persahabatan dilupakan. Kawan-kawan saling menjauhi, bahkan berubah menjadi musuh. Di tempat lain Al-Quran memberikan penjelasan yang terinci mengenai keadaan orang-orang berdosa, bila mereka diharapkan kepada akibat-akibat buruk perbuatan buruk mereka. Berikut ini adalah gambaran dahsyatnya azab pamungkas di Akhir Zaman ini yang, insya Allah, akan menimpa  seluruh dunia,  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  سَاَلَ  سَآئِلٌۢ  بِعَذَابٍ  وَّاقِعٍ ۙ﴿﴾  لِّلۡکٰفِرِیۡنَ لَیۡسَ لَہٗ  دَافِعٌ ۙ﴿﴾  مِّنَ اللّٰہِ  ذِی الۡمَعَارِجِ ؕ﴿﴾  تَعۡرُجُ  الۡمَلٰٓئِکَۃُ  وَ الرُّوۡحُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗ  خَمۡسِیۡنَ اَلۡفَ سَنَۃٍ ۚ﴿﴾  فَاصۡبِرۡ  صَبۡرًا  جَمِیۡلًا ﴿﴾  اِنَّہُمۡ  یَرَوۡنَہٗ  بَعِیۡدًا ۙ﴿﴾  وَّ  نَرٰىہُ  قَرِیۡبًا ؕ﴿﴾  یَوۡمَ  تَکُوۡنُ  السَّمَآءُ  کَالۡمُہۡلِ ۙ﴿﴾  وَ تَکُوۡنُ  الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ  ۙ﴿﴾  وَ لَا یَسۡـَٔلُ  حَمِیۡمٌ حَمِیۡمًا ﴿ۚ﴾ یُّبَصَّرُوۡنَہُمۡ ؕ یَوَدُّ  الۡمُجۡرِمُ لَوۡ  یَفۡتَدِیۡ مِنۡ عَذَابِ یَوۡمِئِذٍۭ بِبَنِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ صَاحِبَتِہٖ وَ اَخِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ فَصِیۡلَتِہِ الَّتِیۡ تُــٔۡوِیۡہِ ﴿ۙ﴾  وَ مَنۡ  فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا ۙ ثُمَّ  یُنۡجِیۡہِ ﴿ۙ﴾  کَلَّا ؕ اِنَّہَا  لَظٰی﴿ۙ﴾  نَزَّاعَۃً   لِّلشَّوٰی  ﴿ۚۖ﴾ تَدۡعُوۡا  مَنۡ  اَدۡبَرَ  وَ تَوَلّٰی ﴿ۙ﴾ وَ  جَمَعَ   فَاَوۡعٰی ﴿﴾  

Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Seorang penanya menanyakan mengenai  azab yang akan terjadi,  untuk orang-orang kafir, yang seorang pun dapat menghindarkan-nyaAzab itu dari Allah Yang memiliki tempat-tempat naik,  malaikat-malaikat dan ruh itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang ukurannya lima puluh ribu tahun.  Maka bersabarlah dengan sabar yang baik.  Sesungguhnya mereka memandang hari itu sangat jauh, mustahil, sedangkan Kami melihatnya dekat, pasti terjadi.   Pada hari langit akan menjadi seperti cairan tembaga, dan gunung-gunung akan menjadi seperti bulu domba yang dihamburkan. Dan tidak akan bertanya  sahabat karib kepada sahabat karib lainnya.   Hari itu akan diperlihatkan dengan jelas kepada mereka.  Orang ber-dosa ingin seandainya  dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya,  dan isterinya serta  saudaranya,   dan kaum kerabatnya yang melindunginya, dan bahkan  semua orang yang ada di bumi kemudian menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya  itu nyala api,   yang melucuti kulit  kepala, yang memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling,   dan menimbun harta serta menahannya.  (Al-Ma’arīj [70]:1-19).
   
(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 9 Mei  2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar