بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 87
Hakikat Proses
Kehamilan Maryam binti ‘Imran Melalui
“Kalimat” Allah Swt.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab
sebelumnya telah dikemukakan firman Allah Swt. mengenai kehebohan
di kalangan para pendeta akibat kehamilan
gadis Maryam yang sedang mewakafkan dirinya di rumah peribadatan, firman-Nya:
ذٰلِکَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الۡغَیۡبِ نُوۡحِیۡہِ اِلَیۡکَ ؕ وَ مَا کُنۡتَ
لَدَیۡہِمۡ اِذۡ یُلۡقُوۡنَ اَقۡلَامَہُمۡ اَیُّہُمۡ یَکۡفُلُ
مَرۡیَمَ ۪ وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ
اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾
Yang
demikian itu sebagian dari kabar-kabar gaib yang Kami mewahyukannya kepada engkau. Dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan panah-panah mereka untuk
mengundi siapa di antara mereka yang akan memelihara
Maryam, dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka berbantah. (Āli ‘Imran [3]:45).
Banyak fakta yang telah
dijelaskan oleh Al-Quran mengenai Siti Maryam, dan tidak terdapat dalam
Kitab-kitab Suci sebelumnya. Oleh karena itu fakta-fakta itu dibicarakan di sini sebagai hal-hal yang “gaib.” Seperti dituturkan dalam
ayat-ayat berikutnya, Siti Maryam
telah menjadi hamil, padahal beliau
sedang hidup mewakafkan diri dan
tinggal di tempat peribadatan.
Merekayasa Pernikahan Gadis Maryam
yang Sedang Hamil dengan Yusuf
yang Punya Istri
Para pendeta menjadi resah ketika mereka mengetahui kenyataan yang mengejutkan itu. Mereka khawatir jangan-jangan telah terjadi perbuatan tidak senonoh dan perselisihan pun terjadi di antara
mereka sendiri, lalu mereka mengadakan undian
untuk menentukan siapa harus mengurus
Siti Maryam dan mengatur pernikahan
beliau dengan seseorang.
Orang bernama Yusuf, seorang
tukang kayu, seperti disebut dalam Injil, dianggap cocok untuk menjadi suaminya. Dibujuklah ia agar menerima
keadaan yang kisruh itu. Tentu saja
semuanya itu dilakukan secara rahasia
dan dengan demikian hal itu merupakan sesuatu
yang gaib dan telah disingkapkan oleh
Allah Swt. dalam Al-Quran kepada Nabi
Besar Muhammad saw..
Dengan demikian kehebohan yang terjadi di kalangan para
pendeta Yahudi akibat hamilnya gadis
Maryam tersebut sekali gus sebagai nubuatan (kabar gaib) -- dan juga peringatan -- untuk membuktikan
bahwa rahbaniyah sama sekali bukanlah ajaran dari Allah Swt. melainkan suatu bid’ah yang dibuat-buat di kalangan agama Yahudi –
yang akan melahirkan berbagai bentuk skandal yang berkaitan dengan masalah seks -- firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَا نُوۡحًا وَّ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ جَعَلۡنَا
فِیۡ ذُرِّیَّتِہِمَا النُّبُوَّۃَ وَ الۡکِتٰبَ فَمِنۡہُمۡ مُّہۡتَدٍ ۚ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ ثُمَّ قَفَّیۡنَا عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ بِرُسُلِنَا وَ قَفَّیۡنَا بِعِیۡسَی ابۡنِ
مَرۡیَمَ وَ اٰتَیۡنٰہُ الۡاِنۡجِیۡلَ ۬ۙ
وَ جَعَلۡنَا فِیۡ قُلُوۡبِ الَّذِیۡنَ
اتَّبَعُوۡہُ رَاۡفَۃً وَّ رَحۡمَۃً ؕ وَ رَہۡبَانِیَّۃَۨ ابۡتَدَعُوۡہَا مَا کَتَبۡنٰہَا
عَلَیۡہِمۡ اِلَّا ابۡتِغَآءَ رِضۡوَانِ
اللّٰہِ فَمَا رَعَوۡہَا حَقَّ
رِعَایَتِہَا ۚ فَاٰتَیۡنَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡہُمۡ اَجۡرَہُمۡ ۚ وَ
کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah mengutus
Nuh dan Ibrahim, dan Kami meletakkan di antara benih keturunan
mereka berdua kenabian dan Kitab, maka sebagian mereka mengikuti petunjuk tetapi kebanyakan
dari mereka itu fasik. Kemudian Kami
mengikutkan di atas jejak-jejak mereka rasul-rasul Kami, dan Kami mengikutkan pula Isa Ibnu
Maryam, dan Kami memberikan
kepadanya Injil, dan Kami menjadikan
dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan cara hidup merahib yang dibuat-buat
mereka Kami sekali-kali tidak
mewajibkannya atas mereka, kecuali untuk mencari keridhaan Allah, tetapi mereka
tidak melaksanakannya sebagaimana seharusnya dilaksanakan, maka Kami menganugerahkan kepada orang-orang
yang beriman di antara mereka ganjaran
mereka, tetapi kebanyakan dari
mereka fasik. (Al-Hadīd [57]:27-28).
Demikianlah penjelasan mengenai firman
Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. sebelum ini:
ذٰلِکَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الۡغَیۡبِ نُوۡحِیۡہِ اِلَیۡکَ ؕ وَ مَا کُنۡتَ
لَدَیۡہِمۡ اِذۡ یُلۡقُوۡنَ اَقۡلَامَہُمۡ اَیُّہُمۡ یَکۡفُلُ
مَرۡیَمَ ۪ وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ
اِذۡ یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾
Yang
demikian itu sebagian dari kabar-kabar gaib yang Kami mewahyukannya kepada engkau. Dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan panah-panah mereka untuk
mengundi siapa di antara mereka yang akan memelihara
Maryam, dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka berbantah. (Āli ‘Imran [3]:45).
Proses Kehamilan Gadis Maryam
Melalui “Kalimat” (Perintah) Allah Swt.
Selanjutnya Allah Swt. menjelaskan
mengenai proses kehamilan yang
terjadi pada gadis Maryam di
lingkungan rumah peribadatan,
sehingga Allah Swt. telah menjadikan kasus
yang terjadi para gadis Maryam tersebut sebagai
misal mengenai hamba-hamba Allah yang menjaga secara ketat kesucian jiwanya seperti gadis Maryam (QS.66:13), firman-Nya:
اِذۡ
قَالَتِ الۡمَلٰٓئِکَۃُ یٰمَرۡیَمُ اِنَّ اللّٰہَ یُبَشِّرُکِ بِکَلِمَۃٍ مِّنۡہُ
٭ۖ اسۡمُہُ الۡمَسِیۡحُ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ وَجِیۡہًا فِی الدُّنۡیَا وَ
الۡاٰخِرَۃِ وَ مِنَ الۡمُقَرَّبِیۡنَ ﴿ۙ
﴾ وَ یُکَلِّمُ النَّاسَ فِی الۡمَہۡدِ وَ
کَہۡلًا وَّ مِنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾
Ingatlah ketika para malaikat berkata:
“Hai Maryam, sesungguhnya Allah
memberi engkau kabar gembira dengan satu
kalimat dari-Nya tentang kelahiran seorang anak laki-laki
namanya Al-Masih Isa Ibnu Maryam, yang dimuliakan
di dunia serta di akhirat, dan ia adalah dari antara orang-orang yang didekatkan kepada
Allah. Dan ia akan bertutur-kata dengan manusia
dalam buaian dan ketika
sudah setengah umur, dan ia
dari kalangan orang-orang saleh.
(Āli
‘Imran [3]:46-47).
Kalimah berarti: sebuah kata,
putusan, perintah (Al-Mufradat).
Kata ini bersama-sama dengan kata ruh yang terdapat dalam QS.4:172,
menjelaskan tanpa sekelumit pun keraguan bahwa jauh dari membenarkannya, bahkan
kata-kata itu dipakai untuk menghancurkan
dan menolak keras paham yang
menganggap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. --
na’ūdzubillāhi min dzālik -- adalah Tuhan dan anak Tuhan.
Dalam ayat ini Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. disebut Kalimatullāh (kalimat
Allah) karena kata-kata (ucapan-ucapan) beliau membantu untuk
kepentingan Kebenaran. Seperti halnya
orang yang membela kepentingan kebenaran dengan keberaniannya disebut Saifullāh
(Pedang Allah) atau Asadullāh (Singa Allah), demikian pula Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. disebut Kalimatullāh, sebab kelahirannya tidak terjadi dengan
perantaraan seorang ayah melainkan
atas “perintah” langsung dari Allah Swt. (QS.19:22).
Selain arti harfiah yang
tercantum di atas, Al-Quran telah memakai kata kalimah dalam arti-arti
berikut: (1) “Tanda” (QS.66:13 dan QS.8:8); (2) “hukuman” (QS.10:97); (3)
“rencana” atau “rancangan” (QS.9:40); (4) “kabar gembira” (QS.7:138); (5)
“ciptaan Tuhan” (QS.18:110); (6) “semata-mata ucapan” atau “semata-mata
pernyataan” (QS.23:101).
Diambil dalam rangkuman salah
satu arti di atas, penggunaan kata kalimah mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam
sekali-kali tidak memberikan kepada beliau suatu martabat yang lebih baik daripada nabi-nabi lainnya. Tambahan
pula, bila Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. disebut Kalimah dalam Al-Quran, Nabi Besar Muhammad saw. telah disebut Dzikr, artinya Kitab atau nasihat yang baik (QS.65:11-12), yang tentunya terdiri atas banyak kalimat.
Pada hakikatnya, bila Kalimatullāh
diambil dalam arti “Firman Allah”, paling-paling
kita hanya dapat mengatakan bahwa Allah
Swt. telah menyatakan Diri-Nya lewat Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. seperti halnya Allah Swt. menyatakan
Diri-Nya melalui para nabi Allah lainnya,
bahkan yang terbesar dan tersempurna adalah melalui Nabi Besar Muhammad saw.,
sehingga Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah
menyebut Nabi Besar Muhammad saw. seakan-akan “kedatangan Tuhan”, yakni “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama
Tuhan” (Matius 23:37-39).
Jadi, kata-kata (kalimat) tidak
lain hanya wahana untuk pengungkapan pikiran-pikiran. Kata-kata (kalimat)
tidak merupakan bagian wujud kita dan
tidak pula menjadi titisan manusia,
karena itu ada alasan untuk mengartikan
kata “Kalimah” secara berlebihan mengenai
kehamilan Siti Maryam dan kelahiran
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Kata ‘Isa agaknya bentuk
ubahan dari kata Ibrani Yasu’, sedangkan Yesus adalah bentuk
bahasa Yunani dari kata Yosua dan Yesua (Encyclopaedia Biblica). Sebutan Ibn
Maryam itu nama-keluarga Nabi Isa a.s. yang dalam bahasa Arab dikenal
sebagai kuniyah. Yesus disebut Ibn
Maryam mungkin karena disebabkan lahir tanpa ayah, beliau tidak
dapat dikenal kecuali dengan nama ibunya.
Makna Mahd (Usia dalam Buaian)
&
Kahl (Usia Setengah Umur)
Ungkapan kalimat “ia adalah dari antara orang-orang
yang didekatkan“ tidak
memberikan kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. martabat yang lebih tinggi daripada seorang abdi-Allah (hamba Allah) yang bertakwa. Semua orang yang tinggi
tingkat ketakwaannya dalam Al-Quran
disebut sebagai dianugerahi kedekatan kepada Tuhan (QS.56:11, 12).
Arti
yang pokok dari kata mahd dalam kalimat “Dan ia akan bertutur-kata dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah setengah umur,“ adalah keadaan atau masa persiapan ketika orang seolah-olah disiapkan dan dibenahi
untuk memangku tugas-tugas yang akan
diserahkan kepadanya ketika menginjak usia
matang.
Disebutkannya kedua masa kuhulah
dan mahd bersama-sama menunjukkan bahwa tiada waktu-selang yang
memisahkan antara kedua masa itu. Seluruh masa sebelum kuhulah (setengah
umur) ialah mahd. Kahl
berarti orang setengah umur atau umur ketika rambutnya mulai bercampur uban;
atau kata itu berarti orang yang berumur antara 30 atau 34 dan
51, atau 40 dan 51 tahun (Lexicon
Lane & Tsa’labi).
Bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengucapkan
kata-kata penuh hikmah di masa
kanak-kanak, tidak merupakan hal yang kemukjizat-mukjizatan
atau adikudrati (supernatural), sebab
banyak anak-anak cerdas dan berpendidikan-baik berkata-kata seperti itu.
Seluruh kalimat itu berarti bahwa beliau biasa mengucapkan kata-kata yang penuh
dengan hikmah dan ilmu ruhani yang luar biasa, jauh
melebihi umur dan pengalamannya, kesemuanya pada masa persiapan sebagai seorang
belia dan juga pada waktu setengah umur.
Penunjukkan kepada dua masa yang
berlainan dari kehidupan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dapat pula dianggap sebagai
isyarat bahwa tutur kata beliau ketika sudah menginjak setengah umur, akan berbeda sifatnya dengan tutur kata beliau waktu
masih remaja. Pada waktu setengah
umur beliau biasa berbicara kepada orang-orang sebagai nabi Allah.
Jadi kabar gembira yang
disampaikan kepada Siti Maryam terletak dalam hal bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. bukan saja ditakdirkan akan
menjadi pemuda yang cerdas, tetapi
juga akan hidup sampai masa tua sebagai abdi-Allāh
(hamba Allāh) yang bertakwa. Nabi Besar Muhammad saw. bersabda bahwa usia Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. ketika wafat
adalah 120 tahun (Ad-Daruqutni).
Makna Gelar Al-Masih &
“Pengembala yang Baik”
Al-Masih
diserap dari masaha yang berarti: ia menyapu bersih kotoran dari barang
itu dengan tangannya; ia mengurapinya (menggosoknya) dengan minyak; ia berjalan
di muka bumi; Tuhan memberkatinya (Aqrab-ul-Mawarid).
Jadi, Masih berarti: (1) orang yang diurapi; (2) orang yang banyak
mengadakan perjalanan; (3) orang yang diberkati. Al-Masih adalah bentuk kata Arab dari Mesiah yang sama
dengan Masyiah dalam bahasa Ibrani, artinya orang yang diurapi [dalam
upacara pembaptisan, Pent.] (Encuclopaedia
Biblica; Encyclopaedia of Religions & Ethics).
Masih seperti disebut di atas berarti
pula “yang diurapi” , karena kelahiran
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak sebagaimana lazimnya sehingga mudah dipandang tidak sah, maka untuk melenyapkan tuduhan yang mungkin dilancarkan beliau disebut “telah diurapi”
dengan urapan Allah Swt. Sendiri, sama seperti para nabi Allah
semuanya telah diurapi (disucikan).
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diberi
nama Al-Masih karena beliau banyak mengadakan perjalanan mencari 10 suku-suku
(domba-domba) Israil yang hilang
(tercerai-berai) di luar Palestina. Tetapi kalau
mengikuti penuturan Injil, tugas beliau hanya terbatas untuk masa 3 tahun saja, dan perjalanan beliau
hanya ke beberapa kota Palestina atau
Suriah saja, sebab ketika itu di
Palestina hanya ada 2 suku Bani Israil, dengan
demikian gelar Masih itu
sekali-kali tidak cocok bagi beliau.
Penyelidikan sejarah akhir-akhir
ini telah membuktikan, bahwa sesudah beliau pulih dari rasa terkejut dan
luka-luka akibat penyaliban
(QS.4:158-159), Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
menempuh perjalanan jauh
ke negeri-negeri sebelah timur dan akhirnya sampai ke Kasymir untuk
menyampaikan amanat Ilahi kepada suku-suku
Bani Israil yang hilang dan tinggal di bagian-bagian negeri itu.
Kepergian Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. dari Palestina tersebut sangat wajar sekali, sebab (1) kalau beliau tetap
berada di wilayah Palestina pasti akan ditangkap kembali dan dibunuh oleh para
ulama Yahudi; (2) beliau harus menggenapi gelar sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias) yakni
melakukan pengembaraan mencari
“10 domba (suku) Israil” yang hilang, yang harus berliau “gembalakan” (Yohanes 10:11-17).
Dalam firman Allah Swt. berikut
ini Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pada akhir pengembaraan beliau yang lama dan
panjang telah diberi perlindungan oleh Allah Swt. di suatu dataran tinggi pegunungan
Himalaya di wilayah Kasymir, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran
yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51).
Dengan demikian tidak benar bahwa
setelah mengalami peristiwa penyaliban
lalu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. naik ke
langit (ke Surga) meninggalkan ibunya
dan para pengikutnya di dunia ini –
termasuk kesepuluh “domba-domba”
(suku-suku) Bani Israil yang bercerai-berai di luar “kandang”
(Palestina) – karena kisah yang dibuat-buat mengenai kenaikan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut bukan saja bertentangan dengan makna kata
(gelar) Al-Masih (Mesiah/Messias),
juga bertentangan dengan pengakuan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri sebagai “gembala
yang baik” yang akan mencari “domba-domba
gembalaannya” yang tersesat di permukaan
bumi ini, walau pun harus mengorbankan nyawa sekali pun (Injil Yohanes
10:11-16).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 April 2013
"ALQURAN TIDAK MENGAKUI KENABIAN MUHAMMAD SAW"
BalasHapus====================================================
Muhammad mengangkat dirinya sendiri atas kenabiannya.Al Quranpun tidak mengakui kenabian Muhammad :
Ini buktinya:
Surah 29. Al 'Ankabuut 27. Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
Yaitu dengan memberikan anak cucu yang baik, kenabian yang terus menerus pada keturunannya, dan puji-pujian yang baik.
Atas keturunan ismail tdk dianugerahi kenabian.
Sangat jelas dlm surah tsb tertulis bahwa Garis kenabian dianugerahkan kepada;
1. Ibrahim, selanjutnya anugerah kenabian itu turun kepada anaknya, yaitu; Ishak. Tdk ada anugerah kenabian pd Ismail.
2. Ishak, selanjutnya turun lagi kepada anaknya Ishak, yaitu: Yakub. Tdk ada anugerah kenabian pd Esau.
3. Yakub, selanjutnya dari keturunan Yakublah lahir nabi-nabi asli, seperti Musa, Elia, Elisa, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Samuel, Nathan, Zakaryah, dll sampai akhirnya muncul nabi terakhir yang bernama Yahya/Yohanes Pembaptis, yang diakui sendiri oleh penulis Alquran sebagai yang benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
Jadi jelas, Muhammad bukanlah seorang nabi, sebab TIDAK ADA bukti Anugerah Kenabian kepada bangsa lain, Kecuali melaui garis keturunan ISHAK/ YAKUB/ISRAEL/YAHUDI sebagai Anugerah Terakhir.
Tidaka ada seorang nabi pun yg muncul di dunia ini yg dapat dilihat dari garis keturunan ismail, kecuali muhammad yg mengaku2 nabi.
Salam sejahtera saudaraku, silahkan teliti kembali Al-Qur'annya dan semoga mendapatkan Hidayah. amin
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusBaca itu goblok
Hapusمَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi.” (QS.Al-Ahzab:40