بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah
Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 106
Pengulangan
Dialog Maryam binti ‘Imran dan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. dengan Para Pemuka (Ulama) Agama Yahudidi Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai
pujian dua orang ulama besar
Hindustan terhadap pengkhidmatan
Mirza Ghulam Ahmad a.s. dalam membela
kesempurnaan agama Islam (Al-Quran)
dan kesucian akhlak serta ruhani Nabi
Besar Muhammad saw. dari berbagai kritikan
dan penghinaan zalim para pemuka
agama-agama lainnya di Hindustan, sebelum beliau diperintahkan Allah Swt. untuk
mendakwakan sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih
Mau’ud yang kedatangannya dijanjikan
oleh Allah Swt. mau pun oleh Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar supaya Dia
memenangkannya atas semua agama, walaupun orang
musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Buku Barahīn-i-Ahmadiyyah
Salah satu karya tulis Mirza Ghulam
Ahmad a.s. yang sangat terkenal -- sebelum diperintahkan Allah Swt. untuk
mendakwakan diri sebagai Al-Mahdi dan Al-Masih Mau’ud -- adalah
Barahīn-i-Ahmadiyyah
sebanyak 4 jilid, yang berisi
300 dalil Al-Quran mengenai Kesempurnaan
Islam dan Keagungan Nabi Besar Muhammad
saw.. Sedangkan salah satu karya
tulis beliau a.s. yang paling terkenal setelah pendakwaan adalah Islami Ushul Ki Filosofi (Falsafah
Ajaran Islam), yang dalam Konferensi
Agama-agama di kota Lahore makalah
karya Mirza Ghulam Ahmad a.s.
tersebut oleh panitia telah menyatakan
sebagai paling unggul dari seluruh makalah
yang dibacakan oleh wakil-wakil berbagai agama.
Dalam rangka membangkitkan semangat para penentang ajaran Islam dan Nabi
Besar Muhammad saw., Mirza Ghulam
Ahmad a.s. telah menyebarkan pengumuman
bahwa kepada yang berani menjawab
(membantah) keakuratan dalil-dalil Al-Quran yang beliau
kemukakan dalam buku Barahīn-i-Ahmadiyyah – akan diberi
hadiah 10.000 rupees, yang pada saat
itu merupakan jumlah yang sangat
besar. Tetapi sampai akhir hayat beliau
tidak ada seorang pun yang berani menyambut tantangan beliau.
Sebelumnya, Mirza
Ghulam Ahmad tidak begitu dikenal, dan beliau berjuang sendirian. Namun
setelah penerbitan buku Barahīn-i-
Ahmadiyyah, keadaan menjadi berubah dan beliau mulai dikenal dan tampil
secara terbuka. Buku Barahiin-i-
Ahmadiyyah mendapat sambutan
yang sangat besar dari kalangan umat Islam.
Buku Barahīn-i- Ahmadiyyah ini telah menimbulkan suatu kejutan
dan gejolak revolusi besar bagi
pihak-pihak non-Islam maupun bagi
kalangan Islam sendiri. Para pemuka Islam yang tadinya telah
kehilangan nyali menghadapi gempuran
hebat kritikan bahkan penentangan
serta penghinaan dari para pemuka non-Muslim mengenai agama Islam (Al-Quran) dan Nabi
Besar Muhammad saw., seolah-olah mendapatkan seorang pembela Islam yang ulung, sehingga mereka serentak berdiri di belakang Mirza Ghulam Ahmad mendukungnya dalam menghadapi serangan-serangan
pihak non-Islam tersebut.
Pujian Dua Ulama Besar Hindustan
Berikut ini beberapa kutipan sambutan dan
dukungan tokoh-tokoh Islam India (Hindustan) pada masa itu:
(1) Mlv.
Muhammad Hussein Batalvi, seorang tokoh terkemuka dari kelompok Ahli Hadits
(Wahabi) di India, banyak memberikan sanjungan terhadap buku Barahiin-i Ahmadiyyah maupun
terhadap penulisnya. Beliau ini pada
awalnya adalah seorang tokoh yang sangat mendukung perjuangan Mirza Ghulam Ahmad a.s., namun pada akhirnya –
setelah pendakwaan sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. -- ulama golongan Ahli Hadits (Wahabi) Hindustan tersebut
berubah menjadi penentang keras
beliau a.s.. Di dalam salah satu risalahnya, Isyaatus-Sunnah, Mlv.Muhammad
Hussein Batalvi menuliskan kesaksiannya
tentang keluarbiasaan buku Barahīn-i-
Ahmadiyah dan penulisnya:
"Menurut pendapat saya -- pada zaman sekarang dan sesuai
kondisi yang berlaku -- buku ini adalah sedemikian rupa, yangmana sampai saat
ini di dalam Islam tidak ada bandingannya yang telah ditulis, dan tidak pula
ada khabar di masa mendatang.... Penulisnya pun -- dalam hal memberikan bantuan
kepada Islam dari segi harta, jiwa, tulisan maupun lisan -- sangat teguh dan
kukuh pada langkah-langkahnya. Sehingga sangat sedikit ditemukan contoh yang
seperti beliau, walau dari kalangan umat Islam terdahulu sekali pun..." (Risalah
Isyaatus-Sunnah jld.7, no.6-11; Swanah Fazl Umar, Jld.I, hal.20).
(2) Berikut ini ulasan dari seorang tokoh Sufi terkenal di Hindustan yang berasal
dari Ludhiana. Yaitu Sufi Ahmad Jaan.
Banyak murid maupun pengikut beliau yang
menjadi tokoh-tokoh pemuka agama Islam saat itu. Sang Sufi ini menuliskan ulasan tentang buku Barahīn-i- Ahmadiyyah di dalam sebuah selebaran beliau yang berjudul Isytihar
Wajibul Izhar:
"Di zaman abad ke empatbelas telah berkecamuk sebuah tofan kebobrokan di dalam setiap agama.
Seperti yang dikatakan orang: orang-orang
kafir baru banyak bermunculan, dan orang-orang
Islam baru pun banyak bermunculan. Tidak diragukan lagi, diperlukan sebuah buku dan seorang mujaddid seperti Barahīn-i Ahmadiyyah serta penulisnya Maulana Mirza Ghulam Ahmad
Sahib., yang dengan berbagai cara siap untuk membuktikan da'wah Islam atas para penentang.
Beliau bukanlah berasal dari kalangan ulama maupun cendekiawan umum,
melainkan secara khusus [datang] untuk tugas
ini sebagai utusan dari Allah;
penerima ilham dan yang bercakap-cakap dengan Allah.... Sang penulis adalah mujaddid, mujtahid, muhaddats bagi
abad-keempat belas ini, dan merupakan seorang
yang kamil dari kalangan umat ini. Hadits Nabawi ini pun mendukung beliau: 'Ulama ummati kalanbiyaa Bani Israil (‘ulama umatku seperti para nabi Bani Israil)... .......
Wahai para penelaah! Dengan niat yang benar serta dengan semangat
kebenaran yang sempurna saya menyampaikan hal ini, bahwa tidak diragukan lagi
bahwasanya Mirza Sahib adalah mujaddid era ini; pedoman bagi para pencari jalan [kebenaran]; matahari bagi orang-orang yang berhati batu; penunjuk jalan bagi orang-orang yang sesat; pedang nyata bagi para pengingkar Islam; hujjah sempurna bagi para pendengki.
Yakinilah bahwa tidak akan datang lagi masa yang seperti ini. Ketahuilah, bahwa masa ujian telah tiba, dan
Hujjah Ilahi telah tegak. Dan
bagaikan matahari jagat raya telah diutus seorang Haadi Kamil (pemberi petunjuk yang sempurna), supaya ia
menganugerahkan nur kepada
orang-orang yang benar dan mengeluarkan [mereka] dari kegelapan dan kesesatan serta
akan menghujjat para pendusta". (Isytihar Wajibul Izhar; Swanah Fazl Umar, jld.I,
hal.21-22)
Berbalik, Menjadi Penentang Paling Keras
Tetapi ketika Mirza Ghulam Ahmad --
setelah mengalami maqam
(martabat) keruhanian yang dimisalkan sebagai Maryam binti
‘Imran yang menjaga kesucian dirinya, melalui “tiupan ruh” dari Allah meningkat ke
martabat ruhani yang dimisalkan
sebagai “kelahiran Isa Ibnu Maryam” (QS.66:13) dari rahim Maryam tanpa ayah, maka
sebagaimana halnya “kehamilan Maryam”
dan “kelahiran Ibnu Maryam” yang tanpa ayah tersebut telah menimbulkan kehebohan besar di kalangan para pendeta Yahudi (QS.3:43-55).
Demikian
pula ketika Mirza Ghulam Ahmad, atas perintah Allah Swt. mendakwakan diri sebagai Imam
Mahdi dan juga sebagai Al-Masih
Mau’ud a.s., maka di kalangan para ulama
Islam pun timbul kehebohan besar,
dan mereka yang sebelumnya menyanjung-nyanjung
pengkhidmatan besar yang dilakukan Mirza
Ghulam Ahmad terhadap Islam dan Nabi Besar Muhammad saw. mereka berbalik melakukan berbagai hujatan dan fitnah keji terhadap beliau.
Dan
salah seorang yang paling aktif
di kalangan para ulama Hindustan
yang melakukan hujatan dan fitnah keji
tersebut adalah Mlv. Muhammad Hussein
Batalwi itulah. Ia menulis dalam risalahnya Isya’atus Sunnah – yang sebelumnya digunakan untuk memuji-muji peran Mirza Ghulam Ahmad a.s. – bahwa sebagaimana sebelumnya dialah yang telah memasyhurkan Mirza Ghulam Ahmad maka
sekarang pun dia pulalah yang akan menjatuhkannya (menghinakannya).
Bukan hanya sampai batas pernyataan yang takabur itu saja, Mlv. Muhammad Hussein Batalwi pun telah
berkeliling menemui 200 ulama Hindustan
untuk mengumpulkan fatwa sesat berkenaan Mirza
Ghulam Ahmad dan para pengikut beliau (Jemaat Ahmadiyah). Fatwa Sesat karya Mlv. Muhammad Hussein Batalwi inilah
yang menjadi rujukan dan cikal-bakal fatwa-fatwa
sesat lainnya yang berkembang di negara-negara Islam, termasuk di NKRI ini
melalui MUI Pusat pada masa kepemimpinan
Buya Hamka.
Pada hakikatnya apa yang terjadi pada
diri Mirza Ghulam Ahmad a.s. di masa
kehidupannya tersebut nubuatan (kabar gaib) mengenainya terdapat dalam Al-Quran, yakni merupakan pengulangan apa yang dialami oleh Maryam binti Imran dan putranya, Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s.. Sebab kisah-kisah dalam Al-Quran bukanlah semata-mata kisah-kisah kaum purbalaka
belaka – sebagaimana disangka banyak
orang (QS. 6:26; QS.8:32; QS.16:25; QS.23:84; QS.25:6; QS.27:69; QS.46:18;
QS.68:16; QS.83:14) – melainkan mengandung nubuatan
(kabar-gaib) yang akan kembali terjadi pada masa-masa yang telah ditentukan,
termasuk di Akhir Zaman ini
sehubungan dengan pendakwaan Mirza Ghulam
Ahmad a.s. sebagai Imam
Mahdi dan Al-Masih Mau’ud a.s..
Penggenapan Nubuatan
dalam Kisah Maryam binti Maryam
dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Semua penentangan dan berbagai fitnah serta fatwa keji dan zalim yang dikobarkan oleh Mlv. Muhammad
Hussein Batalwi terhadap Mirza Ghulam
Ahmad a.s. setelah atas perintah Allah Swt. beliau mendakwakan
diri sebagai Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s. tersebut persis sama dengan penderitaan yang dialami oleh Maryam
binti‘Imran dan putranya, Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s., dari para pemuka
kaum Yahudi, berikut firman-Nya mengenai
peristiwa kehamilan dan masa melahirkan bayi yang dialami oleh Maryam
binti ‘Imran:
فَحَمَلَتۡہُ فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾ فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ اِلٰی جِذۡعِ
النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا﴿﴾ فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ رَبُّکِ
تَحۡتَکِ سَرِیًّا ﴿﴾ وَ ہُزِّیۡۤ
اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ
تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ رُطَبًا
جَنِیًّا ﴿۫﴾ فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ
الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ اِنِّیۡ
نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ اِنۡسِیًّا﴿ۚ﴾
Maka
Maryam mengandungnya, lalu ia
mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. Maka rasa
sakit melahirkan memaksanya pergi
ke sebatang pohon kurma. Ia
berkata: "Alangkah baiknya jika aku
mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!" Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah bawah dia: "Janganlah engkau bersedih hati, sungguh
Tuhan engkau telah membuat anak sungai
di bawah engkau, dan goyangkan
ke arah engkau pelepah batang
kurma itu, ia akan menjatuhkan
berturut-turut atas engkau buah
kurma yang matang lagi segar. Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah
mata engkau Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah maka aku tidak akan pernah
bercakap-cakap pada hari ini dengan seorang manusia pun. (Maryam [19]:23-27).
Penjelasan secara terinci ayat-ayat ini telah
dikemukakan dalam beberapa Bab
sebelumnya (lihat Bab 85 s/d Bab 93).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَاَتَتۡ
بِہٖ قَوۡمَہَا تَحۡمِلُہٗ ؕ
قَالُوۡا یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَیۡئًا فَرِیًّا ﴿﴾ یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ مَا کَانَ اَبُوۡکِ امۡرَ اَ سَوۡءٍ وَّ مَا کَانَتۡ
اُمُّکِ بَغِیًّا﴿ۖۚ﴾ فَاَشَارَتۡ اِلَیۡہِ ؕ قَالُوۡا کَیۡفَ نُکَلِّمُ
مَنۡ کَانَ فِی الۡمَہۡدِ
صَبِیًّا ﴿﴾
Maka
Maryam membawa dia (Isa Ibnu
Maryam), kepada kaumnya dengan menunggangkannya. Mereka berkata:
"Hai Maryam, sungguh
engkau benar-benar telah berbuat
sesuatu hal yang keji. Hai saudara
perempuan Harun, ayah engkau sama
sekali bukan seorang buruk dan ibu
engkau sekali-kali bukan seorang pezina!" Maka
ia, Maryam, memberi isyarah kepadanya (Isa Ibnu Maryam). Mereka berkata: "Bagaimana kami akan bercakap dengan seorang anak masih dalam buaian?"
(Maryam [19]:28-30).
Pengulangan “Dialog”
Maryam binti ‘Imran
dengan Para Pemuka Agama Yahudi
Dari Injil
nampak. bahwa sesudah kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Bethlehem, Yusuf telah membawa Siti Maryam
ke Mesir untuk memenuhi perintah Ilahi. Di sana mereka berdiam untuk beberapa
tahun lamanya dan barusesudah wafat Herodes keluarga itu pulang kembali ke
Nazaret dan bermukim di sana (Matius
2:13-23).
Terdapat pula satu nubuatan
dalam Bible bahwa Yesus
akan datang kepada kaumnya bersama ibunda
beliau dengan menunggang seekor keledai (Matius
21:4-7). Yesus dan Siti Maryam sungguh-sungguh menunggang keledai tatkala mereka memasuki Yerusalem. Ungkapan tahmiluhū (menunggangkannya)
mungkin pula menunjuk kepada nubuatan
Bible tersebut. Ayat ini menunjuk kepada masa sebelum Yesus mencapai tingkat kenabian
seperti nampak dari ayat-ayat 31-34 selanjutnya.
Kata fariy (sesuatu yang keji) pada kalimat “Hai Maryam, sungguh
engkau benar-benar telah berbuat
sesuatu hal yang keji“ berarti
pula orang yang mengada-adakan dusta (Lexicon
Lane). Dengan mempergunakan kata ini para pemuka Yahudi menuduh secara halus bahwa Maryam
binti ‘Imran seorang perempuan yang tidak baik dan Isa Al-Masih tukang mengada-adakan
dusta dan seorang nabi palsu.
Ada kisah yang menarik mengenai tuduhan para pemuka agama Yahudi kepada Maryam binti ‘Imran dan
putranya, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., yang juga terjadi dengan Mirza Ghulam
Ahmad a.s., firman-Nya:
...قَالُوۡا یٰمَرۡیَمُ لَقَدۡ
جِئۡتِ شَیۡئًا فَرِیًّا ﴿﴾ یٰۤاُخۡتَ ہٰرُوۡنَ مَا کَانَ اَبُوۡکِ امۡرَ اَ سَوۡءٍ وَّ مَا کَانَتۡ
اُمُّکِ بَغِیًّا﴿ۖۚ﴾
Mereka
berkata: "Hai Maryam, sungguh
engkau benar-benar telah berbuat
sesuatu hal yang keji. Hai saudara
perempuan Harun, ayah engkau sama
sekali bukan seorang buruk dan ibu
engkau sekali-kali bukan seorang pezina!" (Maryam
[19]:28-29).
Yakni
salah seorang ulama Hindustan di
Qadian yang sangat menghormati Mirza Ghulam Murtadha -- ayahanda Mirza Ghulam
Ahmad a.s. – ketika ia mendengar pendakwaan
Mirza Ghulam Ahmad a.s., diceritakan ulama itu berkata sambil menangis: “Mengapa ia
melakukan hal yang tidak benar (kedustaan) itu, padahal ayahnya adalah seorang
yang sangat baik!”
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar