بِسۡمِ اللّٰہِ
الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 97
Berbagai
Contoh Penasiran Keliru Berkenaan Ayat-ayat Al-Quran
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan mengenai pembuangan Banu Nadhir dari Medinah dan
pengepungan benteng Khaibar yang
mereka bangun, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَبَّحَ لِلّٰہِ
مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ
اَخۡرَجَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ
دِیَارِہِمۡ لِاَوَّلِ الۡحَشۡرِ ؕؔ مَا
ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ یَّخۡرُجُوۡا وَ
ظَنُّوۡۤا اَنَّہُمۡ مَّانِعَتُہُمۡ حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ
اللّٰہِ فَاَتٰىہُمُ اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ
لَمۡ یَحۡتَسِبُوۡا ٭ وَ قَذَفَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ
الرُّعۡبَ یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ
بِاَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَیۡدِی
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ٭ فَاعۡتَبِرُوۡا
یٰۤاُولِی الۡاَبۡصَارِ ﴿﴾ وَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ
کَتَبَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمُ
الۡجَلَآءَ لَعَذَّبَہُمۡ فِی
الدُّنۡیَا ؕ وَ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابُ
النَّارِ ﴿﴾ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ
شَآقُّوا اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ ۚ وَ مَنۡ یُّشَآقِّ اللّٰہَ
فَاِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾
Aku baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Menyanjung
kesucian Allah apa
pun yang ada di seluruh langit dan apa
pun yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang
mengeluarkan orang-orang yang kafir di antara Ahli-kitab dari rumah-rumah
mereka pada pengusiran pertama. Kamu sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka
akan keluar, dan mereka menyangka
bahwa benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan Allah, maka Allah
datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka, dan Dia melemparkan kecemasan dalam kalbu
mereka, sehingga mereka merobohkan
rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman, maka ambillah pelajaran hai orang-orang yang
memiliki penglihatan. Dan seandainya
tidak karena Allah telah menetapkan
pengusiran terhadap mereka, niscaya Allah
telah mengazab mereka di dunia ini juga, dan bagi mereka di akhirat ada azab Api. Hal
demikian itu karena mereka menentang Allah
dan Rasul-Nya, dan barangsiapa
menentang Allah, maka sesungguhnya
azab Allah sangat keras. (Al-Hasyr [59]:3-5).
Selanjutnya mengenai penebangan “pohon kurma” di
benteng Khaibar, Allah Swt.
berfirman:
مَا قَطَعۡتُمۡ مِّنۡ لِّیۡنَۃٍ
اَوۡ تَرَکۡتُمُوۡہَا
قَآئِمَۃً عَلٰۤی اُصُوۡلِہَا فَبِاِذۡنِ اللّٰہِ وَ لِیُخۡزِیَ
الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾
Pohon kurma
apa saja jenisnya yang kamu
tebang atau kamu membiarkannya
berdiri pada akar-akarnya maka itu dengan izin Allah, supaya Dia
menghinakan orang-orang durhaka. (Al-Hasyr [59]: 6).
Orang-orang yang Berhati
Bengkok
Yang diisyaratkan adalah penebangan pohon-pohon kurma milik Banu Nadhir atas perintah Nabi Besar Muhammad saw. seperti dinyatakan dalam ayat 3, telah mengurung diri mereka di dalam benteng-benteng mereka sebagai tentangan terhadap perintah Nabi Besar Muhammad saw. supaya mereka menyerah.
Yang diisyaratkan adalah penebangan pohon-pohon kurma milik Banu Nadhir atas perintah Nabi Besar Muhammad saw. seperti dinyatakan dalam ayat 3, telah mengurung diri mereka di dalam benteng-benteng mereka sebagai tentangan terhadap perintah Nabi Besar Muhammad saw. supaya mereka menyerah.
Setelah pengepungan berlangsung beberapa hari Nabi
Besar Muhammad saw. memerintahkan
untuk memaksa mereka menyerah dengan
menebangi pohon-pohon kurma mereka
dari jenis linah yang mutu
buahnya sangat buruk dan sama sekali
tidak berguna untuk dimakan manusia (Ar-Raudh-al-Unuf).
Baru saja enam pohon ditebang, mereka menyerah (Zurqani). Perintah Nabi Besar Muhammad saw. itu sangat ringan, lunak, dan sungguh
sesuai dengan hukum perang yang beradab.
Jadi, sebagaimana halnya hanya “pohon kurma” dari jenis yang bermutu yang berbuah matang sajalah yang memberikan manfaat kepada Maryam binti ‘Imran setelah merasakan “sakit melahirkan” Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s., demikian pula di Akhir Zaman ini pun hanya “pohon-pohon kurma” -- yakni orang-orang
Islam -- yang “berbuah matang” --
rāsikhūna fil-‘ilm (yang matang dalam
ilmu – QS.3:8-9) -- sajalah yang memberikan manfaat kepada perjuangan suci misal Ibnu Maryam a.s. yaitu Mirza Ghulam Ahmad a.s. (QS.43:58), dalam rangka perjuangan suci mewujudkan kejayaan
Islam yang kedua kali atas semua
agama (QS.61:10), firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ
اُمُّ الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ
فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ
مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ وَ مَا یَعۡلَمُ تَاۡوِیۡلَہٗۤ
اِلَّا اللّٰہُ ۘؔ وَ
الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
﴿﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ
رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ جَامِعُ النَّاسِ لِیَوۡمٍ لَّا رَیۡبَ
فِیۡہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یُخۡلِفُ
الۡمِیۡعَادَ ٪﴿﴾
Dia-lah yang
menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran kepada
engkau, di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat,
itulah pokok-pokok Al-Kitab, sedangkan yang
lain ayat-ayat mutasyābihāt.
Adapun orang-orang
yang di dalam hatinya ada kebengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang
salah, padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya kecuali
Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak ada yang meraih
nasihat kecuali orang-orang yang
mempergunakan akal. “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami tatkala Engkau telah memberi
kami petunjuk, dan anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau,
sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Pemberi anugerah. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau akan menghimpun manusia pada Hari yang di dalamnya tidak
ada keraguan, sesungguhnya Allah
tidak menyalahi janji.” (Āli ‘Imran [3]:8-10).
Berbagai Kepercayaan Keliru yang
Bertentangan dengan
Pengertian Ayat-ayat
Al-Quran yang Sebenarnya
Berikut adalah beberapa
contoh kekeliruan pemahaman orang-orang yang “berhati
bengkok” dari kalangan “pohon kurma” yang buahnya tidak bermutu:
(1)
Allah Swt. di dalam Al-Quran dengan jelas dan tegas bahwa misi kerasulan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
adalah hanya untuk kalangan Bani Israil
(QS.3:46-55; QS.61:7) tetapi umumnya umat
Islam -- mempercayai bahwa di Akhir Zaman beliau akan turun dari langit dan menjadi rasul umat Islam.
(2)
Allah Swt. telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa yang dimaksud dengan kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kedua kali di
Akhir Zaman adalah kedatangan misal Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58),
tetapi mereka bersikeras bahwa
yang akan datang lagi itu adalah Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. Israili, seperti halnya para pemuka Yahudi bersikeras bahwa yang akan turun
dari langit menjelang kedatangan Yesus
Kristus adalah Nabi Elia a.s.
yang turun dari langit, padahal menurut Yesus yang dimaksudkan kedatangan
Nabi Elia kedua kali dari
langit (Maleakhi 4:4-6) adalah Nabi
Yahya a.s. (Yohanes Pembaptis) bin Nabi Zakaria a.s. (Matius 11:11-19).
(3) Allah Swt. dengan jelas dan
tegas telah menyatakan bahwa semua rasul
Allah Swt. yang diutus sebelum
Nabi Besar Muhammad saw.. – termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – telah wafat (QS.3:56 &145; QS5:117-119; QS.21:35), tetapi
mereka bersikeras bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sampai sekarang masih hidup di langit dan akan turun lagi di Akhir Zaman menjadi rasul
umat Islam.
(4) Allah Swt. dengan tegas menyatakan dalam Al-Quran bahwa
barangsiapa yang dipanjangkan usianya
pasti akan pikun (QS.16:71; QS.36:69;
QS.22:6), tetapi menurut mereka kecuali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang sampai
saat ini usianya telah 2000 tahun lebih tidak
pernah pikun karena akan diutus kembali di Akhir Zaman ini sebagai rasul untuk umat Islam.
(5) Allah Swt. telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa cara Allah Swt. berkomunikasi dengan umat manusia
adalah antara lain dengan wahyu (QS.42:52), tetapi mereka
bersikeras bahwa sejak agama Islam (Al-Quran) diturunkan kepada
Nabi Besar Muhammad saw. semua jenis wahyu
Ilahi telah tertutup, dan Allah
Swt., na’ūdzubillāh min dzālik, telah
kehilangan sifat Al-Mutakallim (Yang Maha Berbicara) dan Al-Musrsiliin (yang senantiasa mengutus rasul - QS.28:46; QS.44:6).
(6) Allah Swt. dengan tegas menyatakan bahwa hanya kepada rasul yang diridhai-Nya sajalah Dia
mengemukakan dan menerngkan hal-hal gaib-Nya
(QS.3:180; QS.72:27-29), tetapi mereka menyatakan lā nabiyya ba’dahu (tidak
ada lagi nabi macam apa pun sesudah
Nabi Besar Muhammad saw.), padahal dengan tegas Allah Swt. menyatakan bahwa
orang yang menyatakan lā nabiyya ba’dahu adalah orang yang sesat (QS.40:35), sebab bertentangan dengan Sunnatullah mengenai kesinambungan pengutusan para rasul Allah dari kalangan Bani Adam
(QS.7:35-36).
(7) Allah Swt. dengan tegas menyatakan dalam Surah Al-Kautsar ayat 1-4, bahwa yang akan abtar (terputus keturunannya) itu adalah para penentang Nabi Besar Muhammad saw., ”Sesungguhnya
musuh engkau dialah yang abtar (tanpa keturunan), namun menurut mereka yang
mempercayai faham sesat lā nabiiya ba’dahu (tidak ada lagi nabi
sesudahnya) dan semua jenis wahyu Ilahi telah tertutup
rapat setelah Nabi Besar Muhammad saw., menyatakan bahwa yang abtar (terputus
keturunannya) – baik keturunan jasmani
mau pun keturunan ruhani – adalah Nabi Besar Muhammad
saw., padahal dengan tegas Allah Swt. menyatakan bahwa Nabi Besar Muhammad saw.
itu lebih dominan sebagai “bapak ruhani” orang-orang yang beriman (QS.33:7) daripada
sebagai bapak jasmani, itulah
sebabnya semua anak laki-laki beliau wafat pada waktu kecil (QS.33:41).
(8) Nabi Besar Muhammad saw. sebagai seorang “bapak ruhani” yang paling sempurna (QS.3:32; QS.33:22) yang
bergelar Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41)
tentu beliau saw. harus banyak memiliki anak-anak ruhani yang terbaik
sampai Akhir Zaman, yaitu yang
berhasil meraih nikmat-nikmat keruhanian
yang disediakan Allah Swt. bagi orang-orang yang patuh-taat kepada Allah Swt.
dan kepada beliau saw., yaitu: nabi-nabi; shiddiq-shiddiq, syuhada
(syahid-syahid), dan orang-orang shaleh
(QS.4:70-71), sebab hanya dengan adanya keberadaan orang-orang yang memperoleh nikmat-nikmat ruhani itulah
umat Islam layak disebut “umat
terbaik” (QS.2:144; QS.3:111).
(9) Allah Swt. menyatakan bahwa kepada ibu Nabi Musa a.s. Allah Swt. telah memberikan petunjuk melalui wahyu-Nya untuk menghanyutkan bayinya (Nabi Musa a.s.) yang diletakkan dalam sebuah kotak di sungai Nil (QS.20:39; QS.28:8), demikian pula kepada murid-murid Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Allah Swt. telah memberikan petunjuk kepada mereka melalui wahyu (QS.5:112) -- bahkan lebah pun senantiasa mendapat wahyu Ilahi (QS.16:69) -- tetapi sungguh sangat aneh, ketika Allah Swt. menyatakan bahwa agama (syariat) dan kerasulan (risalah) telah mencapai puncak kesempurnaannya dalam wujud Al-Quran (QS.5:4) dan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:22; QS.33:22 & 41) dan umat Islam pun telah disebut sebagai "umat terbaik" (QS.2:44; QS.3:111) tiba-tiba semua jenis wahyu Ilahi menjadi sesuatu yang haram bagi umat Islam? Benarlah demikian?
(9) Allah Swt. menyatakan bahwa kepada ibu Nabi Musa a.s. Allah Swt. telah memberikan petunjuk melalui wahyu-Nya untuk menghanyutkan bayinya (Nabi Musa a.s.) yang diletakkan dalam sebuah kotak di sungai Nil (QS.20:39; QS.28:8), demikian pula kepada murid-murid Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Allah Swt. telah memberikan petunjuk kepada mereka melalui wahyu (QS.5:112) -- bahkan lebah pun senantiasa mendapat wahyu Ilahi (QS.16:69) -- tetapi sungguh sangat aneh, ketika Allah Swt. menyatakan bahwa agama (syariat) dan kerasulan (risalah) telah mencapai puncak kesempurnaannya dalam wujud Al-Quran (QS.5:4) dan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:22; QS.33:22 & 41) dan umat Islam pun telah disebut sebagai "umat terbaik" (QS.2:44; QS.3:111) tiba-tiba semua jenis wahyu Ilahi menjadi sesuatu yang haram bagi umat Islam? Benarlah demikian?
Kesedihan
Hati Rasul Akhir Zaman
Banyak contoh-contoh lainnya mengenai kesalahan penafsiran dan pemahaman ayat-ayat Al-Quran di Akhir Zaman ini di kalangan umumnya umat
Islam, yang untuk memperbaiki kesalahan-kesahanan fatal itulah Allah
Swt. mengutus Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal
Isa Ibnu Maryam a.s. – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. – yakni
Rasul Akhir Zaman yang sangat bersedih hati menyaksikan kaum
beliau (umat Islam) telah memperlakukan Al-Quran
sebagai sesuatu yang telah dicampakkan, firman-Nya:
اَلۡمُلۡکُ
یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ
عَسِیۡرًا ﴿﴾ وَ یَوۡمَ
یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی یَدَیۡہِ
یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾ یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا
﴿﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ
اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾ وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی
اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ
الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Kerajaan yang haq pada hari itu milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada hari
itu atas orang-orang kafir sangat keras. Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu
berkata: ”Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil
jalan bersama dengan Rasul itu. Wahai celakalah
aku, alangkah baiknya seandainya aku
tidak menjadikan si fulan itu sahabat.
Sungguh ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” Dan syaitan
selalu menelantarkan manusia. Dan
Rasul itu berkata: “Ya
Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang
telah ditinggalkan.“ Dan demikianlah Kami telah
menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi
dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Tuhan engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong (Al-Furqān [25]:27-32).
Ayat 30
dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan
diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang, contohnya beberapa kepercayaan mereka yang
keliru tentang Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
sebelum ini, termasuk mengenai kedatangannya lagi di Akhir Zaman ini..
Sungguh belum pernah terjadi selama 14 abad
ini di mana Al-Quran demikian rupa
diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini. Ada sebuah
hadits Nabi Besar Muhammad saw. yang
mengatakan:
“Satu saat
akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan
namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya (hurufnya)” (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman).
Sungguh masa sekarang-sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 12 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar