بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 85
Hakikat Doa Nabi Zakaria a.s.
&
Kemandulan Istrinya
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
Dalam bagian akhir Bab sebelumnya
telah dikemukakan doa
Nabi Zakaria a.s. dalam QS.3:39-40, karena
beliau pun -- seperti halnya istri ‘Imran -- merasakan keprihatinan yang sama mengenai keadaan akhlak dan ruhani Bani Israil yang bagaikan keadaan seorang perempuan tua yang rahimnya mandul, sebagaimana tergambar dalam doa beliau dalam Surah Maryam ayat 4-7,
firman-Nya:
ہُنَالِکَ
دَعَا زَکَرِیَّا رَبَّہٗ ۚ قَالَ رَبِّ ہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ ذُرِّیَّۃً
طَیِّبَۃً ۚ اِنَّکَ سَمِیۡعُ الدُّعَآءِ
﴿﴾ فَنَادَتۡہُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ ہُوَ قَآئِمٌ یُّصَلِّیۡ فِی الۡمِحۡرَابِ ۙ اَنَّ
اللّٰہَ یُبَشِّرُکَ بِیَحۡیٰی مُصَدِّقًۢا بِکَلِمَۃٍ مِّنَ اللّٰہِ وَ سَیِّدًا
وَّ حَصُوۡرًا وَّ نَبِیًّا مِّنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾
Di sanalah
Zakaria berdoa kepada
Tuhan-nya, dia berkata: ”Ya
Tuhan-ku, anugerahilah aku juga dari
sisi Engkau keturunan yang suci, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” Maka malaikat
menyerunya ketika ia sedang
berdiri shalat di mihrab: “Sesungguhnya Allah memberi engkau kabar gembira
tentang Yahya, yang akan menggenapi kalimat
dari Allah, dan ia seorang pemimpin, pengekang hawa nafsu, dan seorang nabi dari antara orang-orang saleh.” (Āli ‘Imran [3]:39-40).
Nabi Yahya a.s. adalah seorang nabi yang datang sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berlaku sebagai perintis bagi kedatangan beliau, sesuai dengan nubuatan Bible (Maleakhi 3:1 dan 4:5). Kata Ibraninya ialah Yuhanna,
yang dalam bahasa itu berarti
"Tuhan telah bermurah hati" (Encyclopaedia Britannica). Nama Yahya diberikan oleh Allah
Swt. Sendiri.
Nabi Yahya a.s. datang sesuai dengan nubuatan
Maleakhi: “Bahwasanya Aku menyuruhkan
kepadamu Elia, nabi itu, dahulu
daripada datang hari Tuhan yang besar
dan hebat itu” (Maleakhi 4:5).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالَ رَبِّ
اَنّٰی یَکُوۡنُ لِیۡ غُلٰمٌ وَّ قَدۡ
بَلَغَنِیَ الۡکِبَرُ وَ امۡرَاَتِیۡ عَاقِرٌ ؕ قَالَ کَذٰلِکَ اللّٰہُ یَفۡعَلُ مَا یَشَآءُ ﴿﴾ قَالَ رَبِّ اجۡعَلۡ لِّیۡۤ اٰیَۃً ؕ قَالَ اٰیَتُکَ اَلَّا تُکَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَۃَ
اَیَّامٍ اِلَّا رَمۡزًا ؕ وَ اذۡکُرۡ
رَّبَّکَ کَثِیۡرًا وَّ سَبِّحۡ بِالۡعَشِیِّ وَ الۡاِبۡکَارِ ﴿٪﴾
Ia, Zakaria, berkata:
”Ya Tuhan-ku,
bagaimanakah aku akan mendapat anak laki-laki, sedangkan masa tua telah menjelangku dan lagi
pula istriku mandul?” Dia
berfirman: “Demikianlah kekuasaan
Allah, Dia berbuat apa yang Dia kehendaki.” Ia berkata: “Ya Tuhan-ku, berikanlah
kepadaku suatu Tanda. Dia
berfirman: “Tanda bagi engkau yaitu engkau
tidak boleh berbicara dengan manusia selama tiga hari kecuali
dengan isyarat, dan ingatlah Tuhan engkau sebanyak-banyaknya
serta bertasbihlah di waktu petang
dan pagi hari.” (Āli ‘Imran [3]:41-42).
Ghulam berarti anak muda (Lexicon
Lane). Pertanyaan Nabi Zakaria a.s. merupakan ungkapan yang tercetus dari rasa heran yang tulus dan polos tatkala
mendengar janji Ilahi itu. Pertanyaan
itu mengandung pula doa terselubung
agar mudah-mudahan ia mendapat umur cukup panjang sehingga dapat melihat anak
itu lahir dan tumbuh menjadi seorang pemuda
(ghulam).
Nabi Zakaria
a.s. harus pantang berbicara selama tiga hari, dan
kemudian janji itu baru akan
dipenuhi. Beliau tidak kehilangan kemampuan bicara – yakni tiba-tiba menjadi bisu,
-- seperti nampaknya dikatakan Bible, sebagai hukuman karena tidak percaya kepada perkataan Allah Swt. (Lukas
1:20-22).
Perintah supaya membisu dimaksudkan agar memberikan kesempatan baik kepada Nabi Zakaria
a.s. untuk menggunakan waktu beliau dengan bertafakur dan berdoa — suatu syarat yang istimewa sekali, berfaedah untuk menarik
rahmat dan berkat Ilahi. Pantang bercakap-cakap juga ternyata sangat berfaedah
dalam keadaan tertentu untuk membuat seseorang memulihkan kembali daya
hayati dan kekuatan jasmani yang
telah hilang. Kebiasaan itu agaknya lazim terdapat di tengah kaum Yahudi di
zaman itu.
Cara Berdoa yang Makbul (Diterima)
Dalam firman Allah Swt. berikut ini doa
yang dipanjatkan oleh Nabi Zakaria a.s. lebih lengkap lagi:
ذِکۡرُ رَحۡمَتِ
رَبِّکَ عَبۡدَہٗ زَکَرِیَّا ۖ﴿ۚ﴾ اِذۡ
نَادٰی رَبَّہٗ نِدَآءً
خَفِیًّا ﴿﴾ قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ
وَہَنَ الۡعَظۡمُ مِنِّیۡ وَ اشۡتَعَلَ الرَّاۡسُ شَیۡبًا وَّ لَمۡ اَکُنۡۢ بِدُعَآئِکَ رَبِّ
شَقِیًّا ﴿﴾ وَ اِنِّیۡ خِفۡتُ
الۡمَوَالِیَ مِنۡ وَّرَآءِیۡ وَ کَانَتِ
امۡرَاَتِیۡ عَاقِرًا فَہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ وَلِیًّا ۙ﴿﴾ یَّرِثُنِیۡ وَ یَرِثُ مِنۡ اٰلِ یَعۡقُوۡبَ ٭ۖ
وَ اجۡعَلۡہُ رَبِّ رَضِیًّا ﴿﴾
Inilah penjelasan mengenai rahmat Tuhan engkau kepada hamba-Nya
Zakaria, ketika ia
berseru kepada Tuhan-nya, dengan seruan yang lembut, ia berkata: "Ya, Tuhan-ku, sesungguhnya tulang-tulangku
telah menjadi lemah, dan kepala
telah dipenuhi uban, tetapi ya Tuhan-ku aku tidak pernah kecewa dalam
berdoa kepada Engkau. Dan
sesungguhnya aku khawatir akan
kaum-keluargaku di belakangku, sedangkan istriku mandul, maka anugerahilah
aku seorang pene-rus dari sisi Engkau. Yang akan menjadi pewarisku dan pewaris keturunan Ya'qub, dan ya Tuhan-ku, jadikanlah
dia seorang yang diridhai." (Maryam [19]:3-7).
Uraian mengenai Nabi Zakaria a.s. mendahului uraian mengenai Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s., sebab Nabi Yahya a.s. -- putra
Nabi Zakaria a.s. -- adalah perintis bagi kedatangan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s.. Beliau mengumumkan kedatangan Nabi Isa a.s untuk memberi kabar gembira kepada Bani
Israil, bahwa penampakan juru selamat mereka itu sudah dekat waktunya (Maleakhi 4:5).
Oleh sebab
menurut nubuatan Maleakhi, Nabi Ilyas a.s. harus datang kedua kali sebelum
kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Al-Masih/Mesiah), maka sungguh pada tempatnya bahwa Allah Swt.
dalam Al-Quran dalam membeberkan riwayat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. harus
pula menyinggung Nabi Yahya a.s. yang
telah datang dengan jiwa dan kekuatan Nabi Ilyas a.s., seakan-akan Nabi Ilyas a.s. (Elia)
datang lagi kedua kali (Matius
11:12-15).
Nabi Zakaria a.s. telah mengerti dari nubuatan-nubuatan Bible dan dari peringatan-peringatan Samawi (dari
langit) yang telah disampaikan kepada orang-orang Yahudi atas penolakan mereka
secara berulang kali terhadap nabi-nabi Allah (QS.2:88-89), bahwa tidak lama
lagi nikmat kenabian akan dipindahkan
dari kaum Bani Israil kepada rumpun Nabi Isma’il. Kesadaran
tersebut membuat perasaan dan gejolak hati Nabi Zakaria a.s. beliau tertuang ke
dalam bentuk doa agar beliau diberi
seorang putra yang saleh.
Doa Zakaria a.s. memiliki semua unsur dalam suatu doa yang lengkapdan mustajab (manjur). Doa yang
mustajab harus diucapkan dengan khusyuk
dan merendahkan diri. Orang yang berdoa
harus mengakui kelemahan dan ketidakmampuan
dirinya. Ia harus memiliki keyakinan
membaja akan kekuasaan Allah Swt. untuk mengabulkan doanya. Doa Zakaria a.s. memenuhi semua syarat tersebut.
Kelahiran Nabi Yahya a.s. Sebagai Perintis
Pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
kabar kelahiran Nabi Yahya a.s.,
sebagai perintis kedatangan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s.:
یٰزَکَرِیَّاۤ اِنَّا نُبَشِّرُکَ بِغُلٰمِۣ اسۡمُہٗ یَحۡیٰی
ۙ لَمۡ نَجۡعَلۡ لَّہٗ
مِنۡ قَبۡلُ سَمِیًّا ﴿﴾
قَالَ رَبِّ اَنّٰی یَکُوۡنُ لِیۡ غُلٰمٌ وَّ کَانَتِ امۡرَاَتِیۡ عَاقِرًا
وَّ قَدۡ بَلَغۡتُ مِنَ
الۡکِبَرِ عِتِیًّا ﴿﴾ قَالَ
کَذٰلِکَ ۚ قَالَ رَبُّکَ ہُوَ
عَلَیَّ ہَیِّنٌ وَّ قَدۡ
خَلَقۡتُکَ مِنۡ قَبۡلُ وَ لَمۡ تَکُ
شَیۡئًا ﴿﴾ قَالَ رَبِّ اجۡعَلۡ لِّیۡۤ
اٰیَۃً ؕ قَالَ اٰیَتُکَ اَلَّا تُکَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَ لَیَالٍ
سَوِیًّا ﴿﴾ فَخَرَجَ عَلٰی قَوۡمِہٖ مِنَ الۡمِحۡرَابِ فَاَوۡحٰۤی اِلَیۡہِمۡ اَنۡ سَبِّحُوۡا بُکۡرَۃً وَّ
عَشِیًّا ﴿﴾
Allah
berfirman: "Ya Zakaria, Kami memberikan kabar gembira kepada engkau
mengenai kelahiran seorang anak laki-laki namanya Yahya. Kami tidak pernah menyebut seorang pun sebelum dia dengan nama itu.” Ia
berkata: "Ya Tuhan-ku, bagaimanakah akan menjadikan anak laki-laki bagiku,
padahal istriku mandul dan aku telah mencapai usia lanjut?”, Ia, malaikat berkata: "Demikianlah. Tuhan engkau berfirman: "Itu
mudah bagi-Ku, dan sungguh Aku telah menciptakan engkau sebelum ini,
padahal engkau tadinya bukanlah
sesuatu apa pun.” Ia, Zakaria,
berkata: "Ya Tuhan-ku, jadikanlah bagiku suatu Tanda." Dia berfirman:
"Tanda bagi engkau, bahwa engkau
jangan bicara kepada manusia selama tiga malam berturut-turut.”
Maka ia keluar kepada kaumnya dari
tempat ibadah, lalu ia memberi isyarat
kepada mereka supaya
bertasbihlah pagi dan petang. (Maryam
[19]:8-12).
Samiy
dalam kalimat “Kami tidak pernah menyebut seorang pun sebelum
dia dengan nama itu“ berarti:
saingan atau penantang untuk mencapai keunggulan dalam kemuliaan atau keagungan
atau keutamaan; yang serupa atau senama; yang senama dengan orang lain (Lexicon Lane).
Ayat 8 tidak berarti
bahwa sebelum Nabi Yahya a.s. tidak ada orang yang senama dengan beliau. Dari Bible sendiri
pun nampak, bahwa sebelum beliau banyak orang yang bernama Yahya (II Raja-raja
25:23; I Tawarikh 3:15; Ezra 8:12).
Hal itu pun tidak pula berarti bahwa Nabi Yahya a.s. itu tidak
tara bandingannya dalam segala segi. Beliau sendiri mengakui "Kemudian
dari aku ini akan datang kelak seorang yang lebih berkuasa dariku, maka untuk
menguraikan tali kasutnya pun, aku ini tiada berlayak" (Matius 1:7). Pengakuan Nabi
Yahya a.s. tersebut tertuju kepada Nabi
Besar Muhammad saw. – bukan tertuju kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Kenapa demikian? Sebab dalam peristiwa mikraj Nabi Besar Muhammad saw. kedudukan
ruhani Nabi Yahya a.s. berada pada tingkatan
langit kedua bersama-sama dengan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s., sedangkan Nabi Besar Muhammad saw. naik terus melewati Nabi Musa a.s. di langit ke enam dan Nabi Ibrahim a.s. di langit ketujuh dan akhirnya beliau saw. sampai
ke Sidratul-Muntaha (QS.53:2-19).
Dengan demikian ayat ini hanya berarti bahwa Nabi Yahya
a.s. tidak ada bandingan dalam suatu hal, yaitu beliau adalah nabi pertama yang datang sebagai perintis jalan bagi seorang nabi
yang lain, yaitu Nabi Isa ibnu Maryam a.s..
Dan beliau tiada bandingan
dalam segi bahwa beliau adalah nabi pertama datang dengan kemampuan dan jiwa seorang nabi lain yaitu Nabi
Ilyas a.s. atau Nabi Elia (Maleakhi 4:5).
Harapan Nabi Zakaria a.s. Mengenai
Keberlangsungan Silsilah Nabi Ya’qub a.s.
Kemudian mengenai
pengabulan doa istri
‘Imran untuk anak
perempuan yang baru dilahirkannya, Allah Swt. berfirman:
فَتَقَبَّلَہَا
رَبُّہَا بِقَبُوۡلٍ حَسَنٍ وَّ اَنۡۢبَتَہَا نَبَاتًا حَسَنًا ۙ وَّ کَفَّلَہَا
زَکَرِیَّا ۚؕ کُلَّمَا دَخَلَ عَلَیۡہَا زَکَرِیَّا الۡمِحۡرَابَ ۙ وَجَدَ
عِنۡدَہَا رِزۡقًا ۚ قَالَ یٰمَرۡیَمُ اَنّٰی لَکِ ہٰذَا ؕ قَالَتۡ ہُوَ مِنۡ
عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ یَرۡزُقُ مَنۡ یَّشَآءُ بِغَیۡرِ حِسَابٍ ﴿﴾
Maka Tuhan-nya telah menerimanya dengan penerimaan yang sangat baik, menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang
sangat baik dan menyerahkan
pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria datang menemuinya di
mihrab didapatinya ada rezeki padanya.
Ia berkata: “Hai Maryam, dari
manakah engkau mendapatkan rezeki ini?” Ia berkata: “Rezeki itu dari sisi Allah.” Se-sungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa hisab. (Āli ‘Imran [3]:38).
Ternyata keshalehan gadis Maryam telah menimbulkan harapan
Nabi Musa a.s. lagi mengenai kelangsungan silsilah
keturunan Nabi Ya’qub a.s. –
leluhurnya – dalam segi akhlak
dan keruhanian
yang menjadi keprihatinan beliau
dan juga istri ‘Imran, firman-Nya:
ذِکۡرُ رَحۡمَتِ
رَبِّکَ عَبۡدَہٗ زَکَرِیَّا ۖ﴿ۚ﴾ اِذۡ
نَادٰی رَبَّہٗ نِدَآءً
خَفِیًّا ﴿﴾ قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ
وَہَنَ الۡعَظۡمُ مِنِّیۡ وَ اشۡتَعَلَ الرَّاۡسُ شَیۡبًا وَّ لَمۡ اَکُنۡۢ بِدُعَآئِکَ رَبِّ
شَقِیًّا ﴿﴾ وَ اِنِّیۡ خِفۡتُ
الۡمَوَالِیَ مِنۡ وَّرَآءِیۡ وَ کَانَتِ
امۡرَاَتِیۡ عَاقِرًا فَہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ وَلِیًّا ۙ﴿﴾ یَّرِثُنِیۡ وَ یَرِثُ مِنۡ اٰلِ یَعۡقُوۡبَ ٭ۖ
وَ اجۡعَلۡہُ رَبِّ رَضِیًّا ﴿﴾
Inilah penjelasan mengenai rahmat Tuhan engkau kepada hamba-Nya
Zakaria, ketika ia
berseru kepada Tuhan-nya, dengan seruan yang lembut, ia berkata: "Ya, Tuhan-ku, sesungguhnya tulang-tulangku
telah menjadi lemah, dan kepala
telah dipenuhi uban, tetapi ya Tuhan-ku aku tidak pernah kecewa
dalam berdoa kepada Engkau. Dan
sesungguhnya aku khawatir akan
kaum-keluargaku di belakangku, sedangkan istriku mandul, maka anugerahilah
aku seorang penerus dari sisi Engkau. Yang akan menjadi pewarisku dan pewaris keturunan Ya'qub, dan ya Tuhan-ku, jadikanlah
dia seorang yang diridhai." (Maryam [19]:3-7).
Isyarat Mendekatnya Saat Pemindahan Silsilah Kenabian
dari Bani Israil kepada Bani Isma’il
Namun demikian takdir Allah Swt. menentukan lain, karena nampaknya kelahiran Maryam binti ‘Imran yang diluar
dugaan harapan ibunya, demikian juga
kelahiran Nabi Yahya a.s. dari
pasangan suami-istri (Nabi Zakaria a.s. dan isrtrinya) yang lanjut usia dan sang istri pun mandul, serta kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah seorang laki-laki dari kalangan Bani
Israil, semuanya itu merupakan isyarat
dari Allah Swt. mengenai semakin dekatnya dicabut
dan dipindahkannya silsilah kenabian dari kalangan Bani Israil
kepada kalangan Bani Ismail (umat
Islam.
Itulah sebabnya Allah Swt. telah menyebut kelahiran
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah
telah disebut sebagai as-Sā’ah (tanda
Saat/tanda Kiamat) bagi Bani Israil,
firman-Nya:
اِنۡ ہُوَ
اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ مَثَلًا
لِّبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾ وَ لَوۡ
نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنۡکُمۡ
مَّلٰٓئِکَۃً فِی الۡاَرۡضِ یَخۡلُفُوۡنَ ﴿﴾ وَ اِنَّہٗ
لَعِلۡمٌ لِّلسَّاعَۃِ فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِہَا وَ اتَّبِعُوۡنِ ؕ
ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿﴾ وَ لَا
یَصُدَّنَّکُمُ الشَّیۡطٰنُ ۚ اِنَّہٗ لَکُمۡ
عَدُوٌّ مُّبِیۡنٌ﴿﴾
Ia (Isa) tidak
lain melainkan seorang hamba yang
telah Kami anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan (misal)
bagi
Bani Israil. Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami
menjadikan malaikat dari antara kamu
sebagai penerus di bumi. Tetapi sesungguhnya ia benar-benar pengetahuan mengenai Saat, maka janganlah kamu ragu-ragu mengenainya
dan ikutilah aku, inilah jalan lurus. Dan janganlah syaitan menghalang-halangi kamu, sesungguhnya ia bagi kamu adalah musuh yang nyata. (Az-Zukhruf [43]:60-63).
Atas dasar itu pulalah Allah Swt – selain
menjadikan istri-istri durhaka Nabi
Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. sebagai misal
orang-orang yang kafir kepada Rasul
Allah; dan istri Fir’aun sebagai misal
orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah -- juga telah menjadikan Maryam binti ‘Imran,
yang kemudian melahirkan Isa Ibnu Maryam, sebagai misal dari hamba-hamba Allah
Swt. yang mengalami “kehamilan dan kelahiran ruhani” yang khusus melalui “peniupan Ruh” oleh Allah
Swt., sebagai hasil dari
memelihara secara ketat kesucian farj (aurat/indera-indra) mereka,
firman-Nya:
ضَرَبَ
اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ
کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ
امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ
عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا
عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾ وَ ضَرَبَ اللّٰہُ
مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا امۡرَاَتَ فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ لِیۡ عِنۡدَکَ
بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ وَ
نَجِّنِیۡ مِنۡ فِرۡعَوۡنَ وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ
الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka
mereka berdua sedikit pun tidak dapat
membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada
mereka: “Masuklah kamu berdua
ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun
sebagai misal bagi orang-orang
beriman, ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau
sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah
aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah
aku dari kaum yang zalim, Dan juga
Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami
meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia
menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya,
dan ia termasuk orang-orang yang patuh.
(At-Tahrīm
[66]:11-13).
Nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Mengenai Kehancuran Kedua Kali Yerusalem
Ketiga macam misal (perumpamaan) tersebut
sangat erat hubungannya dengan masalah
lembaga pernikahan dan “rahim” perempuan -- baik “rahim” secara jasmani mau pun “rahim”
secara ruhani yakni hati
(kalbu) manusia -- sebagai bukti
bahwa betapa sakralnya lembaga pernikahan
dan rahim perempuan dalam pandangan Islam (Al-Quran).
Pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai pencabutan dan pemindahan
nikmat (silsilah) kenabian dari kalangan Bani
Israil kepada Bani Ismail (umat
Islam) tersebut sesuai dengan nubuatan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) mengenai akan dihancurkannya kota Yerusalem yang kedua kali:
“Yerusalem, Yerusalem,
engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari
dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu
mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di
bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.
Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan
dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu
berkata: “Diberkatilah Dia yang datang
dalam nama Tuhan!” (Matius 23:37-39).
Kecaman
keras serta nubuatan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. atau Yesus Kristus
mengenai kehancuran “Yerusalem”
tersebut mengisyaratkan kepada kehancuran Yerusalem
yang kedua kali melalui serbuan dahsyat
balatentara raja Nebukadnezar dari Babilonia (II Raja-raja 25:1-21;
QS.2:260; QS.17:5-11), sebagai hukuman
Allah Swt. atas orang-orang Yahudi
setelah peristiwa penyaliban Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. pada th. 70 M (Matius 24:15-22), sesuai dengan nubuatan dan juga peringatan bagi umat Islam dalam Al-Quran (QS.17:5-11), sebab pernyataan bahwa
pengutusan Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan as-Sā’ah
(tanda Saat/tanda Kiamat) berlaku juga bagi Bani
Isma’il ketika Allah Swt. mengutus misal Isa Ibnu Maryam a.s. di Akhir
Zaman (QS.43:58) dari kalangan umat Islam, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
Pendiri Jemaat Ahmadiyah (QS.61:10; QS.7:35-37).
Sesudah Itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-muridnya lalu menunjuk
kepada bangunan-bangunan Bait Allah.
Ia berkata kepada mereka: “Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batu pun di sini akan dibiarkan
terletak di atas batu yang lain, semua akan diruntuhkan” (Matius
25:1-2).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 1 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar