Senin, 01 April 2013

Hakikat Doa Nabi Zakaria a.s. & Kemandulan Istrinya




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 85


  Hakikat Doa Nabi Zakaria a.s. &
Kemandulan Istrinya

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  bagian akhir Bab  sebelumnya  telah dikemukakan   doa Nabi Zakaria a.s.  dalam QS.3:39-40,  karena  beliau pun  -- seperti halnya istri ‘Imran -- merasakan keprihatinan yang sama  mengenai keadaan akhlak dan  ruhani Bani Israil  yang bagaikan keadaan seorang  perempuan  tua yang rahimnya mandul,   sebagaimana tergambar dalam doa beliau dalam Surah Maryam ayat 4-7, firman-Nya:
ہُنَالِکَ دَعَا زَکَرِیَّا رَبَّہٗ ۚ قَالَ رَبِّ ہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ ذُرِّیَّۃً طَیِّبَۃً ۚ اِنَّکَ سَمِیۡعُ  الدُّعَآءِ ﴿﴾  فَنَادَتۡہُ  الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ ہُوَ قَآئِمٌ یُّصَلِّیۡ فِی الۡمِحۡرَابِ ۙ اَنَّ اللّٰہَ یُبَشِّرُکَ بِیَحۡیٰی مُصَدِّقًۢا بِکَلِمَۃٍ مِّنَ اللّٰہِ وَ سَیِّدًا وَّ حَصُوۡرًا وَّ نَبِیًّا مِّنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾ 
Di sanalah Zakaria berdoa  kepada Tuhan-nya, dia berkata:  ”Ya Tuhan-ku, anugerahilah aku juga  dari sisi Engkau keturunan yang suci, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”   Maka malaikat menyerunya ketika ia  sedang berdiri shalat di mihrab: “Sesungguhnya  Allah memberi engkau kabar gembira  tentang Yahya, yang akan menggenapi  kalimat dari  Allah, dan ia seorang pemimpin, pengekang hawa nafsu, dan seorang nabi dari antara orang-orang saleh.” (Āli ‘Imran [3]:39-40).
     Nabi  Yahya a.s.  adalah seorang nabi yang datang sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  berlaku sebagai perintis bagi kedatangan beliau, sesuai dengan nubuatan Bible (Maleakhi  3:1 dan 4:5). Kata Ibraninya ialah Yuhanna, yang dalam bahasa itu berarti  "Tuhan telah bermurah hati" (Encyclopaedia Britannica). Nama Yahya  diberikan oleh Allah Swt.   Sendiri.
   Nabi  Yahya a.s. datang sesuai dengan nubuatan Maleakhi: “Bahwasanya Aku menyuruhkan kepadamu Elia, nabi itu, dahulu daripada datang hari Tuhan yang besar dan hebat itu” (Maleakhi  4:5).  Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالَ رَبِّ اَنّٰی یَکُوۡنُ لِیۡ غُلٰمٌ  وَّ قَدۡ بَلَغَنِیَ الۡکِبَرُ وَ امۡرَاَتِیۡ عَاقِرٌ ؕ قَالَ کَذٰلِکَ اللّٰہُ  یَفۡعَلُ مَا یَشَآءُ ﴿﴾  قَالَ رَبِّ اجۡعَلۡ لِّیۡۤ  اٰیَۃً ؕ قَالَ اٰیَتُکَ  اَلَّا تُکَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَۃَ اَیَّامٍ  اِلَّا رَمۡزًا ؕ وَ اذۡکُرۡ رَّبَّکَ کَثِیۡرًا وَّ سَبِّحۡ بِالۡعَشِیِّ وَ الۡاِبۡکَارِ ﴿٪﴾
Ia, Zakaria,  berkata:   ”Ya Tuhan-ku, bagaimanakah aku akan mendapat anak laki-laki, sedangkan masa tua telah menjelangku dan lagi pula istriku mandul?” Dia berfirman: “Demikianlah kekuasaan Allah, Dia berbuat apa yang Dia kehendaki.   Ia berkata: “Ya Tuhan-ku, berikanlah kepadaku suatu Tanda. Dia berfirman: “Tanda bagi engkau yaitu engkau tidak boleh berbicara dengan manusia selama tiga hari  kecuali dengan isyarat, dan ingatlah Tuhan engkau sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (Āli ‘Imran [3]:41-42).
   Ghulam berarti anak muda (Lexicon Lane). Pertanyaan Nabi Zakaria a.s. merupakan ungkapan yang tercetus dari rasa heran yang tulus dan polos tatkala mendengar janji Ilahi itu. Pertanyaan itu mengandung pula doa terselubung agar mudah-mudahan ia mendapat umur cukup panjang sehingga dapat melihat anak itu lahir dan tumbuh menjadi seorang pemuda (ghulam).
      Nabi Zakaria a.s.   harus pantang berbicara selama tiga hari, dan kemudian janji itu baru akan dipenuhi. Beliau tidak kehilangan kemampuan bicara – yakni tiba-tiba menjadi bisu,  --  seperti nampaknya dikatakan Bible, sebagai hukuman karena tidak percaya kepada perkataan Allah Swt.  (Lukas 1:20-22).
     Perintah supaya membisu dimaksudkan agar memberikan kesempatan baik kepada Nabi Zakaria  a.s.  untuk menggunakan waktu beliau dengan bertafakur dan berdoa — suatu syarat yang istimewa sekali, berfaedah untuk menarik rahmat dan berkat Ilahi. Pantang bercakap-cakap juga ternyata sangat berfaedah dalam keadaan tertentu untuk membuat seseorang memulihkan kembali daya hayati dan kekuatan jasmani yang telah hilang. Kebiasaan itu agaknya lazim terdapat di tengah kaum Yahudi di zaman itu.

Cara Berdoa yang Makbul (Diterima)

      Dalam firman Allah Swt. berikut ini  doa yang dipanjatkan oleh Nabi Zakaria a.s. lebih lengkap lagi:
ذِکۡرُ  رَحۡمَتِ  رَبِّکَ  عَبۡدَہٗ   زَکَرِیَّا  ۖ﴿ۚ﴾  اِذۡ  نَادٰی  رَبَّہٗ  نِدَآءً  خَفِیًّا ﴿﴾  قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ وَہَنَ الۡعَظۡمُ مِنِّیۡ وَ اشۡتَعَلَ الرَّاۡسُ شَیۡبًا وَّ لَمۡ  اَکُنۡۢ بِدُعَآئِکَ  رَبِّ  شَقِیًّا ﴿﴾  وَ اِنِّیۡ خِفۡتُ الۡمَوَالِیَ مِنۡ وَّرَآءِیۡ وَ کَانَتِ  امۡرَاَتِیۡ عَاقِرًا فَہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ  وَلِیًّا  ۙ﴿﴾  یَّرِثُنِیۡ وَ یَرِثُ مِنۡ اٰلِ یَعۡقُوۡبَ ٭ۖ وَ اجۡعَلۡہُ   رَبِّ  رَضِیًّا ﴿﴾ 
Inilah penjelasan mengenai rahmat Tuhan engkau kepada hamba-Nya Zakaria,  ketika ia berseru kepada Tuhan-nya, dengan seruan  yang lembut,  ia berkata: "Ya, Tuhan-ku, sesungguhnya  tulang-tulangku telah menjadi lemah, dan kepala telah dipenuhi uban, tetapi ya Tuhan-ku aku tidak pernah  kecewa dalam berdoa kepada Engkau. Dan sesungguhnya aku khawatir akan kaum-keluargaku  di belakangku, sedangkan  istriku mandul, maka anugerahilah aku seorang pene-rus dari sisi Engkau. Yang akan menjadi pewarisku dan pewaris keturunan Ya'qub, dan  ya Tuhan-ku,  jadikanlah dia seorang yang diridhai." (Maryam [19]:3-7).
 Uraian mengenai Nabi Zakaria a.s.   mendahului uraian mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sebab Nabi Yahya a.s.  -- putra Nabi Zakaria a.s. --   adalah perintis bagi kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..   Beliau mengumumkan kedatangan Nabi Isa a.s untuk memberi kabar gembira  kepada Bani Israil, bahwa penampakan juru selamat mereka itu sudah dekat waktunya (Maleakhi 4:5).
 Oleh sebab menurut nubuatan Maleakhi, Nabi Ilyas a.s.  harus datang kedua kali sebelum kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Al-Masih/Mesiah),  maka sungguh pada tempatnya bahwa Allah Swt. dalam Al-Quran dalam membeberkan riwayat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   harus pula menyinggung Nabi Yahya a.s. yang telah datang dengan jiwa dan kekuatan Nabi Ilyas a.s., seakan-akan Nabi Ilyas a.s. (Elia) datang  lagi kedua kali (Matius 11:12-15).   
Nabi Zakaria a.s. telah mengerti dari nubuatan-nubuatan Bible dan dari peringatan-peringatan Samawi (dari langit) yang telah disampaikan kepada orang­-orang Yahudi atas penolakan mereka secara berulang kali terhadap nabi-nabi Allah (QS.2:88-89), bahwa tidak lama lagi nikmat kenabian akan dipindahkan dari kaum Bani Israil kepada rumpun Nabi Isma’il.  Kesadaran tersebut membuat perasaan dan gejolak hati Nabi Zakaria a.s. beliau tertuang ke dalam bentuk doa agar beliau diberi seorang putra yang saleh.
  Doa Zakaria a.s. memiliki semua unsur dalam suatu doa yang lengkapdan mustajab (manjur). Doa yang mustajab harus diucapkan dengan khusyuk dan merendahkan diri. Orang yang berdoa harus mengakui kelemahan dan ketidakmampuan dirinya. Ia harus memiliki keyakinan membaja akan kekuasaan Allah Swt.  untuk mengabulkan doanya. Doa Zakaria a.s.  memenuhi semua syarat tersebut.

Kelahiran Nabi Yahya a.s. Sebagai Perintis
Pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kabar kelahiran Nabi Yahya a.s., sebagai perintis kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.:
یٰزَکَرِیَّاۤ  اِنَّا نُبَشِّرُکَ بِغُلٰمِۣ اسۡمُہٗ یَحۡیٰی ۙ لَمۡ  نَجۡعَلۡ  لَّہٗ  مِنۡ  قَبۡلُ  سَمِیًّا ﴿﴾  قَالَ رَبِّ اَنّٰی یَکُوۡنُ لِیۡ غُلٰمٌ وَّ کَانَتِ امۡرَاَتِیۡ  عَاقِرًا  وَّ  قَدۡ  بَلَغۡتُ مِنَ  الۡکِبَرِ  عِتِیًّا ﴿﴾   قَالَ  کَذٰلِکَ ۚ قَالَ رَبُّکَ ہُوَ  عَلَیَّ ہَیِّنٌ  وَّ قَدۡ خَلَقۡتُکَ مِنۡ قَبۡلُ وَ لَمۡ  تَکُ شَیۡئًا ﴿﴾   قَالَ رَبِّ اجۡعَلۡ  لِّیۡۤ   اٰیَۃً ؕ قَالَ اٰیَتُکَ اَلَّا تُکَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَ لَیَالٍ سَوِیًّا ﴿﴾  فَخَرَجَ عَلٰی قَوۡمِہٖ مِنَ الۡمِحۡرَابِ فَاَوۡحٰۤی  اِلَیۡہِمۡ اَنۡ سَبِّحُوۡا بُکۡرَۃً وَّ عَشِیًّا ﴿﴾
Allah berfirman: "Ya Zakaria,  Kami memberikan kabar gembira  kepada engkau mengenai kelahiran seorang  anak laki-laki namanya Yahya. Kami tidak pernah menyebut seorang pun sebelum dia  dengan nama itu.”  Ia berkata: "Ya Tuhan-ku, bagaimanakah akan menjadikan anak laki-laki bagiku, padahal istriku  mandul dan aku telah mencapai usia lanjut?”,  Ia, malaikat  berkata:  "Demikianlah.   Tuhan engkau berfirman:  "Itu mudah bagi-Ku, dan sungguh Aku telah menciptakan engkau sebelum ini, padahal engkau tadinya bukanlah sesuatu apa pun.”    Ia, Zakaria, berkata: "Ya Tuhan-ku, jadikanlah  bagiku suatu Tanda." Dia berfirman: "Tanda bagi engkau, bahwa engkau jangan bicara kepada manusia selama  tiga malam berturut-turut.”  Maka ia keluar kepada kaumnya dari tempat ibadah, lalu ia memberi isyarat kepada mereka  supaya bertasbihlah pagi dan petang. (Maryam [19]:8-12).
   Samiy dalam kalimat “Kami tidak pernah menyebut seorang pun sebelum dia dengan nama itu“ berarti: saingan atau penantang untuk mencapai keunggulan dalam kemuliaan atau keagungan atau keutamaan; yang serupa atau senama; yang senama dengan orang lain (Lexicon Lane).
Ayat 8 tidak berarti  bahwa sebelum Nabi Yahya a.s.  tidak ada orang yang senama dengan beliau. Dari Bible sendiri pun nampak, bahwa sebelum beliau banyak orang yang bernama Yahya (II Raja-raja 25:23; I Tawarikh 3:15; Ezra 8:12).
Hal itu pun  tidak pula berarti bahwa Nabi Yahya a.s.  itu tidak tara bandingannya dalam segala segi. Beliau sendiri mengakui  "Kemudian dari aku ini akan datang kelak seorang yang lebih berkuasa dariku, maka untuk menguraikan tali kasutnya pun, aku ini tiada berlayak" (Matius 1:7). Pengakuan Nabi Yahya a.s. tersebut tertuju kepada Nabi Besar Muhammad saw. – bukan tertuju kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Kenapa demikian? Sebab dalam peristiwa mikraj Nabi Besar Muhammad saw. kedudukan ruhani Nabi Yahya a.s. berada pada tingkatan langit kedua bersama-sama dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sedangkan Nabi Besar Muhammad saw.  naik terus  melewati Nabi Musa a.s. di langit ke enam dan Nabi Ibrahim a.s. di langit ketujuh dan akhirnya beliau saw. sampai ke Sidratul-Muntaha (QS.53:2-19).
Dengan demikian ayat ini hanya berarti bahwa Nabi Yahya a.s.  tidak ada bandingan dalam suatu hal, yaitu  beliau adalah nabi pertama yang datang sebagai perintis jalan bagi seorang nabi yang lain, yaitu Nabi Isa ibnu Maryam a.s.. Dan beliau tiada bandingan dalam segi  bahwa beliau adalah nabi pertama datang dengan kemampuan dan jiwa seorang nabi lain  yaitu  Nabi  Ilyas a.s.  atau Nabi Elia (Maleakhi 4:5).

Harapan  Nabi Zakaria a.s. Mengenai
Keberlangsungan Silsilah Nabi Ya’qub a.s.

Kemudian mengenai  pengabulan doa istri ‘Imran  untuk  anak perempuan yang baru dilahirkannya, Allah Swt. berfirman:
فَتَقَبَّلَہَا رَبُّہَا بِقَبُوۡلٍ حَسَنٍ وَّ اَنۡۢبَتَہَا نَبَاتًا حَسَنًا ۙ وَّ کَفَّلَہَا زَکَرِیَّا ۚؕ کُلَّمَا دَخَلَ عَلَیۡہَا زَکَرِیَّا الۡمِحۡرَابَ ۙ وَجَدَ عِنۡدَہَا رِزۡقًا ۚ قَالَ یٰمَرۡیَمُ اَنّٰی لَکِ ہٰذَا ؕ قَالَتۡ ہُوَ مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ یَرۡزُقُ مَنۡ یَّشَآءُ بِغَیۡرِ حِسَابٍ ﴿﴾ 
Maka Tuhan-nya telah menerimanya dengan penerimaan yang sangat baik, menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang sangat baik dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria.  Setiap kali Zakaria datang menemuinya di mihrab didapatinya ada rezeki padanya. Ia berkata: “Hai Maryam,  dari manakah engkau mendapatkan rezeki ini?” Ia berkata: “Rezeki itu dari sisi Allah.”  Se-sungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa hisab.  (Āli ‘Imran [3]:38).
 Ternyata keshalehan gadis Maryam telah menimbulkan harapan Nabi Musa a.s. lagi mengenai kelangsungan silsilah keturunan Nabi Ya’qub a.s. – leluhurnya – dalam segi akhlak dan  keruhanian yang menjadi keprihatinan beliau dan juga istri ‘Imran, firman-Nya:
ذِکۡرُ  رَحۡمَتِ  رَبِّکَ  عَبۡدَہٗ   زَکَرِیَّا  ۖ﴿ۚ﴾  اِذۡ  نَادٰی  رَبَّہٗ  نِدَآءً  خَفِیًّا ﴿﴾  قَالَ رَبِّ اِنِّیۡ وَہَنَ الۡعَظۡمُ مِنِّیۡ وَ اشۡتَعَلَ الرَّاۡسُ شَیۡبًا وَّ لَمۡ  اَکُنۡۢ بِدُعَآئِکَ  رَبِّ  شَقِیًّا ﴿﴾  وَ اِنِّیۡ خِفۡتُ الۡمَوَالِیَ مِنۡ وَّرَآءِیۡ وَ کَانَتِ  امۡرَاَتِیۡ عَاقِرًا فَہَبۡ لِیۡ مِنۡ لَّدُنۡکَ  وَلِیًّا  ۙ﴿﴾  یَّرِثُنِیۡ وَ یَرِثُ مِنۡ اٰلِ یَعۡقُوۡبَ ٭ۖ وَ اجۡعَلۡہُ   رَبِّ  رَضِیًّا ﴿﴾ 
Inilah penjelasan mengenai rahmat Tuhan engkau kepada hamba-Nya Zakaria,  ketika ia berseru kepada Tuhan-nya, dengan seruan  yang lembut,  ia berkata: "Ya, Tuhan-ku, sesungguhnya  tulang-tulangku telah menjadi lemah, dan kepala telah dipenuhi uban, tetapi ya Tuhan-ku aku tidak pernah  kecewa dalam berdoa kepada Engkau. Dan sesungguhnya aku khawatir akan kaum-keluargaku di belakangku, sedangkan  istriku mandul, maka  anugerahilah aku seorang penerus dari sisi Engkau. Yang akan menjadi pewarisku dan pewaris keturunan Ya'qub, dan  ya Tuhan-ku,  jadikanlah dia seorang yang diridhai." (Maryam [19]:3-7).

Isyarat Mendekatnya Saat Pemindahan Silsilah Kenabian
dari Bani Israil kepada Bani Isma’il

    Namun demikian takdir Allah Swt. menentukan lain, karena nampaknya kelahiran Maryam binti ‘Imran  yang diluar dugaan harapan ibunya, demikian juga  kelahiran Nabi Yahya a.s. dari pasangan suami-istri  (Nabi Zakaria  a.s. dan isrtrinya) yang lanjut usia dan sang istri pun mandul, serta kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah seorang laki-laki dari kalangan  Bani Israil, semuanya itu merupakan isyarat dari Allah Swt. mengenai semakin dekatnya dicabut dan dipindahkannya silsilah kenabian dari kalangan Bani Israil kepada kalangan Bani Ismail (umat Islam.
     Itulah sebabnya Allah Swt. telah  menyebut kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah telah disebut sebagai as-Sā’ah (tanda Saat/tanda Kiamat) bagi Bani Israil, firman-Nya:
اِنۡ ہُوَ اِلَّا عَبۡدٌ اَنۡعَمۡنَا عَلَیۡہِ وَ جَعَلۡنٰہُ  مَثَلًا   لِّبَنِیۡۤ   اِسۡرَآءِیۡلَ ﴿ؕ﴾  وَ لَوۡ  نَشَآءُ  لَجَعَلۡنَا مِنۡکُمۡ مَّلٰٓئِکَۃً  فِی الۡاَرۡضِ  یَخۡلُفُوۡنَ ﴿﴾  وَ اِنَّہٗ  لَعِلۡمٌ  لِّلسَّاعَۃِ  فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِہَا وَ اتَّبِعُوۡنِ ؕ ہٰذَا صِرَاطٌ مُّسۡتَقِیۡمٌ ﴿﴾   وَ لَا یَصُدَّنَّکُمُ الشَّیۡطٰنُ ۚ اِنَّہٗ  لَکُمۡ عَدُوٌّ  مُّبِیۡنٌ﴿﴾
Ia (Isa) tidak lain melainkan seorang hamba yang telah Kami  anugerahi nikmat kepadanya, dan Kami menjadikan dia suatu perumpamaan (misal)  bagi Bani Israil.  Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami menjadikan malaikat dari antara kamu  sebagai penerus di bumi.  Tetapi sesungguhnya ia benar-benar pengetahuan mengenai  Saat, maka janganlah kamu ragu-ragu mengenainya dan ikutilah aku, inilah jalan lurus.  Dan janganlah syaitan menghalang-halangi kamu, sesungguhnya ia bagi kamu adalah musuh yang nyata. (Az-Zukhruf [43]:60-63).
      Atas dasar itu pulalah Allah Swt – selain menjadikan istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. sebagai misal orang-orang yang kafir kepada  Rasul Allah; dan istri Fir’aun sebagai misal orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah --  juga telah menjadikan Maryam binti ‘Imran, yang kemudian melahirkan Isa Ibnu Maryam, sebagai misal dari hamba-hamba Allah Swt. yang mengalami “kehamilan dan kelahiran ruhani” yang  khusus melalui “peniupan Ruh  oleh Allah Swt., sebagai hasil dari memelihara  secara ketat kesucian farj (aurat/indera-indra) mereka,  firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾  وَ ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوا امۡرَاَتَ  فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ  قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ  لِیۡ عِنۡدَکَ  بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ  وَ نَجِّنِیۡ  مِنۡ فِرۡعَوۡنَ  وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ  مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.”   Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai  misal bagi orang-orang beriman,  ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,  Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrīm [66]:11-13).

Nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Mengenai Kehancuran Kedua Kali Yerusalem

   Ketiga macam misal (perumpamaan) tersebut  sangat erat hubungannya dengan masalah  lembaga pernikahan dan “rahim” perempuan -- baik “rahim” secara jasmani mau pun “rahim” secara ruhani yakni hati  (kalbu) manusia --  sebagai bukti bahwa betapa sakralnya lembaga pernikahan dan rahim perempuan dalam pandangan Islam (Al-Quran).
   Pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai pencabutan dan pemindahan nikmat  (silsilah) kenabian dari kalangan Bani Israil kepada Bani Ismail (umat Islam) tersebut sesuai dengan nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) mengenai   akan dihancurkannya  kota  Yerusalem yang kedua kali:
Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi  dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!  (Matius 23:37-39).
   Kecaman keras serta nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Yesus Kristus mengenai kehancuran “Yerusalem” tersebut mengisyaratkan kepada kehancuran Yerusalem yang kedua kali melalui serbuan dahsyat balatentara raja Nebukadnezar dari Babilonia (II Raja-raja 25:1-21; QS.2:260; QS.17:5-11), sebagai hukuman Allah Swt. atas orang-orang Yahudi setelah peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pada th. 70 M (Matius 24:15-22), sesuai dengan nubuatan dan juga peringatan  bagi umat Islam dalam  Al-Quran (QS.17:5-11), sebab pernyataan bahwa pengutusan Isa Ibnu Maryam a.s.  merupakan as-Sā’ah (tanda Saat/tanda Kiamat) berlaku juga bagi Bani Isma’il ketika Allah Swt. mengutus misal Isa Ibnu Maryam a.s. di Akhir Zaman   (QS.43:58) dari kalangan umat Islam, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah (QS.61:10; QS.7:35-37).
Sesudah Itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-muridnya lalu menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Ia berkata kepada mereka: “Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak   satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semua akan diruntuhkan (Matius 25:1-2).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 1  April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar