بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Ash-Shāffāt
Bab 96
Empat
Macam Martabat Ruhani:
Nabi; Shiddiq;
Syahid dan Shalih
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab 94
sebelumnya telah dikemukakan firman Allah Swt. mengenai hakikat “rasa
sakit” ketika Maryam binti ‘Imran melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.19:
) dan hubungannya dengan firman-Nya:
وَ مَنۡ
یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ
عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ
الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ
عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul ini
maka mereka akan termasuk di antaraorang-orang yang Allah
memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka
itulah sahabat yang sejati. Itulah karunia
dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:70-71).
Ayat ini sangat penting sebab ia menerangkan
semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat keruhanian — nabi-nabi, shiddiq-shidiq,
syuhada (saksi-saksi) dan shālihīn (orang-orang saleh) — kini
semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti
Nabi Besar Muhammad saw..
Hal ini
merupakan kehormatan khusus bagi Nabi Besar Muhammad saw. semata. Tidak ada nabi lain menyamai beliau saw. dalam perolehan nikmat-nikmat keruhanian ini. Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang
oleh ayat yang membicarakan nabi-nabi
secara umum dan mengatakan: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para
rasul-Nya, mereka adalah orang-orang
shiddiq dan saksi-saksi (syuhada)
di sisi Tuhan mereka” (QS.57: 20).
Jadi, itulah makna “kelahiran
ruhani” dari tingkat ruhani
Maryam binti ‘Imran yang kemudian mengandung
(hamil) dan melahirkan Isa Ibnu
Maryam a.s. tanpa melalui “pembuahan ruhani” seorang laki-laki (guru
jsmani), melainkan semata-mata melalui “tiupan Ruh” dari Allah Swt., yakni penganugerahan wahyu
Ilahi, firman-Nya:
فَحَمَلَتۡہُ فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾ فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ اِلٰی جِذۡعِ
النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾ فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ رَبُّکِ
تَحۡتَکِ سَرِیًّا ﴿﴾ وَ ہُزِّیۡۤ
اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ
تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ رُطَبًا
جَنِیًّا ۫﴾ فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ
قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ
اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ اِنۡسِیًّا﴿ۚ﴾
Maka
Maryam mengandungnya, lalu ia
mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. Maka rasa sakit melahirkan memaksanya pergi ke sebatang pohon
kurma. Ia berkata:
"Alangkah baiknya jika aku mati
sebelum ini dan aku menjadi sesuatu
yang dilupakan sama sekali!" Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah
bawah dia: "Janganlah engkau bersedih hati, sungguh Tuhan
engkau telah membuat anak sungai di bawah engkau, dan goyangkan
ke arah engkau pelepah batang
kurma itu, ia akan menjatuhkan
berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar. Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah
mata engkau. Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah maka aku sekali-kali tidak akan
bercakap-cakap pada hari ini dengan seorang manusia pun. (Maryam [19]:23-27).
Pengusiran Orang-orang Yahudi dari Benteng Khaibar
yang Dikelilingi Kebun Kurma
Proses “kelahiran ruhani” yang unik
seperti yang dikemukakan Allah Swt.
dalam Al-Quran tersebut sulit untuk dimengerti oleh pemuka agama yang hanya
mengeluti masalah fiqih (lahiriah/jasmani)
belaka, sebab mereka itu bukan dari jenis “pohon
kurma” yang diumpamakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. sebagai misal orang Islam -- yaitu yang
berbuah matang atau rāsikhūna fil-‘ilm (yang matang dalam
ilmu – QS.3:8-9), yang “digoyangkan”
oleh Maryam binti ‘Imran -- melainkan
dari jenis “pohon kurma” dari jenis linah yang rendah mutunya, yang layak
ditebang, seperti yang terjadi pada
peristiwa pengepungan orang-orang
Yahudi asal Madinah yang bertahan
dalam benteng Khaibar oleh
pasukan Muslim pimpinan Ali bin Abi
Thalib r.a. (QS.59:3-6) setelah
mereka diusir dari Madinah, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ سَبَّحَ لِلّٰہِ
مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ
اَخۡرَجَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ
دِیَارِہِمۡ لِاَوَّلِ الۡحَشۡرِ ؕؔ مَا
ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ یَّخۡرُجُوۡا وَ
ظَنُّوۡۤا اَنَّہُمۡ مَّانِعَتُہُمۡ حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ
اللّٰہِ فَاَتٰىہُمُ اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ
لَمۡ یَحۡتَسِبُوۡا ٭ وَ قَذَفَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ
الرُّعۡبَ یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ
بِاَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَیۡدِی
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ٭ فَاعۡتَبِرُوۡا
یٰۤاُولِی الۡاَبۡصَارِ ﴿﴾ وَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ
کَتَبَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمُ
الۡجَلَآءَ لَعَذَّبَہُمۡ فِی
الدُّنۡیَا ؕ وَ لَہُمۡ فِی الۡاٰخِرَۃِ
عَذَابُ النَّارِ ﴿﴾ ذٰلِکَ
بِاَنَّہُمۡ شَآقُّوا اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗ ۚ وَ مَنۡ یُّشَآقِّ
اللّٰہَ فَاِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ
الۡعِقَابِ ﴿﴾
Aku baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Menyanjung
kesucian Allah apa
pun yang ada di seluruh langit dan apa
pun yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang
mengeluarkan orang-orang yang kafir di antara Ahli-kitab dari rumah-rumah
mereka pada pengusiran pertama. Kamu sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka
akan keluar, dan mereka menyangka
bahwa benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan Allah, maka Allah
datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka, dan Dia melemparkan kecemasan dalam kalbu
mereka, sehingga mereka merobohkan
rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman, maka ambillah pelajaran hai orang-orang yang
memiliki penglihatan. Dan seandainya
tidak karena Allah telah menetapkan
pengusiran terhadap mereka, niscaya Allah
telah mengazab mereka di dunia ini juga, dan bagi mereka di akhirat ada azab Api. Hal
demikian itu karena mereka menentang Allah
dan Rasul-Nya, dan barangsiapa
menentang Allah, maka sesungguhnya
azab Allah sangat keras. (Al-Hasyr [59]:3-5).
Di Madinah tinggal
tiga golongan suku Yahudi – Banu Qainuqa’,
Banu Nadhir, dan Banu Quraizhah. Ayat ini mengisyaratkan kepada pengusiran Banu
Nadhir dari Me-dinah. Suku ini sama seperti suku
Qainuqa’ sebelum mereka, telah berlaku khianat
terhadap kaum Muslimin pada beberapa peristiwa. Mereka menjalin jaringan komplotan dan memasuki persekutuan-persekutuan rahasia dengan musuh-musuh Islam untuk tujuan
mengadakan perlawanan terhadap kaum
Muslimin (QS.2:103).
Pengepungan Benteng Khaibar
Orang-orang Yahudi berulang-ulang melanggar perjanjian mereka dan mengkhianati
persetujuan-persetujuan resmi untuk tetap berdiri netral di antara Nabi Besar Muhammad saw. dengan musuh-musuh beliau saw., dan
bahkan telah berkomplot hendak membunuh beliau saw.. Pemimpin mereka,
Ka'b bin Asyraf, pergi ke Mekkah untuk mengumpulkan bala bantuan dari kaum
Quraisy dan dari suku-suku musyrik lain di sekitar Mekkah untuk mengusir kaum Muslimin dari Medinah.
Sesudah kekalahan sementara yang diderita oleh kaum Muslimin di
Uhud, kasak-kusuk dan perlawanan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. kian menjadi-jadi. Maka setelah keaniayaan mereka melampaui batas serta
kehadiran mereka di Medinah ternyata selalu merupakan sumber bahaya kematian kaum Muslimin dan negara Islam, baru pada saat itulah Nabi Besar Muhammad saw. mengambil tindakan terhadap mereka. Beliau saw. mengepung benteng mereka dan -- setelah mereka dengan sia-sia
bertahan selama 21 hari -- pada akhirnya mereka menyerah.
Mereka diperintahkan meninggalkan
Medinah lalu mereka semua berangkat ke Siria, kecuali dua keluarga memilih
tetap tinggal di Khaibar. Nabi Besar
Muhammad saw. luar biasa baik hati dan lemah lembutnya terhadap mereka. Beliau saw. mengizinkan
mereka membawa harta benda dan ternak mereka. Mereka bertolak dengan aman dari
Medinah, tetapi mereka tidak berbuat demikian sebelum mereka dihinggapi rasa putus asa dari mendapat bantuan yang dinanti-nanti mereka dari
sekutu-sekutu mereka di Mekkah dan dari kaum muna-fikin di Medinah, dan lagi
pula telah terbukti bahwa benteng
mereka, yang mereka duga tidak
terbobolkan itu, ternyata tidak dapat menyelamatkan mereka.
Mengingat rencana jahat
dan tipu daya mereka, persekongkolan-persekongkolan dan
perkomplotan-perkomplotan rahasia mereka, serta perbuatan khianat dan kepalsuan
yang dibuktikan mereka berulang-ulang, pula pelanggaran perjanjian-perjanjian resmi yang terjadi setiap kali, maka hukuman yang dijatuhkan atas mereka itu
sungguh amat ringan sekali.
Isyarat di dalam kata-kata “pada waktu pengusiran pertama”, dapat
ditujukan kepada pengusiran terhadap Banu Qainuqa’ dari Medinah sesudah Pertempuran Badar, atau kata-kata itu
dapat pula tertuju kepada pengusiran
dari Medinah terhadap ketiga suku Yahudi
tersebut di atas oleh Nabi Besar Muhammad saw.. Itulah pengusiran mereka yang pertama.
Tetapi Sayyidina Umar bin Khaththab r.a., Khalifah kedua Nabi Besar Muhammad saw. mengusir
seluruh orang Yahudi dari daerah Arab
selebihnya untuk yang kedua kalinya
dan yang terakhir. Jadi, kata-kata itu dapat dianggap mengandung suatu kabar gaib bahwa sesudah suku-suku
bangsa Yahudi Medinah diusir oleh Nabi
Besar Muhammad saw. semua orang Yahudi akan mengalami nasib yang sama pada waktu kemudian.
Politik “Bumi Hangus” &
Penebangan “Pohon Kurma” yang Tidak Bermutu
Mengingat akan sumber-sumber
daya materi, persekutuan politik,
dan organi-sasi orang-orang Yahudi di
Medinah, kaum Muslim tidak pernah dapat membayangkan betapa orang-orang Yahudi bisa diusir dari Medinah dengan begitu
mudah tanpa kehilangan jiwa manusia pada kedua belah pihak:
Kamu
sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka akan keluar, dan mereka menyangka bahwa benteng-benteng akan
melindungi mereka dari keputusan Allah, maka Allah
datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka, dan Dia melemparkan kecemasan dalam kalbu
mereka, sehingga mereka merobohkan
rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman, maka ambillah pelajaran hai orang-orang yang
memiliki penglihatan.
Sebelum berangkat dari
Medinah, Banu Nadhir telah membumi-hanguskan
dengan tangan mereka sendiri rumah-rumah mereka
serta kekayaan yang tidak bergerak
lainnya di hadapan mata kaum Muslimin.
Nabi Besar Muhammad
saw. telah memberi tempo 10 hari untuk menyelesaikan urusan mereka sebagaimana
diinginkan oleh mereka. Jadi, orang-orang Yahudi Medinah adalah yang
pertama-tama menjalankan politik
bumi-hangus, berabad-abad sebelum bangsa Rusia melakukan serupa itu dalam Perang Dunia kedua.
Pembuangan Banu
Nadhir dari Medinah merupakan suatu hukuman
yang amat ringan. Mereka selayaknya mendapat hukuman yang lebih berat lagi; dan
seandainya mereka tidak dibuang, niscaya mereka telah mendapat hukuman keras
dengan suatu cara lain. Selanjutnya mengenai penebangan “pohon kurma” di benteng Khaibar, Allah Swt. berfirman:
مَا قَطَعۡتُمۡ مِّنۡ لِّیۡنَۃٍ
اَوۡ تَرَکۡتُمُوۡہَا
قَآئِمَۃً عَلٰۤی اُصُوۡلِہَا فَبِاِذۡنِ اللّٰہِ وَ لِیُخۡزِیَ
الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾
Pohon kurma
apa saja jenisnya yang kamu
tebang atau kamu membiarkannya
berdiri pada akar-akarnya maka itu dengan izin Allah, supaya Dia
menghinakan orang-orang durhaka. (Al-Hasyr [59]: 6).
Yang diisyaratkan adalah penebangan pohon-pohon
kurma milik Banu Nadhir atas perintah
Nabi Besar Muhammad saw. seperti
dinyatakan dalam ayat 3, telah mengurung diri mereka di dalam benteng-benteng
mereka sebagai tentangan terhadap perintah Nabi Besar Muhammad saw. supaya mereka menyerah.
Setelah pengepungan berlangsung beberapa hari Nabi
Besar Muhammad saw. memerintahkan
untuk memaksa mereka menyerah dengan
menebangi pohon-pohon kurma mereka
dari jenis linah yang mutu
buahnya sangat buruk dan sama sekali
tidak berguna untuk dimakan manusia (Ar-Raudh-al-Unuf).
Baru saja enam pohon ditebang, mereka menyerah (Zurqani). Perintah Nabi Besar Muhammad saw. itu sangat ringan, lunak, dan sungguh
sesuai dengan hukum perang yang beradab.
Orang-orang yang Berhati
Bengkok
Jadi, sebagaimana halnya hanya “pohon kurma” dari jenis yang bermutu yang berbuah matang sajalah yang memberikan manfaat kepada Maryam binti ‘Imran setelah merasakan “sakit melahirkan” Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s., demikian pula di Akhir Zaman ini pun hanya “pohon-pohon kurma” -- yakni orang-orang
Islam -- yang “berbuah matang” --
rāsikhūna fil-‘ilm (yang matang dalam
ilmu – QS.3:8-9) -- sajalah yang memberikan manfaat kepada perjuangan suci misal Ibnu Maryam a.s yaitu Mirza Ghulam Ahmad a.s. (QS.43:58), dalam rangka perjuangan suci mewujudkan kejayaan
Islam yang kedua kali atas semua
agama (QS.61:10).
Sebaliknya, firman-Nya, sedangan "pohon-pohon kurma" yang berbuah buruk dan pahit, dengan berbagai fitnah dan fatwa dusta yang dilontarkannya terhadap beliau telah membuat beliau merasa sangat sedih -- persis seperti penderitaan yang dialmi Maryam binti 'Imran ketika melahirkan "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!" (QS.19:24) -- , firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ
اُمُّ الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ
فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ
مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ وَ مَا یَعۡلَمُ تَاۡوِیۡلَہٗۤ
اِلَّا اللّٰہُ ۘؔ وَ
الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
﴿﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ
رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ جَامِعُ النَّاسِ لِیَوۡمٍ لَّا رَیۡبَ
فِیۡہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَا یُخۡلِفُ
الۡمِیۡعَادَ ٪﴿﴾
Dia-lah yang
menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran kepada
engkau, di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat,
itulah pokok-pokok Al-Kitab, sedangkan yang
lain ayat-ayat mutasyābihāt. Adapun orang-orang
yang di dalam hatinya ada ke-bengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang
salah, padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya kecuali
Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak ada yang meraih
nasihat kecuali orang-orang yang
mempergunakan akal. “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami tatkala Engkau telah memberi
kami petunjuk, dan anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau,
sesungguhnya Engkau benar-benar Maha
Pemberi anugerah. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau akan menghimpun manusia pada Hari yang di dalamnya tidak
ada keraguan, sesungguhnya Allah
tidak menyalahi janji.” (Āli ‘Imran [3]:8-10).
Memaksakan Penafsiran yang Keliru
Demikianlah beberapa hikmah yang terdapat pada
firman-Nya mengenai rasa sakit yang
diderita Maryam binti ‘Imran ketika
akan melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan hubungannya
dengan “pohon kurma”:
فَحَمَلَتۡہُ فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾ فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ اِلٰی جِذۡعِ
النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾ فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ رَبُّکِ
تَحۡتَکِ سَرِیًّا ﴿﴾ وَ ہُزِّیۡۤ
اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ
تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ رُطَبًا
جَنِیًّا ﴿۫﴾ فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ
قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ
اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ اِنۡسِیًّا﴿ۚ﴾
Maka
Maryam mengandungnya, lalu ia
mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. Maka rasa sakit melahirkan memaksanya pergi ke sebatang pohon
kurma. Ia berkata:
"Alangkah baiknya jika aku mati
sebelum ini dan aku menjadi sesuatu
yang dilupakan sama sekali!" Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah
bawah dia: "Janganlah engkau bersedih hati, sungguh Tuhan
engkau telah membuat anak sungai di bawah engkau, dan goyangkan
ke arah engkau pelepah batang
kurma itu, ia akan menjatuhkan
berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar. Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah
mata engkau. Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah maka aku
sekali-kali tidak akan bercakap-cakap
pada hari ini dengan seorang manusia pun. (Maryam [19]:23-27).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar