Sabtu, 13 April 2013

Empat Macam Martabat Ruhani: Nabi, Shidiq, Syahid, dan Shalih




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 96


  Empat Macam Martabat Ruhani:
Nabi; Shiddiq; Syahid dan Shalih 


 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   Bab 94 sebelumnya  telah dikemukakan    firman Allah Swt. mengenai hakikat “rasa sakit” ketika   Maryam binti ‘Imran melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  (QS.19:        ) dan hubungannya   dengan  firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antaraorang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka itulah sahabat yang sejati.   Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:70-71).
      Ayat ini sangat penting sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat keruhanian —   nabi-nabi,   shiddiq-shidiq,   syuhada (saksi-saksi) dan   shālihīn (orang-orang saleh) — kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Nabi Besar Muhammad saw..
       Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi  Nabi Besar Muhammad saw. semata. Tidak ada nabi lain menyamai beliau saw. dalam perolehan nikmat-nikmat keruhanian ini. Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang oleh ayat yang membicarakan nabi-nabi secara umum dan mengatakan: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka adalah orang-orang shiddiq dan saksi-saksi (syuhada) di sisi Tuhan mereka” (QS.57: 20).
       Jadi, itulah makna “kelahiran ruhani” dari tingkat ruhani Maryam binti ‘Imran yang kemudian mengandung (hamil) dan melahirkan Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa melalui “pembuahan ruhani” seorang laki-laki (guru jsmani),  melainkan semata-mata melalui “tiupan Ruh” dari Allah Swt., yakni penganugerahan  wahyu Ilahi, firman-Nya:
فَحَمَلَتۡہُ  فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾  فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ  اِلٰی جِذۡعِ  النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا  وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾  فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ  اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ  رَبُّکِ  تَحۡتَکِ  سَرِیًّا ﴿﴾  وَ ہُزِّیۡۤ  اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ  تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ  رُطَبًا جَنِیًّا ۫﴾  فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ  اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ  اِنۡسِیًّا﴿ۚ﴾
Maka Maryam mengandungnyalalu ia mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. Maka rasa sakit melahirkan  memaksanya pergi ke sebatang pohon kurma.   Ia berkata: "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!"   Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah bawah dia:  "Janganlah engkau bersedih hati,  sungguh Tuhan engkau telah membuat anak sungai  di   bawah engkau,  dan goyangkan ke arah engkau pelepah batang kurma itu, ia akan menjatuhkan berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar.  Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah mata engkau. Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah  maka aku sekali-kali tidak akan  bercakap-cakap pada hari ini dengan seorang manusia pun.  (Maryam [19]:23-27).

Pengusiran Orang-orang Yahudi dari Benteng Khaibar
yang Dikelilingi Kebun Kurma

      Proses “kelahiran ruhani”  yang unik seperti  yang dikemukakan Allah Swt. dalam Al-Quran tersebut sulit untuk dimengerti oleh pemuka agama yang hanya mengeluti masalah fiqih (lahiriah/jasmani) belaka, sebab mereka itu bukan dari jenis “pohon kurma yang diumpamakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. sebagai  misal   orang Islam  --  yaitu  yang berbuah matang atau rāsikhūna fil-‘ilm (yang matang dalam ilmu – QS.3:8-9),  yang “digoyangkan” oleh Maryam binti ‘Imran -- melainkan dari jenis “pohon kurma” dari jenis linah yang rendah mutunya, yang layak ditebang, seperti yang terjadi pada peristiwa  pengepungan  orang-orang Yahudi  asal Madinah  yang bertahan  dalam benteng Khaibar oleh pasukan Muslim pimpinan Ali bin Abi Thalib r.a. (QS.59:3-6)  setelah mereka diusir dari Madinah, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  سَبَّحَ  لِلّٰہِ  مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَخۡرَجَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ مِنۡ دِیَارِہِمۡ  لِاَوَّلِ الۡحَشۡرِ ؕؔ مَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ  یَّخۡرُجُوۡا وَ ظَنُّوۡۤا  اَنَّہُمۡ  مَّانِعَتُہُمۡ حُصُوۡنُہُمۡ مِّنَ اللّٰہِ  فَاَتٰىہُمُ اللّٰہُ مِنۡ حَیۡثُ لَمۡ یَحۡتَسِبُوۡا ٭  وَ قَذَفَ فِیۡ  قُلُوۡبِہِمُ  الرُّعۡبَ یُخۡرِبُوۡنَ بُیُوۡتَہُمۡ  بِاَیۡدِیۡہِمۡ  وَ اَیۡدِی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ٭  فَاعۡتَبِرُوۡا یٰۤاُولِی الۡاَبۡصَارِ ﴿﴾  وَ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ  کَتَبَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمُ  الۡجَلَآءَ لَعَذَّبَہُمۡ  فِی الدُّنۡیَا ؕ وَ لَہُمۡ  فِی الۡاٰخِرَۃِ عَذَابُ النَّارِ ﴿﴾  ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ  شَآقُّوا اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ ۚ وَ مَنۡ یُّشَآقِّ  اللّٰہَ  فَاِنَّ اللّٰہَ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾ 
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Menyanjung kesucian   Allah apa pun  yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.   Dia-lah Yang mengeluarkan orang-orang yang kafir di antara Ahli-kitab dari rumah-rumah mereka pada pengusiran pertama.  Kamu sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka akan keluar, dan mereka menyangka bahwa benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan Allah,  maka   Allah datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka, dan Dia  melemparkan kecemasan dalam kalbu mereka, sehingga mereka merobohkan rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman, maka ambillah pelajaran hai orang-orang yang memiliki penglihatan.   Dan seandainya tidak karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka, niscaya Allah telah mengazab mereka di dunia ini juga, dan bagi mereka di akhirat ada azab ApiHal demikian itu karena mereka menentang Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa menentang Allah, maka sesungguhnya azab Allah sangat keras. (Al-Hasyr [59]:3-5).
   Di Madinah tinggal tiga golongan suku Yahudi – Banu Qainuqa’, Banu Nadhir, dan Banu Quraizhah. Ayat ini mengisyaratkan kepada pengusiran Banu Nadhir dari Me-dinah. Suku ini sama seperti suku Qainuqa’ sebelum mereka, telah berlaku khianat terhadap kaum Muslimin pada beberapa peristiwa. Mereka menjalin jaringan komplotan dan memasuki persekutuan-persekutuan rahasia dengan musuh-musuh Islam untuk tujuan mengadakan perlawanan terhadap kaum Muslimin (QS.2:103).

Pengepungan Benteng Khaibar

 Orang-orang Yahudi berulang-ulang melanggar perjanjian mereka dan mengkhianati persetujuan-persetujuan resmi untuk tetap berdiri netral di antara Nabi Besar Muhammad saw.   dengan musuh-musuh beliau saw., dan bahkan telah berkomplot hendak membunuh beliau saw.. Pemimpin mereka, Ka'b bin Asyraf, pergi ke Mekkah untuk mengumpulkan bala bantuan dari kaum Quraisy dan dari suku-suku musyrik lain di sekitar Mekkah untuk mengusir kaum Muslimin dari Medinah.
Sesudah kekalahan sementara yang diderita oleh kaum Muslimin di Uhud, kasak-kusuk dan perlawanan terhadap Nabi Besar Muhammad saw.   kian menjadi-jadi. Maka setelah keaniayaan mereka melampaui batas serta kehadiran mereka di Medinah ternyata selalu merupakan sumber bahaya kematian kaum Muslimin dan negara Islam, baru pada saat itulah Nabi Besar Muhammad saw. mengambil tindakan terhadap mereka. Beliau saw. mengepung benteng mereka dan -- setelah mereka dengan sia-sia bertahan selama 21 hari -- pada akhirnya mereka menyerah.
Mereka diperintahkan meninggalkan Medinah lalu mereka semua berangkat ke Siria, kecuali dua keluarga memilih tetap tinggal di Khaibar. Nabi Besar Muhammad saw. luar biasa baik hati dan lemah lembutnya terhadap mereka. Beliau  saw. mengizinkan mereka membawa harta benda dan ternak mereka. Mereka bertolak dengan aman dari Medinah, tetapi mereka tidak berbuat demikian sebelum mereka dihinggapi rasa putus asa dari mendapat bantuan yang dinanti-nanti mereka dari sekutu-sekutu mereka di Mekkah dan dari kaum muna-fikin di Medinah, dan lagi pula telah terbukti bahwa benteng mereka, yang mereka duga tidak terbobolkan itu, ternyata tidak dapat menyelamatkan mereka.
 Mengingat rencana jahat dan tipu daya mereka, persekongkolan-persekongkolan dan perkomplotan-perkomplotan rahasia mereka, serta perbuatan khianat dan kepalsuan yang dibuktikan mereka berulang-ulang, pula pelanggaran perjanjian-perjanjian resmi yang terjadi setiap kali, maka hukuman yang dijatuhkan atas mereka itu sungguh amat ringan sekali.
Isyarat di dalam kata-kata  pada waktu pengusiran pertama”, dapat ditujukan kepada pengusiran terhadap Banu Qainuqa’ dari Medinah sesudah Pertempuran Badar, atau kata-kata itu dapat pula tertuju kepada pengusiran dari Medinah terhadap ketiga suku Yahudi tersebut di atas oleh Nabi Besar Muhammad saw.. Itulah pengusiran mereka yang pertama.
   Tetapi  Sayyidina Umar bin Khaththab r.a.,  Khalifah kedua Nabi Besar Muhammad saw.   mengusir seluruh orang Yahudi dari daerah Arab selebihnya untuk yang kedua kalinya dan yang terakhir. Jadi, kata-kata itu dapat dianggap mengandung suatu kabar gaib bahwa sesudah suku-suku bangsa Yahudi Medinah diusir oleh Nabi Besar Muhammad saw.  semua orang Yahudi akan mengalami nasib yang sama pada waktu kemudian.

Politik “Bumi Hangus” &
Penebangan “Pohon Kurma” yang Tidak Bermutu 

Mengingat akan sumber-sumber daya materi, persekutuan politik, dan organi-sasi orang-orang Yahudi di Medinah, kaum Muslim tidak pernah dapat membayangkan betapa orang-orang Yahudi bisa diusir dari Medinah dengan begitu mudah tanpa kehilangan jiwa manusia pada kedua belah pihak:
Kamu sekali-kali tidak menyangka bahwa mereka akan keluar, dan mereka menyangka bahwa benteng-benteng akan melindungi mereka dari keputusan Allah,  maka   Allah datang kepada mereka dari arah mana yang tidak mereka sangka, dan Dia  melemparkan kecemasan dalam kalbu mereka, sehingga mereka merobohkan rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang-orang beriman, maka ambillah pelajaran hai orang-orang yang memiliki penglihatan.  
Sebelum berangkat dari Medinah, Banu Nadhir telah membumi-hanguskan dengan tangan mereka sendiri rumah-rumah mereka serta kekayaan yang tidak bergerak lainnya di hadapan mata kaum Muslimin.  
     Nabi Besar Muhammad saw. telah memberi tempo 10 hari untuk menyelesaikan urusan mereka sebagaimana diinginkan oleh mereka. Jadi, orang-orang Yahudi Medinah adalah yang pertama-tama menjalankan politik bumi-hangus, berabad-abad sebelum bangsa Rusia melakukan serupa itu dalam Perang Dunia kedua.
  Pembuangan Banu Nadhir dari Medinah merupakan suatu hukuman yang amat ringan. Mereka selayaknya mendapat hukuman yang lebih berat lagi; dan seandainya mereka tidak dibuang, niscaya mereka telah mendapat hukuman keras dengan suatu cara lain. Selanjutnya mengenai penebangan “pohon kurma  di  benteng Khaibar, Allah Swt.  berfirman:
مَا  قَطَعۡتُمۡ مِّنۡ  لِّیۡنَۃٍ  اَوۡ  تَرَکۡتُمُوۡہَا قَآئِمَۃً  عَلٰۤی  اُصُوۡلِہَا فَبِاِذۡنِ اللّٰہِ وَ لِیُخۡزِیَ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿﴾
Pohon kurma apa saja jenisnya yang kamu tebang atau kamu membiarkannya berdiri pada akar-akarnya maka itu dengan izin Allah, supaya Dia menghinakan orang-orang durhaka. (Al-Hasyr [59]: 6).
      Yang diisyaratkan adalah penebangan  pohon-pohon kurma milik Banu Nadhir atas perintah Nabi Besar Muhammad saw.  seperti dinyatakan dalam ayat 3, telah mengurung diri mereka di dalam benteng-benteng mereka sebagai tentangan terhadap perintah Nabi Besar Muhammad saw.  supaya mereka menyerah.
      Setelah pengepungan berlangsung beberapa hari    Nabi Besar Muhammad saw.  memerintahkan untuk memaksa mereka menyerah dengan menebangi pohon-pohon kurma mereka dari jenis linah  yang mutu buahnya sangat buruk dan sama sekali tidak berguna untuk dimakan manusia (Ar-Raudh-al-Unuf). Baru saja enam pohon ditebang, mereka menyerah (Zurqani). Perintah Nabi Besar Muhammad saw. itu sangat ringan, lunak, dan sungguh sesuai dengan hukum perang yang beradab.

Orang-orang  yang Berhati Bengkok

  Jadi, sebagaimana halnya hanya “pohon kurma” dari jenis yang bermutu yang berbuah matang sajalah yang memberikan manfaat kepada Maryam binti ‘Imran setelah merasakan “sakit melahirkan” Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,  demikian pula di Akhir Zaman ini pun hanya “pohon-pohon kurma   -- yakni orang-orang Islam -- yang “berbuah matang” -- rāsikhūna fil-‘ilm (yang matang dalam ilmu – QS.3:8-9) -- sajalah yang memberikan manfaat kepada perjuangan suci misal Ibnu Maryam a.s yaitu  Mirza Ghulam Ahmad a.s. (QS.43:58),  dalam rangka perjuangan suci mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali atas semua agama (QS.61:10).
       Sebaliknya, firman-Nya,  sedangan "pohon-pohon kurma" yang berbuah buruk dan pahit,  dengan berbagai fitnah dan fatwa dusta yang dilontarkannya terhadap beliau telah membuat beliau merasa sangat  sedih -- persis seperti penderitaan yang dialmi Maryam binti 'Imran ketika melahirkan "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan menjadi  sesuatu yang dilupakan sama sekali!" (QS.19:24) -- , firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ  الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ؃ وَ مَا یَعۡلَمُ  تَاۡوِیۡلَہٗۤ  اِلَّا اللّٰہُ  ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ  مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾  رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ  اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ جَامِعُ النَّاسِ لِیَوۡمٍ لَّا رَیۡبَ فِیۡہِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُخۡلِفُ الۡمِیۡعَادَ ٪﴿﴾
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran  kepada engkau,  di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat,  itulah pokok-pokok Al-Kitab, sedangkan  yang lain  ayat-ayat mutasyābihāt. Adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada ke-bengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt  karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang salah, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya  kecuali Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Tuhan kami.” Dan  tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal. “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami tatkala Engkau telah memberi kami petunjuk,  dan anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah. Ya Tuhan kami,  sesungguhnya Engkau akan menghimpun manusia pada Hari yang di dalamnya tidak ada keraguan, sesungguhnya Allah tidak  menyalahi janji.”   (Āli ‘Imran [3]:8-10).

Memaksakan Penafsiran yang Keliru

       Demikianlah beberapa hikmah yang  terdapat pada firman-Nya mengenai rasa sakit yang diderita Maryam binti ‘Imran ketika akan melahirkan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan hubungannya dengan “pohon kurma”:
فَحَمَلَتۡہُ  فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾  فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ  اِلٰی جِذۡعِ  النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا  وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾  فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ  اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ  رَبُّکِ  تَحۡتَکِ  سَرِیًّا ﴿﴾  وَ ہُزِّیۡۤ  اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ  تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ  رُطَبًا جَنِیًّا ﴿۫﴾  فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ  اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ  اِنۡسِیًّا﴿ۚ﴾
Maka Maryam mengandungnya,   lalu ia mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. Maka rasa sakit melahirkan  memaksanya pergi ke sebatang pohon kurma.   Ia berkata: "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!"   Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah bawah dia:  "Janganlah engkau bersedih hati,  sungguh Tuhan engkau telah membuat anak sungai  di   bawah engkau,  dan goyangkan ke arah engkau pelepah batang kurma itu, ia akan menjatuhkan berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar. Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah mata engkau. Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah  maka aku sekali-kali tidak akan  bercakap-cakap pada hari ini dengan seorang manusia pun.  (Maryam [19]:23-27).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11 April 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar