Senin, 08 April 2013

Hakikat "Rasa Sakit Melahirkan" yang Dialami Maryam binti 'Imran & Makna "Pohon Kurma"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 93


  Hakikat “Rasa Sakit Melahirkan” 
yang Dialami Maryam binti Maryam & Makna “Pohon Kurma


 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  bagian akhir Bab  sebelumnya  telah dikemukakan    firman Allah Swt. mengenai “rasa sakit” ketika Maryam binti ‘Imran melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,   firman-Nya:
فَحَمَلَتۡہُ  فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾  فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ  اِلٰی جِذۡعِ  النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا  وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾  فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ  اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ  رَبُّکِ  تَحۡتَکِ  سَرِیًّا ﴿﴾  وَ ہُزِّیۡۤ  اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ  تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ  رُطَبًا جَنِیًّا ۫﴾  فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ  اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ  اِنۡسِیًّا﴿ۚ﴾
Maka Maryam mengandungnya,   lalu ia mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. Maka rasa sakit melahirkan  memaksanya pergi ke sebatang pohon kurma. Ia berkata: "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!"   Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah bawah dia:  "Janganlah engkau bersedih hati,  sungguh Tuhan engkau telah membuat anak sungai  di   bawah engkau,  dan goyangkan ke arah engkau pelepah batang kurma itu, ia akan menjatuhkan berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar.   Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah mata engkau. Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah maka aku sekali-kali tidak akan bercakap-cakap pada hari ini dengan seorang manusia pun.  (Maryam [19]:23-27).
     Apabila firman Allah Swt. tersebut disandingkan dengan firman Allah Swt. berikut ini maka akan nampak keterkaitannya   menakjubkan, yang membuktikan bahwa semua ayat-ayat dalam Al-Quran satu sama lain memiliki hubungan yang sangat erat (QS.4:83), firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾  وَ ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوا امۡرَاَتَ  فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ  قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ  لِیۡ عِنۡدَکَ  بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ  وَ نَجِّنِیۡ  مِنۡ فِرۡعَوۡنَ  وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ  مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.”   Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai  misal bagi orang-orang beriman,  ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,  Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrīm [66]:11-13).

Makna “Pohon Kurma

  Ada yang menarik berkenaan dengan “pohon kurma” yang padanya Maryam binti ‘Imran bersandar ketika melahirkan Isa Ibnu Maryam a.s. serta anak sungai  yang letaknya diberitahukan oleh malaikat kepada Siti Maryam. Nabi Besar Muhammad saw. telah mengumpamakan orang Islam bagaikan “pohon kurma”, yaitu sebuah pohon yang seluruh bagiannya memberikan manfaat kepada  manusia, terutama buahnya.
 Dalam  QS.66:11-13 tersebut Allah Swt. – setelah mengemukakan “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. sebagai misal (perumpamaan) orang-orang yang  mendustakan dan menentang rasul Allah yang diutus kepada mereka (ayat 11) – selanjutnya pada ayat 12 Allah Swt.  mengumpamakan orang-orang yang beriman kepada rasul Allah sebagai misal istri Fir’aun, yang memilih  rumah di akhirat” daripada istana-istana di dunia milik suaminya, Fir’aun, yang zalim.
   Ada pun Maryam binti ‘Imran dijadikan misal (perumpamaan) bagi hamba-hamba Allah yang beriman dan bertakwa, yang benar-benar menjaga kesucian dirinya (jamani dan ruhani), sehingga – seperti halnya Maryam binti ‘Imran kemudian secara ruhani menjadi hamil dan lalu  secara ruhani pula  melahirkan Isa Ibnu Maryam a.s. – demikian juga hamba-hamba Allah Swt. yang hakiki itu pun akan mengalami semacam “kehamilan” secara ruhani dan “kelahiran” secara ruhani, yakni akan mengalami peningkatan dari martabat ruhani Maryam binti ‘Imran menjadi tingkatan ruhani  Isa Ibnu  Maryam a.s., melalui “tiupan Ruh” dari Allah atau “Kalimat  Allah”.
   Dalam rangka menghibur  Siti Maryam yang sedang menderita kesakitan saat melahirkan bayi yang dikandungnya tersebut Allah Swt. mengutus malaikat untuk memberikan kabar gembira kepadanya, firman-Nya:
فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ  اِلٰی جِذۡعِ  النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا  وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾  فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ  اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ  رَبُّکِ  تَحۡتَکِ  سَرِیًّا ﴿﴾  وَ ہُزِّیۡۤ  اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ  تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ  رُطَبًا جَنِیًّا ﴿٪﴾  فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ
Ia berkata: "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!"   Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah bawah dia: "Janganlah engkau bersedih hati,  sungguh Tuhan engkau telah membuat anak sungai  di   bawah engkau,  dan goyangkan ke arah engkau pelepah batang kurma itu, ia akan menjatuhkan berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar.   Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah mata engkau. (Maryam [19]:23-27).
   Kabar suka mengenai keadaan nyata yang dialami Siti Maryam  tersebut pada hakikatnya merupakan kabar suka  kepada orang-orang beriman yang telah meraih martabat keruhanian Siti Maryam dan Isa Ibnu Maryam  bahwa  dari segi ruhani mereka pun akan mengalami keadaan seperti itu, yang secara umum diungkapkan dalam kalimat “jannatin tajri min tahtihal- anhār  -- kebun-kebun yang dibawahnya mengalir sungai-sungai”, firman-Nya:
   وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya (Al-Baqarah ]2]:26).

Berbagai Fitnah Keji dan  Fatwa Buruk yang
Dilontarkan kepada Misal Isa Ibnu Maryam a.s.

  Sejarah membuktikan bahwa sebagaimana kejadian luarbiasa  yang dialami oleh Maryam binti ‘Imran berupa kehamilan dan kelahiran Nabi  Isa Ibnu Maryam a.s. telah menimbulkan kehebohan besar di kalangan para pemuka agama Yahudi, sehingga  mereka mengeluarkan berbagai fatwa buruk tentang kedua wujud suci tersebut, maka hal yang sama pun terjadi pula pada hamba-hamba Allah di kalangan umat Islam yang berhasil meraih tingkatan ruhani Maryam binti ‘Imran dan tingkatan ruhani  Isa Ibnu Maryam a.s, contohnya adalah para wali Allah besar dan para mujaddid  yang dibangkitkan di setiap permulaan abad.
  Banyak di antara wujud-wujud suci tersebut – misalnya Hujjatul-Islam Imam Ghazali, Syekh ‘Abdul Qadir Jailani, Muhyiddin Ibnu ‘Araby dll -- menjadi sasaran fatwa buruk, fitnah, bahkan upaya pembunuhan dari para ulama sezamannya, contohnya Al-Halaj, seperti halnya yang dialami oleh para nabi Allah yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil oleh para pemuka agama  mereka, sebagaimana dikemukakan Allah Swt. dalam QS.2:88-89  dan juga dalam  Matius 23:1-36 bab “Yesus Mengecam ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi”.
   Kecaman keras Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) tersebut diakhiri dengan ucapan berisi nubuatan (kabar gaib) yang akan menimpa para pemuka kaum Yahudi yang dimisalkan sebagai kota “Yerusalem”:
Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi  dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!  (Matius 23:37-39).
   Kecaman keras serta nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Yesus Kristus mengenai kehancuran “Yerusalem” tersebut mengisyaratkan kepada kehancuran Yerusalem yang kedua kali melalui serbuan dahsyat balatentara raja Nebukadnezar dari Babilonia (II Raja-raja 25:1-21; QS.2:260; QS.17:5-11), sebagai hukuman Allah Swt. atas orang-orang Yahudi setelah peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pada th. 70 M (Matius 24:15-22), sesuai dengan nubuatan dan juga peringatan  bagi umat Islam dalam  Al-Quran (QS.17:5-11).
   Kenapa demikian? Sebab pernyataan bahwa pengutusan Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan as-Sā’ah (tanda Saat/tanda Kiamat – QS.43:58-62) berlaku juga bagi Bani Isma’il yaitu ketika Allah Swt. mengutus misal Isa Ibnu Maryam a.s. di Akhir Zaman   (QS.43:58) dari kalangan umat Islam, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah (QS.61:10; QS.7:35-37).
Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-muridnya lalu menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Ia berkata kepada mereka: “Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak   satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semua akan diruntuhkan (Matius 25:1-2).

Empat Macam Martabat  Ruhani:
Nabi; Shiddiq, Syahid dan Shalih

   Kenyataan membuktikan, bahwa sebagaimana kehamilan Maryam binti ‘Imran dan kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah mengobarkan berbagai macam fitnah keji dan fatwa buruk  terhadap kedua wujud suci yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil tersebut,  demikian pula di Akhir Zaman ini peristiwa yang sama terjadi juga pada diri Mirza Ghulam Ahmad a.s.misal Isa Ibnu Maryam a.s.  (QS.43:58) – yaitu ketika  melakukan   ketaatan sempurna   kepada Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32) maka beliau  mengalami proses kehamilan dan kelahiran ruhani  dari tingkatan ruhani Maryam binti ‘Imran menjadi tingkatan ruhani  Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.66:13), firman-Nya: 
قُلۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾  قُلۡ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:  ”Jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah  aku,  Allah pun akan mencintai kamu dan akan mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul ini”, kemudian jika mereka berpaling maka ketahuilah sesungguh-nya Allah tidak mencintai orang-orang kafir. (Āli ‘Imran [3]:32-33).
  Firman Allah Swt. tersebut dengan tegas menyatakan bahwa tujuan memperoleh kecintaan Ilahi sekarang tidak mungkin terlaksana kecuali dengan mengikuti Nabi Besar Muhammad saw., ada pun    bentuk-bentuk kecintaan Allah Swt.   tersebut adalah berupa dianugerahkannya empat macam (tingkatan) nikmat ruhani, yaitu nabi, shiddiq, syahid dan shalih,firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka itulah sahabat yang sejati.   Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:70-71).
   Pernyataan Allah Swt. dalam ayat ini sangat penting, sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat keruhanian —   nabi-nabi,   shiddiq-shidiq,   syuhada (saksi-saksi) dan   shālihīn (orang-orang saleh) — kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Nabi Besar Muhammad saw.  (QS.3:32).

Lā nabiyya ba’dahu  (Tidak Ada lagi Nabi Susudahnya)
Adalah Faham Sesat Warisan Kaum-kaum Purbakala

      Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi  Nabi Besar Muhammad saw.  semata, dan itulah sebabnya beliau saw. disebut “Khātaman-Nabiyyīn” (QS.33:41)  yang telah keliru difahami sebagai “nabi terakhir” atau “nabi penutup” akibat dari keliru memaknai  bagian percakapan   Nabi Besar Muhammad saw. dengan Ali bin Abi Thalib r.a.  Lā nabiyya ba’diy  (tidak ada lagi nabi setelahku).
  Itulah sebabnya  terhadap kemungkinan kekeliruan memahami sabda khusus Nabi Besar Muhammad saw. tersebut maka  Ummul Mukminin Siti ’Aisyah r.a. telah menjelaskan:
“Katakan bahwa Rasulullah saw. adalah “Khātaman-Nabiyyīn tetapi jangan kamu mengatakan  Lā nabiyya ba’dahu  (tidak ada lagi nabi sesudahnya).
  Penjelasan Siti ‘Aisyah r.a. tersebut sesuai dengan pernyataan Allah Swt.,  bahwa  orang yang mengatakan Lā nabiyya ba’dahu  adalah orang yang sesat, sebab faham sesat seperti itu merupakan faham sesat warisan kaum-kaum purbakala  yang mendustakan para rasul Allah sejak Nabi Nuh a.s. sampai di Akhir Zaman ini (QS.10:72-75; QS.40:35) -- padahal Allah Swt. dengan tegas  dalam Al-Quran telah mewasiyatkan mengenai kesinambungan pengutusan para rasul Allah  kepada Bani Adam (QS.7:35-37).
   Berikut firman Allah Swt mengenai dialog antara seseorang yang beriman kepada Nabi Musa a.s. di kalangan keluarga Fir’aun mengenai itikad sesat  Lā nabiyya ba’dahu  (tidak ada lagi nabi sesudahnya)  sehubungan wafatnya  Nabi Yusuf a.s.   di Mesir, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ جَآءَکُمۡ یُوۡسُفُ مِنۡ قَبۡلُ بِالۡبَیِّنٰتِ فَمَا زِلۡتُمۡ فِیۡ  شَکٍّ  مِّمَّا جَآءَکُمۡ بِہٖ ؕ حَتّٰۤی  اِذَا ہَلَکَ قُلۡتُمۡ لَنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ  رَسُوۡلًا ؕ کَذٰلِکَ یُضِلُّ اللّٰہُ مَنۡ ہُوَ  مُسۡرِفٌ مُّرۡتَابُۨ ﴿﴾  الَّذِیۡنَ یُجَادِلُوۡنَ فِیۡۤ  اٰیٰتِ اللّٰہِ بِغَیۡرِ سُلۡطٰنٍ اَتٰہُمۡ ؕ کَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ عِنۡدَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ کَذٰلِکَ یَطۡبَعُ اللّٰہُ  عَلٰی کُلِّ  قَلۡبِ مُتَکَبِّرٍ  جَبَّارٍ ﴿﴾
Dan sungguh benar-benar telah datang kepada kamu Yusuf sebelum ini dengan bukti-bukti yang nyata, tetapi kamu selalu dalam keraguan dari apa yang dengannya dia datang kepadamu, hingga apabila ia telah mati  kamu berkata: “Allah  tidak akan pernah mengutus  seorang rasul pun sesudahnya.” Demikianlah Allah menyesatkan  barangsiapa yang melam-paui batas, yang ragu-ragu. Yaitu orang-orang yang bertengkar mengenai  Tanda-tanda Allah tanpa dalil yang datang kepada mereka. Sangat besar kebencian di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman, demikianlah Allah mencap setiap  hati orang sombong lagi  sewenang-senang. (Al-Mu’mīn [40]:35-36).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 9  April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar