بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 90
Makna Kata Rafa’a (Mengangkat)
yang
Benar Mengenai Penyaliban
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
“Duel Makar”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan kesaksian orang yang
melihat secara langsung peristiwa penyaliban
Nabi Isa Ibnu Maryam dalam buku The Crucifixion by an Eye Witness,"
yaitu sebuah buku yang untuk pertama kalinya diterbitkan pada tahun 1873 di
Amerika Serikat, merupakan terjemahan dalam bahasa Inggeris dari sebuah naskah
surat dalam bahasa Latin purba yang ditulis 7 tahun sesudah peristiwa salib oleh seorang warga (golongan) Essene di Yerusalem kepada
seorang anggota perkumpulan itu di Iskandaria, memberi dukungan yang kuat
kepada pendapat bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup.
Merujuk kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. yang
telah dibahas pada Bab sebelumnya, firman-Nya:
وَّ
قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ
ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ
شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ
اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ
کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena
ucapan mereka: “Sesungguhnya kami
telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara
biasa dan tidak pula mematikannya
melalui penyaliban, akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan
sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini, mereka
tidak memiliki pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka
dan mereka tidak yakin telah membunuhnya.
Bahkan Allah telah mengangkatnya
kepada-Nya dan Allah Maha
Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisa
[4]:158-159).
Dua Pendapat Mengenai Cara “Terbunuhnya”
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Buku tersebut menceriterakan secara terinci semua
kejadian yang menjurus kepada peristiwa
salib, pemandangan di bukit tempat terjadinya penyaliban dan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian. Dengan demikian kesebelas dalil
(argumentasi) yang dikemukakan dalam Bab sebelumnya mengenai terhindarnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
dari kematian terkutuk di atas tiang
salib memperkuat pernyataan Allah Swt. bahwa
“mereka tidak membunuhnya, dan
tidak pula mematikannya di atas salib".
Kalimat
tersebut merujuk kepada dua pendapat yang berbeda tersebar di
tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan wafat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau
pertama-tama dibunuh, kemudian tubuh beliau digantung
pada tiang salib, sedang yang lainnya berpendapat bahwa beliau dibunuh dengan cara dipakukan pada tiang salib.
Pendapat yang pertama tercermin dalam Kisah
Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan Dia pada kayu itu."
Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan
mengatakan: "mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib."
Pertama Al-Quran menolak pembunuhan
Nabi Isa Ibnu Maryam dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan memakukan beliau pada salib.
Al-Quran tidak menolak ide bahwa
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. digantung pada tiang salib,Al-Quran hanya menyangkal wafatnya di atas tiang salib.
Jadi, orang-orang Yahudi dengan gembira
mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa
Ibnu Maryam di atas tiang salib,
sehingga dengan demikian telah membuktikan
bahwa pendakwaan beliau sebagai nabi
Allah tidak benar atau dusta.
Ayat itu bersama-sama ayat sebelumnya mengandung sangkalan yang keras
terhadap tuduhan tersebut
serta membersihkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani
beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan
di hadirat Allah. Itulah makna ayat:
بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya
dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisa [4]:159).
Makna Rafa’a (mengangkat) Berkenaan dengan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Dalam ayat
tersebut sama sekali tidak ada
sebutan mengenai kenaikan beliau ke langit dengan tubuh jasmani. Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah Swt. menaikkan beliau ke haribaan-Nya Sendiri, hal demikian menunjukkan dengan jelas suatu kenaikan ruhani, sebab tidak ada tempat kediaman tertentu secara jasmani (fisik) dapat ditunjukkan bagi
Allah Swt., firman Allah Swt. sebelum ini merupakan tafsir yang benar mengenai
kalimat rafa’a (mengangkat) –
baik dari segi jasmani mau pun ruhani Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. -- firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ
اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran
yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber
mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51).
Berikut adalah firman-Nya mengenai pengangkatan yakni
ketinggian martabat ruhani Maryam binti ‘Imran dan martabat ruhani Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s., sehingga oleh Allah Swt. ibu
dan anak tersebut telah dijadikan
sebagai misal (perumpamaan) bagi hamba-hamba Allah yang benar-benar
menjaga kesucian jiwanya, sehingga
dari derajat keruhanian Maryam binti
‘Imran meningkat menjadi derajat keruhanian
Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
ضَرَبَ
اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ
کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ
امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ
عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا
عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾ وَ ضَرَبَ اللّٰہُ
مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا امۡرَاَتَ فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ لِیۡ عِنۡدَکَ
بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ وَ
نَجِّنِیۡ مِنۡ فِرۡعَوۡنَ وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ
الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka
mereka berdua sedikit pun tidak dapat
membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada
mereka: “Masuklah kamu berdua
ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai misal bagi orang-orang beriman, ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga,
dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan
perbuatannya, dan selamatkanlah aku
dari kaum yang zalim, Dan juga Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami
meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia
menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya,
dan ia termasuk orang-orang yang patuh.
(At-Tahrīm
[66]:11-13).
Apabila kedua firman Allah Swt. mengenai perlindungan dari segi jasmani dan ruhani Maryam binti ‘Imran dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut (QS.23:51 & QS.66:13) disandingkan
maka kedua firman Allah Swt. tersebut mengandung makna bahwa:
Kedua orang suci dari
kalangan Bani Israil tersebut -- yang
berusaha direndahkan dan dihinakan dengan berbagai macam fitnah keji oleh para pemuka kaum Yahudi -- baik dari segi
jasmani mau pun dari segi akhlak
dan ruhani, benar-benar
keduanya telah diangkat (ditinggikan)
oleh Allah Swt. ke suatu “tempat dan martabat ruhani yang
tinggi, yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber
mata air yang mengalir” karena
“Kami telah meniupkan ke dalamnya Ruh
Kami, dan ia (Isa)
menggenapi firman Tuhan-nya serta
Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh,
sehingga dari martabat keruhanian
Maryam binti ‘Imran lahir martabat keruhanian Isa Ibnu Maryam.”
“Duel Makar”
Kedua jenis penyelamatan yang sangat rumit dan misterius tersebut
– sehingga mengakibatkan banyak orang yang tergelincir
jatuh oleh peristiwa
“penyaliban” Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
tersebut -- pada hakikatnya hasil dari “duel makar” antara makar buruk para pemuka
agama Yahudi dengan makar tandingan Allah Swt., sebab yang disebut “duel”
harus terjadi pada satu “obyek” yang sama, yakni peristiwa “penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.”, firman-Nya:
فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ
اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ
اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ
اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ
الشّٰہِدِیۡنَ() وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ
الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka tatkala
Isa merasa ada kekafiran pada mereka yakni kaumnya
ia berkata:”Siapakah penolong-penolongku dalam urusan Allah?” Para hawari berkata: “Kamilah para penolong urusan
Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang berserah diri. “Ya
Tuhan kami, kami beriman kepada apa yang
telah Engkau turunkan dan kami
mengikuti Rasul ini maka catatlah
kami bersama orang-orang yang menjadi
saksi.” Dan mereka, yakni
musuh Al-Masih, merancang makar buruk dan Allah pun merancang makar tandingan dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Āli ‘Imran [3]:53-55).
Hawariyyun itu jamak dari hawariy,
yang berarti: (1) penatu; (2) orang yang diuji dan didapati bebas dari dosa
atau kesalahan; (3) orang yang mempunyai watak murni, dan tidak bernoda; (4)
orang yang menasihati atau memberi musyawarah atau bertindak jujur dan setia;
(5) seorang sahabat atau penolong yang benar dan tulus; (6) seorang sahabat
pilihan dan penolong seorang nabi (Lexicon
Lane dan Al-Mufradat).
Orang-orang Yahudi telah merancang
makar
buruk supaya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. harus mati terkutuk di atas salib
(Ulangan 21:24), tetapi rencana Allah Swt. adalah beliau harus selamat dari kematian
terkutuk semacam itu. Rencana (makar buruk) orang-orang Yahudi gagal dan rencana Ilahi berhasil, sebab beliau tidak mati di atas salib, melainkan diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup.
Jadi, itulah yang dimaksud dengan “duel makar” antara “makar buruk” para
pemuka agama Yahudi dengan “makar tandingan” Allah Swt. yang menyelamatkan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dari kematian terkutuk
di tiang salib sebagaimana yang
dirancang oleh para pemuka Yahudi.
Dengan demikian tidak benar
pendapat bahwa sebelum peristiwa
penyaliban tersebut dilaksanakan, Allah Swt. telah terlebih dulu mengangkat hidup-hidup Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. ke kepada Allah Swt., sedangkan yang ditangkap dan kemudian disalib adalah Yudas Iskariot --
murid durhaka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. --
yang wajahnya diserupakan dengan (seperti) wajah
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Pendek kata, setelah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. selamat dari kematian
terkutuk di tiang salib serta melaksanakan tugasnya sebagai Al-Masih -- yakni melakukan perjalanan panjang dan lama
mencari 10 suku Bani Israil yang tercerai-berai di luar Palestina (Kanaan)
– akhirnya beliau wafat secara wajar
di Kasymir dalam usia sangat lanjut (120
tahun), dan jauh dari tempat beliau mengalami peristiwa penyaliban, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ
اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran
yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber
mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51).
“Pohon Terkutuk” dalam Al-Quran
Bertolak-belakang dengan kehormatan
dan kemuliaan yang dianugerahkan
Allah Swt. kepada Maryam binti ‘Imran dan Nabi Isa Ibnu aryam a.s., tidak demikian halnya dengan yang menimpa para
pemuka agama Yahudi yang menentang dan menfitnah kedua orang suci tersebut.
Sebagai akibat perbuatan buruk yang berulang-ulang dilakukan oleh orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil terhadap para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka -- mulai dari Nabi Musa a.s. sampai dengan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.2:88-89), sehingga akibat kutukan Nabi Daud a.s. dan kutukan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.5:79-81) --
maka mereka bukan saja telah kehilangan
nikmat kenabian tetapi juga telah kehilangan nikmat kerajaan (QS.5:21), bahkan mereka telah kehilangan tanah
air serta mereka menjadi bangsa yang terlunta-lunta
selama 2000 tahun di berbagai pelosok dunia.
Bukan hanya itu saja kehinaan yang menimpa kaum
terpilih yang selalu mendurhakai Allah Swt. dan menentang para rasul Allah
yang dibangkitkan di kalangan mereka, mereka pun
dalam pengembaraan panjangnya selalu mendapat perlakuan sangat keji dari bangsa-bangsa yang membenci mereka, contohnya Adolf
Hitler, pemimpin Nazi Jerman (QS.2:62;
QS.3:113; QS.7:168).
Oleh karena itu tidak berlebihan jika Allah
Swt. dalam Al-Quran telah menyebut mereka yang sebelumnya sebagai “kaum
terpilih” di masa mereka, kemudian dinyatakan sebagai “pohon terkutuk” – seperti halnya “pohon terlarang” yang telah menyebabkan “Adam dan istrinya” harus hijrah
dari tanah
air mereka yang dalam Bible dan Al-Quran disebut “Taman Eden” atau “Jannah” (QS.2:31-35) – karena mereka senantiasa
menimbulkan kemudharatan dan fitnah bagi umat manusia, firman-Nya:
وَ اِذۡ
قُلۡنَا لَکَ اِنَّ رَبَّکَ اَحَاطَ بِالنَّاسِ ؕ وَ مَا
جَعَلۡنَا الرُّءۡیَا الَّتِیۡۤ
اَرَیۡنٰکَ اِلَّا فِتۡنَۃً
لِّلنَّاسِ وَ الشَّجَرَۃَ
الۡمَلۡعُوۡنَۃَ فِی الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ نُخَوِّفُہُمۡ ۙ فَمَا
یَزِیۡدُہُمۡ اِلَّا طُغۡیَانًا کَبِیۡرًا ﴿﴾
Dan
ingatlah ketika Kami berfirman kepada engkau: “Sesungguhnya Tuhan engkau telah mengepung orang-orang
ini dengan kebinasaan.” Dan tidaklah Kami menjadikan rukya yang telah Kami perlihatkan kepada engkau
melainkan sebagai fitnah (cobaan) bagi manusia, dan juga pohon terkutuk dalam
Al-Quran. Dan Kami menakut-nakuti (mengancam)
mereka tetapi itu tidak menambah
kepada mereka kecuali kedurhakaan amat
besar. (Bani Israil [17]:61).
“Pohon
Terkutuk” dalam Al-Quran & Kasyaf
(Penglihatan Ruhani) Nabi Besar Muhammad Saw. dalam Peristiwa Isra
Isyarat di sini tertuju kepada kasyaf (penglihatan/pengalaman ruhani) yang disebut dalam ayat kedua dalam
Surah Bani Israil, dalam kasyaf peristiwa Isra
tersebut Nabi Besar Muhammad saw. melihat diri beliau saw. mengimami semua nabi lainnya dalam shalat yang dilakukan di Baitul-Muqadas di
Yerusalem, yang merupakan kiblat
orang-orang Yahudi.
Dengan demikian kasyaf (penglihatan/pengalaman ruhani) itu mengandung
arti bahwa pada suatu ketika di masa yang akan datang, para pengikut nabi-nabi tersebut akan masuk
ke haribaan Islam. Inilah yang
dimaksud oleh kata-kata “Tuhan engkau telah mengepung dengan menakdirkan
kebinasaan umat ini”. Penyebaran Islam secara meluas akan datang sesudah
terjadi bencana-bencana yang akan melanda seluruh dunia seperti telah
disinggung dalam QS.17:59.
Nampaknya “pohon terkutuk” itu adalah kaum Yahudi, yang telah berulang kali disebut dalam
Al-Quran dikutuk oleh Allah Swt. (QS.5:14, 61, 65, 79). Kutukan Allah Swt. telah mengejar-ngejar kaum yang malang ini
semenjak Nabi Daud a.s. sampai
di Akhir Zaman ini. Penafsiran mengenai ungkapan ini
ditunjang oleh kenyataan bahwa Surah ini secara istimewa membahas hal ihwal
kaum Bani Israil, seperti
diisyaratkan oleh nama Surah ini sendiri, yaitu Bani Israil.
Kenyataan bahwa ayat ini mulai
dengan menyebut kasyaf Nabi Besar Muhammad saw., dan di dalam kasyaf itu beliau saw. melihat
diri beliau saw. mengimami nabi-nabi Bani Israil dalam shalat di Yerusalem — pusat agama Yahudi — memberi dukungan lebih
lanjut kepada anggapan, bahwa yang dimaksud oleh “pohon terkutuk” itu adalah kaum Yahudi.
Kata syajarah mengandung pula arti suku bangsa. Ayat (QS.17:61) ini
membahas kasyaf itu, dan juga
membahas kaum Yahudi (pohon terkutuk)
yang oleh kasyaf ini disinggung
secara khusus sebagai “cobaan (fitnah) bagi manusia.” Orang-orang Yahudi pada tiap kurun zaman
telah menjadi sumber kesengsaraan dan
penderitaan bagi umat manusia, terutama bagi umat Islam.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 6 April 2013
aneh, ceritanya campur aduk yang benar dan yang salah udah di campurin kasian orang awam bisa termakan artikel yang bohong ini
BalasHapusyang bohong adalah "Pendek kata, setelah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. selamat dari kematian terkutuk di tiang salib serta melaksanakan tugasnya sebagai Al-Masih -- yakni melakukan perjalanan panjang dan lama mencari 10 suku Bani Israil yang tercerai-berai di luar Palestina (Kanaan) – akhirnya beliau wafat secara wajar di Kasymir dalam usia sangat lanjut (120 tahun), dan jauh dari tempat beliau mengalami peristiwa penyaliban" ini tidak benar tidak di ceritakan dalam buku atau kitab manapun yang muktabar artinya yang di pegangi dan yakini kebenarannya bahwa nabi isa itu wafat, ini hanya cerita sesat orang-orang yang suka mengartikan Al-Qur'an sesaui dengan selera sendiri, Astagfirullah..
dan Ayat
﴿﴾
Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun [23]:51.
ini juga bohong, cobalah baca Alqur'an
mana ada surat Almu'minun ayat 51 begitu yang benar ayat 50.
tafsirnya begini:
(dan telah kami jadikan putra maryam ) yakni nabi isa (beserta ibunya suatu tanda ) kekuasaan kami dalam ayat ini tidak di sebutkan dua tanda karena kedua terlibat dalm satu tanda, yaitu maryam dapat melahirkan nabi isa tanpa suami (dan kami menempatkan keduanya di suatu tanah tinggi) yakni tempat di dataran tinggi, yaitu baitul muqaddas, atau damasqus, atau palestina; sehubungan dengan hal ini banyak pendapat mengenainya (yang datar) rata tanahnya sehingga para penghuninya menetap dengan nyaman (dan mempunyai banyak sumber air)yang mengalir lagi jernih sebagai suatu kenyataan, padahal di sana susah mencari air.
jadi ayat ini sama sekali tidak bisa di tafsirkan membicarakan tentang wafat nabi isa,ayat ini menceritakan tentang kaum Nabi dan ibundanya Maryam yang memiiliki tanda kekuasaan Allah, yaitu Maryam melahirkan Nabi isa tanpa suami. bukan tanda kematian nabi isa, ini harus di fahami agar tidak sesat orang yang membacanya, terimkasih !
dalan faham Ahlussunnah waljama'ah masih ada 4 orang nabi dan rasul yang masih hidup sampai hari ini, 1. Nabi IDRIS, 2, NABI ILYAS, 3.NABI KHIDIR, 4.NABI ISA.
Menurut Kitab Suci Al-Quran, semua nabi sebelum Nabi Muhammad (s.a.w.) sudah wafat termasuk Nabi Idris, Nabi Ilyas, Nabi Khidir dan juga Nabi Isa.
BalasHapusNabi Isa mencari 10 suku Bani Israil di kawasan India karena memang beliau diutus hanya untuk Bani Israil dan 10 suku Israil untuk memang menetap juga di India dan Afghanistan. Tidak ada ayat Al-Quran yang membuktikan bahwa Nabi Khidir, Nabi Idris, Nabi Ilyas atau Nabi Isa masih hidup sampai sekarang.
BalasHapusSemua nabi sebelum Nabi Muhammad (S.A.W.) telah wafat, termasuk Nabi Idris, Nabi Ilyas, Nabi Khidir dan juga NAbi Isa. Silakan baca Al-Qur-an surah Ali Imran ayat 144. Dalam ayat itu terbukti bahwa nabi-nabi terdahulu telah wafat tanpa kecuali. Sebagai tambahan informasi bahwa Nabi Ilyas dan Nabi Khidir telah wafat, silakan baca buku "Nabi Khidhir Antara Mitos & Realita" karya Ahmad bin Abdul Aziz Al-Hushain penerbit At-Tibyan, Solo, halaman 50-67 dan halaman 110-123. Adapun bahwa Nabi Isa telah wafat silakan baca "Tafsir Al-Azhar" karya Prof. Dr. Hamka.
BalasHapusSemua nabi sebelum Nabi Muhammad (S.A.W.) telah wafat, termasuk Nabi Idris, Nabi Ilyas, Nabi Khidir dan juga NAbi Isa. Silakan baca Al-Qur-an surah Ali Imran ayat 144. Dalam ayat itu terbukti bahwa nabi-nabi terdahulu telah wafat tanpa kecuali. Sebagai tambahan informasi bahwa Nabi Ilyas dan Nabi Khidir telah wafat, silakan baca buku "Nabi Khidhir Antara Mitos & Realita" karya Ahmad bin Abdul Aziz Al-Hushain penerbit At-Tibyan, Solo, halaman 50-67 dan halaman 110-123. Adapun bahwa Nabi Isa telah wafat silakan baca "Tafsir Al-Azhar" karya Prof. Dr. Hamka. Selain itu banyak juga hadits shahih membuktikan kewafatan Nabi Isa. Tanah datar yang banyak sumber air itu tidak ada di Palestina. Yang ada memang di luar Palestina.
BalasHapus