Sabtu, 06 April 2013

Makna Kata "Rafa'a" (Mengangkat) yang Benar Mengenai "Penyaliban" Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. & "Duel Makar"





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 90


  Makna Kata Rafa’a (Mengangkat)
yang Benar Mengenai Penyaliban
 Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  &
 “Duel Makar”

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  bagian akhir Bab  sebelumnya  telah dikemukakan kesaksian orang yang melihat secara langsung peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam dalam buku   The Crucifixion by an Eye Witness," yaitu sebuah buku yang untuk pertama kalinya diterbitkan pada tahun 1873 di Amerika Serikat, merupakan terjemahan dalam bahasa Inggeris dari sebuah naskah surat dalam bahasa Latin purba yang ditulis 7 tahun sesudah peristiwa salib oleh seorang warga (golongan)  Essene di Yerusalem kepada seorang anggota perkumpulan itu di Iskandaria, memberi dukungan yang kuat kepada pendapat bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  telah diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup.
Merujuk kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. yang telah dibahas pada Bab sebelumnya, firman-Nya:
وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ   بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban, akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini,  mereka tidak memiliki pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka dan mereka tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisa [4]:158-159). 

Dua Pendapat Mengenai Cara “Terbunuhnya”
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

Buku tersebut menceriterakan secara terinci semua kejadian yang menjurus kepada peristiwa salib, pemandangan di bukit tempat terjadinya penyaliban dan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian.  Dengan demikian  kesebelas dalil (argumentasi) yang dikemukakan dalam Bab sebelumnya mengenai terhindarnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari kematian terkutuk di atas tiang salib memperkuat pernyataan Allah Swt. bahwa  mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib".
 Kalimat tersebut  merujuk kepada dua pendapat yang berbeda tersebar di tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan wafat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau pertama-tama dibunuh, kemudian tubuh  beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya berpendapat bahwa beliau dibunuh dengan cara dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan Dia pada kayu itu."
Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan mengatakan:  "mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib." Pertama Al-Quran menolak pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan memakukan beliau  pada salib. Al-Quran  tidak menolak ide bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. digantung pada tiang salib,Al-Quran hanya menyangkal wafatnya di atas tiang salib.
Jadi, orang-orang Yahudi dengan gembira mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam di atas tiang salib, sehingga dengan demikian telah membuktikan bahwa pendakwaan beliau sebagai nabi Allah tidak benar atau dusta. Ayat itu bersama-sama ayat sebelumnya mengandung sangkalan yang keras  terhadap tuduhan tersebut serta membersihkan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan di hadirat Allah. Itulah makna ayat:
بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisa [4]:159). 

Makna Rafa’a (mengangkat) Berkenaan dengan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

 Dalam ayat tersebut  sama sekali tidak ada sebutan  mengenai kenaikan beliau ke langit dengan tubuh jasmani. Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah Swt. menaikkan beliau ke haribaan-Nya Sendiri, hal demikian menunjukkan dengan jelas suatu kenaikan ruhani, sebab tidak ada tempat kediaman tertentu secara jasmani (fisik) dapat ditunjukkan bagi Allah Swt., firman Allah Swt. sebelum ini merupakan tafsir yang benar mengenai  kalimat rafa’a (mengangkat) – baik dari segi jasmani mau pun ruhani Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. -- firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau dan  sumber-sumber mata air yang  mengalir.  (Al-Mu’minun [23]:51).
      Berikut adalah firman-Nya mengenai pengangkatan  yakni ketinggian  martabat ruhani Maryam binti ‘Imran dan martabat ruhani Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sehingga oleh Allah Swt. ibu dan anak tersebut telah dijadikan sebagai misal (perumpamaan) bagi hamba-hamba Allah yang benar-benar menjaga kesucian jiwanya, sehingga dari derajat keruhanian Maryam binti ‘Imran meningkat menjadi derajat keruhanian Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾  وَ ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوا امۡرَاَتَ  فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ  قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ  لِیۡ عِنۡدَکَ  بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ  وَ نَجِّنِیۡ  مِنۡ فِرۡعَوۡنَ  وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ  مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai  misal bagi orang-orang beriman,  ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,  Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrīm [66]:11-13).
     Apabila kedua firman Allah Swt. mengenai perlindungan dari segi jasmani dan ruhani Maryam binti ‘Imran dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   tersebut (QS.23:51 & QS.66:13) disandingkan maka kedua firman Allah Swt. tersebut   mengandung makna bahwa: 
Kedua orang suci dari kalangan Bani Israil tersebut -- yang berusaha direndahkan dan dihinakan dengan berbagai macam fitnah keji oleh para pemuka kaum Yahudi --  baik dari segi jasmani mau pun dari segi akhlak dan ruhani,     benar-benar keduanya telah diangkat (ditinggikan) oleh Allah Swt. ke suatu “tempat dan martabat ruhani  yang tinggi,  yang memiliki   lembah-lembah hijau dan  sumber-sumber mata air yang  mengalir  karena  Kami  telah meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia (Isa) menggenapi firman Tuhan-nya serta Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh, sehingga dari martabat keruhanian Maryam binti ‘Imran  lahir martabat keruhanian Isa Ibnu Maryam.”

“Duel Makar”

      Kedua jenis penyelamatan  yang sangat rumit dan misterius tersebut – sehingga mengakibatkan banyak orang yang tergelincir jatuh  oleh peristiwa “penyaliban”  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut --  pada hakikatnya hasil dari “duel makar” antara makar buruk  para pemuka agama Yahudi dengan makar tandingan  Allah Swt., sebab yang disebut “duel    harus terjadi pada satu “obyek” yang sama, yakni  peristiwa “penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.”, firman-Nya:
فَلَمَّاۤ  اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ  اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ()   وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka tatkala  Isa merasa   ada  kekafiran pada mereka yakni kaumnya ia berkata:Siapakah penolong-penolongku  dalam urusan Allah?” Para hawari berkata: “Kamilah  para penolong urusan Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah  diri.   “Ya Tuhan kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama   orang-orang yang menjadi saksi.”  Dan mereka,  yakni musuh Al-Masih, merancang makar  buruk  dan Allah pun merancang makar  tandingan  dan Allah sebaik-baik Perancang makar.  (Āli ‘Imran [3]:53-55).
      Hawariyyun itu jamak dari hawariy, yang berarti: (1) penatu; (2) orang yang diuji dan didapati bebas dari dosa atau kesalahan; (3) orang yang mempunyai watak murni, dan tidak bernoda; (4) orang yang menasihati atau memberi musyawarah atau bertindak jujur dan setia; (5) seorang sahabat atau penolong yang benar dan tulus; (6) seorang sahabat pilihan dan penolong seorang nabi (Lexicon Lane dan Al-Mufradat).
     Orang-orang Yahudi telah merancang  makar buruk supaya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. harus mati terkutuk di atas salib (Ulangan 21:24), tetapi rencana Allah Swt. adalah beliau harus selamat dari kematian terkutuk semacam itu. Rencana (makar buruk) orang-orang Yahudi gagal dan rencana Ilahi berhasil, sebab beliau tidak mati di atas salib, melainkan diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup.     Jadi, itulah yang dimaksud dengan “duel makar” antara “makar buruk” para pemuka agama Yahudi dengan “makar tandingan” Allah Swt. yang menyelamatkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari kematian terkutuk di tiang salib  sebagaimana yang dirancang oleh para pemuka Yahudi.
     Dengan demikian tidak benar pendapat bahwa sebelum peristiwa penyaliban tersebut dilaksanakan, Allah Swt. telah terlebih dulu mengangkat hidup-hidup Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ke kepada Allah Swt., sedangkan yang  ditangkap   dan kemudian disalib adalah Yudas Iskariot -- murid durhaka  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. -- yang wajahnya diserupakan dengan (seperti) wajah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
       Pendek kata, setelah  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. selamat dari kematian terkutuk di tiang salib serta  melaksanakan tugasnya sebagai Al-Masih  -- yakni melakukan perjalanan panjang dan lama   mencari  10 suku Bani Israil yang tercerai-berai di luar Palestina (Kanaan) – akhirnya beliau wafat secara wajar di Kasymir dalam usia sangat lanjut (120 tahun), dan jauh dari tempat beliau mengalami peristiwa penyaliban, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau dan  sumber-sumber mata air yang  mengalir.  (Al-Mu’minun [23]:51).

“Pohon Terkutuk” dalam Al-Quran

      Bertolak-belakang  dengan kehormatan dan kemuliaan yang dianugerahkan Allah Swt. kepada    Maryam binti ‘Imran dan Nabi Isa Ibnu aryam a.s.,  tidak demikian halnya dengan yang menimpa para pemuka agama Yahudi  yang menentang dan menfitnah   kedua orang suci tersebut.
      Sebagai akibat perbuatan buruk yang berulang-ulang   dilakukan oleh orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil  terhadap para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka --  mulai dari Nabi Musa  a.s. sampai dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.2:88-89), sehingga akibat kutukan Nabi Daud a.s. dan kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.5:79-81) --  maka mereka bukan saja telah kehilangan nikmat kenabian tetapi juga telah kehilangan nikmat kerajaan  (QS.5:21), bahkan mereka telah kehilangan   tanah air   serta mereka menjadi bangsa yang terlunta-lunta selama 2000 tahun di berbagai pelosok dunia.
  Bukan hanya itu saja kehinaan yang menimpa kaum terpilih yang selalu mendurhakai  Allah Swt. dan menentang para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, mereka  pun  dalam pengembaraan panjangnya selalu mendapat perlakuan sangat  keji dari bangsa-bangsa yang membenci mereka, contohnya Adolf Hitler,  pemimpin Nazi Jerman (QS.2:62; QS.3:113; QS.7:168).
   Oleh karena itu tidak berlebihan jika Allah Swt. dalam Al-Quran telah menyebut mereka yang sebelumnya sebagai “kaum terpilih” di masa mereka, kemudian dinyatakan sebagai “pohon terkutuk” – seperti halnya “pohon terlarang” yang telah menyebabkan “Adam dan istrinya” harus hijrah  dari tanah air mereka yang  dalam Bible dan Al-Quran disebut “Taman Eden” atau “Jannah” (QS.2:31-35) – karena mereka  senantiasa menimbulkan kemudharatan dan fitnah bagi umat manusia,  firman-Nya:
وَ اِذۡ قُلۡنَا  لَکَ  اِنَّ رَبَّکَ اَحَاطَ بِالنَّاسِ ؕ وَ مَا جَعَلۡنَا الرُّءۡیَا الَّتِیۡۤ  اَرَیۡنٰکَ اِلَّا فِتۡنَۃً  لِّلنَّاسِ وَ الشَّجَرَۃَ  الۡمَلۡعُوۡنَۃَ فِی الۡقُرۡاٰنِ ؕ وَ نُخَوِّفُہُمۡ ۙ فَمَا یَزِیۡدُہُمۡ  اِلَّا  طُغۡیَانًا کَبِیۡرًا ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada engkau: “Sesungguhnya Tuhan engkau telah mengepung orang-orang ini dengan kebinasaan. Dan tidaklah Kami menjadikan rukya  yang telah Kami perlihatkan kepada engkau melainkan sebagai fitnah (cobaan)  bagi manusia, dan juga pohon terkutuk dalam Al-Quran. Dan Kami menakut-nakuti (mengancam) mereka tetapi itu tidak menambah kepada mereka kecuali kedurhakaan amat besar. (Bani Israil [17]:61).

Pohon Terkutuk” dalam Al-Quran & Kasyaf (Penglihatan Ruhani) Nabi Besar Muhammad Saw. dalam Peristiwa Isra

     Isyarat di sini tertuju kepada kasyaf (penglihatan/pengalaman  ruhani) yang disebut dalam ayat kedua dalam Surah Bani Israil, dalam kasyaf   peristiwa Isra tersebut  Nabi Besar Muhammad saw.   melihat diri beliau saw. mengimami semua nabi lainnya dalam shalat yang dilakukan di Baitul-Muqadas di Yerusalem, yang merupakan kiblat orang-orang Yahudi.
     Dengan demikian kasyaf  (penglihatan/pengalaman ruhani) itu mengandung arti bahwa pada suatu ketika di masa yang akan datang, para pengikut nabi-nabi tersebut akan masuk ke haribaan Islam. Inilah yang dimaksud oleh kata-kata “Tuhan engkau telah mengepung dengan menakdirkan kebinasaan umat ini”. Penyebaran Islam secara meluas akan datang sesudah terjadi bencana-bencana yang akan melanda seluruh dunia seperti telah disinggung dalam QS.17:59.
     Nampaknya  “pohon terkutuk” itu adalah kaum Yahudi,  yang telah berulang kali disebut dalam Al-Quran dikutuk oleh Allah Swt.    (QS.5:14, 61, 65, 79). Kutukan Allah Swt. telah mengejar-ngejar kaum yang malang ini semenjak Nabi Daud a.s.  sampai di Akhir Zaman  ini. Penafsiran mengenai ungkapan ini ditunjang oleh kenyataan bahwa Surah ini secara istimewa membahas hal ihwal kaum Bani Israil, seperti diisyaratkan oleh nama Surah ini sendiri, yaitu Bani Israil.
     Kenyataan bahwa ayat ini mulai dengan menyebut kasyaf  Nabi Besar Muhammad saw., dan di dalam kasyaf itu beliau  saw.  melihat diri beliau  saw. mengimami nabi-nabi Bani Israil dalam shalat di Yerusalem — pusat agama Yahudi — memberi dukungan lebih lanjut kepada anggapan, bahwa yang dimaksud oleh “pohon terkutuk” itu adalah kaum Yahudi.
      Kata syajarah mengandung pula arti suku bangsa. Ayat (QS.17:61) ini membahas kasyaf itu, dan juga membahas kaum Yahudi (pohon terkutuk) yang oleh kasyaf ini disinggung secara khusus sebagai “cobaan (fitnah) bagi manusia.” Orang-orang Yahudi pada tiap kurun zaman telah menjadi sumber kesengsaraan dan penderitaan bagi umat manusia, terutama bagi umat Islam.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 6  April 2013

5 komentar:

  1. aneh, ceritanya campur aduk yang benar dan yang salah udah di campurin kasian orang awam bisa termakan artikel yang bohong ini
    yang bohong adalah "Pendek kata, setelah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. selamat dari kematian terkutuk di tiang salib serta melaksanakan tugasnya sebagai Al-Masih -- yakni melakukan perjalanan panjang dan lama mencari 10 suku Bani Israil yang tercerai-berai di luar Palestina (Kanaan) – akhirnya beliau wafat secara wajar di Kasymir dalam usia sangat lanjut (120 tahun), dan jauh dari tempat beliau mengalami peristiwa penyaliban" ini tidak benar tidak di ceritakan dalam buku atau kitab manapun yang muktabar artinya yang di pegangi dan yakini kebenarannya bahwa nabi isa itu wafat, ini hanya cerita sesat orang-orang yang suka mengartikan Al-Qur'an sesaui dengan selera sendiri, Astagfirullah..

    dan Ayat
    ﴿﴾
    Dan Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun [23]:51.

    ini juga bohong, cobalah baca Alqur'an
    mana ada surat Almu'minun ayat 51 begitu yang benar ayat 50.
    tafsirnya begini:
    (dan telah kami jadikan putra maryam ) yakni nabi isa (beserta ibunya suatu tanda ) kekuasaan kami dalam ayat ini tidak di sebutkan dua tanda karena kedua terlibat dalm satu tanda, yaitu maryam dapat melahirkan nabi isa tanpa suami (dan kami menempatkan keduanya di suatu tanah tinggi) yakni tempat di dataran tinggi, yaitu baitul muqaddas, atau damasqus, atau palestina; sehubungan dengan hal ini banyak pendapat mengenainya (yang datar) rata tanahnya sehingga para penghuninya menetap dengan nyaman (dan mempunyai banyak sumber air)yang mengalir lagi jernih sebagai suatu kenyataan, padahal di sana susah mencari air.

    jadi ayat ini sama sekali tidak bisa di tafsirkan membicarakan tentang wafat nabi isa,ayat ini menceritakan tentang kaum Nabi dan ibundanya Maryam yang memiiliki tanda kekuasaan Allah, yaitu Maryam melahirkan Nabi isa tanpa suami. bukan tanda kematian nabi isa, ini harus di fahami agar tidak sesat orang yang membacanya, terimkasih !

    dalan faham Ahlussunnah waljama'ah masih ada 4 orang nabi dan rasul yang masih hidup sampai hari ini, 1. Nabi IDRIS, 2, NABI ILYAS, 3.NABI KHIDIR, 4.NABI ISA.

    BalasHapus
  2. Menurut Kitab Suci Al-Quran, semua nabi sebelum Nabi Muhammad (s.a.w.) sudah wafat termasuk Nabi Idris, Nabi Ilyas, Nabi Khidir dan juga Nabi Isa.

    BalasHapus
  3. Nabi Isa mencari 10 suku Bani Israil di kawasan India karena memang beliau diutus hanya untuk Bani Israil dan 10 suku Israil untuk memang menetap juga di India dan Afghanistan. Tidak ada ayat Al-Quran yang membuktikan bahwa Nabi Khidir, Nabi Idris, Nabi Ilyas atau Nabi Isa masih hidup sampai sekarang.

    BalasHapus
  4. Semua nabi sebelum Nabi Muhammad (S.A.W.) telah wafat, termasuk Nabi Idris, Nabi Ilyas, Nabi Khidir dan juga NAbi Isa. Silakan baca Al-Qur-an surah Ali Imran ayat 144. Dalam ayat itu terbukti bahwa nabi-nabi terdahulu telah wafat tanpa kecuali. Sebagai tambahan informasi bahwa Nabi Ilyas dan Nabi Khidir telah wafat, silakan baca buku "Nabi Khidhir Antara Mitos & Realita" karya Ahmad bin Abdul Aziz Al-Hushain penerbit At-Tibyan, Solo, halaman 50-67 dan halaman 110-123. Adapun bahwa Nabi Isa telah wafat silakan baca "Tafsir Al-Azhar" karya Prof. Dr. Hamka.

    BalasHapus
  5. Semua nabi sebelum Nabi Muhammad (S.A.W.) telah wafat, termasuk Nabi Idris, Nabi Ilyas, Nabi Khidir dan juga NAbi Isa. Silakan baca Al-Qur-an surah Ali Imran ayat 144. Dalam ayat itu terbukti bahwa nabi-nabi terdahulu telah wafat tanpa kecuali. Sebagai tambahan informasi bahwa Nabi Ilyas dan Nabi Khidir telah wafat, silakan baca buku "Nabi Khidhir Antara Mitos & Realita" karya Ahmad bin Abdul Aziz Al-Hushain penerbit At-Tibyan, Solo, halaman 50-67 dan halaman 110-123. Adapun bahwa Nabi Isa telah wafat silakan baca "Tafsir Al-Azhar" karya Prof. Dr. Hamka. Selain itu banyak juga hadits shahih membuktikan kewafatan Nabi Isa. Tanah datar yang banyak sumber air itu tidak ada di Palestina. Yang ada memang di luar Palestina.

    BalasHapus