بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 88
Makna Gelar “Al-Masih” dan Hubungannya dengan
“10 Suku Israil yang Hilang”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab sebelumnya
telah dikemukakan firman Allah
Swt. mengenai kabar gembira yang disampaikan malaikat
kepada gadis Maryam yang sedang mewakafkan dirinya di rumah
peribadatan, firman-Nya:
اِذۡ
قَالَتِ الۡمَلٰٓئِکَۃُ یٰمَرۡیَمُ اِنَّ اللّٰہَ یُبَشِّرُکِ بِکَلِمَۃٍ مِّنۡہُ
٭ۖ اسۡمُہُ الۡمَسِیۡحُ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ وَجِیۡہًا فِی الدُّنۡیَا وَ
الۡاٰخِرَۃِ وَ مِنَ الۡمُقَرَّبِیۡنَ ﴿ۙ
﴾ وَ یُکَلِّمُ النَّاسَ فِی الۡمَہۡدِ وَ
کَہۡلًا وَّ مِنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾
Ingatlah ketika para malaikat berkata:
“Hai Maryam, sesungguhnya Allah
memberi engkau kabar gembira dengan satu
kalimat dari-Nya tentang kelahiran seorang anak laki-laki
namanya Al-Masih Isa Ibnu Maryam, yang dimuliakan
di dunia serta di akhirat, dan ia adalah dari antara orang-orang yang didekatkan kepada
Allah. Dan
ia akan bertutur-kata dengan manusia
dalam buaian dan ketika
sudah setengah umur, dan ia
dari kalangan orang-orang saleh.
(Āli
‘Imran [3]:46-47).
Berbagai Arti Al-Masih &
Penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. Bersama Ibunya
Al-Masih diserap dari masaha yang
berarti: ia menyapu bersih kotoran dari barang itu dengan tangannya; ia
mengurapinya (menggosoknya) dengan minyak; ia berjalan di muka bumi; Tuhan
memberkatinya (Aqrab-ul-Mawarid).
Jadi, Masih berarti: (1) orang yang diurapi; (2) orang yang banyak
mengadakan perjalanan; (3) orang yang diberkati. Al-Masih adalah bentuk kata Arab dari Mesiah yang sama
dengan Masyiah dalam bahasa Ibrani, artinya orang yang diurapi [dalam
upacara pembaptisan, Pent.] (Encuclopaedia
Biblica; Encyclopaedia of Religions & Ethics).
Kata Masih (masaha) seperti disebut di atas berarti
pula “yang diurapi” , karena kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak sebagaimana lazimnya sehingga mudah dipandang tidak sah, maka untuk melenyapkan tuduhan yang mungkin dilancarkan beliau disebut “telah diurapi”
dengan urapan Allah Swt. Sendiri, sama seperti para nabi Allah
semuanya telah diurapi (disucikan).
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diberi
nama Al-Masih karena beliau banyak mengadakan perjalanan mencari 10 suku-suku
(domba-domba) Israil yang hilang
(tercerai-berai) di luar Palestina. Tetapi kalau
mengikuti penuturan Injil, tugas beliau hanya terbatas untuk masa tiga
tahun saja, dan perjalanan beliau hanya ke beberapa kota Palestina atau Suriah
saja, sebab ketika itu di Palestina hanya ada 2
suku Bani Israil, dengan
demikian gelar Masih itu
sekali-kali tidak cocok bagi beliau.
Penyelidikan sejarah akhir-akhir
ini telah membuktikan, bahwa sesudah beliau pulih dari rasa terkejut dan
luka-luka akibat penyaliban
(QS.4:158-159), Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
menempuh perjalanan jauh
ke negeri-negeri sebelah timur dan akhirnya sampai ke Kasymir untuk
menyampaikan amanat Ilahi kepada suku-suku
Bani Israil yang hilang dan tinggal di bagian-bagian negeri itu.
Dalam firman Allah Swt. berikut ini Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dikatakan telah diberi perlindungan di suatu dataran
tinggi yang yang berbukit-bukit, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran
yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51).
Dengan demikian tidak benar bahwa
setelah mengalami peristiwa penyaliban
lalu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. naik ke
langit (ke Surga) meninggalkan ibunya
dan para pengikutnya di dunia ini –
termasuk kesepuluh “domba-domba”
(suku-suku) Bani Israil yang bercerai-berai di luar “kandang”
(Palestina) – karena kisah yang dibuat-buat mengenai kenaikan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
tersebut bukan saja bertentangan dengan
makna kata (gelar) Al-Masih
(Mesiah/Messias), juga bertentangan dengan pengakuan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri sebagai “gembala
yang baik” yang akan mencari “domba-domba
gembalaannya” yang tersesat di permukaan
bumi ini, walau pun harus mengorbankan nyawa sekali pun (Injil Yohanes
10:11-16).
Berbagai Kesaksian Mengenai
Masa Akhir
Kehidupan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Kasymir
Oleh
sebab kematian Yesus (Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s.) seperti pula kelahirannya
telah menjadi masalah yang banyak
dipertentangkan, dan beberapa kekacauan
pendapat dan keraguan masih tetap
ada mengenai bagaimana dan di mana beliau melampaukan hari-hari terakhir dalam kehidupan beliau yang padat karya itu, dan
karena persoalan cara menemui ajal beliau pun merupakan persoalan yang sangat
penting bagi agama Kristen, maka pada tempatnya
diberikan catatan yang agak lengkap
mengenai persoalan yang penting tapi rumit ini.
Al-Quran dan
Bible dikuatkan oleh kenyayaan-kenyataan sejarah yang telah diakui sahnya,
memberi dukungan kuat kepada pandangan bahwa Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.)
tidak wafat di atas salib.
Dalil-dalil dan keteranggan-keterangan berikut menunjang dan mendukung
pernyataan itu:
(1) Dalam bukunya "The Unknown Life of Yesus". Nicholas Notovitch. seorang
pengembara bangsa Rus yang pernah melawat ke Timur Jauh pada kira-kira tahun
1877 menceriterakan. bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pemah datang ke Kasymir dan Afghanistan.
Sir Francis Younghusband yang pada waktu Nicholas Notovitch mengunjungi Kasymir
adalah seorang penduduk berkebangsaan Inggris di istana Maharaja Kasymir,
bertemu dengan dia di dekat Zojila Pass.
Penyelidikan terbaru mengenai perjalanan-perjalanan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. di Timur memberikan dukungan kuat kepada buku
Notovitch. Profesor Nicholus Roerich dalam bukunya "Heart of Asia" mengatakan:
"Di Srinagar kami
mula-mula menemukan hikayat yang aneh
sekitar kunjungan Yesus ke tempat itu. Kemudian kami melihat betapa
tersebar-luasnya di India, di Laddakh, dan di Asia Tengah hikayat mengenai
kunjungan Yesus ke berbagai-bagai daerah itu.
Di seluruh Asia Tengah, di Kasymir, di Laddakh, dan di Tibet, dan bahkan
lebih ke utara lagi masih terdapat kepercavaan yang kuat bahwa Yesus atau Isa
berkeliling di daerah itu ("Glimpses of World History"
oleh Yawaharlal Nehru).
Beberapa sarjana telah berlindung di belakang beberapa
bagian yang samar pada buku Notovitch, untuk menyebutkan bahwa Yesus datang ke
Timur sebelum -- dan bukan sesudah -- beliau mendapat tugas sebagai nabi Allah. Tetapi seorang anak yang
berumur baru 13 tahun atau 14 tahun seperti usia Yesus ketika datang ke India,
tidak mungkin mempunyai gagasan melaksanakan suatu perjalanan panjang dan sulit
ke tempat yang begitu jauh, dan dengan demikian menantang bahaya maut di tengah perjalanan.
Gerangan
tarikan apa atau tujuan apakah yang mendorong Yesus pada usia yang semuda itu, datang ke India? Dan seandainya
beliau sungguh datang ke India pada masa itu, kepentingan apakah yang mendorong
orang-orang India dan Kasymir untuk memelihara catatan mengenai
kegiatan-kegiatan dan pengembaraan-pengembaraan seorang anak yang berusia 13
atau 14 tahun?
Kenyataan berdasarkan pada catatan-catatan sejarah, yaitu bahwa sesudah beliau ditolak oleh orang-orang Yahudi dan jiwa
beliau dalam keadaan bahaya di Palestina,
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. meninggalkan
negeri itu guna mencari — untuk memenuhi nubuatan-nubuatan lama dalam Bible — "Sepuluh
suku Bani Israil yang hilang" dan menempuh perjalanan jauh serta
berbahaya ke India dan Kasymir dan menjalani suatu kehidupan yang penuh
peristiwa-peristiwa sampai mencapai usia
yang amat tua yaitu 120 tahun (Kanz
al-Ummal, Jilid 6).
Saat itulah catatan-catatan
mengenai kegiatan-kegiatan beliau mulai disimpan. "Sepuluh suku Bani Israil yang
hilang” itu, sesudah mereka
dicerai-beraikan oleh bangsa-banasa Assiria dan Babilonia, dan telah menetap di
Irak dan Iran, dan kemudian ketika orang-orang Iran di bawah Darius dan Cyrus
meluaskan daerah jajahannya lebih jauh lagi ke timur yaitu ke Afghanistan dan
India, maka suku-suku itu berhijrah
bersama-sama dengan mereka ke negeri-negeri tersebut.
Keturunan “Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”
(2) Orang-orang Kasymir dan Afghan adalah keturunan
"Sepuluh Suku Bani Israil yang
Hilang” itu. Kenyataan ini nampak jelas dari riwayat, sejarah, dan catatan
tertulis mengenai kedua kaum tersebut. Nama kota-kota dan kabilah-kabilah
mereka, bentuk tubuh mereka dan sebagainya, semuanya menyerupai orang-orang Yahudi.
Barang-barang
pusaka mereka dan prasasti-prasasti kuno mereka menyokong pandangan itu.
Ceritera-ceritera rakyatnva penuh dengan kisah-kisah yang berbau Yahudi. Nama Kasymir sendiri sebenarnya Kasyir yang berarti "seperti
Siria" (atau nampaknya nama Kasyir itu diambil dari Kasyi atau Kusy, seorang cucu Nabi Nuh a.s.). Semua kenyataan memberi
kepastian kepada pandangan bahwa bangsa
Afghan dan Kasymir sebagian besar
adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani
Israil yang Hilang."
(3) Bukti-bukti tersebut cukup menjadi saksi untuk
menunjukkan kenyataan, bahwa Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. sungguh-sungguh
datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”.
Tetapi bukti terbesar dan paling terang mengenai kedatangan beliau ke Kasymir
dan telah tinggal dan wafat di sana adalah adanya kuburan beliau di kampung Khanyar,
Srinagar, Kasymir.
Kuburan yang
disebut Rauzabal itu dikenal dengan
berbagai sebutan, yaitu: kuburan Yus Asaf,
kuburan Nabi Sahib (Baginda Nabi),
kuburan Syahzadah Nabi (Nabi
Pangeran), dan bahkan kuburan Isa Sahib
(Baginda Isa). Menurut penuturan sejarah
yang telah terbukti sahnya, Yus
Asaf datang ke Kasymir lebih dari 1900 tahun lampau dan mengajar dengan
memakai tamsil (perumpamaan) dan
mempergunakan banyak tamsil-tamsil
yang tercantum dalam Injil.
Dalam sebagian buku sejarah tertentu beliau digambarkan sebagai seorang nabi. Tambahan pula Yus Asaf itu suatu nama dalam Bible, yang berarti
"Yasu” yaitu ”pengumpul" yang merupakan salah satu nama sifat Yesus, sebab tugas beliau adalah mengumpulkan suku-suku Bani Israil yang telah hilang ke pangkuan Majikannya, sebagaimana beliau sendiri
katakan:
"Ada lagi padaKu domba lain yang bukan
masuk kandang domba ini, maka sekalian itu juga wajib Aku bawa, dan domba-domba
itu kelak mendengar akan seruanku, lalu
akan menjadi sekawan, dan gembala seorang sahaja" (Injil Yohanes 10:16).
Kutipan-kutipan yang bernilai sejarah seperti berikut
memberi juga sedikit penjelasan mengenai masalah ini:
"Makam itu pada umumnya dikenal sebagai makam
seorang nabi. Beliau seorang pangeran yang datang ke Kasymir dari sebuah negeri
asing dan giat dalam mengajar orang-orang Kasymir, Namanya Yus Asaf (Tarikh A'zhami, hlm. 82-85).
"Yus Asaf mengembara di beberapa negeri hingga beliau tiba di sebuah negeri yang disebut Kasymir. Beliau menjelajah seluruh
negeri tersebut dan tinggal di sana hingga beliau wafat" (Ikmal-ad-Din, hlm. 258-359).
"Hikayat Kasymir itu — demikian diberitahukan
kepada saya — menyebutkan seorang nabi
yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran seperti dilakukan oleh
Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang sampai saat ini
dituturkan orang di Kasymir” (John Noel's Article in Asia.
Oct. 1930).
"Oleh sebab itu kepergian Isa a.s. ke
India dan wafat di Srinagar tidak bertentangan dengan kebenaran, baik dari segi
akal atau sejarah" (Tafsir al-Manar,
jilid 6).
Buku “Masih Hindustan Mein” (Al-Masih di Hindustan)
Tetapi kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap
mengenai masalah ini lihat buku "Masih
Hindustan Mein" ditulis oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s., Al-Masih Mau'ud a.s.. Lihat pula buku
terkenal bernama "Nazarene
Gospel Restored” yang pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara
resmi disalibkan pada tahun 30 Masehi
namun Yesus masih hidup selama 20 tahun sesudah kebangkitannya kembali.
Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat di mana sesudah beliau terhindar
dari kematian terkutuk di atas salib,
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunda beliau tinggal
dengan aman-sentausa dan pulang ke rahmatullāh,
daripada yang dikemukakan oleh Al-Quran
dalam kata-kata "dataran yang
tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir"
yang merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai Lembah
Kasymir yang indah itu. Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah Kebahagiaan Abadi", firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ
اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran
yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber
mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51).
Dengan demikian terjawablah makna
penggunakan kata rafa’ahulLaahu ‘ilayhi (Allah mengangkat dia kepada-Nya) dalam firman
Allah Swt. – yang disalah-tafsirkan secara harfiah
bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. “diangkat hidup-hidup secara jsmani ke
langit” -- berikut ini, firman-Nya:
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar