Jumat, 05 April 2013

Makna Gelar "Al-Masih" dan Hubungannya dengan "10 Suku Israil yang Hilang""




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 88


  Makna Gelar “Al-Masih” dan Hubungannya dengan
10 Suku Israil yang Hilang

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  bagian akhir Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  firman Allah Swt. mengenai   kabar gembira yang disampaikan malaikat kepada gadis Maryam  yang sedang mewakafkan  dirinya di rumah peribadatan, firman-Nya:
اِذۡ قَالَتِ الۡمَلٰٓئِکَۃُ یٰمَرۡیَمُ اِنَّ اللّٰہَ یُبَشِّرُکِ بِکَلِمَۃٍ مِّنۡہُ ٭ۖ اسۡمُہُ الۡمَسِیۡحُ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ وَجِیۡہًا فِی الدُّنۡیَا وَ الۡاٰخِرَۃِ  وَ مِنَ الۡمُقَرَّبِیۡنَ ﴿ۙ ﴾   وَ یُکَلِّمُ النَّاسَ فِی الۡمَہۡدِ وَ کَہۡلًا  وَّ مِنَ  الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾
Ingatlah ketika para malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah memberi engkau kabar gembira dengan  satu kalimat dari-Nya tentang kelahiran seorang anak laki-laki namanya Al-Masih Isa  Ibnu Maryam,  yang dimuliakan di dunia serta di akhirat, dan ia adalah dari antara orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Dan
ia akan bertutur-kata dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah setengah umur,  dan ia  dari kalangan orang-orang saleh. (Āli ‘Imran [3]:46-47).

Berbagai Arti   Al-Masih &
Penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Bersama Ibunya

     Al-Masih diserap dari masaha yang berarti: ia menyapu bersih kotoran dari barang itu dengan tangannya; ia mengurapinya (menggosoknya) dengan minyak; ia berjalan di muka bumi; Tuhan memberkatinya (Aqrab-ul-Mawarid). Jadi, Masih berarti: (1) orang yang diurapi; (2) orang yang banyak mengadakan perjalanan; (3) orang yang diberkati. Al-Masih adalah  bentuk kata Arab dari Mesiah yang sama dengan Masyiah dalam bahasa Ibrani, artinya orang yang diurapi [dalam upacara pembaptisan, Pent.] (Encuclopaedia Biblica; Encyclopaedia of  Religions & Ethics).
     Kata Masih (masaha) seperti disebut di atas berarti pula “yang diurapi” , karena kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  tidak sebagaimana lazimnya sehingga  mudah dipandang tidak sah, maka untuk melenyapkan tuduhan yang mungkin dilancarkan beliau disebut “telah diurapi” dengan urapan Allah Swt.   Sendiri, sama seperti para nabi Allah semuanya telah diurapi (disucikan).
   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diberi nama  Al-Masih  karena beliau banyak mengadakan perjalanan mencari 10 suku-suku (domba-domba) Israil yang hilang (tercerai-berai) di luar Palestina.  Tetapi  kalau  mengikuti penuturan Injil, tugas beliau hanya terbatas untuk masa tiga tahun saja, dan perjalanan beliau hanya ke beberapa kota Palestina atau Suriah saja, sebab ketika itu di Palestina hanya  ada 2 suku Bani  Israil, dengan demikian  gelar Masih itu sekali-kali tidak cocok bagi beliau.
     Penyelidikan sejarah akhir-akhir ini telah membuktikan, bahwa sesudah beliau pulih dari rasa terkejut dan luka-luka akibat penyaliban (QS.4:158-159), Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  menempuh perjalanan jauh ke negeri-negeri sebelah timur dan akhirnya sampai ke Kasymir untuk menyampaikan amanat Ilahi kepada suku-suku Bani Israil yang hilang dan tinggal di bagian-bagian negeri itu.
    Dalam firman Allah Swt. berikut ini   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dikatakan telah diberi perlindungan di suatu dataran tinggi yang yang berbukit-bukit, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir.  (Al-Mu’minun [23]:51).
     Dengan demikian tidak benar bahwa setelah mengalami peristiwa penyaliban lalu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. naik ke langit (ke Surga) meninggalkan ibunya dan para pengikutnya di dunia ini – termasuk kesepuluh “domba-domba” (suku-suku) Bani Israil  yang bercerai-berai di luar “kandang” (Palestina) – karena kisah  yang dibuat-buat mengenai kenaikan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut  bukan saja bertentangan dengan makna kata (gelar) Al-Masih (Mesiah/Messias), juga bertentangan dengan pengakuan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri sebagai “gembala yang baik” yang akan mencari “domba-domba gembalaannya” yang tersesat  di permukaan bumi ini,  walau pun harus mengorbankan nyawa sekali pun (Injil Yohanes 10:11-16).

Berbagai Kesaksian Mengenai  Masa Akhir
Kehidupan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Kasymir

     Oleh sebab kematian Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) seperti pula kelahirannya telah menjadi masalah yang banyak dipertentangkan, dan beberapa kekacauan pendapat dan keraguan masih tetap ada mengenai bagaimana dan di mana beliau melampaukan hari-hari terakhir dalam kehidupan beliau yang padat karya itu, dan  karena persoalan cara menemui ajal beliau pun merupakan persoalan yang sangat penting  bagi agama Kristen, maka pada tempatnya diberikan catatan yang  agak lengkap mengenai persoalan yang penting tapi rumit ini.
 Al-Quran dan Bible dikuatkan oleh kenyayaan-kenyataan sejarah yang telah diakui sahnya, memberi dukungan kuat kepada pandangan bahwa Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) tidak wafat di atas salib. Dalil-dalil dan keteranggan-keterangan berikut menunjang dan mendukung pernyataan itu:
(1) Dalam bukunya "The Unknown Life of Yesus". Nicholas Notovitch. seorang pengembara bangsa Rus yang pernah melawat ke Timur Jauh pada kira-­kira tahun 1877 menceriterakan. bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  pemah datang ke Kasymir dan Afghanistan. Sir Francis Younghusband yang pada waktu Nicholas Notovitch mengunjungi Kasymir adalah seorang penduduk berkebangsaan Inggris di istana Maharaja Kasymir, bertemu dengan dia di dekat Zojila Pass.
 Penyelidikan terbaru mengenai perjalanan-perjalanan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Timur memberikan dukungan kuat kepada buku Notovitch. Profesor Nicholus Roerich dalam bukunya "Heart of Asia" mengatakan:
"Di Srinagar kami mula-mula menemukan hikayat yang  aneh sekitar kunjungan Yesus ke tempat itu. Kemudian kami melihat betapa tersebar-luasnya di India, di Laddakh, dan di Asia Tengah hikayat mengenai kunjungan Yesus ke berbagai-bagai daerah itu.  Di seluruh Asia Tengah, di Kasymir, di Laddakh, dan di Tibet, dan bahkan lebih ke utara lagi masih terdapat kepercavaan yang kuat bahwa Yesus atau Isa berkeliling di daerah itu  ("Glimpses of World History" oleh Yawaharlal Nehru).
Beberapa sarjana telah berlindung di belakang beberapa bagian yang samar pada buku Notovitch, untuk menyebutkan bahwa Yesus datang ke Timur sebelum -- dan bukan sesudah -- beliau mendapat tugas sebagai nabi Allah. Tetapi seorang anak yang berumur baru 13 tahun atau 14 tahun seperti usia Yesus ketika datang ke India, tidak mungkin mempunyai gagasan melaksanakan suatu perjalanan panjang dan sulit ke tempat yang begitu jauh, dan dengan demikian menantang bahaya maut di tengah perjalanan.
 Gerangan tarikan apa atau tujuan apakah yang mendorong Yesus pada usia yang  semuda itu, datang ke India? Dan seandainya beliau sungguh datang ke India pada masa itu, kepentingan apakah yang mendorong orang-orang India dan Kasymir untuk memelihara catatan mengenai kegiatan-kegiatan dan pengembaraan-pengembaraan seorang anak yang berusia 13 atau 14 tahun?
Kenyataan berdasarkan pada catatan-­catatan sejarah, yaitu bahwa sesudah beliau ditolak  oleh orang-orang Yahudi dan  jiwa beliau dalam keadaan bahaya di Palestina,   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   meninggalkan negeri itu guna mencari — untuk memenuhi nubuatan-nubuatan lama dalam Bible  — "Sepuluh suku Bani Israil yang hilang" dan menempuh perjalanan jauh serta berbahaya ke India dan Kasymir dan menjalani suatu kehidupan yang penuh peristiwa-peristiwa  sampai mencapai usia yang amat tua yaitu 120 tahun (Kanz al-Ummal,  Jilid 6).
Saat itulah catatan-catatan mengenai kegiatan-kegiatan beliau mulai disimpan. "Sepuluh suku Bani Israil  yang hilang  itu, sesudah mereka dicerai-beraikan oleh bangsa-banasa Assiria dan Babilonia, dan telah menetap di Irak dan Iran, dan kemudian ketika orang-orang Iran di bawah Darius dan Cyrus meluaskan daerah jajahannya lebih jauh lagi ke timur yaitu ke Afghanistan dan India, maka suku-suku itu berhijrah  bersama-sama dengan mereka ke negeri-negeri  tersebut.

Keturunan “Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang

(2) Orang-orang Kasymir dan Afghan adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang” itu. Kenyataan ini nampak jelas dari riwayat, sejarah, dan catatan tertulis mengenai kedua kaum tersebut. Nama kota-kota dan kabilah­-kabilah mereka, bentuk tubuh  mereka  dan sebagainya, semuanya menyerupai orang-orang Yahudi.
 Barang-barang pusaka mereka dan prasasti-prasasti kuno mereka menyokong pandangan itu. Ceritera-ceritera rakyatnva penuh dengan kisah-kisah yang berbau Yahudi. Nama Kasymir sendiri sebenarnya Kasyir yang berarti "seperti Siria"  (atau nampaknya nama Kasyir itu diambil dari Kasyi atau Kusy, seorang cucu Nabi Nuh a.s.). Semua kenyataan memberi kepastian kepada pandangan bahwa bangsa Afghan dan Kasymir sebagian besar adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang." 
(3) Bukti-bukti tersebut cukup menjadi saksi untuk menunjukkan kenyataan, bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    sungguh-sungguh datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”. Tetapi bukti terbesar dan paling terang mengenai kedatangan beliau ke Kasymir dan telah tinggal dan wafat di sana adalah adanya kuburan beliau di kampung Khanyar, Srinagar, Kasymir.
 Kuburan yang disebut Rauzabal itu dikenal dengan berbagai sebutan, yaitu: kuburan Yus Asaf, kuburan Nabi Sahib (Baginda Nabi), kuburan Syahzadah Nabi (Nabi Pangeran), dan bahkan kuburan Isa Sahib (Baginda Isa). Menurut penuturan sejarah  yang telah terbukti sahnya, Yus Asaf datang ke Kasymir lebih dari 1900 tahun lampau dan mengajar dengan memakai tamsil (perumpamaan) dan mempergunakan banyak tamsil-tamsil yang tercantum dalam Injil.
   Dalam sebagian buku sejarah tertentu  beliau digambarkan sebagai seorang nabi. Tambahan pula Yus Asaf  itu suatu nama dalam Bible, yang berarti "Yasu” yaitu ”pengumpul" yang merupakan salah satu nama sifat Yesus, sebab tugas  beliau adalah mengumpulkan suku-suku Bani Israil yang telah hilang ke pangkuan Majikannya, sebagaimana beliau sendiri katakan:
"Ada lagi padaKu domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka sekalian itu juga wajib Aku bawa, dan domba-domba itu kelak mendengar akan seruanku,  lalu akan menjadi sekawan, dan gembala seorang sahaja" (Injil Yohanes 10:16).
Kutipan-kutipan yang bernilai sejarah seperti berikut memberi juga sedikit penjelasan mengenai masalah ini:
"Makam itu pada umumnya dikenal sebagai makam seorang nabi. Beliau seorang pangeran yang datang ke Kasymir dari sebuah negeri asing dan giat dalam mengajar orang-orang Kasymir, Namanya Yus Asaf (Tarikh A'zhami, hlm.  82-85). 
"Yus Asaf mengembara di beberapa negeri  hingga beliau tiba di sebuah negeri  yang disebut Kasymir. Beliau menjelajah seluruh negeri tersebut dan tinggal di sana hingga beliau wafat" (Ikmal-ad-Din, hlm. 258-359).
"Hikayat Kasymir itu — demikian diberitahukan kepada saya — menyebut­kan seorang  nabi  yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran seperti dilakukan oleh Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang sampai saat ini dituturkan orang di Kasymir”  (John Noel's Article in Asia. Oct. 1930).
"Oleh sebab itu kepergian Isa a.s. ke India dan wafat di Srinagar tidak bertentangan dengan kebenaran, baik dari segi akal atau sejarah" (Tafsir al­-Manar, jilid 6).

Buku “Masih Hindustan Mein” (Al-Masih di Hindustan)

Tetapi kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap mengenai masalah ini  lihat buku "Masih Hindustan Mein" ditulis oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s.,  Al-Masih Mau'ud a.s.. Lihat pula buku terkenal bernama "Nazarene Gospel Restored” yang pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara resmi disalibkan pada tahun 30 Masehi namun Yesus masih hidup selama 20 tahun sesudah kebangkitannya kembali.
Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat di mana sesudah beliau terhindar dari kematian terkutuk di atas salib, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   dan ibunda beliau  tinggal  dengan aman-sentausa dan pulang ke rahmatullāh, daripada yang dikemukakan oleh Al-Quran  dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir" yang merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai  Lembah Kasymir yang indah itu. Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah Kebahagiaan Abadi", firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau dan  sumber-sumber mata air yang  mengalir.  (Al-Mu’minun [23]:51).
    Dengan demikian terjawablah makna penggunakan kata rafa’ahulLaahu  ‘ilayhi (Allah mengangkat dia kepada-Nya) dalam firman Allah Swt.  – yang disalah-tafsirkan secara harfiah  bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. “diangkat hidup-hidup secara jsmani   ke langit” -- berikut ini, firman-Nya:

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4  April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar