بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 99
Persamaan Sifat dan Fungsi
Rahim dengan Hati
Manusia &
Makna Kata ‘Alaqah
(Segumpal Darah Lengket)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai adanya persamaan antara rahim ibu dengan hati
manusia, sehubungan dengan “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth
a.s. sebagai misal orang-orang kafir yang mendustakan dan menentang
rasul Allah yang diutus kepada mereka, firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ مَثَلًا
لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوا
امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ
عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ
شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ
مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾ وَ ضَرَبَ
اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ
اٰمَنُوا امۡرَاَتَ فِرۡعَوۡنَ ۘ
اِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ لِیۡ عِنۡدَکَ
بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ وَ
نَجِّنِیۡ مِنۡ فِرۡعَوۡنَ وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِنَا
وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ
مِنَ الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka
mereka berdua sedikit pun tidak dapat
membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada
mereka: “Masuklah kamu berdua
ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai misal bagi orang-orang beriman, ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga,
dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan
perbuatannya, dan selamatkanlah aku
dari kaum yang zalim, Dan juga Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami
meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia
menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya,
dan ia termasuk orang-orang yang patuh.
(At-Tahrīm
[66]:11-13).
Persamaan
Fungsi Rahim dan Hati
Salah satu hikmah
yang dapat dikemukakan dari “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan
Nabi Luth a.s. adalah
masalah rahim dan hati kedua istri durhaka kedua rasul Allah tersebut. Yakni dari segi jasmani kedua rahim istri-istri durhaka tersebut telah berhasil melahirkan keturunan jasmani
kedua suami mereka yang suci,
tetapi dari segi keruhanian karena hati kedua istri durhaka tersebut tidak beriman kepada pendakwaan kedua suaminya sebagai rasul Allah maka kedua istri durhaka tersebut tidak mengalami kehamilan ruhani dan kelahiran
ruhani yang baik, melainkan hanya
melahirkan akhlak-akhlak buruk yang
keadaannya bagaikan darah kotor
(darah haid) yang dikeluarkan (dilahirkan) oleh rahim perempuan yang tidak mengalami pembuahan yang baik.
Itulah sebabnya sebagaimana darah
kotor (darah haid) yang keluar dari rahim terbuang begitu saja sebagai sesuatu yang najis
maka demikian pula ketika Allah Swt. menurunkan azab kepada kaum Nabi Nuh a.s. dan kaum Nabi Luth a.s. maka kedua istri durhaka itu pun termasuk
orang-orang yang dibinasakan di dunia ini juga dan di akhirat keduanya menjadi penghuni api neraka bersama kaumnya
yang kafir, firman-Nya:
ضَرَبَ
اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ
کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ
امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ
عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا
عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka
mereka berdua sedikit pun tidak dapat
membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada
mereka: “Masuklah kamu berdua
ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm [66]:11).
Demikianlah salah satu hikmah mengapa Allah Swt. dalam
Al-Quran telah menjadikan “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan
Nabi Luth a.s. sebagai misal bagi orang-orang kafir yang mendustakan
dan menentang para rasul Allah yang diutus kepada mereka,
dan itulah hikmah berkenaan adanya persamaan antara rahim perempuan dan hati manusia, karena keduanya memiliki fungsi yang sama,
yaitu dari keduanya dapat melahirkan (mengeluarkan) sesuatu yang baik mau pun yang buruk
yaitu bayi dan darah kotor (darah haid) atau berupa
kelahiran akhlak dan ruhani yang baik dan kalahiran akhlak serta ucapan-ucapan yang buruk.
Hikmah Surah Al-‘Alaq
& Makna Kata ‘Alaqah
(Segumpal Darah yang Lengket))
Ada pun yang sangat menakjubkan adalah
ternyata wahyu-wahyu Al-Quran yang
pertama kali diwahyukan Allah Swt.
kepada Nabi Besar Muhammad saw. pun erat
hubungannya dengan masalah rahim dan hati tersebut, firman-Nya:
اِقۡرَاۡ
بِاسۡمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ ۚ﴿﴾ خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ ۚ﴿﴾ اِقۡرَاۡ وَ رَبُّکَ الۡاَکۡرَمُ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِ ۙ﴿﴾ عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ یَعۡلَمۡ ؕ﴿﴾
Bacalah
dengan nama Rabb (Tuhan) engkau yang menciptakan,
menciptakan
manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Rabb (Tuhan) engkau Maha Mulia, Yang mengajar
dengan pena, mengajar insan
(manusia) apa yang tidak diketahuinya. (Al-‘Alaq [96]:2-6).
Kata iqra’
berarti: bacalah, tilawatkanlah, sampaikanlah, umumkanlah atau
kumpulkanlah, dan ayat itu mengandung arti, bahwa Al-Quran dimaksudkan supaya dibaca dan diumumkan, dikumpulkan
dan disusun dan kemudian disampaikan
ke seluruh dunia.
Sebutan
sifat Rabb (Pengasuh, Pemelihara dan Pengembang, yang memupuk manusia
melalui segala tingkat perkembangannya) menunjukkan, bahwa perkembangan akhlak dan ruhani
manusia akan bertahap hingga perkembangan
itu mencapai kesempurnaan penuh dalam
wujud Nabi Besar Muhammad saw.,
sebagai suri teladan terbaik bagi
seluruh umat manusia (QS.33:22) dan Khātaman
Nabiyyīn (QS.33:41)
Hikmah
kata ‘alaq (segumpal darah) dalam ayat “menciptakan insan (manusia) dari ‘alaq (segumpal
darah)” berarti,
bahwa kecintaan kepada Allah telah terpatri di dalam fitrat manusia atau dalam ruh (jiwa) manusia (QS.7:173-174; QS.30:31-33) dan bahwa memang sudah
sewajarnyalah ada seseorang yang dalam dirinya dorongan naluri itu harus mencapai pengejawantahannya
yang sempurna. Wujud itu
adalah Nabi Besar Muhammad saw. yang sangat mencintai Al-Khāliq, Sang Pencipta-nya, dengan segenap pikiran, hati, dan
jiwanya.
Kata insan dalam ayat ini kecuali arti yang diberikan dalam
teks yakni manusia, berarti pula manusia sempurna – yaitu Nabi Besar
Muhammad saw., firman-Nya:
قُلۡ اِنَّنِیۡ ہَدٰىنِیۡ رَبِّیۡۤ اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ۬ۚ دِیۡنًا
قِیَمًا مِّلَّۃَ اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا
ۚ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾
قُلۡ اِنَّ صَلَاتِیۡ وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ لِلّٰہِ
رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ
وَ اَنَا اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:
“Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk
oleh Tuhan-ku kepada jalan lurus, agama
yang teguh, agama Ibrahim yang lurus dan dia bukanlah dari orang-orang musyrik.” Katakanlah:
“Sesungguhnya shalatku, pengorbananku, kehidupanku,
dan kematianku hanyalah untuk Allah, Tuhan
seluruh alam; Tidak ada sekutu bagi-Nya, untuk
itulah aku diperintahkan, dan akulah orang pertama yang berserah diri. (Al-An’ām [6]:162-164).
Tenggelam dalam “Dinding Rahim”
Pernyataan Allah Swt. bahwa proses terciptanya manusia adalah dari ‘alaq
(‘alaqah) sesuai dengan ilmu hayat. Kata
‘alaq antara lain berarti lengket
(melekat), menghisap, lintah, dll, karena itu sel telur (ovum) perempuan yang dibuahi
oleh sperma laki-laki dalam rahim yang menempel (melekat) pada dinding
rahim akan menghisap
darah yang mengalir pada dinding
rahim sehingga disebut ‘alaqah (segumpal darah lengket), seperti lintah
yang menempel di kulit manusia atau binatang sambil menghisap darah.
‘Alaqah yang menempel pada dinding rahim ibu tersebut -- karena terus menerus menghisap sari makanan
yang dibawa pembuluh darah dinding rahim – maka secara bertahap akan
semakin membesar dan akhirnya
menjadi janin (bayi) manusia, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا
الۡاِنۡسَانَ مِنۡ سُلٰلَۃٍ مِّنۡ طِیۡنٍ
﴿ۚ﴾ ثُمَّ جَعَلۡنٰہُ نُطۡفَۃً
فِیۡ قَرَارٍ مَّکِیۡنٍ ﴿۪﴾ ثُمَّ
خَلَقۡنَا النُّطۡفَۃَ عَلَقَۃً
فَخَلَقۡنَا الۡعَلَقَۃَ مُضۡغَۃً فَخَلَقۡنَا الۡمُضۡغَۃَ عِظٰمًا
فَکَسَوۡنَا الۡعِظٰمَ لَحۡمًا ٭ ثُمَّ اَنۡشَاۡنٰہُ خَلۡقًا اٰخَرَ ؕ فَتَبٰرَکَ
اللّٰہُ اَحۡسَنُ الۡخٰلِقِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan
sungguh Kami benar-benar telah menciptakan insan (manusia)
dari sari tanah liat, kemudian
Kami menjadikannya air mani di dalam
tempat penyimpanan yang kokoh. Kemudian Kami menciptakan air mani menjadi ‘alaqah (segumpal darah lengket), maka Kami menciptakan segumpal
darah lengket itu menjadi segumpal daging, maka Kami menciptakan
dari segumpal daging itu tulang-tulang, kemudian Kami membungkus tulang-tulang itu dengan
daging, kemudian Kami menumbuhkannya
menjadi makhluk lain, maka Maha Berkat Allah, sebaik-baik Pencipta.
(Al-Mu’minūn
[23]:13-15).
Sesudah
mengemukakan berbagai tingkat evolusi
ruhani manusia dalam sepuluh ayat pertama Surah Al-Mu’minūn ini, selanjutnya Al-Quran menjelaskan dalam ayat 13 dan
dalam beberapa ayat berikutnya berbagai tingkat perkembangan fisiknya dalam rahim
ibu, dan dengan demikian membuktikan
adanya kesejajaran ajaib di antara kelahiran dan pertumbuhan jasmani dengan kelahiran dan pertumbuhan ruhaninya.
Proses Kelahiran Ruh Bayi dalam Rahim Ibu &
Hubungan Alkohol dengan Tape
Dengan
menyampingkan istilah-istilah ilmu hayat
Surah ini memberikan lukisan dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Ilmu
hayat tidak menemukan sesuatu yang bertentangan sedikit pun dengan lukisan
Al-Quran. Kata-kata, “Kami menciptakan
manusia dari inti sari tanah liat” menyebutkan proses kejadian manusia dalam
rahim ibu, mulai dari tingkat paling awal sekali ketika
ia masih dalam keadaan tidak bernyawa
dalam bentuk debu, dan berupa
bagian-bagian tanah yang bukan-organik, melalui suatu proses perkembangan yang halus, berubah
menjadi kecambah-hayat dengan
perantaraan makanan yang dimakan oleh
manusia.
Pada tingkat
“kemudian Kami membungkus tulang-tulang itu dengan daging” (QS.23:15)
perkembangan fisik mudigah (segumpal
daging) menjadi sempurna. Sedangkan kalimat “kemudian Kami menumbuhkan dia menjadi makhluk lain” menunjukkan,
bahwa ruh tidak dimasukkan ke dalam wujud bayi manusia dari luar,
melainkan tumbuh dalam tubuh bayi
tersebut ketika ia berkembang dalam rahim.
Mula-pertama ruh tidak mempunyai wujud
terpisah dari tubuh jasmani bayi, tetapi
proses-proses yang dilalui oleh tubuh
jasmani bayi selama berlangsung
perkembangannya dalam rahim,
menyuling dari tubuh jasmani itu sari halus yang disebut ruh. Segera sesudah hubungan di antara ruh
dan tubuh jasmani bayi menjadi pas benar-benar, maka jantung bayi pun mulai bekerja. Sesudah itu ruh mempunyai wujud tersendiri yang terpisah dari tubuh jasmani, yang selanjutnya tubuh jasmani tersebut
berperan sebagai wadah bagi ruh itu.
Perumpamaan yang sederhana mengenai kelahiran ruh bayi dalam rahim ibu itu seperti munculnya alkohol dalam tape atau potensi api
yang terkandung secara laten (tersembunyi) dalam batu
api, dan api tersebut akan menampakkan wujudnya apabila batu api
tersebut dipatik sehingga memercikkan bunga
api. Dengan demikian tubuh jasmani
bayi dalam rahim ibu tersebut
merupakan cikal-bakal munculnya ruhnya.
Oleh karena
itu tidak benar kepercayaan bahwa ruh manusia itu datang dari luar rahim ibu dan masuk
ke dalam tubuh bayi yang ada
dalam rahim, atau pun kepercayaan akibat
keliru mengartikan (memaknai) ungkapan ruhani “Allah
Swt. meniupkan ruh” ke dalam tubuh bayi yang berada dalam rahim ibu, seperti pada kasus kehamilan Maryam binti ‘Imran
ketika mengandung Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Demikianlah beberapa
hakikat
yang terkandung dalam ayat-ayat berikut ini, firman-Nya:
اِقۡرَاۡ
بِاسۡمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ ۚ﴿﴾ خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ ۚ﴿﴾ اِقۡرَاۡ وَ رَبُّکَ الۡاَکۡرَمُ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِ ۙ﴿﴾ عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ یَعۡلَمۡ ؕ﴿﴾
Bacalah
dengan nama Rabb (Tuhan) engkau yang menciptakan,
menciptakan
manusia dari ‘alaqah
(segumpal darah lengket) (Al-‘Alaq [96]:2-3).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar