Senin, 15 April 2013

Persamaan Sifat dan Fungsi "Rahim" dengan "Hati" Manusia & Makna Kata 'Alaqah (Segumpal Darah Lengket)




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 99


Persamaan Sifat dan Fungsi
Rahim dengan Hati Manusia &
Makna  Kata ‘Alaqah
 (Segumpal Darah  Lengket)

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   bagian akhir  Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  adanya persamaan antara rahim ibu dengan hati manusia, sehubungan dengan “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. sebagai misal  orang-orang kafir yang mendustakan dan menentang rasul Allah yang diutus kepada  mereka, firman-Nya:    
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾  وَ ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوا امۡرَاَتَ  فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ  قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ  لِیۡ عِنۡدَکَ  بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ  وَ نَجِّنِیۡ  مِنۡ فِرۡعَوۡنَ  وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ  مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai  misal bagi orang-orang beriman,  ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,  Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrīm [66]:11-13).

Persamaan  Fungsi Rahim  dan Hati  

     Salah satu hikmah  yang dapat dikemukakan dari “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth  a.s.   adalah   masalah rahim dan hati kedua istri durhaka kedua rasul Allah tersebut. Yakni   dari segi jasmani kedua  rahim  istri-istri durhaka tersebut telah berhasil melahirkan  keturunan  jasmani  kedua suami mereka yang suci, tetapi dari segi keruhanian karena hati kedua istri durhaka tersebut  tidak beriman kepada pendakwaan kedua suaminya sebagai rasul Allah maka kedua istri durhaka  tersebut tidak mengalami kehamilan ruhani dan kelahiran ruhani yang baik, melainkan  hanya melahirkan akhlak-akhlak buruk yang keadaannya bagaikan darah kotor (darah haid) yang dikeluarkan (dilahirkan) oleh rahim perempuan yang tidak mengalami pembuahan yang baik.
   Itulah sebabnya sebagaimana  darah kotor (darah haid) yang keluar dari rahim  terbuang begitu saja sebagai sesuatu yang  najis maka demikian pula ketika Allah Swt. menurunkan azab kepada kaum Nabi Nuh a.s. dan kaum Nabi Luth a.s. maka kedua istri durhaka itu pun termasuk orang-orang yang dibinasakan di dunia  ini juga dan di akhirat keduanya menjadi penghuni api neraka bersama kaumnya yang kafir, firman-Nya:
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾ 
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” (At-Tahrīm [66]:11).
   Demikianlah salah satu hikmah mengapa Allah Swt. dalam Al-Quran  telah menjadikan “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. sebagai  misal bagi orang-orang kafir yang mendustakan dan menentang para rasul Allah yang diutus kepada mereka, dan itulah hikmah   berkenaan adanya persamaan antara  rahim perempuan dan hati manusia, karena keduanya memiliki fungsi yang sama, yaitu  dari keduanya dapat melahirkan (mengeluarkan) sesuatu yang baik mau pun yang buruk  yaitu bayi dan darah kotor (darah haid) atau berupa kelahiran akhlak dan ruhani yang baik  dan kalahiran akhlak  serta ucapan-ucapan yang buruk.

Hikmah Surah Al-‘Alaq & Makna Kata  ‘Alaqah
(Segumpal Darah yang Lengket))

   Ada pun yang sangat menakjubkan adalah ternyata wahyu-wahyu Al-Quran yang pertama kali diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. pun  erat hubungannya dengan masalah rahim dan hati tersebut, firman-Nya:
اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ ۚ﴿﴾   خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ ۚ﴿﴾   اِقۡرَاۡ وَ رَبُّکَ الۡاَکۡرَمُ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِ ۙ﴿﴾  عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ  یَعۡلَمۡ ؕ﴿﴾
Bacalah dengan nama Rabb (Tuhan) engkau yang  menciptakanmenciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb (Tuhan)   engkau  Maha Mulia, Yang mengajar dengan pena, mengajar insan (manusia) apa yang tidak diketahuinya.   (Al-‘Alaq [96]:2-6).
Kata iqra’ berarti: bacalah, tilawatkanlah, sampaikanlah, umumkanlah atau kumpulkanlah, dan ayat itu mengandung arti, bahwa Al-Quran dimaksudkan supaya dibaca dan diumumkan, dikumpulkan dan disusun dan kemudian disampaikan ke seluruh dunia.
Sebutan sifat Rabb (Pengasuh, Pemelihara dan Pengembang, yang memupuk manusia melalui segala tingkat perkembangannya) menunjukkan, bahwa perkembangan akhlak dan ruhani manusia akan bertahap hingga perkembangan itu mencapai kesempurnaan penuh dalam wujud Nabi Besar Muhammad saw., sebagai suri teladan terbaik bagi seluruh umat manusia (QS.33:22) dan Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41)
  Hikmah kata ‘alaq  (segumpal darah) dalam ayat “menciptakan insan  (manusia) dari ‘alaq  (segumpal darah)”   berarti,  bahwa kecintaan kepada Allah telah terpatri di dalam fitrat manusia atau dalam ruh (jiwa) manusia  (QS.7:173-174; QS.30:31-33) dan bahwa memang sudah sewajarnyalah ada seseorang yang dalam dirinya dorongan naluri itu harus mencapai pengejawantahannya yang sempurna. Wujud itu adalah Nabi Besar Muhammad saw. yang sangat mencintai Al-Khāliq, Sang Pencipta-nya, dengan segenap pikiran, hati, dan jiwanya. 
Kata insan dalam ayat ini kecuali arti yang diberikan dalam teks yakni manusia, berarti pula manusia sempurna – yaitu Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
قُلۡ  اِنَّنِیۡ ہَدٰىنِیۡ رَبِّیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ۬ۚ دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ  اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا ۚ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾  قُلۡ  اِنَّ صَلَاتِیۡ  وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ   لِلّٰہِ   رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ   لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا  اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk oleh Tuhan-ku kepada jalan lurus, agama yang teguh,  agama Ibrahim yang lurus dan dia bukanlah dari orang-orang musyrik.” Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, pengorbananku, kehidupanku, dan kematianku  hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh  alam;  Tidak ada sekutu bagi-Nya, untuk itulah aku diperintahkan,  dan akulah orang pertama  yang berserah diri. (Al-An’ām [6]:162-164).

Tenggelam dalam “Dinding Rahim

Pernyataan Allah Swt. bahwa  proses terciptanya manusia adalah dari ‘alaq (‘alaqah) sesuai dengan ilmu hayat. Kata ‘alaq antara lain berarti  lengket (melekat), menghisap,  lintah, dll,  karena itu sel telur (ovum) perempuan yang dibuahi oleh sperma laki-laki dalam rahim yang menempel (melekat) pada dinding rahim  akan menghisap darah yang mengalir pada dinding rahim sehingga disebut ‘alaqah (segumpal darah lengket), seperti  lintah yang   menempel di kulit manusia atau binatang sambil menghisap darah.
  ‘Alaqah yang menempel  pada dinding rahim ibu tersebut  -- karena terus menerus menghisap sari makanan yang dibawa pembuluh darah dinding rahim – maka secara bertahap akan semakin membesar dan akhirnya menjadi  janin (bayi) manusia, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ سُلٰلَۃٍ  مِّنۡ طِیۡنٍ ﴿ۚ﴾  ثُمَّ  جَعَلۡنٰہُ  نُطۡفَۃً  فِیۡ قَرَارٍ مَّکِیۡنٍ ﴿۪﴾   ثُمَّ خَلَقۡنَا النُّطۡفَۃَ عَلَقَۃً  فَخَلَقۡنَا الۡعَلَقَۃَ مُضۡغَۃً فَخَلَقۡنَا الۡمُضۡغَۃَ عِظٰمًا فَکَسَوۡنَا الۡعِظٰمَ لَحۡمًا ٭ ثُمَّ اَنۡشَاۡنٰہُ خَلۡقًا اٰخَرَ ؕ فَتَبٰرَکَ اللّٰہُ  اَحۡسَنُ  الۡخٰلِقِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan sungguh  Kami benar-benar  telah menciptakan  insan (manusia) dari sari tanah liat, kemudian Kami menjadikannya air mani di dalam tempat penyimpanan yang kokoh.  Kemudian Kami menciptakan air mani menjadi ‘alaqah (segumpal darah lengket), maka Kami menciptakan  segumpal darah lengket itu menjadi segumpal daging, maka Kami menciptakan dari segumpal daging itu tulang-tulang, kemudian Kami membungkus tulang-tulang itu dengan daging, kemudian Kami menumbuhkannya menjadi makhluk lain,  maka Maha Berkat Allah, sebaik-baik Pencipta. (Al-Mu’minūn [23]:13-15).
 Sesudah mengemukakan berbagai tingkat evolusi ruhani manusia dalam sepuluh ayat pertama Surah Al-Mu’minūn ini, selanjutnya Al-Quran menjelaskan dalam ayat 13 dan dalam beberapa ayat berikutnya berbagai tingkat perkembangan fisiknya dalam rahim ibu,  dan dengan demikian membuktikan adanya kesejajaran ajaib di antara kelahiran dan pertumbuhan jasmani  dengan kelahiran dan pertumbuhan ruhaninya.

Proses Kelahiran Ruh Bayi dalam Rahim Ibu &
Hubungan Alkohol dengan Tape

  Dengan menyampingkan istilah-istilah ilmu hayat Surah ini memberikan lukisan dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Ilmu hayat tidak menemukan sesuatu yang bertentangan sedikit pun dengan lukisan Al-Quran. Kata-kata, “Kami menciptakan  manusia dari inti sari tanah liat” menyebutkan proses kejadian manusia dalam rahim ibu,  mulai dari tingkat paling awal sekali ketika ia masih dalam keadaan tidak bernyawa dalam bentuk debu, dan berupa bagian-bagian tanah yang bukan-organik, melalui suatu proses perkembangan yang halus, berubah menjadi kecambah-hayat dengan perantaraan makanan yang dimakan oleh manusia.
  Pada tingkat “kemudian Kami membungkus tulang-tulang itu dengan daging” (QS.23:15) perkembangan fisik mudigah (segumpal daging) menjadi sempurna. Sedangkan kalimat “kemudian Kami  menumbuhkan dia menjadi makhluk lain” menunjukkan, bahwa ruh tidak dimasukkan ke dalam wujud bayi manusia dari luar, melainkan tumbuh dalam tubuh bayi tersebut  ketika ia berkembang dalam rahim.
 Mula-pertama ruh tidak mempunyai wujud terpisah dari tubuh jasmani bayi, tetapi proses-proses yang dilalui oleh tubuh jasmani bayi  selama berlangsung perkembangannya dalam rahim, menyuling dari tubuh jasmani  itu  sari halus yang disebut ruh. Segera sesudah hubungan di antara ruh dan tubuh jasmani bayi menjadi pas benar-benar, maka jantung bayi pun mulai  bekerja. Sesudah itu ruh mempunyai wujud tersendiri yang terpisah dari  tubuh jasmani, yang selanjutnya tubuh jasmani tersebut berperan sebagai wadah bagi ruh itu.
  Perumpamaan yang sederhana mengenai kelahiran ruh bayi dalam rahim ibu itu seperti munculnya alkohol dalam tape atau potensi api yang terkandung secara laten (tersembunyi) dalam  batu api,  dan api tersebut  akan menampakkan wujudnya apabila batu api tersebut dipatik sehingga memercikkan bunga api. Dengan demikian tubuh jasmani bayi dalam rahim ibu tersebut merupakan cikal-bakal munculnya ruhnya.
Oleh karena itu tidak benar kepercayaan bahwa ruh manusia itu datang dari luar rahim ibu dan  masuk  ke dalam tubuh bayi yang ada dalam rahim, atau pun kepercayaan  akibat  keliru  mengartikan (memaknai)  ungkapan ruhani  Allah Swt.  meniupkan ruh” ke dalam tubuh bayi yang berada dalam rahim ibu, seperti pada kasus kehamilan Maryam binti ‘Imran ketika  mengandung Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
  Demikianlah beberapa  hakikat yang terkandung dalam ayat-ayat berikut ini, firman-Nya:
اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ ۚ﴿﴾   خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ ۚ﴿﴾   اِقۡرَاۡ وَ رَبُّکَ الۡاَکۡرَمُ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِ ۙ﴿﴾  عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ  یَعۡلَمۡ ؕ﴿﴾
Bacalah dengan nama Rabb (Tuhan) engkau yang  menciptakan,   menciptakan manusia dari  ‘alaqah (segumpal darah lengket)  (Al-‘Alaq [96]:2-3).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 16 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar