Minggu, 14 April 2013

Dua Kesedihan Rasul Akhir Zaman & Persamaan Sifat dan Fungsi "Rahim" dengan "Hati" Manusia




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 98


 Dua Kesedihan 
Rasul Akhir Zaman &
Persamaan Sifat dan Fungsi 
Rahim dengan Hati Manusia

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   beberapa  Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai misteri  yang terjadi  pada diri Maryam binti ‘Imran -- baik mengenai kelahirannya  yang diluar dugaan sangkaan ibunya (QS.3:36-38), mau pun  kehamilannya yang menghebohkan kalangan para pendeta (QS.3:43-49) -- demikian pula  saat melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.19:17-27) serta hal-hal misterius yang dialami oleh ibu dan anak  tersebut selanjutnya, khususnya berkenaan dengan upaya pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui   penyaliban (QS.4:157-159) serta  penyelamatan keduanya di suatu dataran tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air (QS.23:52), serta menjadikan kedua  hamba Allah yang penuh misteri  tersebut sebagai misal orang-orang yang bertakwa yang benar-benar menjaga kesucian jiwanya (QS.66:13).
    Semua itu dijelaskan untuk membuktikan bahwa betapa sakralnya masalah pernikahan  dan masalah   perempuan (ibu) serta rahim yang dimilikinya,  karena betapa ketika Allah Swt. menganggap bahwa  suatu  kaum  -- karena mereka berulang-ulang melakukan kedurhakaan kepada Allah dan rasul-rasul Allah di kalangan mereka –  sehingga   tidak ada  seorang pun laki-laki dari kalangan mereka yang layak menjadi ayah seorang rasul Allah maka Allah Swt. telah membuat seorang gadis remaja  hamil dan melahirkan anak sekali pun tidak mengalami suatu pernikahan yang lazim, dan menyebut kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah tersebut  sebagai as-Sā’ah (tanda Saat/tanda Kiamat – QS.43:58-62) bagi kaum tersebut.

Kesedihan  Pertama Rasul Akhir Zaman

    Kemudian dalam bagian akhir Bab sevelumnya telah dikemukakan  dua kesedihan yang dirasakan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) atau Al-Masih Mau’ud a.s. atau Misal Isa Al-Masih Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), yakni:
       (1) Kesedihan akibat mengalami proses kehamilan dan kelahiran ruhani dari tingkatan ruhani Maryam binti ‘Imran yang senantiasa menjaga kesucian dirinya  ke tingkat ruhani Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.55:13),  yang digambarkan Allah Swt. dalam Al-Quran seperti kehamilan Maryam binti Imran yang kemudian melahirkan Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah seorang laki-laki pun dari kalangan Bani Israil melainkan semata-mata karena “tiupan ruh” dari Allah, firman-Nya:
فَحَمَلَتۡہُ  فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾  فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ  اِلٰی جِذۡعِ  النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا  وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾  فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ  اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ  رَبُّکِ  تَحۡتَکِ  سَرِیًّا ﴿﴾  وَ ہُزِّیۡۤ  اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ  تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ  رُطَبًا جَنِیًّا ﴿۫﴾  فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ  اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ  اِنۡسِیًّا﴿ۚ﴾
Maka Maryam mengandungnya,   lalu ia mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. Maka rasa sakit melahirkan  memaksanya pergi ke sebatang pohon kurma. Ia berkata: "Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!"   Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah bawah dia:  "Janganlah engkau bersedih hati,  sungguh Tuhan engkau telah membuat anak sungai  di   bawah engkau,  dan goyangkan ke arah engkau pelepah batang kurma itu, ia akan menjatuhkan berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar.  Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah mata engkau. Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah maka aku sekali-kali tidak akan  bercakap-cakap pada hari ini dengan seorang manusia pun.  (Maryam [19]:23-27).
      Begitu juga ketika Mirza Ghulam Ahmad   setelah selama 9 bulan  berada dalam keadaan tingkatan  ruhani Maryam binti ‘Imran yang sedang  hamil” secara ruhani, lalu atas karunia Allah Swt. meningkat ke  martabat ruhani Isa Ibnu Maryam – yang digambarkan seakan-akan Maryam  binti Imran melahirkan Isa Ibnu Maryam --  maka sebagaimana halnya Maryam binti ‘Imran merasakan penderitaan yang sangat ketika melahirkan Isa Ibnu Maryam a.s.. -- begitu juga ketika Mirza Ghulam Ahmad a.s. atas perintah Allah Swt. mengumumkan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah wafat  (QS.3:56 &145; QS.5:117-119; QS.21:35),   dan bahwa yang dimaksud dengan Al-Masih Mau’ud (Al-Masih yang dijanjikan) adalah beliau sebagai  misal Ibnu Maryam a.s., maka timbullah reaksi keras dari umumnya para pemuka  umat Islam di Hindustan (Indian Pakistan) dan berbagai hujatan, fitnah  serta fatwa keji pun telah dilontarkan mereka kepada beliau (QS.43:58), firman-Nya:
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ  مَثَلًا  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾  
Dan apabila   Ibnu Maryam dikemukakan  sebagai misal tiba-tiba kaum engkau meneriakkan penentangan  terhadapnya,   dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. (Az-Zukhruf [43]:58-59).
    Shadda (yashuddu) berarti: ia menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia mengajukan sanggahan (protes) (Aqrab-ul-Mawarid).   Kedatangan Al-Masih a.s.  yang dilahirkan tanpa ayah seorang laki-laki adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya.
Karena matsal berarti sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat ini, di samping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa bila kaum Nabi Besar Muhammad saw.   — yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain yang seperti dan merupakan sesama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  – yakni misal Isa Ibnu Maryam a.s. --    akan dibangkitkan di antara mereka untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang, maka daripada bergembira atas kabar gembira itu malah mereka berteriak  mengajukan protes,    sehingga  membuat Mirza Ghulam Ahmad a.s. pun mengalami kesedihan yang luar biasa, seperti mengalami rasa rakit melahirkan yang dialami oleh Maryam binti ‘Imran:
یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا  وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا
"Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali!"  (Maryam [19]:24).  
   Masalah ruhani yang rumit  -- yang juga rawan fitnah -- ini telah dijelaskan sendiri oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. dalam buku beliau yang diberi nama Kisyti Nuh  (Bahtera Nuh).

Kesedihan   Kedua Rasul Akhir Zaman

     Ada pun kesedihan Rasul Akhir Zaman yang kedua,  telah dikemukakan dalam bagian akhir Bab sebelumnya mengenai  berbagai penafsiran atau  kepercayaan keliru umumnya umat Islam mengenai berbagai ayat Al-Quran dan sikap mereka yang telah  memperlakukan Al-Quran sebagai sesuatu yang telah diabaikan.
Berikut adalah beberapa contoh  kekeliruan pemahaman orang-orang yang “berhati bengkok  dari kalangan “pohon kurma” yang buahnya tidak bermutu:
   (1) Allah Swt. di dalam Al-Quran dengan jelas dan tegas bahwa misi kerasulan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah hanya untuk kalangan Bani Israil (QS.3:46-55; QS.61:7) tetapi umumnya umat Islam  --  mempercayai bahwa di Akhir Zaman beliau akan turun dari langit dan menjadi rasul umat Islam.
(2)       Allah Swt. telah menyatakan dalam Al-Quran  bahwa yang dimaksud dengan kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kedua kali di Akhir Zaman adalah kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58),  tetapi mereka bersikeras bahwa yang akan datang lagi itu adalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili, seperti halnya para pemuka Yahudi bersikeras bahwa yang akan  turun dari langit menjelang kedatangan Yesus Kristus adalah Nabi Elia a.s. yang turun dari langit, padahal menurut Yesus yang dimaksudkan  kedatangan  Nabi Elia kedua kali dari langit (Maleakhi 4:4-6) adalah Nabi  Yahya a.s. (Yohanes Pembaptis)  bin Nabi Zakaria a.s. (Matius 11:11-19).
(3)    Allah Swt. dengan jelas dan tegas telah menyatakan bahwa semua rasul Allah Swt. yang diutus sebelum Nabi Besar Muhammad saw.. – termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – telah wafat  (QS.3:56 & 145; QS.5:117-119; QS.21:35),    tetapi mereka bersikeras bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sampai sekarang masih hidup di langit   dan akan turun lagi di Akhir Zaman menjadi rasul umat Islam.
(4)      Allah Swt. dengan tegas menyatakan dalam Al-Quran bahwa barangsiapa yang dipanjangkan usianya pasti akan pikun (QS.16:71; QS.36:69; QS.22:6), tetapi menurut mereka kecuali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang sampai saat ini usianya telah 2000 tahun lebih tidak pernah pikun karena akan diutus kembali di Akhir Zaman ini sebagai  rasul untuk umat Islam.
(5)    Allah Swt. telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa cara Allah Swt. berkomunikasi dengan umat manusia adalah  antara lain dengan wahyu (QS.42:52), tetapi mereka bersikeras bahwa  sejak agama Islam (Al-Quran) diturunkan kepada Nabi Besar Muhammad saw. semua jenis wahyu Ilahi  telah tertutup, dan Allah Swt., na’ūdzubillāh min dzālik, telah kehilangan sifat Al-Mutakallim  (Yang Maha Berbicara).
(6)      Allah Swt. dengan tegas menyatakan bahwa hanya kepada rasul yang diridhai-Nya sajalah Dia mengemukakan hak-hal gaib-Nya (QS.3:180; QS.72:27-29), tetapi mereka menyatakan lā nabiyya ba’dahu  (tidak ada lagi nabi macam apa pun sesudah Nabi Besar Muhammad saw., padahal dengan tegas Allah Swt. menyatakan bahwa orang yang menyatakan lā nabiyya ba’dahu  adalah orang yang sesat (QS.40:35), sebab bertentangan dengan Sunnatullah mengenai kesinambungan pengutusan para rasul Allah dari kalangan Bani Adam (QS.7:35-36).
(7)     Allah Swt. dengan tegas menyatakan dalam Surah Al-Kautsar ayat 1-4, bahwa yang akan abtar (terputus keturunannya) itu adalah para penentang Nabi Besar Muhammad saw.,  Sesungguhnya musuh engkau dialah yang abtar (tanpa keturunan), namun menurut mereka yang mempercayai faham sesat   lā nabiiya ba’dahu (tidak ada lagi nabi sesudahnya) dan semua jenis wahyu Ilahi  telah tertutup rapat setelah Nabi Besar Muhammad saw.,  menyatakan bahwa yang abtar (terputus  keturunannya) – baik keturunan  jasmani  mau pun  keturunan ruhani – adalah Nabi Besar Muhammad saw., padahal dengan tegas Allah Swt. menyatakan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. itu lebih dominan sebagai “bapak ruhani  orang-orang yang beriman (QS.33:7) daripada sebagai bapak jasmani, itulah sebabnya semua anak laki-laki beliau wafat pada waktu kecil (QS.33:41).
(8)   Nabi Besar Muhammad saw. sebagai seorang “bapak ruhani” yang paling sempurna (QS.3:32; QS.33:22) yang bergelar Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41) tentu beliau  saw. harus banyak memiliki anak-anak ruhani  yang terbaik sampai Akhir Zaman, yaitu yang berhasil meraih nikmat-nikmat keruhanian yang disediakan Allah Swt. bagi orang-orang yang patuh-taat kepada Allah Swt. dan kepada beliau saw., yaitu:  nabi-nabi; shiddiq-shiddiq, syuhada (syahid-syahid), dan orang-orang shaleh (QS.4:70-71), sebab hanya dengan adanya keberadaan orang-orang yang memperoleh nikmat-nikmat ruhani   itulah umat Islam layak disebut “umat terbaik” (QS.2:144; QS.3:111).

Orang-orang Tertipu  yang Ditelantarkan Syaitan

      Banyak contoh-contoh lainnya mengenai kesalahan penafsiran dan pemahaman ayat-ayat Al-Quran di Akhir Zaman ini di kalangan umumnya umat Islam,   yang untuk memperbaiki kesalahan-kesahanan fatal itulah Allah Swt. mengutus  Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Isa Ibnu Maryam a.s.  yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. – yakni   Rasul Akhir Zaman  yang sangat bersedih hati menyaksikan kaum beliau (umat Islam) telah memperlakukan Al-Quran sebagai sesuatu yang telah dicampakkan, firman-Nya:
اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾  وَ  یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی  یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾  یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا ﴿﴾  لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ  بَعۡدَ  اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾  وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾ 
Kerajaan yang haq pada hari itu  milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada  hari itu atas orang-orang kafir sangat keras. Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu berkata:  Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu. Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak  menjadikan si fulan itu sahabat. Sungguh  ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” Dan syaitan selalu menelantarkan manusiaDan  Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan. Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Tuhan engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong  (Al-Furqān [25]:27-32).
   Ayat  30  dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang,  contohnya beberapa kepercayaan keliru mereka   tentang Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  sebelum  ini.
  Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini. Ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw. yang mengatakan:
“Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya” (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman).
       Jadi, betapa sakralnya masalah pernikahan  menurut ajaran Islam (Al-Quran) karena  dalam  masalah pernikahan banyak sekali  terkandung hikmah-hikmah keruhanian yang mendalam, sebagaimana yang dikemukakan firman Allah Swt. berikut ini yang di dalam  beberapa Bab  sebelum ini selalu dikemukakan:   
ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  کَفَرُوا امۡرَاَتَ  نُوۡحٍ وَّ امۡرَاَتَ  لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا  النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾  وَ ضَرَبَ اللّٰہُ  مَثَلًا  لِّلَّذِیۡنَ  اٰمَنُوا امۡرَاَتَ  فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ  قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ  لِیۡ عِنۡدَکَ  بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ  وَ نَجِّنِیۡ  مِنۡ فِرۡعَوۡنَ  وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ  مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ مَرۡیَمَ  ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ  الَّتِیۡۤ  اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا  فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ  الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh  dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat  kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka: Masuklah kamu berdua ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai  misal bagi orang-orang beriman,  ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,  Dan juga Maryam putri ‘Imran,  yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami,  dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh. (At-Tahrīm [66]:11-13).

Persamaan  Fungsi Rahim  dan Hati &
Hihmah Surah Al-‘Alaq

    Salah satu hikmah  yang dapat dikemukakan dari “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth  a.s.   adalah   masalah rahim dan hati kedua istri durhaka kedua rasul Allah tersebut. Yakni   dari segi jasmani kedua  rahim  istri-istri durhaka tersebut telah berhasil melahirkan  keturunan  jasmani  kedua suami mereka yang suci, tetapi dari segi keruhanian karena hati kedua istri durhaka tersebut  tidak beriman kepada pendakwaan kedua suaminya sebagai rasul Allah maka kedua istri durhaka  tersebut tidak mengalami kehamilan ruhani dan kelahiran ruhani yang baik, melainkan  hanya melahirkan akhlak-akhlak buruk yang keadaannnya bagaikan darah kotor (darah haid) yang dikeluarkan (dilahirkan) oleh rahim perempuan yang tidak mengalami pembuahan yang baik.
   Itulah salah satu hikmah mengapa Allah Swt. dalam Al-Quran  telah menjadikan “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. sebagai  misal bagi orang-orang kafir yang mendustakan dan menentang para rasul Allah yang diutus kepada mereka, dan itulah hikmah   berkenaan rahim perempuan dan hati manusia, karena keduanya memiliki fungsi yang sama, yaitu  dari keduanya dapat melahirkan (mengeluarkan) sesuatu yang baik mau pun yang buruk  yaitu bayi dan darah kotor (darah haid) atau berupa kelahiran akhlak dan ruhani yang baik  dan kalahiran akhlak  serta ucapan-ucapan yang buruk.
   Ada pun yang sangat menakjubkan adalah ternyata wahyu-wahyu Al-Quran yang pertama kali diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. pun  erat hubungannya dengan masalah rahim dan hati tersebut, firman-Nya:
اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ ۚ﴿﴾   خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ ۚ﴿﴾   اِقۡرَاۡ وَ رَبُّکَ الۡاَکۡرَمُ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِ ۙ﴿﴾  عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ  یَعۡلَمۡ ؕ﴿﴾
Bacalah dengan nama Rabb (Tuhan) engkau yang menciptakan, menciptakan manusia dari  segumpal darah. Bacalah, dan Rabb (Tuhan) engkau Maha Mulia, Yang mengajar dengan pena, mengajar insan (manusia) apa yang tidak diketahuinya.   (Al-‘Alaq [96]:2-5).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 12 April 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar