بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 98
Dua Kesedihan
Rasul Akhir Zaman &
Rasul Akhir Zaman &
Persamaan Sifat dan Fungsi
Rahim dengan Hati Manusia
Rahim dengan Hati Manusia
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
Dalam beberapa
Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai misteri yang terjadi
pada diri Maryam binti ‘Imran
-- baik mengenai kelahirannya yang diluar dugaan sangkaan ibunya
(QS.3:36-38), mau pun kehamilannya yang menghebohkan kalangan para pendeta (QS.3:43-49) -- demikian
pula saat melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.19:17-27) serta hal-hal misterius yang dialami oleh ibu dan anak tersebut selanjutnya,
khususnya berkenaan dengan upaya pembunuhan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban
(QS.4:157-159) serta penyelamatan keduanya di suatu dataran tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber mata air (QS.23:52), serta
menjadikan kedua hamba Allah yang penuh
misteri tersebut sebagai misal orang-orang yang bertakwa yang benar-benar menjaga kesucian jiwanya (QS.66:13).
Semua itu dijelaskan untuk membuktikan
bahwa betapa sakralnya masalah pernikahan dan masalah perempuan
(ibu) serta rahim yang
dimilikinya, karena betapa ketika Allah
Swt. menganggap bahwa suatu kaum
-- karena mereka berulang-ulang
melakukan kedurhakaan kepada Allah
dan rasul-rasul Allah di kalangan
mereka – sehingga tidak ada
seorang pun laki-laki dari
kalangan mereka yang layak menjadi ayah seorang rasul Allah maka Allah Swt. telah membuat seorang gadis remaja hamil
dan melahirkan anak sekali pun tidak mengalami suatu pernikahan yang lazim, dan menyebut kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah tersebut sebagai as-Sā’ah (tanda Saat/tanda Kiamat –
QS.43:58-62) bagi kaum tersebut.
Kesedihan Pertama Rasul Akhir Zaman
Kemudian dalam bagian akhir Bab sevelumnya
telah dikemukakan dua kesedihan yang dirasakan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) atau Al-Masih Mau’ud a.s. atau Misal Isa Al-Masih Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58), yakni:
(1) Kesedihan akibat
mengalami proses kehamilan dan kelahiran ruhani dari tingkatan ruhani Maryam binti ‘Imran yang senantiasa menjaga kesucian dirinya ke tingkat ruhani
Isa
Ibnu Maryam a.s. (QS.55:13), yang digambarkan Allah Swt. dalam Al-Quran
seperti kehamilan Maryam binti Imran
yang kemudian melahirkan Isa Ibnu
Maryam a.s. tanpa ayah seorang
laki-laki pun dari kalangan Bani Israil
melainkan semata-mata karena “tiupan ruh”
dari Allah, firman-Nya:
فَحَمَلَتۡہُ فَانۡتَبَذَتۡ بِہٖ مَکَانًا قَصِیًّا ﴿﴾ فَاَجَآءَہَا الۡمَخَاضُ اِلٰی جِذۡعِ
النَّخۡلَۃِ ۚ قَالَتۡ یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ قَبۡلَ ہٰذَا وَ کُنۡتُ نَسۡیًا مَّنۡسِیًّا ﴿﴾ فَنَادٰىہَا مِنۡ تَحۡتِہَاۤ اَلَّا تَحۡزَنِیۡ قَدۡ جَعَلَ رَبُّکِ
تَحۡتَکِ سَرِیًّا ﴿﴾ وَ ہُزِّیۡۤ
اِلَیۡکِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَۃِ
تُسٰقِطۡ عَلَیۡکِ رُطَبًا
جَنِیًّا ﴿۫﴾ فَکُلِیۡ وَ اشۡرَبِیۡ وَ
قَرِّیۡ عَیۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَیِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِیۡۤ اِنِّیۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ
اُکَلِّمَ الۡیَوۡمَ اِنۡسِیًّا﴿ۚ﴾
Maka
Maryam mengandungnya, lalu ia
mengasingkan diri bersamanya ke suatu tempat yang jauh. Maka rasa sakit melahirkan memaksanya pergi ke sebatang pohon
kurma. Ia berkata:
"Alangkah baiknya jika aku mati
sebelum ini dan aku menjadi sesuatu
yang dilupakan sama sekali!" Maka ia, malaikat, menyerunya dari arah
bawah dia: "Janganlah engkau bersedih hati, sungguh Tuhan
engkau telah membuat anak sungai di bawah engkau, dan goyangkan
ke arah engkau pelepah batang
kurma itu, ia akan menjatuhkan
berturut-turut atas engkau buah kurma yang matang lagi segar. Maka makanlah dan minumlah, dan sejukkanlah
mata engkau. Dan jika engkau melihat seorang manusia maka katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah maka aku sekali-kali tidak akan
bercakap-cakap pada hari ini dengan seorang manusia pun. (Maryam [19]:23-27).
Begitu juga ketika Mirza Ghulam Ahmad setelah selama 9 bulan berada dalam keadaan tingkatan ruhani
Maryam
binti ‘Imran yang sedang “hamil” secara ruhani, lalu atas karunia
Allah Swt. meningkat ke martabat ruhani Isa Ibnu Maryam – yang
digambarkan seakan-akan Maryam binti Imran melahirkan Isa Ibnu Maryam -- maka sebagaimana halnya Maryam binti ‘Imran merasakan penderitaan
yang sangat ketika melahirkan Isa
Ibnu Maryam a.s.. -- begitu juga ketika Mirza
Ghulam Ahmad a.s. atas perintah
Allah Swt. mengumumkan bahwa Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. telah wafat (QS.3:56 &145; QS.5:117-119; QS.21:35), dan
bahwa yang dimaksud dengan Al-Masih Mau’ud (Al-Masih yang
dijanjikan) adalah beliau sebagai misal Ibnu
Maryam a.s., maka timbullah reaksi
keras dari umumnya para pemuka umat Islam di Hindustan (Indian
Pakistan) dan berbagai hujatan, fitnah
serta fatwa keji pun telah
dilontarkan mereka kepada beliau (QS.43:58), firman-Nya:
وَ لَمَّا
ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ
مَا ضَرَبُوۡہُ لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ
﴿﴾
Dan apabila
Ibnu Maryam dikemukakan sebagai
misal tiba-tiba kaum engkau
meneriakkan penentangan terhadapnya, dan
mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan
kami lebih baik ataukah dia?"
Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. (Az-Zukhruf [43]:58-59).
Shadda
(yashuddu) berarti: ia menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda
(yashiddu) berarti: ia mengajukan sanggahan (protes) (Aqrab-ul-Mawarid). Kedatangan Al-Masih
a.s. yang dilahirkan tanpa ayah seorang laki-laki adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan
kenabian untuk selama-lamanya.
Karena matsal berarti
sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat
ini, di samping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa
bila kaum Nabi Besar Muhammad saw. — yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain yang seperti
dan merupakan sesama Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. – yakni misal Isa Ibnu Maryam a.s. -- akan dibangkitkan
di antara mereka untuk memperbaharui
mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani
mereka yang telah hilang, maka daripada bergembira
atas kabar gembira itu malah mereka
berteriak mengajukan protes,
sehingga membuat Mirza Ghulam Ahmad a.s. pun mengalami kesedihan yang luar biasa, seperti
mengalami rasa rakit melahirkan yang
dialami oleh Maryam binti ‘Imran:
یٰلَیۡتَنِیۡ مِتُّ
قَبۡلَ ہٰذَا وَ کُنۡتُ نَسۡیًا
مَّنۡسِیًّا
"Alangkah baiknya jika aku mati sebelum
ini dan aku menjadi sesuatu yang
dilupakan sama sekali!" (Maryam
[19]:24).
Masalah ruhani yang rumit -- yang juga rawan fitnah -- ini telah dijelaskan sendiri oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s.
dalam buku beliau yang diberi nama Kisyti Nuh (Bahtera Nuh).
Kesedihan Kedua Rasul
Akhir Zaman
Ada pun kesedihan Rasul Akhir Zaman yang kedua,
telah dikemukakan dalam bagian akhir Bab sebelumnya mengenai berbagai penafsiran
atau kepercayaan
keliru umumnya umat Islam mengenai berbagai ayat Al-Quran dan sikap mereka
yang telah memperlakukan Al-Quran
sebagai sesuatu yang telah diabaikan.
Berikut adalah beberapa
contoh kekeliruan pemahaman orang-orang yang “berhati
bengkok” dari kalangan “pohon kurma” yang buahnya tidak bermutu:
(1) Allah Swt. di dalam Al-Quran
dengan jelas dan tegas bahwa misi
kerasulan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah hanya untuk kalangan Bani Israil (QS.3:46-55; QS.61:7) tetapi
umumnya umat Islam --
mempercayai bahwa di Akhir Zaman
beliau akan turun dari langit dan menjadi rasul
umat Islam.
(2) Allah Swt. telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa yang dimaksud dengan kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kedua kali di Akhir Zaman adalah kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58), tetapi mereka bersikeras bahwa yang akan datang lagi
itu adalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Israili, seperti halnya para pemuka
Yahudi bersikeras bahwa yang akan turun dari langit menjelang kedatangan Yesus Kristus adalah Nabi Elia a.s. yang turun dari langit,
padahal menurut Yesus yang dimaksudkan
kedatangan Nabi Elia kedua kali dari langit (Maleakhi 4:4-6) adalah
Nabi Yahya a.s. (Yohanes Pembaptis) bin Nabi
Zakaria a.s. (Matius 11:11-19).
(3) Allah Swt. dengan jelas dan
tegas telah menyatakan bahwa semua rasul
Allah Swt. yang diutus sebelum
Nabi Besar Muhammad saw.. – termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – telah wafat (QS.3:56 & 145; QS.5:117-119;
QS.21:35), tetapi mereka bersikeras bahwa Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. sampai sekarang masih hidup di
langit dan akan turun lagi di Akhir Zaman menjadi rasul umat Islam.
(4) Allah Swt. dengan tegas menyatakan dalam Al-Quran bahwa
barangsiapa yang dipanjangkan usianya
pasti akan pikun (QS.16:71; QS.36:69;
QS.22:6), tetapi menurut mereka kecuali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang sampai
saat ini usianya telah 2000 tahun lebih tidak
pernah pikun karena akan diutus kembali di Akhir Zaman ini sebagai rasul untuk umat Islam.
(5) Allah Swt. telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa cara Allah Swt. berkomunikasi dengan umat manusia
adalah antara lain dengan wahyu (QS.42:52), tetapi mereka
bersikeras bahwa sejak agama Islam (Al-Quran) diturunkan kepada
Nabi Besar Muhammad saw. semua jenis wahyu
Ilahi telah tertutup, dan Allah
Swt., na’ūdzubillāh min dzālik, telah
kehilangan sifat Al-Mutakallim (Yang Maha Berbicara).
(6) Allah Swt. dengan tegas menyatakan bahwa hanya kepada rasul yang diridhai-Nya sajalah Dia
mengemukakan hak-hal gaib-Nya
(QS.3:180; QS.72:27-29), tetapi mereka menyatakan lā nabiyya ba’dahu (tidak
ada lagi nabi macam apa pun sesudah
Nabi Besar Muhammad saw., padahal dengan tegas Allah Swt. menyatakan bahwa
orang yang menyatakan lā nabiyya ba’dahu adalah orang yang sesat (QS.40:35), sebab bertentangan dengan Sunnatullah mengenai kesinambungan pengutusan para rasul Allah dari kalangan Bani Adam
(QS.7:35-36).
(7) Allah Swt. dengan tegas menyatakan dalam Surah Al-Kautsar ayat 1-4, bahwa yang akan abtar (terputus keturunannya) itu adalah para penentang Nabi Besar Muhammad saw., ”Sesungguhnya
musuh engkau dialah yang abtar (tanpa keturunan), namun menurut mereka yang
mempercayai faham sesat lā nabiiya ba’dahu (tidak ada lagi nabi
sesudahnya) dan semua jenis wahyu Ilahi telah tertutup
rapat setelah Nabi Besar Muhammad saw.,
menyatakan bahwa yang abtar
(terputus keturunannya) – baik
keturunan jasmani mau pun keturunan ruhani
– adalah Nabi Besar Muhammad saw., padahal dengan tegas Allah Swt. menyatakan
bahwa Nabi Besar Muhammad saw. itu lebih dominan
sebagai “bapak ruhani” orang-orang yang beriman (QS.33:7) daripada
sebagai bapak jasmani, itulah
sebabnya semua anak laki-laki beliau wafat pada waktu kecil (QS.33:41).
(8) Nabi Besar Muhammad saw. sebagai seorang “bapak ruhani” yang paling sempurna (QS.3:32; QS.33:22) yang
bergelar Khātaman Nabiyyīn (QS.33:41)
tentu beliau saw. harus banyak memiliki anak-anak ruhani yang terbaik
sampai Akhir Zaman, yaitu yang
berhasil meraih nikmat-nikmat keruhanian
yang disediakan Allah Swt. bagi orang-orang yang patuh-taat kepada Allah Swt.
dan kepada beliau saw., yaitu: nabi-nabi; shiddiq-shiddiq, syuhada
(syahid-syahid), dan orang-orang shaleh
(QS.4:70-71), sebab hanya dengan adanya keberadaan orang-orang yang memperoleh nikmat-nikmat ruhani itulah umat
Islam layak disebut “umat terbaik” (QS.2:144; QS.3:111).
Orang-orang
Tertipu
yang Ditelantarkan Syaitan
Banyak contoh-contoh lainnya mengenai kesalahan penafsiran dan pemahaman ayat-ayat Al-Quran di Akhir Zaman ini di kalangan umumnya umat
Islam, yang untuk memperbaiki kesalahan-kesahanan fatal itulah Allah
Swt. mengutus Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal
Isa Ibnu Maryam a.s. – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. –
yakni Rasul Akhir Zaman yang
sangat bersedih hati menyaksikan kaum
beliau (umat Islam) telah memperlakukan Al-Quran
sebagai sesuatu yang telah dicampakkan, firman-Nya:
اَلۡمُلۡکُ
یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ
عَسِیۡرًا ﴿﴾ وَ یَوۡمَ
یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی یَدَیۡہِ
یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾ یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا
﴿﴾ لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ
اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا ﴿﴾ وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی
اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ
الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Kerajaan yang haq pada hari itu milik Yang Maha Pemurah, dan azab pada hari
itu atas orang-orang kafir sangat keras. Dan pada hari itu orang zalim akan menggigit-gigit kedua tangannya lalu
berkata: ”Wahai alangkah baiknya jika aku mengambil
jalan bersama dengan Rasul itu. Wahai celakalah
aku, alangkah baiknya seandainya aku
tidak menjadikan si fulan itu sahabat.
Sungguh ia benar-benar telah melalaikanku dari mengingat kepada Allah sesudah ia datang kepadaku.” Dan syaitan
selalu menelantarkan manusia. Dan Rasul itu berkata: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu
yang telah ditinggalkan.“ Dan demikianlah Kami telah
menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi
dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Tuhan engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong (Al-Furqān [25]:27-32).
Ayat 30
dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan
diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang, contohnya beberapa kepercayaan keliru mereka tentang
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebelum ini.
Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad
ini di mana Al-Quran demikian rupa
diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini. Ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw. yang mengatakan:
“Satu saat
akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan
namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya” (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman).
Jadi, betapa sakralnya masalah pernikahan menurut ajaran Islam (Al-Quran) karena dalam
masalah pernikahan banyak
sekali terkandung hikmah-hikmah keruhanian yang mendalam, sebagaimana yang
dikemukakan firman Allah Swt. berikut ini yang di dalam beberapa Bab
sebelum ini selalu dikemukakan:
ضَرَبَ
اللّٰہُ مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ
کَفَرُوا امۡرَاَتَ نُوۡحٍ وَّ
امۡرَاَتَ لُوۡطٍ ؕ کَانَتَا تَحۡتَ
عَبۡدَیۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَالِحَیۡنِ فَخَانَتٰہُمَا فَلَمۡ یُغۡنِیَا
عَنۡہُمَا مِنَ اللّٰہِ شَیۡئًا وَّ قِیۡلَ ادۡخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِیۡنَ ﴿﴾ وَ ضَرَبَ اللّٰہُ
مَثَلًا لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا امۡرَاَتَ فِرۡعَوۡنَ ۘ اِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ابۡنِ لِیۡ عِنۡدَکَ
بَیۡتًا فِی الۡجَنَّۃِ وَ
نَجِّنِیۡ مِنۡ فِرۡعَوۡنَ وَ عَمَلِہٖ وَ نَجِّنِیۡ مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ مَرۡیَمَ
ابۡنَتَ عِمۡرٰنَ الَّتِیۡۤ اَحۡصَنَتۡ فَرۡجَہَا فَنَفَخۡنَا فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِنَا وَ صَدَّقَتۡ بِکَلِمٰتِ رَبِّہَا وَ کُتُبِہٖ وَ کَانَتۡ مِنَ
الۡقٰنِتِیۡنَ ﴿٪﴾
Allah mengemukakan istri Nuh dan istri Luth sebagai misal bagi orang-orang kafir. Keduanya di bawah [asuhan] dua hamba dari hamba-hamba Kami yang saleh, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka
mereka berdua sedikit pun tidak dapat
membela kedua istri mereka itu di hadapan Allah, dan dikatakan kepada
mereka: “Masuklah kamu berdua
ke dalam Api beserta orang-orang yang masuk.” Dan Allah mengemukakan istri Fir’aun sebagai misal bagi orang-orang beriman, ketika ia berkata: “Hai Tuhan, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga,
dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan
perbuatannya, dan selamatkanlah aku
dari kaum yang zalim, Dan juga Maryam putri ‘Imran, yang telah memelihara kesuciannya, maka Kami
meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia
menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya,
dan ia termasuk orang-orang yang patuh.
(At-Tahrīm
[66]:11-13).
Persamaan
Fungsi Rahim dan Hati
&
Hihmah Surah Al-‘Alaq
Salah satu hikmah
yang dapat dikemukakan dari “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan
Nabi Luth a.s. adalah
masalah rahim dan hati kedua istri durhaka kedua rasul Allah tersebut. Yakni dari segi jasmani kedua rahim istri-istri durhaka tersebut telah berhasil melahirkan keturunan jasmani
kedua suami mereka yang suci,
tetapi dari segi keruhanian karena hati kedua istri durhaka tersebut tidak beriman kepada pendakwaan kedua suaminya sebagai rasul Allah maka kedua istri durhaka tersebut tidak mengalami kehamilan ruhani dan kelahiran
ruhani yang baik, melainkan hanya
melahirkan akhlak-akhlak buruk yang
keadaannnya bagaikan darah kotor
(darah haid) yang dikeluarkan (dilahirkan) oleh rahim perempuan yang tidak mengalami pembuahan yang baik.
Itulah salah satu hikmah mengapa Allah Swt. dalam Al-Quran telah menjadikan “istri-istri durhaka” Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. sebagai misal
bagi orang-orang kafir yang mendustakan dan menentang para rasul Allah
yang diutus kepada mereka, dan itulah hikmah berkenaan rahim perempuan dan hati
manusia, karena keduanya memiliki fungsi
yang sama, yaitu dari keduanya dapat melahirkan (mengeluarkan) sesuatu
yang baik mau pun yang buruk yaitu bayi
dan darah kotor (darah haid) atau
berupa kelahiran akhlak dan ruhani yang baik dan kalahiran akhlak serta ucapan-ucapan yang buruk.
Ada pun yang sangat menakjubkan adalah
ternyata wahyu-wahyu Al-Quran yang
pertama kali diwahyukan Allah Swt.
kepada Nabi Besar Muhammad saw. pun erat
hubungannya dengan masalah rahim dan hati tersebut, firman-Nya:
اِقۡرَاۡ
بِاسۡمِ رَبِّکَ الَّذِیۡ خَلَقَ ۚ﴿﴾ خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ ۚ﴿﴾ اِقۡرَاۡ وَ رَبُّکَ الۡاَکۡرَمُ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِ ۙ﴿﴾ عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ یَعۡلَمۡ ؕ﴿﴾
Bacalah dengan nama Rabb (Tuhan) engkau yang menciptakan, menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Rabb
(Tuhan) engkau Maha Mulia, Yang mengajar dengan pena, mengajar insan (manusia) apa yang tidak diketahuinya.
(Al-‘Alaq [96]:2-5).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 12 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar