Sabtu, 06 April 2013

Sebelah Fakta Terhindarnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari Kematian Terkutuk di Tiang Salib




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 89

  Sebelas Fakta
Terhindarnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
dari Kematian Terkutuk di Tiang Salib

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  bagian akhir Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  firman Allah Swt. mengenai   perjalanan panjang Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya, Maryam binti ‘Imran, setelah beliau selamat dari upaya pembunuhan melalui penyaliban yang dilakukan oleh para pemuka agama Yahudi, guna membuktikan bahwa  bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah nabi palsu, karena menurut hukum Taurat “orang yang matinya tergantung di tiang salib merupakan  kutuk  baginya.
Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat di mana sesudah  terhindar dari kematian terkutuk di atas salib, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   dan ibunda beliau (Maryam binti ‘Imran) tinggal  dengan aman-sentausa dan pulang ke rahmatullāh, daripada yang dikemukakan oleh Al-Quran  dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir" yang merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai  Lembah Kasymir yang indah itu. Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah Kebahagiaan Abadi", firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau dan  sumber-sumber mata air yang  mengalir.  (Al-Mu’minun [23]:51).

Keliru  Menafsirkan Kalimat “Rafa’ahulLāhu Ilayhi

   Dengan demikian terjawablah makna penggunakan kata rafa’ahulLaahu  ‘ilayhi (Allah mengangkat dia kepada-Nya) dalam firman Allah Swt.  – yang disalah-tafsirkan secara harfiah  bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. “diangkat hidup-hidup secara jsmani   ke langit” --  padahal  hubungan firman Allah Swt. tersebut adalah dengan kegagalan makar buruk para pemuka agama Yahudi untuk merendahkan martabat atau untuk menghinakan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai “orang terkutuk”, melalui penyaliban yang mereka lakukan terhadap beliau.
    Jadi,  dengan terhindarnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari kematian terkutuk di atas tiang  salib maka Allah Swt. telah mengangkat derajat dan kehormatan beliau sebagai Rasul Allah yang benar. Berikut adalah beberapa penyebab mengapa Allah Swt. mengazab orang-orang Yahudi dan memindahkan nikmat kenabian dari Bani Israil kepada Bani Isma’il,  firman-Nya:
فَبِمَا نَقۡضِہِمۡ مِّیۡثَاقَہُمۡ وَ کُفۡرِہِمۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ وَ قَتۡلِہِمُ الۡاَنۡۢبِیَآءَ بِغَیۡرِ حَقٍّ وَّ قَوۡلِہِمۡ قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ طَبَعَ اللّٰہُ عَلَیۡہَا بِکُفۡرِہِمۡ فَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾۪  وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ  بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿﴾ۙ
Maka Kami mengazab mereka disebabkan pelanggaran mereka atas perjanjian mereka,  kekafiran  mereka kepada Tanda-tanda Allah,  mereka  membunuh nabi-nabi tanpa hak, dan karena ucapan mereka:  Hati kami terselubung!” Tidak demi-kian, bahkan  Allah telah memeterai  hati mereka disebabkan kekafiran me-reka, maka tidaklah mereka beriman kecuali sedikit.   Dan juga  mereka  Kami azab karena kekafiran mereka dan ucapan mereka terhadap Maryam berupa tu-duhan palsu yang besar,   (An-Nisa [4]:156-157).
     Menurut firman  Allah Swt.  tersebut  ada 5  perbuatan buruk  yang dilakukan oleh orang-orang kafir di kalangan Bani Israil tersebut, yakni:
      (1)  pelanggaran yang mereka lakukan atas perjanjian mereka dengan Allah Swt. melalui Nabi Musa a.s. ketika mereka berada di lereng gunung Thur (QS.2:64 & 94; Qs.4:155).
     (2) Keingkatan mereka kepada Ayat-ayat (Tanda-tanda Allah – QS.2:59; QS.7:162).
     (3) Upaya membunuh tanpa hak nabi-nabi Allah yang diutus di kalangan mereka (QS.2:88; QS.3:182).
      (4) Mereka telah sengaja menutup hati dari menerima kebenaran  yang dikemukakan Allah Swt. melalui para nabi Allah yang diutus kepada mereka (QS.2:89).
     (5) Mereka telah memfitnah Maryam binti ‘Imran sebagai pezina  karena telah melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah. Orang-orang Yahudi menuduh Siti Maryam berbuat zina ("Yewish Life of Yesus" oleh Panther). Kenyataan bahwa orang-orang Yahudi mengemukakan "tuduhan palsu" terhadap Siti Maryam merupakan bukti yang terang  mengenai kebenaran  lahirnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   tanpa ayah.
Kenapa demikian? Sebab seandainya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    mempunyai ayah, lalu    tuduhan palsu  apakah yang dikemukakan orang-orang Yahudi terhadap  Maryam binti ‘Imran? Sebab  hanya semata-mata mencerca Maryam binti ‘Imran  sehubungan pengakuan-pengakuan yang dikemukakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  tidak dapat disebut tuduhan palsu. Di lain tempat Al-Quran membantah tuduhan itu dengan mengatakan bahwa ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. itu seorang perempuan yang bertakwa dan perempuan yang terpilih di masanya (QS.3:43; QS.5:76).

Kegagalan  Upaya Membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Melalui Penyaliban yang Misterius

      (6) Mereka berusaha membunuh Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban adalah  guna membuktikan tuduhan dusta atau fitnah yang mereka lontarkan  terhadap Maryam binti ‘Imran dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sebagaimana firman-Nya berikut ini:
وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ   بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban, akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini,  mereka tidak memiliki  pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka dan mereka tidak  yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisa [4]:158-159). 
  Terjemahan kalimat mā shalabū hu bukan “mereka tidak menyalibnya” karena kenyataan yang dipercayai oleh umumnya umat Kristen benar-benar  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengalami peristiwa pemakuan di tiang salib. Karena itu   kalimat mā shalabū hu   artinya  mereka tidak menyebabkan kematian dia pada tiang salib”, sebab shalab itu cara membunuh yang terkenal.
Orang berkata Shalaba al-lish-sha, yakni “ia membunuh pencuri itu dengan memakunya pada tiang salib.” Jadi, ayat tersebut  tidak mengingkari kenyataan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   dipakukan ke tiang salib, tetapi menyangkal beliau mati di atas tiang salib itu sebab beliau adalah benar-benar seorang  rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt.  kepada  orang-orang Yahudi.  
 Kata-kata syubbiha lahum artinya: Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ditampakkan kepada orang-orang Yahudi seperti orang yang mati disalib; atau hal kematian Nabi Isa a.s. menjadi samar atau menjadi teka-teki kepada mereka. Syubbiha 'alaihi al-amru, artinya hal itu dibuat kalang-kabut, samar atau teka-teki kepadanya (Lexicon Lane).
Ungkapan, mā qatalū hu yaqīnan, artinya: (1) mereka tidak membunuh dia dengan nyata; (2) mereka tidak mengubah  dugaan mereka  jadi keyakinan, yakni  pengetahuan mereka mengenai kematian Nabi Isa a.s. pada tiang salib tidak demikian pastinya sampai tidak ada suatu celah keraguan pun dalam pikiran mereka bahwa mereka benar-benar telah membunuh beliau.
Dalam hal ini kata ganti hu dalam qatalūhu menunjuk kepada kata benda zhann (dugaan). Orang-orang Arab berkata qatalasy-syai’a khubran, yakni ia memperoleh pengetahuan sepenuhnya dan pasti mengenai hal itu supaya menia-dakan segala kemungkinan untuk meragukan hal itu (Lexicon Lane; Lisan-ul’Arab, dan Al-Mufradat).
Bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  tidak wafat pada tiang salib tapi wafat secara wajar, jelas nampak dari Al-Quran. Fakta-fakta berikut, sebagaimana dikisahkan dalam Injil sendiri, memberi dukungan yang kuat kepada keterangan Al-Quran itu:
1. Karena   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   itu seorang Nabi Allah, beliau tak mungkin mati pada kayu salib, sebab menurut Bible: "orang yang tergantung itu kutuklah bagi Tuhan Allah" (Ulangan 21:23).
2. Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  telah berdoa kepada Tuhan dalam kesakitan yang amat sangat supaya "biarkanlah kiranya cawan (kematian di atas salib) ini lepas dariku" (Markus 14:36; Matius 26:29; Lukas 22:42); dan doa beliau telah terkabul (Iberani 5:7).
3.  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  telah mengabarkan sebelumnya bahwa seperti Nabi Yunus a.s.   yang telah masuk ke perut ikan paus dan telah keluar lagi dalam keadaan hidup (Matius 12:40), beliau akan tinggal dalam "perut bumi" selama tiga hari dan akan keluar lagi dalam keadaan hidup.
4.  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   telah menubuatkan pula bahwa beliau akan pergi mencari kesepuluh suku bangsa Israil yang hilang (Yohanes 10:16). Bahkan orang-orang Yahudi di masa    Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   pun mempercayai bahwa suku-suku bangsa Israil yang hilang itu telah terpencar ke berbagai negeri (Yohanes 7:34, 35).
5.    Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  telah terpancang pada tiang salib hanya selama kira-kira 3 jam (Yohanes 19:14) dan sebagai orang yang memiliki kesehatan jasmani yang normal, beliau tidak mungkin wafat dalam waktu yang sependek itu.
6. Segera sesudah  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  diturunkan dari tiang salib, pinggang beliau ditusuk oleh seorang prajurit dan darah serta air keluar darinya. Hal demikian merupakan tanda yang pasti bahwa beliau masih hidup (Yohanes  19:34).
7. Orang-orang Yahudi sendiri merasa tidak yakin mengenai kematian  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebab mereka telah meminta kepada Pilatus untuk menempatkan penjaga di kuburannya "supaya jangan murid-muridnya datang mencuri Dia, serta mengatakan kepada kaum, bahwa Ia sudah bangkit dari antara orang mati" (Matius 27:64).
8. Tidak didapatkan dalam semua Injil barang sebuah pun pernyataan tertulis dari seorang saksi yang menerangkan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.      telah wafat ketika beliau diturunkan dari tiang salib atau ketika beliau ditempatkan dalam kuburan. Lagi pula, tidak seorang pun dari antara murid beliau hadir di tempat kejadian penyaliban, semuanya melarikan diri tatkala   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   dibawa ke tempat penyaliban.

Rekayasa Pilatus dan Yusuf Ariamatea
Untuk Menyelamatkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

Kejadian yang sebenarnya nampaknya demikian, boleh jadi disebabkan oleh impian istrinya agar "Jangan berbuat barang apapun ke atas orang yang benar itu" (Matius 27 : 19), maka Pilatus telah percaya bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     tidak bersalah, dan karenanya telah bersekongkol dengan Yusuf Arimatea - seorang tokoh dari perkumpulan Essene, tempat   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   sendiri pernah menjadi anggotanya, sebelum beliau diutus sebagai nabi - untuk menolong jiwa beliau.
Sidang pemeriksaan perkara Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   berlangsung pada hari Jum'at, karena Pilatus dengan sengaja mengulur waktu dengan perhitungan bahwa esok harinya jatuh Hari Sabat, saat orang-orang terhukum tidak dapat dibiarkan di atas tiang salib sesudah matahari terbenam. Ketika pada akhirnya Pilatus merasa terpaksa menghukum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  ia memberikan keputusannya hanya 3 jam sebelum terbenamnya matahari, dengan demikian meyakinkan dirinya bahwa tidak ada orang yang normal kesehatannya tinggal di atas tiang salib dalam waktu yang sesingkat itu dapat mati.  Selain itu Pilatus telah mengizinkan mengusahakan agar  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  . diberi minuman anggur atau cuka dicampur dengan rempah-rempah mur (myrrh) untuk mengurangi perasaan sakitnya.
Tatkala sesudah 3 jam lamanya tergantung,  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   diturunkan dari salib dalam keadaan tidak sadarkan diri (mungkin karena pengaruh cuka yang diminumkan kepada beliau), Pilatus dengan senang hati mengabulkan permintaan Yusuf Arimatea dan menyerahkan badan beliau kepadanya. Lain halnya dari kedua penjahat yang digantung (disalib) bersama-sama  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,     tulang-tulang beliau tidak dipatahkan, dan kemudian Yusuf Arimatea telah meletakkan beliau di suatu rongga yang ruangnya luas, digali di bagian samping bukit padas.
Ketika itu tidak ada ilmu pemeriksaan mayat (medical autopsy), tidak ada percobaan stethoscopis, tidak diadakan pemeriksaan dari segi hukum dengan pertolongan kesaksian dari mereka yang terakhir bersama beliau ("Mystical life of Yesus" oleh H. Spencer Lewis).
9. Marham Isa (salep Isa) yang terkenal itu dibuat dan dipakai untuk mengobati luka-luka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. , dan beliau diurus serta dirawat oleh Yusuf Arimatea dan Nicodemus yang juga seorang yang sangat terpelajar dan anggota yang amat terhormat dari Ikatan Persaudaraan Essene.
10. Setelah luka-luka beliau cukup sembuh,  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    meninggalkan kuburan itu dan menemui beberapa murid beliau dan bersantap bersama mereka, lalu menempuh perjalanan jauh dari Yerusalem ke Galilea dengan berjalan kaki (Lukas 24:50).

Kesaksian Orang yang Melihat Langsung Peristiwa
Penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

11. "The Crucifixion by an Eye Witness," sebuah buku yang untuk pertama kalinya diterbitkan pada tahun 1873 di Amerika Serikat, merupakan terjemahan dalam bahasa Inggeris dari sebuah naskah surat dalam bahasa Latin purba yang ditulis 7 tahun sesudah peristiwa salib oleh seorang warga (golongan)  Essene di Yerusalem kepada seorang anggota perkumpulan itu di Iskandaria, memberi dukungan yang kuat kepada pendapat bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  telah diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup. Buku itu menceriterakan secara terinci semua kejadian yang menjurus kepada peristiwa salib, pemandangan di bukit tempat terjadinya penyaliban dan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian.  
       Kalimat “mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib" merujuk kepada dua pendapat yang berbeda tersebar di tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan wafat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau pertama-tama dibunuh, kemudian tubuh  beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya berpendapat bahwa beliau dibunuh dengan cara dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan Dia pada kayu itu."
Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan mengatakan:  "mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib." Pertama Al-Quran menolak pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan memakukan beliau  pada salib. Al-Quran  tidak menolak ide bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. digantung pada tiang salib,Al-Quran hanya menyangkal wafatnya di atas tiang salib.
    Jadi, orang-orang Yahudi dengan gembira mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam di atas tiang salib, sehingga dengan demikian telah membuktikan bahwa pendakwaan beliau sebagai nabi Allah tidak benar. Ayat itu bersama-sama ayat sebelumnya mengandung sangkalan yang keras  terhadap tuduhan tersebut serta membersihkan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan di hadirat Allah. Itulah makna ayat:
بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisa [4]:159). 


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5  April 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar