بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 89
Sebelas Fakta
Terhindarnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
dari Kematian Terkutuk di Tiang Salib
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab sebelumnya
telah dikemukakan firman Allah
Swt. mengenai perjalanan panjang Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya, Maryam
binti ‘Imran, setelah beliau selamat dari upaya
pembunuhan melalui penyaliban yang
dilakukan oleh para pemuka agama Yahudi,
guna membuktikan bahwa bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah nabi palsu, karena menurut hukum Taurat
“orang yang matinya tergantung di tiang salib merupakan
kutuk baginya.”
Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat di mana sesudah terhindar dari kematian terkutuk di atas salib, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan
ibunda beliau (Maryam binti ‘Imran)
tinggal dengan aman-sentausa dan pulang
ke rahmatullāh, daripada yang
dikemukakan oleh Al-Quran dalam
kata-kata "dataran yang tinggi yang
memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir" yang
merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai
Lembah Kasymir yang indah itu.
Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah
Kebahagiaan Abadi", firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ
اُمَّہٗۤ اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran
yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber
mata air yang mengalir. (Al-Mu’minun
[23]:51).
Keliru Menafsirkan Kalimat “Rafa’ahulLāhu Ilayhi”
Dengan demikian terjawablah makna
penggunakan kata rafa’ahulLaahu ‘ilayhi (Allah mengangkat dia kepada-Nya) dalam firman
Allah Swt. – yang disalah-tafsirkan secara harfiah
bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. “diangkat hidup-hidup secara jsmani ke
langit” -- padahal hubungan firman Allah Swt. tersebut adalah
dengan kegagalan makar buruk para pemuka agama Yahudi untuk merendahkan martabat atau untuk
menghinakan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. sebagai “orang terkutuk”,
melalui penyaliban yang mereka
lakukan terhadap beliau.
Jadi, dengan terhindarnya
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari kematian
terkutuk di atas tiang salib maka
Allah Swt. telah mengangkat derajat
dan kehormatan beliau sebagai Rasul Allah yang benar. Berikut adalah
beberapa penyebab mengapa Allah Swt. mengazab orang-orang Yahudi dan
memindahkan nikmat kenabian dari Bani Israil kepada Bani Isma’il, firman-Nya:
فَبِمَا
نَقۡضِہِمۡ مِّیۡثَاقَہُمۡ وَ کُفۡرِہِمۡ بِاٰیٰتِ اللّٰہِ وَ قَتۡلِہِمُ
الۡاَنۡۢبِیَآءَ بِغَیۡرِ حَقٍّ وَّ قَوۡلِہِمۡ قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ طَبَعَ
اللّٰہُ عَلَیۡہَا بِکُفۡرِہِمۡ فَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ اِلَّا قَلِیۡلًا ﴿﴾۪ وَّ بِکُفۡرِہِمۡ وَ قَوۡلِہِمۡ عَلٰی مَرۡیَمَ
بُہۡتَانًا عَظِیۡمًا ﴿﴾ۙ
Maka Kami
mengazab mereka disebabkan pelanggaran
mereka atas perjanjian mereka, kekafiran mereka kepada Tanda-tanda Allah, mereka
membunuh nabi-nabi
tanpa hak, dan karena ucapan mereka: ”Hati kami terselubung!” Tidak demi-kian, bahkan Allah
telah memeterai hati mereka
disebabkan kekafiran me-reka, maka tidaklah mereka beriman kecuali sedikit. Dan juga mereka
Kami azab karena kekafiran
mereka dan ucapan mereka terhadap
Maryam berupa tu-duhan palsu
yang besar, (An-Nisa
[4]:156-157).
Menurut firman Allah Swt.
tersebut ada 5 perbuatan
buruk yang dilakukan oleh orang-orang kafir di kalangan Bani
Israil tersebut, yakni:
(1)
pelanggaran yang mereka lakukan atas perjanjian
mereka dengan Allah Swt. melalui Nabi Musa a.s. ketika mereka berada di lereng
gunung Thur (QS.2:64 & 94; Qs.4:155).
(2) Keingkatan mereka kepada Ayat-ayat
(Tanda-tanda Allah – QS.2:59; QS.7:162).
(3) Upaya membunuh tanpa hak nabi-nabi Allah yang diutus di kalangan
mereka (QS.2:88; QS.3:182).
(4)
Mereka telah sengaja menutup hati
dari menerima kebenaran yang dikemukakan
Allah Swt. melalui para nabi Allah yang diutus kepada mereka (QS.2:89).
(5)
Mereka telah memfitnah Maryam binti
‘Imran sebagai pezina karena telah melahirkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah. Orang-orang Yahudi menuduh Siti Maryam berbuat zina ("Yewish Life of Yesus" oleh Panther). Kenyataan bahwa
orang-orang Yahudi mengemukakan "tuduhan
palsu" terhadap Siti Maryam merupakan bukti yang terang mengenai
kebenaran lahirnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa
ayah.
Kenapa demikian? Sebab seandainya Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. mempunyai ayah, lalu tuduhan palsu apakah yang dikemukakan orang-orang Yahudi
terhadap Maryam binti ‘Imran? Sebab hanya semata-mata mencerca Maryam binti ‘Imran sehubungan pengakuan-pengakuan
yang dikemukakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak dapat disebut tuduhan palsu. Di lain tempat Al-Quran membantah tuduhan itu dengan mengatakan bahwa ibunda Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. itu seorang perempuan yang
bertakwa dan perempuan yang terpilih di masanya (QS.3:43; QS.5:76).
Kegagalan Upaya Membunuh
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Melalui Penyaliban yang Misterius
(6) Mereka berusaha membunuh Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. melalui penyaliban adalah
guna
membuktikan tuduhan dusta atau fitnah yang mereka lontarkan terhadap Maryam
binti ‘Imran dan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s., sebagaimana firman-Nya berikut ini:
وَّ
قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ
ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ
شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ
اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ
کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena
ucapan mereka: “Sesungguhnya kami
telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara
biasa dan tidak pula mematikannya
melalui penyaliban, akan tetapi ia disamarkan kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan
sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini, mereka
tidak memiliki pengetahuan yang
pasti mengenai ini melainkan menuruti
dugaan belaka dan mereka
tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan
Allah telah mengangkatnya kepada-Nya
dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisa [4]:158-159).
Terjemahan kalimat mā shalabū hu bukan
“mereka tidak menyalibnya” karena
kenyataan yang dipercayai oleh umumnya umat Kristen benar-benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengalami peristiwa
pemakuan di tiang salib. Karena itu
kalimat mā shalabū hu artinya “mereka
tidak menyebabkan kematian dia pada tiang salib”, sebab shalab itu
cara membunuh yang terkenal.
Orang berkata Shalaba al-lish-sha, yakni “ia membunuh pencuri itu dengan memakunya
pada tiang salib.” Jadi, ayat tersebut tidak mengingkari kenyataan bahwa Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. dipakukan ke tiang salib, tetapi menyangkal
beliau mati di atas tiang salib itu sebab beliau adalah
benar-benar seorang rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
Allah Swt. kepada orang-orang Yahudi.
Kata-kata syubbiha lahum artinya: Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. ditampakkan
kepada orang-orang Yahudi seperti
orang yang mati disalib; atau hal
kematian Nabi Isa a.s. menjadi samar
atau menjadi teka-teki kepada mereka.
Syubbiha 'alaihi al-amru, artinya hal itu dibuat kalang-kabut, samar atau teka-teki kepadanya (Lexicon Lane).
Ungkapan, mā qatalū hu yaqīnan,
artinya: (1) mereka tidak membunuh dia dengan nyata; (2) mereka tidak
mengubah dugaan mereka jadi keyakinan, yakni pengetahuan
mereka mengenai kematian Nabi Isa
a.s. pada tiang salib tidak demikian pastinya sampai tidak ada suatu celah keraguan pun dalam pikiran mereka bahwa
mereka benar-benar telah membunuh
beliau.
Dalam hal ini kata ganti hu dalam qatalūhu
menunjuk kepada kata benda zhann (dugaan). Orang-orang Arab berkata qatalasy-syai’a
khubran, yakni ia memperoleh pengetahuan
sepenuhnya dan pasti mengenai hal
itu supaya menia-dakan segala kemungkinan untuk meragukan hal itu (Lexicon
Lane; Lisan-ul’Arab, dan
Al-Mufradat).
Bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak wafat pada tiang salib
tapi wafat secara wajar, jelas nampak
dari Al-Quran. Fakta-fakta berikut, sebagaimana dikisahkan dalam Injil sendiri, memberi dukungan yang
kuat kepada keterangan Al-Quran itu:
1. Karena Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. itu
seorang Nabi Allah, beliau tak
mungkin mati pada kayu salib, sebab menurut Bible: "orang yang tergantung itu kutuklah bagi Tuhan Allah" (Ulangan 21:23).
2. Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah berdoa kepada Tuhan dalam kesakitan yang
amat sangat supaya "biarkanlah
kiranya cawan (kematian di atas salib) ini lepas dariku" (Markus 14:36; Matius 26:29; Lukas 22:42); dan doa
beliau telah terkabul (Iberani
5:7).
3. Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. telah mengabarkan
sebelumnya bahwa seperti Nabi Yunus a.s. yang telah masuk ke perut ikan paus dan telah keluar lagi dalam keadaan hidup (Matius 12:40), beliau akan tinggal dalam "perut bumi" selama tiga hari dan
akan keluar lagi dalam keadaan hidup.
4. Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. telah menubuatkan
pula bahwa beliau akan pergi mencari kesepuluh
suku bangsa Israil yang hilang (Yohanes
10:16). Bahkan orang-orang Yahudi di masa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pun
mempercayai bahwa suku-suku bangsa Israil
yang hilang itu telah terpencar ke berbagai negeri (Yohanes 7:34, 35).
5. Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah terpancang pada tiang salib hanya selama kira-kira 3 jam
(Yohanes 19:14) dan
sebagai orang yang memiliki kesehatan jasmani yang normal, beliau tidak mungkin
wafat dalam waktu yang sependek itu.
6. Segera sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diturunkan dari tiang salib, pinggang beliau ditusuk oleh seorang prajurit dan darah serta air keluar darinya. Hal demikian merupakan tanda yang pasti bahwa beliau masih hidup (Yohanes 19:34).
7. Orang-orang Yahudi sendiri merasa tidak yakin mengenai kematian Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebab
mereka telah meminta kepada Pilatus untuk menempatkan penjaga di kuburannya "supaya
jangan murid-muridnya datang mencuri Dia, serta mengatakan kepada kaum, bahwa
Ia sudah bangkit dari antara orang mati" (Matius 27:64).
8. Tidak didapatkan dalam semua Injil barang sebuah pun pernyataan tertulis dari seorang saksi yang
menerangkan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah wafat ketika beliau diturunkan
dari tiang salib atau ketika beliau
ditempatkan dalam kuburan. Lagi pula,
tidak seorang pun dari antara murid beliau hadir di tempat kejadian penyaliban, semuanya melarikan diri
tatkala Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dibawa
ke tempat penyaliban.
Rekayasa Pilatus dan
Yusuf Ariamatea
Untuk Menyelamatkan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s.
Kejadian yang sebenarnya nampaknya demikian, boleh
jadi disebabkan oleh impian istrinya agar "Jangan berbuat barang apapun ke atas orang yang benar itu" (Matius 27 : 19), maka
Pilatus telah percaya bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak bersalah, dan karenanya telah
bersekongkol dengan Yusuf Arimatea - seorang tokoh dari perkumpulan Essene, tempat Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri pernah menjadi anggotanya,
sebelum beliau diutus sebagai nabi -
untuk menolong jiwa beliau.
Sidang pemeriksaan perkara Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berlangsung pada hari Jum'at, karena Pilatus dengan sengaja mengulur
waktu dengan perhitungan bahwa esok harinya jatuh Hari Sabat, saat orang-orang terhukum tidak dapat dibiarkan di atas tiang salib sesudah matahari
terbenam. Ketika pada akhirnya Pilatus merasa terpaksa menghukum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ia memberikan keputusannya hanya 3 jam sebelum terbenamnya matahari,
dengan demikian meyakinkan dirinya
bahwa tidak ada orang yang normal
kesehatannya tinggal di atas tiang
salib dalam waktu yang sesingkat itu dapat mati. Selain itu Pilatus
telah mengizinkan mengusahakan agar Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. . diberi
minuman anggur atau cuka dicampur dengan rempah-rempah mur
(myrrh) untuk mengurangi perasaan sakitnya.
Tatkala sesudah 3 jam lamanya tergantung, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diturunkan dari salib dalam keadaan tidak sadarkan diri (mungkin karena
pengaruh cuka yang diminumkan kepada beliau), Pilatus dengan senang hati
mengabulkan permintaan Yusuf Arimatea dan menyerahkan badan beliau kepadanya.
Lain halnya dari kedua penjahat yang
digantung (disalib) bersama-sama Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s., tulang-tulang beliau tidak dipatahkan, dan kemudian Yusuf
Arimatea telah meletakkan beliau di suatu rongga
yang ruangnya luas, digali di bagian samping bukit padas.
Ketika itu tidak ada ilmu pemeriksaan mayat (medical
autopsy), tidak ada percobaan stethoscopis, tidak diadakan pemeriksaan dari
segi hukum dengan pertolongan kesaksian dari mereka yang terakhir bersama
beliau ("Mystical life of Yesus"
oleh H. Spencer Lewis).
9. Marham Isa (salep Isa) yang terkenal itu dibuat dan
dipakai untuk mengobati luka-luka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. , dan
beliau diurus serta dirawat oleh Yusuf Arimatea dan Nicodemus yang juga seorang
yang sangat terpelajar dan anggota yang amat terhormat dari Ikatan Persaudaraan
Essene.
10. Setelah luka-luka beliau cukup sembuh, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. meninggalkan
kuburan itu dan menemui beberapa
murid beliau dan bersantap bersama mereka, lalu menempuh perjalanan jauh dari
Yerusalem ke Galilea dengan berjalan kaki (Lukas
24:50).
Kesaksian Orang yang Melihat Langsung Peristiwa
Penyaliban Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s.
11. "The
Crucifixion by an Eye Witness," sebuah buku yang untuk pertama
kalinya diterbitkan pada tahun 1873 di Amerika Serikat, merupakan terjemahan
dalam bahasa Inggeris dari sebuah naskah surat dalam bahasa Latin purba yang
ditulis 7 tahun sesudah peristiwa salib oleh seorang warga (golongan) Essene di Yerusalem kepada seorang anggota
perkumpulan itu di Iskandaria, memberi dukungan yang kuat kepada pendapat bahwa
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah
diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup. Buku itu menceriterakan
secara terinci semua kejadian yang menjurus kepada peristiwa salib, pemandangan di bukit tempat terjadinya penyaliban
dan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian.
Kalimat “mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib"
merujuk kepada dua pendapat yang berbeda tersebar di tengah-tengah orang-orang
Yahudi mengenai dugaan wafat Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. karena penyaliban.
Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau pertama-tama dibunuh, kemudian tubuh beliau digantung
pada tiang salib, sedang yang lainnya berpendapat bahwa beliau dibunuh dengan cara dipakukan pada tiang salib.
Pendapat yang pertama tercermin dalam Kisah
Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan
menggantungkan Dia pada kayu itu."
Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan
mengatakan: "mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib."
Pertama Al-Quran menolak pembunuhan
Nabi Isa Ibnu Maryam dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan memakukan beliau pada salib.
Al-Quran tidak menolak ide bahwa
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. digantung pada tiang salib,Al-Quran hanya menyangkal wafatnya di atas tiang salib.
Jadi, orang-orang Yahudi dengan gembira
mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa Ibnu
Maryam di atas tiang salib,
sehingga dengan demikian telah membuktikan
bahwa pendakwaan beliau sebagai nabi Allah
tidak benar. Ayat itu bersama-sama ayat sebelumnya mengandung sangkalan yang keras terhadap tuduhan
tersebut serta membersihkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani
beliau dan bahwa beliau telah mendapat kehormatan
di hadirat Allah. Itulah makna ayat:
بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya
dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (An-Nisa [4]:159).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar