Jumat, 19 April 2013

Tujuh "Jalan" atau "Tujuh Tingkatan Ruhani" Menuju "Surga Firdaus"





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 102


"Tujuh  Jalan” atau  "Tujuh Tingkatan  Ruhani"
Menuju “Surga Firdaus” 

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   bagian akhir  Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  mengenai  persamaan  adanya tujuh tingkatan ruhani  dan tujuh tingkatan perkembangan  janin manusia di dalam rahim ibu   yang di akhirat  akan mewarisi surga Firdaus,   firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ قَدۡ  اَفۡلَحَ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡنَ ہُمۡ  فِیۡ صَلَاتِہِمۡ خٰشِعُوۡنَ ۙ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَنِ اللَّغۡوِ  مُعۡرِضُوۡنَ﴿ۙ﴾  وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ  لِلزَّکٰوۃِ  فٰعِلُوۡنَ ۙ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ  لِفُرُوۡجِہِمۡ حٰفِظُوۡنَ ۙ﴿﴾  اِلَّا عَلٰۤی اَزۡوَاجِہِمۡ اَوۡ مَا مَلَکَتۡ اَیۡمَانُہُمۡ فَاِنَّہُمۡ غَیۡرُ  مَلُوۡمِیۡنَ ۚ﴿﴾ فَمَنِ ابۡتَغٰی وَرَآءَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡعٰدُوۡنَ ۚ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ  لِاَمٰنٰتِہِمۡ وَ عَہۡدِہِمۡ رٰعُوۡنَ ۙ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَلٰی صَلَوٰتِہِمۡ یُحَافِظُوۡنَ  ۘ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡوٰرِثُوۡنَ ﴿ۙ﴾  الَّذِیۡنَ یَرِثُوۡنَ الۡفِرۡدَوۡسَ ؕ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama  Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Sungguh  telah berhasil  orang-orang yang beriman,  yaitu orang-orang yang khusyuk  dalam shalatnya,   dan  orang-orang yang berpaling dari hal yang sia-sia,  dan  orang-orang yang membayar zakat,  dan  orang-orang yang menjaga kemaluannya  kecuali terhadap istri-istri mereka atau apa yang dimiliki tangan kanannya maka sesungguhnya mereka tidak tercela,   tetapi barangsiapa mencari selain dari itu  maka mereka itu  orang-orang yang melampaui batas,  dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan perjanjian-perjanjian mereka, dan orang-orang yang memelihara shalat-shalat mereka.  Mereka itulah pewaris, yaitu  orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus,  mereka akan   kekal di dalamnya. (Al-Mu’minūn [23]:1-12).

Tujuh Jalan (Tingkatan) Ruhani

    Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai adanya kesejajaran antara tujuh tingkatan perkembangan ruhani manusia dengan  tujuh tingkatan perkembangan tubuh jasmaninya di dalam  rahim   ibu sampai menjadi bayi sempurna yang siap untuk hidup dan beradaptasi dengan  kehidupan di luar rahim ibu (QS.22:6),  firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ سُلٰلَۃٍ  مِّنۡ طِیۡنٍ ﴿ۚ﴾  ثُمَّ  جَعَلۡنٰہُ  نُطۡفَۃً  فِیۡ قَرَارٍ مَّکِیۡنٍ ﴿۪﴾   ثُمَّ خَلَقۡنَا النُّطۡفَۃَ عَلَقَۃً  فَخَلَقۡنَا الۡعَلَقَۃَ مُضۡغَۃً فَخَلَقۡنَا الۡمُضۡغَۃَ عِظٰمًا فَکَسَوۡنَا الۡعِظٰمَ لَحۡمًا ٭ ثُمَّ اَنۡشَاۡنٰہُ خَلۡقًا اٰخَرَ ؕ فَتَبٰرَکَ اللّٰہُ  اَحۡسَنُ  الۡخٰلِقِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan sungguh  Kami benar-benar  telah menciptakan  insan (manusia) dari sari tanah liat, kemudian Kami menjadikannya air mani di dalam tempat penyimpanan yang kokoh.  Kemudian Kami menciptakan air mani menjadi ‘alaqah (segumpal darah lengket), maka Kami menciptakan  segumpal darah lengket itu menjadi segumpal daging, maka Kami menciptakan dari segumpal daging itu tulang-tulang, kemudian Kami membungkus tulang-tulang itu dengan daging, kemudian Kami menumbuhkannya menjadi makhluk lain,  maka Maha Berkat Allah, sebaik-baik Pencipta. (Al-Mu’minūn [23]:13-15).
      Hikmah-hikmah yang terkandung dalam firman Allah Swt. tersebut telah dibahas secara terinci dalam salah satu bab sebelumnya, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
ثُمَّ  اِنَّکُمۡ بَعۡدَ ذٰلِکَ لَمَیِّتُوۡنَ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ   اِنَّکُمۡ  یَوۡمَ  الۡقِیٰمَۃِ تُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾   وَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا فَوۡقَکُمۡ  سَبۡعَ طَرَآئِقَ ٭ۖ وَ  مَا کُنَّا عَنِ  الۡخَلۡقِ غٰفِلِیۡنَ ﴿﴾
Kemudian sesungguhnya kamu sesudah itu  pasti akan mati. Kemudian sesungguhnya kamu pada Hari Kiamat akan dibangkitkan.  Dan  sungguh  Kami benar-benar telah  menciptakan di atas kamu tujuh jalan ruhani,  dan Kami sekali-kali tidak   lalai dari penciptaan.  (Al-Mu’minūn [23]:18).
     Sesudah mati manusia akan dibangkitkan kembali, agar supaya ia dapat terus membuat kemajuan ruhani dalam kehidupan di akhirat yang tidak mempunyai kesudahan. Kemajuan yang ia capai dalam kehidupan sekarang hanya merupakan tingkat persiapan. Di sini keadaannya seperti seorang anak dalam rahim ibunya. Sesudah mati, ia dilahirkan dalam kehidupan baru dan lebih lengkap, merupakan permulaan bagi suatu kemajuan yang tidak akan berakhir (QS.66:9).
       Enam tingkat kemajuan ruhani yang dilukiskan dalam sepuluh ayat pertama surah Al-Mukminun  menjadi tujuh, bila “surga” (ayat 12) dihitung sebagai tingkat terakhir bagi perkembangan ruhani. Demikian pula, bila tingkat persiapan sebelum pembentukan air mani (QS.23:13) ditambahkan kepada enam tingkat perkembangan mudigah  atau janin dalam rahim ibu maka angka ini pun menjadi tujuh pula. Dengan demikian “tujuh jalan dalam langit ruhani” yang telah disinggung dalam ayat ini, bersesuaian dengan tujuh tingkat perkembangan jasmani manusia dalam rahim ibu yang telah disebut dalam  QS.23:13-15, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ سُلٰلَۃٍ  مِّنۡ طِیۡنٍ ﴿ۚ﴾  ثُمَّ  جَعَلۡنٰہُ  نُطۡفَۃً  فِیۡ قَرَارٍ مَّکِیۡنٍ ﴿۪﴾   ثُمَّ خَلَقۡنَا النُّطۡفَۃَ عَلَقَۃً  فَخَلَقۡنَا الۡعَلَقَۃَ مُضۡغَۃً فَخَلَقۡنَا الۡمُضۡغَۃَ عِظٰمًا فَکَسَوۡنَا الۡعِظٰمَ لَحۡمًا ٭ ثُمَّ اَنۡشَاۡنٰہُ خَلۡقًا اٰخَرَ ؕ فَتَبٰرَکَ اللّٰہُ  اَحۡسَنُ  الۡخٰلِقِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan sungguh  Kami benar-benar  telah menciptakan  insan (manusia) dari sari tanah liat, kemudian Kami menjadikannya air mani di dalam tempat penyimpanan yang kokoh.  Kemudian Kami menciptakan air mani menjadi ‘alaqah (segumpal darah lengket), maka Kami menciptakan  segumpal darah lengket itu menjadi segumpal daging, maka Kami menciptakan dari segumpal daging itu tulang-tulang, kemudian Kami membungkus tulang-tulang itu dengan daging, kemudian Kami menumbuhkannya menjadi makhluk lain,  maka Maha Berkat Allah, sebaik-baik Pencipta (Al-Mu’minūn [23]:13-15).

Proses Kelahiran Ruh Bayi dalam Rahim Ibu &
Hubungan Alkohol dengan Tape

 Dengan menyampingkan istilah-istilah ilmu hayat Surah Al-Mukminun ini memberikan lukisan dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Ilmu hayat tidak menemukan sesuatu yang bertentangan sedikit pun dengan lukisan Al-Quran. Kata-kata, “Kami menciptakan  manusia dari inti sari tanah liat” menyebutkan proses kejadian manusia dalam rahim ibu,  mulai dari tingkat paling awal sekali ketika ia masih dalam keadaan tidak bernyawa dalam bentuk debu, dan berupa bagian-bagian tanah yang bukan-organik, melalui suatu proses perkembangan yang halus, berubah menjadi kecambah-hayat dengan perantaraan makanan yang dimakan oleh manusia.
Pada tingkat “kemudian Kami membungkus tulang-tulang itu dengan daging” (QS.23:15) perkembangan fisik mudigah (segumpal daging) menjadi sempurna. Sedangkan kalimat “kemudian Kami  menumbuhkan dia menjadi makhluk lain” menunjukkan, bahwa ruh tidak dimasukkan ke dalam wujud bayi manusia dari luar, melainkan tumbuh dalam tubuh bayi tersebut  ketika ia berkembang dalam rahim.
 Mula-pertama ruh tidak mempunyai wujud terpisah dari tubuh jasmani bayi, tetapi proses-proses yang dilalui oleh tubuh jasmani bayi  selama berlangsung perkembangannya dalam rahim, menyuling dari tubuh jasmani  itu  sari halus yang disebut ruh. Segera sesudah hubungan di antara ruh dan tubuh jasmani bayi menjadi pas benar-benar, maka jantung bayi pun mulai  bekerja. Sesudah itu ruh mempunyai wujud tersendiri yang terpisah dari  tubuh jasmani, yang selanjutnya tubuh jasmani tersebut berperan sebagai wadah bagi ruh itu.
Perumpamaan yang sederhana mengenai kelahiran ruh bayi dalam rahim ibu itu seperti munculnya alkohol dalam tape atau potensi api yang terkandung secara laten (tersembunyi) dalam  batu api,  dan api tersebut  akan menampakkan wujudnya apabila batu api tersebut dipatik sehingga memercikkan bunga api. Dengan demikian tubuh jasmani bayi dalam rahim ibu tersebut merupakan cikal-bakal munculnya ruhnya.
 Jadi, ketika ovum (sel telur) perempuan telah dibuahi oleh sperma laki-laki pada waktu itu pun potensi ruh telah terkandung di dalamnya, hanya saja ruh tersebut menampakkan wujudnya ketika “bibit” manusia tersebut telah sempurna  keadaannya.  Itulah sebabnya janin  yang sudah berumur 4 bulan dilarang digugurkan sebab janin tersebut sudah memiliki ruh, karena hal itu akan termasuk dalam kategori pembunuhan. Kecuali dalam keadaan sangat terpaksa, misalnya demi menyelamatkan jiwa ibu dari janin tersebut ,atau demi pertimbangan lainnya yang dibenarkan oleh syariat.    
Oleh karena itu tidak benar kepercayaan bahwa ruh manusia itu datang dari luar rahim ibu dan  masuk  ke dalam tubuh bayi yang ada dalam rahim, atau pun kepercayaan  akibat  keliru  mengartikan (memaknai)  ungkapan ruhani  Allah Swt.  meniupkan ruh” ke dalam tubuh bayi yang berada dalam rahim ibu, seperti pada kasus kehamilan Maryam binti ‘Imran ketika  mengandung Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..

Proses Kelahiran Ruh Pada Janin Dalam Rahim Ibu
Identik dengan Proses Pewahyuan kepada Adam

 Sehubungan dengan hal tersebut, berikut adalah firman-Nya berkenaan dengan “peniupan ruh” dari segi ruhani berkenaan dengan Adam,  yakni  menurunkan wahyu kepada Adam – seorang Khalifah Allah atau Rasul Allah -- firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ صَلۡصَالٍ مِّنۡ حَمَاٍ مَّسۡنُوۡنٍ ﴿ۚ﴾ وَ الۡجَآنَّ خَلَقۡنٰہُ مِنۡ قَبۡلُ مِنۡ نَّارِ السَّمُوۡمِ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ  اِنِّیۡ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنۡ صَلۡصَالٍ مِّنۡ  حَمَاٍ  مَّسۡنُوۡنٍ ﴿﴾  فَاِذَا سَوَّیۡتُہٗ  وَ نَفَخۡتُ فِیۡہِ  مِنۡ  رُّوۡحِیۡ فَقَعُوۡا  لَہٗ   سٰجِدِیۡنَ ﴿﴾  فَسَجَدَ  الۡمَلٰٓئِکَۃُ  کُلُّہُمۡ  اَجۡمَعُوۡنَ ﴿ۙ﴾   اِلَّاۤ  اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰۤی اَنۡ یَّکُوۡنَ مَعَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh  Kami benar-benar telah menciptakan manusia dari tanah liat kering yang berdenting, dari lumpur hitam yang telah diberi bentuk.  Dan sebelumnya Kami telah menjadikan  jin dari api angin panas. Dan ingatlah ketika Tuhan engkau berfirman kepada para malaikat:  ”Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah liat kering yang berdenting, dari lumpur hitam yang telah diberi bentuk. Maka  apabila Aku telah membentuknya  dengan sempurna dan   Aku telah meniupkan ruh-Ku ke dalamnya maka  sujudlah yakni patuh-taatlah  kamu kepadanya.”   Maka  malaikat-malaikat itu sujud semuanya bersama-sama,   kecuali iblis, ia menolakmenjadi termasuk di antara mereka yang sujud. (Al-Hijr [15]:27-31).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid

***

Pajajaran Anyar, 19April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar