بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 102
"Tujuh Jalan” atau "Tujuh Tingkatan Ruhani"
Menuju “Surga Firdaus”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai
persamaan adanya tujuh
tingkatan ruhani dan tujuh tingkatan
perkembangan janin manusia di dalam rahim
ibu yang di akhirat
akan mewarisi surga Firdaus, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ قَدۡ اَفۡلَحَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡنَ ہُمۡ فِیۡ صَلَاتِہِمۡ خٰشِعُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَنِ اللَّغۡوِ مُعۡرِضُوۡنَ﴿ۙ﴾ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ لِلزَّکٰوۃِ فٰعِلُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ لِفُرُوۡجِہِمۡ حٰفِظُوۡنَ
ۙ﴿﴾ اِلَّا عَلٰۤی اَزۡوَاجِہِمۡ اَوۡ مَا مَلَکَتۡ
اَیۡمَانُہُمۡ فَاِنَّہُمۡ غَیۡرُ مَلُوۡمِیۡنَ ۚ﴿﴾ فَمَنِ ابۡتَغٰی
وَرَآءَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡعٰدُوۡنَ ۚ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ
لِاَمٰنٰتِہِمۡ وَ عَہۡدِہِمۡ رٰعُوۡنَ ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ ہُمۡ عَلٰی صَلَوٰتِہِمۡ
یُحَافِظُوۡنَ ۘ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡوٰرِثُوۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ یَرِثُوۡنَ الۡفِرۡدَوۡسَ ؕ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Sungguh telah berhasil orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang
yang berpaling dari hal yang sia-sia, dan orang-orang yang membayar zakat,
dan orang-orang
yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau apa yang dimiliki tangan kanannya maka sesungguhnya mereka tidak tercela, tetapi barangsiapa
mencari selain dari itu maka mereka itu
orang-orang yang melampaui batas, dan orang-orang
yang memelihara amanat-amanat dan perjanjian-perjanjian
mereka, dan orang-orang yang
memelihara shalat-shalat mereka. Mereka itulah pewaris, yaitu orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus,
mereka akan kekal
di dalamnya. (Al-Mu’minūn [23]:1-12).
Tujuh Jalan (Tingkatan) Ruhani
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai adanya kesejajaran antara tujuh tingkatan perkembangan ruhani
manusia dengan tujuh tingkatan perkembangan tubuh jasmaninya di dalam rahim ibu sampai menjadi bayi sempurna yang siap untuk hidup
dan beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim ibu (QS.22:6), firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا
الۡاِنۡسَانَ مِنۡ سُلٰلَۃٍ مِّنۡ طِیۡنٍ
﴿ۚ﴾ ثُمَّ جَعَلۡنٰہُ نُطۡفَۃً
فِیۡ قَرَارٍ مَّکِیۡنٍ ﴿۪﴾ ثُمَّ خَلَقۡنَا النُّطۡفَۃَ عَلَقَۃً فَخَلَقۡنَا الۡعَلَقَۃَ مُضۡغَۃً فَخَلَقۡنَا
الۡمُضۡغَۃَ عِظٰمًا فَکَسَوۡنَا الۡعِظٰمَ لَحۡمًا ٭ ثُمَّ اَنۡشَاۡنٰہُ خَلۡقًا
اٰخَرَ ؕ فَتَبٰرَکَ اللّٰہُ اَحۡسَنُ الۡخٰلِقِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan
sungguh Kami benar-benar telah menciptakan insan (manusia)
dari sari tanah liat, kemudian
Kami menjadikannya air mani di dalam
tempat penyimpanan yang kokoh. Kemudian Kami menciptakan air mani menjadi ‘alaqah (segumpal darah lengket), maka Kami menciptakan segumpal
darah lengket itu menjadi segumpal daging, maka Kami menciptakan
dari segumpal daging itu tulang-tulang, kemudian Kami membungkus tulang-tulang itu dengan
daging, kemudian Kami menumbuhkannya
menjadi makhluk lain, maka Maha Berkat Allah, sebaik-baik Pencipta.
(Al-Mu’minūn
[23]:13-15).
Hikmah-hikmah yang terkandung dalam
firman Allah Swt. tersebut telah dibahas secara terinci dalam salah satu bab
sebelumnya, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
ثُمَّ اِنَّکُمۡ بَعۡدَ ذٰلِکَ لَمَیِّتُوۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ اِنَّکُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ تُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا
فَوۡقَکُمۡ سَبۡعَ طَرَآئِقَ
٭ۖ وَ مَا کُنَّا عَنِ الۡخَلۡقِ غٰفِلِیۡنَ ﴿﴾
Kemudian
sesungguhnya kamu sesudah itu pasti akan mati. Kemudian
sesungguhnya kamu pada Hari Kiamat akan
dibangkitkan. Dan sungguh
Kami benar-benar telah menciptakan di atas kamu tujuh jalan ruhani,
dan Kami sekali-kali tidak
lalai dari penciptaan. (Al-Mu’minūn [23]:18).
Sesudah mati manusia akan dibangkitkan
kembali, agar supaya ia dapat terus membuat kemajuan
ruhani dalam kehidupan di akhirat
yang tidak mempunyai kesudahan. Kemajuan yang ia capai dalam kehidupan sekarang
hanya merupakan tingkat persiapan. Di
sini keadaannya seperti seorang anak
dalam rahim ibunya. Sesudah mati, ia dilahirkan dalam kehidupan baru dan lebih lengkap, merupakan permulaan bagi suatu kemajuan yang tidak akan berakhir
(QS.66:9).
Enam
tingkat kemajuan ruhani yang
dilukiskan dalam sepuluh ayat pertama surah Al-Mukminun
menjadi tujuh, bila “surga” (ayat 12) dihitung sebagai tingkat terakhir bagi
perkembangan ruhani. Demikian pula,
bila tingkat persiapan sebelum pembentukan air
mani (QS.23:13) ditambahkan kepada enam tingkat perkembangan mudigah
atau janin dalam rahim ibu maka angka ini pun menjadi tujuh pula. Dengan demikian “tujuh jalan dalam langit ruhani” yang
telah disinggung dalam ayat ini, bersesuaian dengan tujuh tingkat perkembangan jasmani manusia dalam rahim ibu yang telah disebut dalam QS.23:13-15, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا
الۡاِنۡسَانَ مِنۡ سُلٰلَۃٍ مِّنۡ طِیۡنٍ
﴿ۚ﴾ ثُمَّ جَعَلۡنٰہُ نُطۡفَۃً
فِیۡ قَرَارٍ مَّکِیۡنٍ ﴿۪﴾ ثُمَّ
خَلَقۡنَا النُّطۡفَۃَ عَلَقَۃً
فَخَلَقۡنَا الۡعَلَقَۃَ مُضۡغَۃً فَخَلَقۡنَا الۡمُضۡغَۃَ عِظٰمًا
فَکَسَوۡنَا الۡعِظٰمَ لَحۡمًا ٭ ثُمَّ اَنۡشَاۡنٰہُ خَلۡقًا اٰخَرَ ؕ فَتَبٰرَکَ
اللّٰہُ اَحۡسَنُ الۡخٰلِقِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan
sungguh Kami benar-benar telah
menciptakan insan (manusia) dari sari
tanah liat, kemudian Kami menjadikannya air mani di dalam tempat
penyimpanan yang kokoh. Kemudian
Kami menciptakan air mani menjadi ‘alaqah (segumpal darah lengket), maka
Kami menciptakan segumpal darah lengket itu
menjadi segumpal daging, maka Kami
menciptakan dari segumpal daging itu
tulang-tulang, kemudian Kami membungkus tulang-tulang itu dengan
daging, kemudian Kami menumbuhkannya
menjadi makhluk lain, maka Maha Berkat Allah, sebaik-baik Pencipta (Al-Mu’minūn
[23]:13-15).
Proses Kelahiran Ruh
Bayi dalam Rahim Ibu &
Hubungan Alkohol dengan Tape
Dengan menyampingkan istilah-istilah ilmu hayat Surah Al-Mukminun ini
memberikan lukisan dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Ilmu hayat tidak menemukan sesuatu yang
bertentangan sedikit pun dengan lukisan Al-Quran. Kata-kata, “Kami
menciptakan manusia dari inti sari tanah
liat” menyebutkan proses kejadian
manusia dalam rahim ibu, mulai dari
tingkat paling awal sekali ketika ia masih dalam keadaan tidak bernyawa dalam bentuk debu,
dan berupa bagian-bagian tanah yang bukan-organik, melalui suatu proses perkembangan yang halus, berubah
menjadi kecambah-hayat dengan
perantaraan makanan yang dimakan oleh
manusia.
Pada tingkat
“kemudian Kami membungkus tulang-tulang itu dengan daging” (QS.23:15)
perkembangan fisik mudigah (segumpal
daging) menjadi sempurna. Sedangkan kalimat “kemudian Kami menumbuhkan dia menjadi makhluk lain” menunjukkan,
bahwa ruh tidak dimasukkan ke dalam wujud bayi manusia dari luar,
melainkan tumbuh dalam tubuh bayi
tersebut ketika ia berkembang dalam rahim.
Mula-pertama ruh tidak mempunyai wujud
terpisah dari tubuh jasmani bayi, tetapi
proses-proses yang dilalui oleh tubuh
jasmani bayi selama berlangsung
perkembangannya dalam rahim, menyuling
dari tubuh jasmani itu sari halus yang disebut ruh. Segera sesudah hubungan di antara ruh
dan tubuh jasmani bayi menjadi pas benar-benar, maka jantung bayi pun mulai bekerja. Sesudah itu ruh mempunyai wujud
tersendiri yang terpisah dari tubuh jasmani, yang selanjutnya tubuh jasmani tersebut berperan sebagai wadah bagi ruh itu.
Perumpamaan yang sederhana mengenai kelahiran ruh bayi dalam rahim ibu itu seperti munculnya alkohol dalam tape atau potensi api
yang terkandung secara laten (tersembunyi) dalam batu
api, dan api tersebut akan
menampakkan wujudnya apabila batu api tersebut dipatik sehingga
memercikkan bunga api. Dengan
demikian tubuh jasmani bayi dalam rahim ibu tersebut merupakan cikal-bakal
munculnya ruhnya.
Jadi, ketika ovum (sel telur) perempuan telah dibuahi oleh sperma laki-laki pada waktu itu pun potensi ruh telah terkandung di dalamnya, hanya saja ruh tersebut menampakkan wujudnya ketika “bibit” manusia tersebut
telah sempurna keadaannya. Itulah sebabnya janin yang sudah berumur 4 bulan dilarang digugurkan sebab janin
tersebut sudah memiliki ruh, karena
hal itu akan termasuk dalam kategori pembunuhan.
Kecuali dalam keadaan sangat terpaksa,
misalnya demi menyelamatkan jiwa ibu dari janin tersebut ,atau demi pertimbangan lainnya yang dibenarkan oleh
syariat.
Oleh karena
itu tidak benar kepercayaan bahwa ruh manusia itu datang dari luar rahim ibu dan masuk
ke dalam tubuh bayi yang ada
dalam rahim, atau pun
kepercayaan akibat keliru mengartikan (memaknai) ungkapan ruhani “Allah
Swt. meniupkan ruh” ke dalam tubuh bayi yang berada dalam rahim ibu, seperti pada kasus kehamilan Maryam binti ‘Imran
ketika mengandung Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Proses Kelahiran Ruh Pada Janin
Dalam Rahim Ibu
Identik dengan Proses Pewahyuan kepada Adam
Sehubungan dengan hal tersebut, berikut adalah
firman-Nya berkenaan dengan “peniupan ruh”
dari segi ruhani berkenaan dengan Adam, yakni
menurunkan wahyu kepada Adam – seorang Khalifah Allah atau Rasul Allah -- firman-Nya:
وَ لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ صَلۡصَالٍ
مِّنۡ حَمَاٍ مَّسۡنُوۡنٍ ﴿ۚ﴾ وَ الۡجَآنَّ خَلَقۡنٰہُ مِنۡ قَبۡلُ مِنۡ
نَّارِ السَّمُوۡمِ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ
اِنِّیۡ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنۡ صَلۡصَالٍ مِّنۡ حَمَاٍ
مَّسۡنُوۡنٍ ﴿﴾ فَاِذَا
سَوَّیۡتُہٗ وَ نَفَخۡتُ فِیۡہِ مِنۡ
رُّوۡحِیۡ فَقَعُوۡا لَہٗ سٰجِدِیۡنَ ﴿﴾ فَسَجَدَ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ کُلُّہُمۡ اَجۡمَعُوۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلَّاۤ
اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰۤی اَنۡ یَّکُوۡنَ مَعَ السّٰجِدِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh Kami
benar-benar telah menciptakan manusia dari tanah liat kering yang berdenting, dari lumpur hitam yang telah diberi
bentuk. Dan sebelumnya Kami telah menjadikan jin dari api angin panas. Dan
ingatlah ketika Tuhan engkau berfirman kepada para malaikat: ”Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah liat kering yang berdenting, dari lumpur hitam yang telah
diberi bentuk. Maka apabila
Aku telah membentuknya dengan sempurna dan Aku
telah meniupkan ruh-Ku ke dalamnya maka sujudlah
yakni patuh-taatlah kamu kepadanya.” Maka
malaikat-malaikat itu sujud
semuanya bersama-sama, kecuali iblis, ia menolakmenjadi
termasuk di antara mereka yang sujud. (Al-Hijr [15]:27-31).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar