Rabu, 03 April 2013

Hakikat Proses "Kehamilan" Maryam binti 'Imran Melalui "Kalimat" Allah Swt.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 87


  Hakikat Proses Kehamilan Maryam binti ‘Imran Melalui “Kalimat” Allah Swt.

 Oleh

 Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam  Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  firman Allah Swt. mengenai kehebohan di kalangan para pendeta akibat kehamilan gadis Maryam  yang sedang mewakafkan  dirinya di rumah peribadatan, firman-Nya:
 ذٰلِکَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الۡغَیۡبِ نُوۡحِیۡہِ اِلَیۡکَ ؕ وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ  اِذۡ  یُلۡقُوۡنَ اَقۡلَامَہُمۡ اَیُّہُمۡ یَکۡفُلُ مَرۡیَمَ ۪ وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ  اِذۡ  یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾
Yang demikian itu sebagian dari kabar-kabar gaib yang Kami mewahyukannya kepada engkau. Dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan panah-panah mereka untuk mengundi  siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam, dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka berbantah. (Āli ‘Imran [3]:45).
      Banyak fakta yang telah dijelaskan oleh Al-Quran mengenai Siti  Maryam, dan tidak terdapat dalam Kitab-kitab Suci sebelumnya. Oleh karena itu fakta-fakta itu dibicarakan di sini sebagai hal-hal yang “gaib.” Seperti dituturkan dalam ayat-ayat berikutnya, Siti Maryam telah menjadi hamil, padahal beliau sedang hidup mewakafkan diri dan tinggal di tempat peribadatan.

Merekayasa Pernikahan Gadis Maryam
yang Sedang Hamil dengan Yusuf yang Punya Istri

   Para pendeta menjadi resah ketika mereka mengetahui kenyataan yang mengejutkan itu. Mereka khawatir jangan-jangan telah terjadi perbuatan tidak senonoh dan perselisihan pun terjadi di antara mereka sendiri, lalu mereka mengadakan undian untuk menentukan siapa harus mengurus Siti Maryam dan mengatur pernikahan beliau dengan seseorang.
      Orang bernama Yusuf, seorang tukang kayu, seperti disebut dalam Injil, dianggap cocok untuk menjadi suaminya. Dibujuklah ia agar menerima keadaan yang kisruh itu. Tentu saja semuanya itu dilakukan secara rahasia dan dengan demikian hal itu merupakan sesuatu yang gaib dan telah disingkapkan oleh Allah Swt. dalam  Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw..
     Dengan demikian kehebohan yang terjadi di kalangan para pendeta Yahudi akibat hamilnya gadis Maryam tersebut  sekali gus sebagai nubuatan (kabar gaib)  -- dan juga peringatan -- untuk membuktikan  bahwa rahbaniyah  sama sekali bukanlah ajaran dari Allah Swt. melainkan suatu bid’ah  yang dibuat-buat di kalangan agama Yahudi – yang akan melahirkan  berbagai bentuk skandal yang berkaitan dengan masalah seks --   firman-Nya: 
وَ لَقَدۡ  اَرۡسَلۡنَا  نُوۡحًا وَّ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ جَعَلۡنَا فِیۡ  ذُرِّیَّتِہِمَا النُّبُوَّۃَ  وَ الۡکِتٰبَ فَمِنۡہُمۡ  مُّہۡتَدٍ ۚ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  ثُمَّ قَفَّیۡنَا عَلٰۤی اٰثَارِہِمۡ  بِرُسُلِنَا وَ قَفَّیۡنَا بِعِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ  وَ اٰتَیۡنٰہُ الۡاِنۡجِیۡلَ ۬ۙ وَ جَعَلۡنَا فِیۡ  قُلُوۡبِ الَّذِیۡنَ اتَّبَعُوۡہُ  رَاۡفَۃً  وَّ رَحۡمَۃً ؕ وَ رَہۡبَانِیَّۃَۨ  ابۡتَدَعُوۡہَا مَا کَتَبۡنٰہَا عَلَیۡہِمۡ  اِلَّا ابۡتِغَآءَ رِضۡوَانِ اللّٰہِ  فَمَا رَعَوۡہَا حَقَّ رِعَایَتِہَا ۚ فَاٰتَیۡنَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡہُمۡ اَجۡرَہُمۡ ۚ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ  فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh  Kami benar-benar telah mengutus Nuh dan Ibrahim, dan Kami meletakkan di antara benih keturunan mereka berdua kenabian dan  Kitab, maka sebagian mereka mengikuti petunjuk tetapi  kebanyakan dari mereka itu fasik.  Kemudian  Kami mengikutkan di atas jejak-jejak mereka rasul-rasul Kami, dan Kami mengikutkan pula Isa Ibnu Maryam, dan Kami memberikan kepadanya Injil, dan Kami menjadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan cara hidup merahib yang dibuat-buat mereka Kami sekali-kali tidak mewajibkannya atas mereka, kecuali untuk mencari keridhaan Allah,  tetapi mereka tidak melaksanakannya sebagaimana seharusnya dilaksanakan, maka Kami menganugerahkan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka ganjaran mereka, tetapi kebanyakan dari mereka fasik. (Al-Hadīd [57]:27-28).
       Demikianlah penjelasan mengenai firman Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. sebelum ini:
 ذٰلِکَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الۡغَیۡبِ نُوۡحِیۡہِ اِلَیۡکَ ؕ وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ  اِذۡ  یُلۡقُوۡنَ اَقۡلَامَہُمۡ اَیُّہُمۡ یَکۡفُلُ مَرۡیَمَ ۪ وَ مَا کُنۡتَ لَدَیۡہِمۡ  اِذۡ  یَخۡتَصِمُوۡنَ ﴿﴾
Yang demikian itu sebagian dari kabar-kabar gaib yang Kami mewahyukannya kepada engkau. Dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan panah-panah mereka untuk mengundi  siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam, dan engkau sekali-kali tidak bersama mereka ketika mereka berbantah. (Āli ‘Imran [3]:45).

Proses Kehamilan Gadis Maryam
Melalui “Kalimat” (Perintah) Allah Swt.

    Selanjutnya Allah Swt. menjelaskan mengenai proses kehamilan yang terjadi pada gadis Maryam di lingkungan rumah peribadatan, sehingga Allah Swt. telah menjadikan kasus yang terjadi  para gadis Maryam tersebut sebagai  misal mengenai hamba-hamba Allah  yang menjaga secara ketat kesucian jiwanya  seperti gadis Maryam  (QS.66:13),   firman-Nya:
اِذۡ قَالَتِ الۡمَلٰٓئِکَۃُ یٰمَرۡیَمُ اِنَّ اللّٰہَ یُبَشِّرُکِ بِکَلِمَۃٍ مِّنۡہُ ٭ۖ اسۡمُہُ الۡمَسِیۡحُ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ وَجِیۡہًا فِی الدُّنۡیَا وَ الۡاٰخِرَۃِ  وَ مِنَ الۡمُقَرَّبِیۡنَ ﴿ۙ ﴾   وَ یُکَلِّمُ النَّاسَ فِی الۡمَہۡدِ وَ کَہۡلًا  وَّ مِنَ  الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾
Ingatlah ketika para malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah memberi engkau kabar gembira dengan  satu kalimat dari-Nya tentang kelahiran seorang anak laki-laki namanya Al-Masih Isa  Ibnu Maryam,  yang dimuliakan di dunia serta di akhirat, dan ia adalah dari antara orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Dan ia akan bertutur-kata dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah setengah umur,  dan ia  dari kalangan orang-orang saleh. (Āli ‘Imran [3]:46-47).
  Kalimah berarti: sebuah kata, putusan, perintah (Al-Mufradat). Kata ini bersama-sama dengan kata ruh yang terdapat dalam QS.4:172, menjelaskan tanpa sekelumit pun keraguan bahwa jauh dari membenarkannya, bahkan  kata-kata itu dipakai untuk menghancurkan dan menolak keras paham yang menganggap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. --   na’ūdzubillāhi min dzālik  --  adalah Tuhan dan anak Tuhan.  
     Dalam ayat ini Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. disebut Kalimatullāh (kalimat Allah) karena kata-kata (ucapan-ucapan) beliau membantu untuk kepentingan Kebenaran. Seperti halnya orang yang membela kepentingan kebenaran dengan keberaniannya disebut Saifullāh (Pedang Allah) atau Asadullāh (Singa Allah), demikian pula Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. disebut Kalimatullāh, sebab kelahirannya tidak terjadi dengan perantaraan seorang ayah melainkan atas “perintah” langsung dari Allah Swt.  (QS.19:22).
      Selain arti harfiah yang tercantum di atas, Al-Quran telah memakai kata kalimah dalam arti-arti berikut: (1) “Tanda” (QS.66:13 dan QS.8:8); (2) “hukuman” (QS.10:97); (3) “rencana” atau “rancangan” (QS.9:40); (4) “kabar gembira” (QS.7:138); (5) “ciptaan Tuhan” (QS.18:110); (6) “semata-mata ucapan” atau “semata-mata pernyataan” (QS.23:101).
    Diambil dalam rangkuman salah satu arti di atas, penggunaan kata kalimah mengenai Nabi Isa Ibnu Maryam sekali-kali tidak memberikan kepada beliau suatu martabat yang lebih baik daripada nabi-nabi lainnya.  Tambahan pula, bila Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  disebut Kalimah dalam Al-Quran,  Nabi Besar Muhammad saw. telah disebut Dzikr, artinya Kitab atau nasihat yang baik (QS.65:11-12), yang tentunya terdiri atas banyak kalimat.
     Pada hakikatnya, bila Kalimatullāh diambil dalam arti “Firman Allah”,  paling-paling kita hanya dapat mengatakan bahwa  Allah Swt.  telah menyatakan Diri-Nya lewat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. seperti halnya Allah Swt.  menyatakan Diri-Nya melalui para nabi Allah lainnya, bahkan yang terbesar dan tersempurna adalah melalui Nabi Besar Muhammad saw., sehingga Nabi  Isa Ibnu Maryam a.s. telah menyebut  Nabi Besar Muhammad  saw. seakan-akan “kedatangan Tuhan”, yakni “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan” (Matius 23:37-39).   
     Jadi, kata-kata  (kalimat) tidak lain hanya wahana untuk pengungkapan pikiran-pikiran. Kata-kata (kalimat) tidak merupakan bagian wujud kita dan tidak pula menjadi titisan manusia, karena itu  ada alasan untuk mengartikan kata “Kalimah” secara berlebihan mengenai  kehamilan Siti Maryam  dan kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
   Kata ‘Isa agaknya bentuk ubahan dari kata Ibrani Yasu’, sedangkan Yesus adalah bentuk bahasa Yunani dari kata Yosua dan Yesua (Encyclopaedia Biblica). Sebutan Ibn Maryam itu nama-keluarga Nabi Isa a.s. yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai kuniyah. Yesus disebut Ibn Maryam mungkin karena disebabkan lahir tanpa ayah, beliau tidak dapat dikenal kecuali dengan nama ibunya.

Makna  Mahd  (Usia dalam Buaian) &
Kahl (Usia Setengah Umur)

      Ungkapan kalimat “ia adalah dari antara orang-orang yang didekatkan  tidak memberikan kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  martabat yang lebih tinggi daripada seorang abdi-Allah (hamba Allah) yang bertakwa. Semua orang yang tinggi tingkat ketakwaannya dalam Al-Quran disebut sebagai dianugerahi kedekatan kepada Tuhan (QS.56:11, 12).
     Arti yang pokok dari kata mahd dalam kalimat “Dan  ia akan bertutur-kata dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah setengah umur,“ adalah keadaan atau masa persiapan ketika orang seolah-olah disiapkan dan dibenahi untuk memangku tugas-tugas yang akan diserahkan kepadanya ketika menginjak usia matang.
    Disebutkannya kedua masa kuhulah dan mahd bersama-sama menunjukkan bahwa tiada waktu-selang yang memisahkan antara kedua masa itu. Seluruh masa sebelum kuhulah (setengah umur) ialah mahd.  Kahl berarti orang setengah umur atau umur ketika rambutnya mulai bercampur uban; atau kata itu berarti orang yang berumur antara 30 atau 34  dan  51, atau 40 dan 51 tahun (Lexicon Lane & Tsa’labi).
      Bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mengucapkan kata-kata penuh hikmah di masa kanak-kanak, tidak merupakan hal yang kemukjizat-mukjizatan atau adikudrati (supernatural), sebab banyak anak-anak cerdas dan berpendidikan-baik berkata-kata seperti itu. Seluruh kalimat itu berarti bahwa beliau biasa mengucapkan kata-kata yang penuh dengan hikmah dan ilmu ruhani yang luar biasa, jauh melebihi umur dan pengalamannya, kesemuanya pada masa persiapan sebagai seorang belia dan juga pada waktu setengah umur.
    Penunjukkan kepada dua masa yang berlainan dari kehidupan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dapat pula dianggap sebagai isyarat bahwa tutur kata beliau ketika sudah menginjak setengah umur, akan berbeda sifatnya dengan tutur kata beliau waktu masih remaja. Pada waktu setengah umur beliau biasa berbicara kepada orang-orang sebagai nabi Allah.
    Jadi kabar gembira  yang disampaikan kepada Siti Maryam terletak dalam hal bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. bukan saja ditakdirkan akan menjadi pemuda yang cerdas, tetapi juga akan hidup sampai masa tua sebagai abdi-Allāh (hamba Allāh) yang bertakwa. Nabi Besar Muhammad saw. bersabda bahwa usia Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ketika wafat adalah 120 tahun (Ad-Daruqutni).

Makna Gelar Al-Masih &
“Pengembala yang Baik”

      Al-Masih diserap dari masaha yang berarti: ia menyapu bersih kotoran dari barang itu dengan tangannya; ia mengurapinya (menggosoknya) dengan minyak; ia berjalan di muka bumi; Tuhan memberkatinya (Aqrab-ul-Mawarid). Jadi, Masih berarti: (1) orang yang diurapi; (2) orang yang banyak mengadakan perjalanan; (3) orang yang diberkati. Al-Masih adalah  bentuk kata Arab dari Mesiah yang sama dengan Masyiah dalam bahasa Ibrani, artinya orang yang diurapi [dalam upacara pembaptisan, Pent.] (Encuclopaedia Biblica; Encyclopaedia of  Religions & Ethics).
      Masih seperti disebut di atas berarti pula “yang diurapi” , karena kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  tidak sebagaimana lazimnya sehingga  mudah dipandang tidak sah, maka untuk melenyapkan tuduhan yang mungkin dilancarkan beliau disebut “telah diurapi” dengan urapan Allah Swt.   Sendiri, sama seperti para nabi Allah semuanya telah diurapi (disucikan).
   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diberi nama  Al-Masih  karena beliau banyak mengadakan perjalanan mencari 10 suku-suku (domba-domba) Israil yang hilang (tercerai-berai) di luar Palestina.  Tetapi  kalau  mengikuti penuturan Injil, tugas beliau hanya terbatas untuk masa 3 tahun saja, dan perjalanan beliau hanya ke beberapa kota Palestina atau Suriah saja, sebab ketika itu di Palestina hanya  ada 2 suku Bani  Israil, dengan demikian  gelar Masih itu sekali-kali tidak cocok bagi beliau.
    Penyelidikan sejarah akhir-akhir ini telah membuktikan, bahwa sesudah beliau pulih dari rasa terkejut dan luka-luka akibat penyaliban (QS.4:158-159), Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  menempuh perjalanan jauh ke negeri-negeri sebelah timur dan akhirnya sampai ke Kasymir untuk menyampaikan amanat Ilahi kepada suku-suku Bani Israil yang hilang dan tinggal di bagian-bagian negeri itu.
     Kepergian Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari Palestina tersebut sangat wajar sekali, sebab (1) kalau beliau tetap berada di wilayah Palestina pasti akan ditangkap kembali dan dibunuh oleh para ulama Yahudi; (2) beliau harus menggenapi gelar sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias) yakni  melakukan pengembaraan mencari “10 domba (suku) Israil” yang hilang, yang harus berliau “gembalakan” (Yohanes 10:11-17).
    Dalam firman Allah Swt. berikut ini   Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pada akhir pengembaraan beliau yang lama dan panjang   telah diberi perlindungan oleh Allah Swt. di suatu dataran tinggi  pegunungan Himalaya  di wilayah Kasymir, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan  sumber-sumber mata air yang  mengalir.  (Al-Mu’minun [23]:51).
      Dengan demikian tidak benar bahwa setelah mengalami peristiwa penyaliban lalu Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. naik ke langit (ke Surga) meninggalkan ibunya dan para pengikutnya di dunia ini – termasuk kesepuluh “domba-domba” (suku-suku) Bani Israil  yang bercerai-berai di luar “kandang” (Palestina) – karena kisah  yang dibuat-buat mengenai kenaikan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut  bukan saja bertentangan dengan makna kata (gelar) Al-Masih (Mesiah/Messias), juga bertentangan dengan pengakuan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri sebagai “gembala yang baik” yang akan mencari “domba-domba gembalaannya” yang tersesat  di permukaan bumi ini,  walau pun harus mengorbankan nyawa sekali pun (Injil Yohanes 10:11-16).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 3  April 2013


4 komentar:

  1. "ALQURAN TIDAK MENGAKUI KENABIAN MUHAMMAD SAW"
    ====================================================
    Muhammad mengangkat dirinya sendiri atas kenabiannya.Al Quranpun tidak mengakui kenabian Muhammad :
    Ini buktinya:
    Surah 29. Al 'Ankabuut 27. Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.

    Yaitu dengan memberikan anak cucu yang baik, kenabian yang terus menerus pada keturunannya, dan puji-pujian yang baik.
    Atas keturunan ismail tdk dianugerahi kenabian.

    Sangat jelas dlm surah tsb tertulis bahwa Garis kenabian dianugerahkan kepada;
    1. Ibrahim, selanjutnya anugerah kenabian itu turun kepada anaknya, yaitu; Ishak. Tdk ada anugerah kenabian pd Ismail.
    2. Ishak, selanjutnya turun lagi kepada anaknya Ishak, yaitu: Yakub. Tdk ada anugerah kenabian pd Esau.
    3. Yakub, selanjutnya dari keturunan Yakublah lahir nabi-nabi asli, seperti Musa, Elia, Elisa, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Samuel, Nathan, Zakaryah, dll sampai akhirnya muncul nabi terakhir yang bernama Yahya/Yohanes Pembaptis, yang diakui sendiri oleh penulis Alquran sebagai yang benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
    Jadi jelas, Muhammad bukanlah seorang nabi, sebab TIDAK ADA bukti Anugerah Kenabian kepada bangsa lain, Kecuali melaui garis keturunan ISHAK/ YAKUB/ISRAEL/YAHUDI sebagai Anugerah Terakhir.
    Tidaka ada seorang nabi pun yg muncul di dunia ini yg dapat dilihat dari garis keturunan ismail, kecuali muhammad yg mengaku2 nabi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam sejahtera saudaraku, silahkan teliti kembali Al-Qur'annya dan semoga mendapatkan Hidayah. amin

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Baca itu goblok
      مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

      “Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi.” (QS.Al-Ahzab:40

      Hapus