Senin, 29 Juli 2013

Upaya Pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam Melalui Penyaliban yang Gagal




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 

Bab 181


Upaya Pembunuhan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Melalui Penyaliban yang Gagal

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir Bab sebelumnya  telah  dikemukakan  mengenai  kesabaran yang diperagakan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Ayyub a.s.,   firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kesabaran para Rasul Allah secara umum:

فَاصۡبِرۡ کَمَا صَبَرَ اُولُوا الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ وَ لَا تَسۡتَعۡجِلۡ  لَّہُمۡ ؕ کَاَنَّہُمۡ یَوۡمَ یَرَوۡنَ مَا یُوۡعَدُوۡنَ ۙ لَمۡ  یَلۡبَثُوۡۤا اِلَّا سَاعَۃً  مِّنۡ نَّہَارٍ ؕ بَلٰغٌ ۚ فَہَلۡ یُہۡلَکُ  اِلَّا  الۡقَوۡمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿٪﴾
Maka bersabarlah engkau seperti  orang-orang yang memiliki keteguhan hati dari antara rasul-rasul telah bersabar, dan janganlah engkau minta azab itu dipercepat bagi mereka. Pada hari ketika mereka melihat apa yang telah diancamkan kepada mereka, seolah-olah tidak pernah tinggal kecuali hanya sesaat pada siang hari. Peringatan ini telah disampaikan, dan tidak ada yang akan dibinasakan selain orang-orang  fasiq (durhaka). (Al-Ahqaf [46]:36).
       Kemudian berfirman mengenai  kesabaran Nabi Daud a.s.  –  yang selain seorang rasul Allah  beliau pun adalah seorang raja Bani Israil yang sangat berkuasa -- Allah Swt. berfirman:
یٰدَاوٗدُ  اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ الۡحِسَابِ  ﴿٪﴾
“Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.”  (Shād [38]: 27).
     Firman-Nya lagi kepada Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan dengan kesabaran Nabi Daud a.s.:
اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ   ذَا  الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ   اَوَّابٌ ﴿﴾
Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar,  sesungguhnya ia selalu kembali kepada Tuhan. (Shād [38]: 18).

Perbedaan Kesabaran yang Diperagakan Nabi Daud a.s.
Dengan Kesabaran yang Diperagakan Nabi Ayyub a.s.

      Berbeda dengan kesabaran Nabi Daud a.s. terhadap kaumnya yang tidak tahu bersyukur,  peragaan kesabaran  yang lakukan  Nabi Ayyub a.s.  -- selain atas rajanya yang zalim  -- lebih ditujukan kepada keluarga dan kaum beliau sendiri, yakni   Nabi Ayyub a.s. tidak berlaku keras terhadap kesalahan keluarganya (istrinya) dan kaumnya, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اُرۡکُضۡ بِرِجۡلِکَ ۚ ہٰذَا مُغۡتَسَلٌۢ  بَارِدٌ وَّ  شَرَابٌ ﴿﴾   وَ وَہَبۡنَا  لَہٗۤ  اَہۡلَہٗ  وَ مِثۡلَہُمۡ مَّعَہُمۡ رَحۡمَۃً  مِّنَّا وَ ذِکۡرٰی  لِاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾  وَ خُذۡ بِیَدِکَ ضِغۡثًا  فَاضۡرِبۡ بِّہٖ وَ لَا تَحۡنَثۡ ؕ اِنَّا وَجَدۡنٰہُ صَابِرًا ؕ نِعۡمَ الۡعَبۡدُ ؕ اِنَّہٗۤ  اَوَّابٌ ﴿﴾
Dia berfirman: “Paculah tunggangan engkau dengan kaki engkau,    inilah air sejuk untuk mandi  dan  untuk minum.”  Dan Kami menganugerahkan kepadanya keluarganya, dan banyak lagi lainnya beserta mereka sebagai rahmat dari Kami dan sebagai peringatan bagi orang-orang yang berakal.   Dan Kami berfirman: “Ambillah ranting kering dengan tangan engkau lalu pukullah dengan itu  dan janganlah engkau cenderung kepada kepalsuan.”  Sesungguhnya Kami mendapati dia berhati sabar, seorang hamba yang sangat baik, sesungguhnya ia selalu kembali kepada Tuhan. (Shād [38]: 43-45).
  Bila kata syaithan yang selalu menyusahkan Nabi Ayyub a.s. dalam ayat sebelumnya -- seperti dianggap oleh beberapa sumber, harus diartikan syaithan-al-falat (syaitan padang pasir), yakni  haus, maka ayat ini akan berarti bahwa Nabi Ayyub a.s.  dalam perjalanannya yang jauh dan meletihkan itu telah menderita  haus  dan letih yang amat hebat.
  Menurut beberapa sumber lain kata-kata  “syaitan telah menimpakan kepadaku  kesusahan dan azab” itu mengisyaratkan kepada penyakit kulit yang konon untuk sementara waktu diderita Nabi Ayyub a.s.  dan menyebabkan beliau sangat letih. Tidak mustahil bahwa penyakit kulit yang beliau derita itu pun    adalah  perbuatan raja zalim  juga, misalnya dengan menaburi tubuh Nabi Ayyub a.s. dengan sesuatu yang dapat menimbulkan penyakit kulit. Sebab sebagai seorang Rasul Allah yang harus bergaul dengan masyarakat luas  maka mustahil Allah Swt. begitu saja menimbulkan penyakit yang menjijikkan pada diri Nabi Ayyub a.s.. Wallāhu ‘alam.
  Dalam ayat tersebut Nabi Ayyub a.s.  diperintahkan mencambuk dan memacu binatang tunggangannya agar lekas sampai ke tempat aman. Dan karena dalam perjalanan yang jauh dan melelahkan itu beliau menjadi sangat menderita haus dan letih, beliau terhibur oleh keterangan bahwa nun di hadapan beliau ada mata air dengan airnya tawar lagi sejuk, di sana beliau dapat melepaskan dahaga dan membasuh diri.
   Atau, artinya ialah, karena ditinggalkan   seorang diri di suatu tempat yang tidak terdapat  air, beliau disuruh Allah Swt. supaya memacu terus binatang tunggangannya, sebab di depan sana ada mata air yang airnya sejuk lagi tawar, di tempat itu beliau dapat beristirahat, melepaskan dahaga, dan mandi.
 Atau, ayat ini dapat berarti bahwa disebabkan Nabi Ayyub a.s.   menderita sakit kulit, beliau diperintahkan Allah supaya mandi di suatu sumber air tertentu yang airnya mengandung mineral dan dapat menyembuhkan penyakit kulit beliau. Agaknya daerah yang dilalui oleh Nabi Ayyub a.s.   banyak sekali terdapat sumber-sumber dan mata-mata air.
  Ketika, sesuai dengan perintah Allah Swt. Nabi Ayyub a.s.  meneruskan perjalanan beliau, bukan saja menemukan air sejuk dan menyegarkan, yang dengan itu beliau membasuh diri dan melepaskan dahaga, bahkan beliau pun berjumpa kembali dengan sanak-saudaranya dan kaumnya, yang dahulu beliau telah terpisah dari mereka. Mungkin bahwa, disebabkan oleh sesuatu penyakit kulit yang beliau derita, kaum Nabi Ayyub a.s.  telah meninggalkan beliau.

Cara Nabi Ayyub a.s. Melaksanakan “Sumpahnya”

  Sementara dalam ayat 43 Nabi Ayyub a.s.  diperintahkan supaya memacu binatang tunggangannya dengan kaki beliau, maka dalam ayat 45  beliau diperintahkan memecut binatang itu dengan seikat ranting kayu untuk membuatnya lari cepat sehingga beliau dapat keluar dari bahaya dan segera mencapai tempat aman.
 Kata-kata lā tahnats berarti:  “Jangan cenderung kepada kepalsuan, yaitu, jangan berkompromi dengan penyembahan berhala atau i’tikad kemusyrikan dan harus tetap gigih dalam ‘itikad engkau mengenai Keesaan Tuhan.” Bila ungkapan itu berarti, “Jangan melanggar sumpah engkau,” maka ayat itu akan berarti bahwa karena Nabi Ayyub a.s. telah terpisah dari kaumnya disebabkan kelalaian mereka, beliau telah bersumpah akan menghukum orang-orang bersalah atas kelalaian mereka, setelah beliau bersatu kembali dengan mereka.
  Tetapi ketika beliau telah bersatu kembali dengan mereka, beliau diperintahkan oleh Allah Swt. (sebagaimana dijelaskan di dalam ayat ini) supaya jangan memperlakukan mereka dengan kekerasan pada suasana gembira dan bersyukur, dan supaya memenuhi sumpah beliau dengan menempuh cara yang sedikit pun jangan menyebabkan mereka berdukacita.
   Semua tindakan Nabi Ayyub a.s. tersebut membuktikan bahwa beliau adalah seorang Rasul Allah yang sangat  sabar menghadapi berbagai ujian yang datangnya dari pihak lawan maupun dari kalangan  keluarga dan kaum beliau sendiri, firman-Nya:
وَ اذۡکُرۡ عَبۡدَنَاۤ  اَیُّوۡبَ ۘ اِذۡ  نَادٰی رَبَّہٗۤ اَنِّیۡ مَسَّنِیَ الشَّیۡطٰنُ بِنُصۡبٍ وَّ عَذَابٍ ﴿ؕ﴾  اُرۡکُضۡ بِرِجۡلِکَ ۚ ہٰذَا مُغۡتَسَلٌۢ  بَارِدٌ وَّ  شَرَابٌ ﴿﴾  وَ وَہَبۡنَا  لَہٗۤ  اَہۡلَہٗ  وَ مِثۡلَہُمۡ مَّعَہُمۡ رَحۡمَۃً  مِّنَّا وَ ذِکۡرٰی  لِاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾  وَ خُذۡ بِیَدِکَ ضِغۡثًا  فَاضۡرِبۡ بِّہٖ وَ لَا تَحۡنَثۡ ؕ اِنَّا وَجَدۡنٰہُ صَابِرًا ؕ نِعۡمَ الۡعَبۡدُ ؕ اِنَّہٗۤ  اَوَّابٌ ﴿﴾
Dan ingatlah hamba Kami  Ayyub, ketika ia menyeru  Tuhan-nya: “Sesungguhnya syaitan telah menimpakan kepadaku kesusahan dan siksaan. Dia berfirman: “Paculah tunggangan engkau dengan kaki engkau,  inilah air sejuk untuk mandi  dan  untuk minum.”  Dan Kami menganugerahkan kepadanya keluarganya, dan banyak lagi lainnya beserta mereka sebagai rahmat dari Kami dan sebagai peringatan bagi orang-orang yang berakal.   Dan Kami berfirman: “Ambillah ranting kering dengan tangan engkau lalu pukullah dengan itu  dan janganlah engkau cenderung kepada kepalsuan.”  Sesungguhnya Kami mendapati dia berhati sabar, seorang hamba yang sangat baik, sesungguhnya ia selalu kembali kepada Tuhan. (Shād [38]: 42-45).

Penyaliban  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

      Demikian  pula kepada  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pun Allah Swt. telah memberikan ujian kesabaran, terutama sekali pada peristiwa upaya pembunuhan melalui penyaliban beliau oleh para pemuka Yahudi, firman-Nya:
وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ  بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban, akan tetapi ia disamarkan  kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini,  mereka tidak memiliki  pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka dan mereka tidak  yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah meng-angkatnya kepada-Nya dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Al-Nisa [4]:158-159)
  Mā shalabū hu artinya  “mereka tidak menyebabkan kematian dia pada tiang salib”, sebab shalab itu cara membunuh yang terkenal. Orang berkata Shalaba al-lish-sha, yakni “ia membunuh pencuri itu dengan memakunya pada tiang salib”. Ayat itu tidak mengingkari kenyataan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  dipakukan ke tiang salib, tetapi menyangkal bahwa beliau mati terkutuk di atas tiang salib itu sebagaimana yang direncanakan oleh para pemuka agama Yahudi.
  Kata-kata syubbiha lahum artinya: Nabi Isa ibnu Mryam  a.s. ditampakkan kepada orang-orang Yahudi seperti orang yang mati disalib; atau hal kematian Nabi Isa a.s. menjadi samar atau menjadi teka-teki kepada mereka. Syubbiha 'alaihi al-amru, artinya hal itu dibuat kalang-kabut, samar atau teka-teki kepadanya (Lane).
  Ungkapan, mā qatalū hu yaqīnan, artinya: (1) mereka tidak membunuh dia dengan nyata; (2) mereka tidak mengubah  dugaan mereka  jadi keyakinan, yakni  pengetahuan mereka mengenai kematian Nabi Isa a.s. pada tiang salib tidak demikian pastinya sampai tidak ada suatu celah keraguan pun dalam pikiran mereka bahwa mereka benar-benar telah membunuh beliau.
Dalam hal ini kata ganti hu dalam qatalūhu menunjuk kepada kata benda zhann (dugaan). Orang-orang Arab berkata qatalasy-syai’a khubran, yakni ia memperoleh pengetahuan sepenuhnya dan pasti mengenai hal itu supaya menia-dakan segala kemungkinan untuk meragukan hal itu (Lexicon Lane, Lisan-ul-‘Arab, dan Al-Mufradat).

Bukti-bukti Terhindarnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Dari Kematian Terkutuk di Tiang Salib

Bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s.   tidak wafat pada tiang salib tapi wafat secara wajar, jelas nampak dari Al-Quran (QS.3:56; QS.5:117-119; QS.21:35-36) Fakta-fakta berikut, sebagaimana dikisahkan dalam Injil sendiri, memberi dukungan yang kuat kepada keterangan Al-Quran itu:
1. Karena Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   itu seorang Nabi Allah, beliau tak mungkin mati pada kayu salib, sebab menurut Bible: "orang yang tergantung itu kutuklah bagi Tuhan Allah" (Ulangan 21:23).
2.  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    telah berdoa kepada Tuhan dalam kesakitan yang amat sangat supaya "biarkanlah kiranya cawan (kematian di atas salib) ini lepas dariku" (Markus 14:36; Matius 26:29; Lukas 22:42); dan doa beliau telah terkabul (Iberani 5:7).
3.  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    telah mengabarkan sebelumnya bahwa seperti Nabi Yunus a.s.  yang telah masuk ke perut ikan paus dan telah keluar lagi hidup-hidup (Matius 12:40), beliau akan tinggal dalam "perut bumi" selama tiga hari dan akan keluar lagi hidup-hidup.
4.  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    telah menubuatkan pula bahwa beliau akan pergi mencari kesepuluh suku bangsa Israil yang hilang (Yahya 10:16). Bahkan orang-orang Yahudi di masa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    pun mempercayai bahwa suku-suku bangsa Israil yang hilang itu telah terpencar ke berbagai negeri (Yahya 7:34, 35).
5.  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah terpancang pada tiang salib hanya selama kira-kira 3 jam (Yahya 19:14) dan sebagai orang yang memiliki kesehatan jasmani yang normal, beliau tidak mungkin wafat dalam waktu yang sependek itu.
6. Segera sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  diturunkan dari tiang salib, pinggang beliau ditusuk dan darah serta air keluar darinya. Hal demikian merupakan tanda yang pasti bahwa beliau masih hidup (Yahya 19:34).
7. Orang-orang Yahudi sendiri merasa tidak yakin mengenai kematian  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    sebab mereka telah meminta kepada Pilatus untuk menempatkan penjaga di kuburannya "supaya jangan murid-muridnya datang mencuri Dia, serta mengatakan kepada kaum, bahwa Ia sudah bangkit dari antara orang mati" (Matius 27:64).
8. Tidak didapatkan dalam semua Injil barang sebuah pun pernyataan tertulis dari seorang saksi yang menerangkan bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     telah wafat ketika beliau diturunkan dari tiang salib atau ketika beliau ditempatkan dalam kuburan. Lagi pula, tidak seorang pun dari antara murid  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    hadir di tempat kejadian penyaliban, semuanya melarikan diri tatkala beliau   dibawa ke tempat penyaliban.
Kejadian yang sebenarnya nampaknya demikian, boleh jadi disebabkan oleh impian istrinya agar "Jangan berbuat barang apapun ke atas orang yang benar itu" (Matius 27:19), maka Pilatus telah percaya bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     tidak bersalah, dan karenanya telah bersekongkol dengan Yusuf Arimatea - seorang tokoh dari perkumpulan Essene, tempat Nabi  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   sendiri pernah menjadi anggotanya, sebelum beliau diutus sebagai nabi - untuk menolong jiwa beliau.
Sidang pemeriksaan perkara  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berlangsung pada hari Jum'at, karena Pilatus dengan sengaja mengulur waktu dengan perhitungan bahwa esok harinya jatuh Hari Sabat, saat orang-orang terhukum tidak dapat dibiarkan di atas tiang salib sesudah matahari terbenam. Ketika pada akhirnya Pilatus merasa terpaksa menghukum  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  ia memberikan keputusannya hanya 3 jam sebelum terbenamnya matahari, dengan demikian meyakinkan dirinya bahwa tidak ada orang yang normal kesehatannya tinggal di atas tiang salib dalam waktu yang sesingkat itu dapat mati.
    Selain itu Pilatus telah sudi mengusahakan agar  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  diberi anggur atau cuka dicampur dengan rempah-rempah mur (myrrh) untuk mengurangi perasaan sakitnya. Tatkala sesudah 3 jam lamanya tergantung, beliau diturunkan dari salib dalam keadaan tidak sadarkan diri (mungkin karena pengaruh cuka yang diminumkan kepada beliau), Pilatus dengan senang hati mengabulkan permintaan Yusuf Arimatea dan menyerahkan badan beliau kepadanya.
   Lain halnya dari kedua penjahat yang digantung bersama-sama  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   tulang-tulang beliau tidak dipatahkan dan Yusuf Arimatea telah meletakkan beliau di suatu rongga yang ruangnya luas, digali di bagian samping bukit padas. Ketika itu tidak ada ilmu pemeriksaan mayat (medical autopsy), tidak ada percobaan stethoscopis, tidak diadakan pemeriksaan dari segi hukum dengan pertolongan kesaksian dari mereka yang terakhir bersama beliau ("Mystical life of Yesus" oleh H. Spencer Lewis).
9. Marham Isa (salep Isa) yang terkenal itu dibuat dan dipakai untuk mengobati luka-luka  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., dan beliau diurus serta dirawat oleh Yusuf Arimatea dan Nicodemus yang juga seorang yang sangat terpelajar dan anggota yang amat terhormat dari Ikatan Persaudaraan Essene.
10. Setelah luka-luka beliau cukup sembuh, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  meninggalkan kuburan itu dan menemui beberapa murid beliau dan bersantap bersama mereka, lalu menempuh perjalanan jauh dari Yerusalem ke Galilea dengan berjalan kaki (Lukas 24:50).
11. "The Crucifixion by an Eye Witness," sebuah buku yang untuk pertama kalinya iterbitkan pada tahun 1873 di Amerika Serikat, merupakan terjemahan dalam bahasa Inggeris dari sebuah naskah surat dalam bahasa Latin purba yang ditulis 7 tahun sesudah peristiwa salib oleh seorang warga Essene di Yerusalem kepada seorang anggota perkum-pulan itu di Iskandaria, memberi dukungan yang kuat kepada pendapat bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  telah diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup.
   Buku itu menceriterakan secara terinci semua kejadian yang menjurus kepada peristiwa salib, pemandangan di bukit tempat terjadinya penyaliban dan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian.  

Dua Pendapat Berbeda Mengenai
Cara Wafatnya Nabi Isa Is Ibnu Maryam a.s.

     Dua pendapat yang berbeda tersebar di tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan wafat  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau pertama-tama dibunuh, kemudian badan beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya berpendapat bahwa beliau dibunuh dengan dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu ini bunuh dan menggantungkan Dia pada kayu itu."
Al-Quran membantah kedua pendapat ini dengan mengatakan:  وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ         -- "mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib." Pertama Al-Quran menolak pembunuhan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.      dalam bentuk apapun, dan selanjutnya menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan menggantungkan pada salib. Al-Quran  tidak menolak ide bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.      digantung pada tiang salib, Al-Quran hanya menyangkal wafatnya di atas tiang salib.
   Orang-orang Yahudi dengan gembira mengumandangkan telah membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  di atas tiang salib, sehingga dengan demikian telah membuktikan bahwa pendakwaan beliau sebagai nabi Allah tidak benar. Ayat     بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ   -- “Bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya”  itu bersama-sama ayat sebelumnya mengandung sangkalan yang keras  terhadap tuduhan tersebut serta membersihkan beliau dari noda yang didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran derajat ruhani beliau dan  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.     beliau telah mendapat kehormatan di hadirat Allah.
  Dalam ayat itu sama sekali tidak ada sebutan  mengenai kenaikan beliau ke langit dengan tubuh jasmani. Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah Swt. menaikkan beliau ke haribaan-Nya Sendiri, hal demikian menunjukkan dengan jelas suatu kenaikan ruhani, sebab tidak ada tempat kediaman tertentu dapat ditunjukkan bagi Allah Swt..
       Kata ganti nya  dalam kalimat sebelum ajalnya  mengantikan kata benda  tidak ada seorang pun , artinya setiap orang di antara Ahlul Kitab sebelum kematiannya sendiri.... Arti ini ditunjang oleh bacaan kedua mautihi yaitu mautihim  (kematian mereka) sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Ubayy (Tafsir Ibnu Jarir, VI hlm. 13).
      Orang-orang Yahudi percaya bahwa mereka  membunuh  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    di atas tiang salib, karena dengan demikian mereka ingin membuktikan beliau bukan seorang nabi yang benar. Orang Kristen percaya bahwa beliau telah wafat di atas tiang salib dan hal itu menyebabkan mereka telah menganut akidah “Penebusan dosa”.

Hubungan Kisah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  dengan 
Mukjizat  Nabi Yunus a.s.

      Peristiwa selamatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari kematian terkutuk di atas tiang salib tersebut memiliki persamaan dengan dengan peristiwa selamatnya Nabi Yunus a.s. dari dalam perut ikan besar  yang telah menelan beliau. Berikut firman-Nya mengenai Nabi Yunus a.s.:
وَ  اِنَّ یُوۡنُسَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ؕ   اِذۡ   اَبَقَ  اِلَی الۡفُلۡکِ الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿﴾ۙ  فَسَاہَمَ فَکَانَ مِنَ الۡمُدۡحَضِیۡنَ ﴿﴾ۚ   فَالۡتَقَمَہُ  الۡحُوۡتُ وَ ہُوَ  مُلِیۡمٌ﴿﴾  فَلَوۡ لَاۤ  اَنَّہٗ  کَانَ مِنَ الۡمُسَبِّحِیۡنَ ﴿﴾ۙ  لَلَبِثَ فِیۡ  بَطۡنِہٖۤ  اِلٰی یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ۚؒ  فَنَبَذۡنٰہُ  بِالۡعَرَآءِ  وَ  ہُوَ  سَقِیۡمٌ ﴿﴾ۚ  وَ اَنۡۢبَتۡنَا عَلَیۡہِ شَجَرَۃً مِّنۡ یَّقۡطِیۡنٍ ﴿﴾ۚ  وَ اَرۡسَلۡنٰہُ  اِلٰی مِائَۃِ  اَلۡفٍ اَوۡ یَزِیۡدُوۡنَ ﴿﴾ۚ  فَاٰمَنُوۡا  فَمَتَّعۡنٰہُمۡ   اِلٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ؕ  فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَلِرَبِّکَ الۡبَنَاتُ وَ لَہُمُ الۡبَنُوۡنَ ﴿﴾ۙ
Dan sesungguhnya Yunus  benar-benar termasuk salah seorang dari para rasul.  Ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan.   Lalu ia ikut berundi dengan orang-orang lain, lalu ia termasuk orang-orang yang dilempar ke laut.   Maka seekor ikan paus menelannya ketika ia sedang menyesali diri.   Maka jika ia bukan di antara orang-orang yang mensucikan Tuhan, niscaya ia akan tetap tinggal di dalam perut ikan paus itu hingga hari kebangkitan. Kemudian Kami melempar-kannya ke tanah kosong, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan atas tanah itu sebatang pohon dari pohon labu.   Dan Kami mengutus dia kepada seratus ribu orang atau lebih, maka mereka beriman karena itu Kami memberikan kepada me-reka kesejahteraan hidup hingga waktu lama.(Yunus [10]:140-149).
     Sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ditangkap dan kemudian dipakukan pada tiang salib, diceritakan dalam Bible ada beberapa pemuka agama Yahudi yang meminta kepada beliau untuk memperlihatkan mukjizat yang mendukung kebenaran pendakwaan beliau sebagai  Mesias (Mesiah/Al-Masih) yang kedatangannya mereka tunggu-tunggu.
     Sebenarnya kalau  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) benar-benar memiliki berbagai mukjizat yang luar biasa  -- yang nyaris menyamai kekuasaan Allah Swt. -- sebagaimana yang umumnya dipercayai oleh umat Kristen dan juga umat Islam, mestinya Nabi Isa Ibnu  Maryam a.s. melakukannya, tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Bahkan terhadap tuntutan para pemuka agama Yahudi tersebut  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menjawab bahwa beliau hanya akan memperlihatlan Tanda (mukjizat) Nabi Yunus a.s.:
Pada waktu iyu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padamu”. Tetapi jawabnya kepada mereka: “Angkatan (generasi) yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian  juga anak manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan (generasi) ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” (Matius 12:38-41).
        Nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) mengenai  tanda (mukjizat) Nabi Yunus a.s. tersebut merupakan bukti bahwa – walau pun Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mempercayai  sesuai takdir Ilahi akan mengalami peristiwa mengerikan dipakukan di tiang salib oleh para pemuka Yahudi yang menentang keras pendakwaan beliau sebagai Kristus (Mesiah/Al-Masih)  -- tetapi beliau pun  meyakini bahwa beliau akan selamat dari kematian terkutuk di tiang salib sebagaimana selamatnya Nabi Yunus a.s. dari kematian  yang hina  di dalam perut ikan besar yang menelan beliau, sebagai akibat  beliau telah memperlihatkan kekurangsabaran menghadapi penentangan sementara kaumnya terhadap peringatan yang beliau kemukakan kepada mereka tentang azab Ilahi  jika mereka terus-menerus mendustakan dan menentang beliau.

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  27 Juni  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar