بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 181
Upaya Pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Melalui Penyaliban yang Gagal
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan
mengenai kesabaran yang diperagakan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Ayyub a.s.,
firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.
mengenai kesabaran para Rasul Allah secara umum:
فَاصۡبِرۡ
کَمَا صَبَرَ اُولُوا الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ وَ لَا تَسۡتَعۡجِلۡ لَّہُمۡ ؕ کَاَنَّہُمۡ یَوۡمَ یَرَوۡنَ مَا
یُوۡعَدُوۡنَ ۙ لَمۡ یَلۡبَثُوۡۤا اِلَّا
سَاعَۃً مِّنۡ نَّہَارٍ ؕ بَلٰغٌ ۚ فَہَلۡ
یُہۡلَکُ اِلَّا الۡقَوۡمُ
الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿٪﴾
Maka bersabarlah engkau seperti orang-orang
yang memiliki keteguhan hati dari antara rasul-rasul telah bersabar, dan janganlah engkau minta azab itu
dipercepat bagi mereka. Pada hari
ketika mereka melihat apa yang telah diancamkan kepada mereka, seolah-olah tidak pernah tinggal kecuali hanya sesaat
pada siang hari. Peringatan ini telah disampaikan, dan tidak ada yang akan dibinasakan selain
orang-orang fasiq (durhaka). (Al-Ahqaf
[46]:36).
Kemudian berfirman mengenai kesabaran
Nabi Daud a.s. – yang selain seorang rasul Allah beliau pun adalah seorang raja Bani Israil yang sangat berkuasa --
Allah Swt. berfirman:
یٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلۡنٰکَ خَلِیۡفَۃً فِی الۡاَرۡضِ
فَاحۡکُمۡ بَیۡنَ النَّاسِ بِالۡحَقِّ وَ لَا تَتَّبِعِ الۡہَوٰی فَیُضِلَّکَ عَنۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ یَضِلُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ لَہُمۡ عَذَابٌ شَدِیۡدٌۢ بِمَا نَسُوۡا یَوۡمَ
الۡحِسَابِ ﴿٪﴾
“Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi maka hakimilah di antara manusia dengan benar
dan janganlah mengikuti hawa nafsu
karena ia akan menyesatkan engkau dari
jalan Allah.” (Shād
[38]: 27).
Firman-Nya lagi kepada Nabi
Besar Muhammad saw. berkenaan dengan kesabaran Nabi Daud a.s.:
اِصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ اذۡکُرۡ عَبۡدَنَا دَاوٗدَ ذَا
الۡاَیۡدِ ۚ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ ﴿﴾
Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah
akan hamba Kami Daud yang memiliki kekuatan besar, sesungguhnya ia selalu kembali kepada Tuhan. (Shād [38]: 18).
Perbedaan
Kesabaran yang Diperagakan Nabi Daud a.s.
Dengan
Kesabaran yang Diperagakan Nabi Ayyub a.s.
Berbeda dengan kesabaran
Nabi Daud a.s. terhadap kaumnya yang tidak tahu bersyukur, peragaan kesabaran yang lakukan Nabi Ayyub a.s. -- selain atas rajanya yang zalim
-- lebih ditujukan kepada keluarga dan kaum beliau sendiri,
yakni Nabi Ayyub a.s. tidak berlaku
keras terhadap kesalahan keluarganya (istrinya) dan kaumnya,
selanjutnya Allah Swt. berfirman:
اُرۡکُضۡ
بِرِجۡلِکَ ۚ ہٰذَا مُغۡتَسَلٌۢ بَارِدٌ
وَّ شَرَابٌ ﴿﴾ وَ وَہَبۡنَا لَہٗۤ
اَہۡلَہٗ وَ مِثۡلَہُمۡ مَّعَہُمۡ
رَحۡمَۃً مِّنَّا وَ ذِکۡرٰی لِاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ وَ خُذۡ بِیَدِکَ
ضِغۡثًا فَاضۡرِبۡ بِّہٖ وَ لَا تَحۡنَثۡ
ؕ اِنَّا وَجَدۡنٰہُ صَابِرًا ؕ نِعۡمَ الۡعَبۡدُ ؕ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ ﴿﴾
Dia
berfirman: “Paculah tunggangan engkau dengan kaki engkau, inilah air
sejuk untuk mandi dan untuk
minum.” Dan Kami menganugerahkan kepadanya keluarganya,
dan banyak lagi lainnya beserta mereka
sebagai rahmat dari Kami dan
sebagai peringatan bagi orang-orang yang
berakal. Dan Kami berfirman: “Ambillah ranting kering dengan tangan engkau
lalu pukullah dengan itu dan
janganlah engkau cenderung kepada kepalsuan.” Sesungguhnya Kami mendapati dia berhati sabar, seorang hamba yang sangat baik, sesungguhnya ia selalu kembali kepada Tuhan. (Shād [38]: 43-45).
Bila
kata syaithan yang selalu
menyusahkan Nabi Ayyub a.s. – dalam ayat sebelumnya --
seperti dianggap oleh beberapa sumber, harus diartikan syaithan-al-falat
(syaitan padang pasir), yakni haus, maka ayat ini akan berarti bahwa
Nabi Ayyub a.s. dalam
perjalanannya yang jauh dan meletihkan itu telah menderita haus dan letih yang amat hebat.
Menurut
beberapa sumber lain kata-kata “syaitan
telah menimpakan kepadaku kesusahan dan
azab” itu mengisyaratkan kepada penyakit
kulit yang konon untuk sementara waktu diderita Nabi Ayyub a.s. dan menyebabkan beliau sangat letih. Tidak mustahil bahwa penyakit kulit yang beliau derita itu pun adalah
perbuatan raja zalim juga,
misalnya dengan menaburi tubuh Nabi Ayyub a.s. dengan sesuatu yang dapat menimbulkan penyakit kulit. Sebab sebagai
seorang Rasul Allah yang harus
bergaul dengan masyarakat luas maka
mustahil Allah Swt. begitu saja menimbulkan penyakit
yang menjijikkan pada diri Nabi Ayyub
a.s.. Wallāhu ‘alam.
Dalam ayat tersebut Nabi Ayyub a.s. diperintahkan mencambuk dan memacu
binatang tunggangannya agar lekas sampai ke tempat aman. Dan karena dalam
perjalanan yang jauh dan melelahkan itu beliau menjadi sangat menderita haus dan letih, beliau terhibur oleh
keterangan bahwa nun di hadapan beliau ada mata
air dengan airnya tawar lagi sejuk, di sana beliau dapat melepaskan dahaga
dan membasuh diri.
Atau, artinya ialah, karena ditinggalkan seorang diri di suatu tempat yang tidak
terdapat air, beliau disuruh Allah Swt. supaya memacu terus binatang
tunggangannya, sebab di depan sana ada mata
air yang airnya sejuk lagi tawar, di tempat itu beliau dapat beristirahat,
melepaskan dahaga, dan mandi.
Atau, ayat ini dapat berarti bahwa disebabkan
Nabi Ayyub a.s. menderita sakit kulit, beliau diperintahkan Allah
supaya mandi di suatu sumber air tertentu yang airnya mengandung mineral dan dapat menyembuhkan penyakit kulit beliau. Agaknya daerah
yang dilalui oleh Nabi Ayyub a.s. banyak
sekali terdapat sumber-sumber dan mata-mata air.
Ketika,
sesuai dengan perintah Allah Swt. Nabi Ayyub a.s. meneruskan perjalanan beliau, bukan saja
menemukan air sejuk dan menyegarkan,
yang dengan itu beliau membasuh diri
dan melepaskan dahaga, bahkan beliau
pun berjumpa kembali dengan sanak-saudaranya
dan kaumnya, yang dahulu beliau telah
terpisah dari mereka. Mungkin bahwa,
disebabkan oleh sesuatu penyakit kulit
yang beliau derita, kaum Nabi Ayyub a.s. telah meninggalkan beliau.
Cara Nabi Ayyub a.s. Melaksanakan “Sumpahnya”
Sementara dalam ayat 43 Nabi Ayyub a.s. diperintahkan supaya memacu binatang tunggangannya dengan
kaki beliau, maka dalam ayat 45 beliau
diperintahkan memecut binatang itu
dengan seikat ranting kayu untuk
membuatnya lari cepat sehingga beliau dapat keluar dari bahaya dan segera
mencapai tempat aman.
Kata-kata lā tahnats berarti: “Jangan cenderung kepada kepalsuan, yaitu,
jangan berkompromi dengan penyembahan berhala atau i’tikad kemusyrikan dan harus tetap gigih dalam ‘itikad engkau
mengenai Keesaan Tuhan.” Bila
ungkapan itu berarti, “Jangan melanggar sumpah engkau,” maka ayat itu akan
berarti bahwa karena Nabi Ayyub a.s. telah terpisah dari kaumnya
disebabkan kelalaian mereka, beliau
telah bersumpah akan menghukum orang-orang bersalah atas kelalaian mereka, setelah
beliau bersatu kembali dengan mereka.
Tetapi ketika beliau telah bersatu kembali
dengan mereka, beliau diperintahkan oleh Allah Swt. (sebagaimana dijelaskan di
dalam ayat ini) supaya jangan memperlakukan mereka dengan kekerasan pada suasana gembira
dan bersyukur, dan supaya memenuhi sumpah beliau dengan menempuh
cara yang sedikit pun jangan menyebabkan mereka berdukacita.
Semua tindakan Nabi Ayyub a.s. tersebut
membuktikan bahwa beliau adalah seorang Rasul
Allah yang sangat sabar menghadapi berbagai ujian yang datangnya dari pihak lawan maupun dari kalangan keluarga
dan kaum beliau sendiri, firman-Nya:
وَ اذۡکُرۡ
عَبۡدَنَاۤ اَیُّوۡبَ ۘ اِذۡ نَادٰی رَبَّہٗۤ اَنِّیۡ مَسَّنِیَ الشَّیۡطٰنُ
بِنُصۡبٍ وَّ عَذَابٍ ﴿ؕ﴾ اُرۡکُضۡ بِرِجۡلِکَ ۚ ہٰذَا مُغۡتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَّ
شَرَابٌ ﴿﴾ وَ وَہَبۡنَا
لَہٗۤ اَہۡلَہٗ وَ مِثۡلَہُمۡ مَّعَہُمۡ رَحۡمَۃً مِّنَّا وَ ذِکۡرٰی لِاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ وَ خُذۡ بِیَدِکَ
ضِغۡثًا فَاضۡرِبۡ بِّہٖ وَ لَا تَحۡنَثۡ
ؕ اِنَّا وَجَدۡنٰہُ صَابِرًا ؕ نِعۡمَ الۡعَبۡدُ ؕ اِنَّہٗۤ اَوَّابٌ ﴿﴾
Dan ingatlah hamba Kami Ayyub, ketika ia menyeru Tuhan-nya: “Sesungguhnya syaitan telah menimpakan kepadaku kesusahan dan siksaan.
Dia berfirman: “Paculah
tunggangan engkau dengan kaki
engkau, inilah air sejuk untuk mandi dan untuk minum.” Dan Kami menganugerahkan kepadanya keluarganya, dan banyak lagi lainnya beserta mereka
sebagai rahmat dari Kami dan
sebagai peringatan bagi orang-orang yang
berakal. Dan Kami berfirman:
“Ambillah ranting kering dengan
tangan engkau lalu pukullah dengan itu
dan janganlah engkau cenderung kepada kepalsuan.” Sesungguhnya Kami mendapati dia berhati sabar, seorang hamba yang sangat baik, sesungguhnya ia selalu kembali kepada Tuhan. (Shād [38]: 42-45).
Penyaliban
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Demikian pula kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pun
Allah Swt. telah memberikan ujian kesabaran, terutama sekali pada peristiwa
upaya pembunuhan melalui penyaliban beliau oleh para pemuka
Yahudi, firman-Nya:
وَّ
قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ
ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ
شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ
اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ
اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena
ucapan mereka: “Sesungguhnya kami
telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara
biasa dan tidak pula mematikannya
melalui penyaliban, akan tetapi ia disamarkan kepada
mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya orang-orang yang
berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini, mereka tidak memiliki pengetahuan yang pasti mengenai ini
melainkan menuruti dugaan belaka
dan mereka tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah meng-angkatnya kepada-Nya
dan Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Al-Nisa
[4]:158-159)
Mā shalabū hu artinya “mereka tidak menyebabkan kematian dia pada
tiang salib”, sebab shalab itu cara membunuh
yang terkenal. Orang berkata Shalaba al-lish-sha, yakni “ia membunuh
pencuri itu dengan memakunya pada tiang salib”. Ayat itu tidak mengingkari
kenyataan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dipakukan
ke tiang salib, tetapi menyangkal bahwa beliau mati terkutuk
di atas tiang salib itu sebagaimana
yang direncanakan oleh para pemuka
agama Yahudi.
Kata-kata syubbiha lahum artinya: Nabi
Isa ibnu Mryam a.s. ditampakkan kepada
orang-orang Yahudi seperti orang yang
mati disalib; atau hal kematian Nabi Isa a.s. menjadi samar atau menjadi teka-teki kepada mereka. Syubbiha 'alaihi al-amru, artinya
hal itu dibuat kalang-kabut, samar atau teka-teki kepadanya (Lane).
Ungkapan, mā qatalū hu yaqīnan,
artinya: (1) mereka tidak membunuh dia dengan nyata; (2) mereka tidak
mengubah dugaan mereka jadi keyakinan, yakni pengetahuan
mereka mengenai kematian Nabi Isa
a.s. pada tiang salib tidak demikian pastinya sampai tidak ada suatu celah keraguan pun dalam pikiran mereka bahwa
mereka benar-benar telah membunuh
beliau.
Dalam hal ini kata ganti hu dalam qatalūhu
menunjuk kepada kata benda zhann (dugaan). Orang-orang Arab berkata qatalasy-syai’a
khubran, yakni ia memperoleh pengetahuan sepenuhnya dan pasti mengenai hal
itu supaya menia-dakan segala kemungkinan untuk meragukan hal itu (Lexicon Lane, Lisan-ul-‘Arab, dan Al-Mufradat).
Bukti-bukti Terhindarnya Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s.
Dari Kematian
Terkutuk di Tiang Salib
Bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s. tidak
wafat pada tiang salib tapi wafat secara wajar, jelas nampak dari
Al-Quran (QS.3:56; QS.5:117-119; QS.21:35-36) Fakta-fakta berikut, sebagaimana
dikisahkan dalam Injil sendiri,
memberi dukungan yang kuat kepada keterangan Al-Quran itu:
1. Karena Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. itu seorang Nabi Allah, beliau tak mungkin mati
pada kayu salib, sebab menurut Bible:
"orang yang tergantung itu kutuklah
bagi Tuhan Allah" (Ulangan
21:23).
2. Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. telah berdoa
kepada Tuhan dalam kesakitan yang
amat sangat supaya "biarkanlah kiranya cawan
(kematian di atas salib) ini lepas dariku" (Markus 14:36; Matius 26:29; Lukas 22:42); dan doa
beliau telah terkabul (Iberani
5:7).
3. Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. telah mengabarkan sebelumnya bahwa seperti
Nabi Yunus a.s. yang telah
masuk ke perut ikan paus dan telah
keluar lagi hidup-hidup (Matius
12:40), beliau akan tinggal dalam "perut bumi" selama tiga hari
dan akan keluar lagi hidup-hidup.
4. Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. telah menubuatkan pula bahwa beliau akan pergi
mencari kesepuluh suku bangsa Israil yang hilang (Yahya 10:16). Bahkan orang-orang Yahudi di masa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pun
mempercayai bahwa suku-suku bangsa Israil
yang hilang itu telah terpencar ke berbagai negeri (Yahya 7:34, 35).
5. Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. telah terpancang pada tiang salib hanya
selama kira-kira 3 jam (Yahya
19:14) dan sebagai orang yang memiliki kesehatan jasmani yang normal,
beliau tidak mungkin wafat dalam waktu yang sependek itu.
6. Segera sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diturunkan dari tiang salib, pinggang beliau
ditusuk dan darah serta air keluar darinya. Hal demikian merupakan tanda yang
pasti bahwa beliau masih hidup (Yahya
19:34).
7. Orang-orang Yahudi sendiri merasa tidak yakin
mengenai kematian Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. sebab mereka telah meminta kepada Pilatus untuk menempatkan penjaga di
kuburannya "supaya jangan
murid-muridnya datang mencuri Dia, serta mengatakan kepada kaum, bahwa Ia sudah
bangkit dari antara orang mati" (Matius
27:64).
8. Tidak didapatkan dalam semua Injil barang sebuah
pun pernyataan tertulis dari seorang saksi yang menerangkan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah
wafat ketika beliau diturunkan dari tiang salib atau ketika beliau
ditempatkan dalam kuburan. Lagi pula, tidak seorang pun dari antara murid Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. hadir di tempat kejadian penyaliban, semuanya melarikan diri tatkala beliau dibawa ke tempat penyaliban.
Kejadian yang sebenarnya nampaknya demikian, boleh
jadi disebabkan oleh impian istrinya agar "Jangan berbuat barang apapun ke
atas orang yang benar itu" (Matius
27:19), maka Pilatus telah percaya bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak
bersalah, dan karenanya telah bersekongkol dengan Yusuf Arimatea - seorang
tokoh dari perkumpulan Essene, tempat Nabi Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sendiri pernah menjadi anggotanya,
sebelum beliau diutus sebagai nabi -
untuk menolong jiwa beliau.
Sidang pemeriksaan perkara Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. berlangsung
pada hari Jum'at, karena Pilatus
dengan sengaja mengulur waktu dengan
perhitungan bahwa esok harinya jatuh Hari
Sabat, saat orang-orang terhukum tidak dapat dibiarkan di atas tiang salib
sesudah matahari terbenam. Ketika pada akhirnya Pilatus merasa terpaksa menghukum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ia memberikan keputusannya hanya 3 jam
sebelum terbenamnya matahari, dengan demikian meyakinkan dirinya bahwa tidak
ada orang yang normal kesehatannya tinggal di atas tiang salib dalam waktu yang
sesingkat itu dapat mati.
Selain itu
Pilatus telah sudi mengusahakan agar Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. diberi anggur atau cuka dicampur dengan
rempah-rempah mur (myrrh) untuk mengurangi perasaan sakitnya. Tatkala
sesudah 3 jam lamanya tergantung, beliau diturunkan dari salib dalam keadaan tidak
sadarkan diri (mungkin karena pengaruh cuka
yang diminumkan kepada beliau), Pilatus dengan senang hati mengabulkan permintaan
Yusuf Arimatea dan menyerahkan badan beliau kepadanya.
Lain halnya
dari kedua penjahat yang digantung bersama-sama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tulang-tulang
beliau tidak dipatahkan dan Yusuf Arimatea telah meletakkan beliau di suatu
rongga yang ruangnya luas, digali di bagian samping bukit padas. Ketika itu
tidak ada ilmu pemeriksaan mayat (medical autopsy), tidak ada percobaan
stethoscopis, tidak diadakan pemeriksaan dari segi hukum dengan pertolongan
kesaksian dari mereka yang terakhir bersama beliau ("Mystical life of Yesus" oleh H. Spencer Lewis).
9. Marham Isa (salep Isa) yang terkenal itu dibuat dan
dipakai untuk mengobati luka-luka Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s., dan beliau diurus serta dirawat oleh Yusuf Arimatea dan
Nicodemus yang juga seorang yang sangat terpelajar dan anggota yang amat
terhormat dari Ikatan Persaudaraan Essene.
10. Setelah luka-luka beliau cukup sembuh, Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. meninggalkan kuburan itu dan menemui
beberapa murid beliau dan bersantap bersama mereka, lalu menempuh perjalanan
jauh dari Yerusalem ke Galilea dengan berjalan kaki (Lukas 24:50).
11. "The
Crucifixion by an Eye Witness," sebuah buku yang untuk pertama
kalinya iterbitkan pada tahun 1873 di Amerika Serikat, merupakan terjemahan
dalam bahasa Inggeris dari sebuah naskah surat dalam bahasa Latin purba yang
ditulis 7 tahun sesudah peristiwa salib oleh seorang warga Essene di Yerusalem kepada seorang anggota perkum-pulan itu
di Iskandaria, memberi dukungan yang kuat kepada pendapat bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah diturunkan dari salib dalam keadaan masih hidup.
Buku itu
menceriterakan secara terinci semua kejadian yang menjurus kepada peristiwa
salib, pemandangan di bukit tempat terjadinya penyaliban dan juga
peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian.
Dua Pendapat Berbeda Mengenai
Cara
Wafatnya Nabi Isa Is Ibnu Maryam a.s.
Dua pendapat yang berbeda tersebar di
tengah-tengah orang-orang Yahudi mengenai dugaan wafat Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. karena penyaliban. Beberapa di antara mereka berpendapat bahwa beliau
pertama-tama dibunuh, kemudian badan
beliau digantung pada tiang salib, sedang yang lainnya
berpendapat bahwa beliau dibunuh
dengan dipakukan pada tiang salib. Pendapat yang pertama
tercermin dalam Kisah Rasul-rasul 5:50, kita baca: "Yang sudah kamu
ini bunuh dan menggantungkan Dia pada kayu itu."
Al-Quran membantah
kedua pendapat ini dengan mengatakan: وَ مَا قَتَلُوۡہُ
وَ مَا صَلَبُوۡہُ -- "mereka tidak membunuhnya, dan tidak pula mematikannya di atas salib."
Pertama Al-Quran menolak pembunuhan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dalam bentuk apapun, dan selanjutnya
menyangkal cara pembunuhan yang khas dengan jalan menggantungkan pada salib.
Al-Quran tidak menolak ide bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. digantung
pada tiang salib, Al-Quran hanya menyangkal wafatnya di atas tiang salib.
Orang-orang Yahudi dengan gembira
mengumandangkan telah membunuh Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. di atas
tiang salib, sehingga dengan demikian telah membuktikan bahwa pendakwaan beliau
sebagai nabi Allah tidak benar. Ayat بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ --
“Bahkan Allah telah mengangkatnya
kepada-Nya” itu bersama-sama ayat
sebelumnya mengandung sangkalan yang
keras terhadap tuduhan tersebut serta membersihkan
beliau dari noda yang
didesas-desuskan, lalu mengutarakan keluhuran
derajat ruhani beliau dan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. beliau
telah mendapat kehormatan di hadirat
Allah.
Dalam ayat itu
sama sekali tidak ada sebutan mengenai kenaikan beliau ke langit dengan tubuh
jasmani. Ayat itu hanya mengatakan bahwa Allah Swt. menaikkan beliau ke haribaan-Nya
Sendiri, hal demikian menunjukkan dengan jelas suatu kenaikan ruhani, sebab tidak ada tempat kediaman tertentu dapat
ditunjukkan bagi Allah Swt..
Kata ganti nya dalam kalimat sebelum ajalnya mengantikan kata benda tidak ada seorang pun , artinya setiap
orang di antara Ahlul Kitab sebelum kematiannya
sendiri.... Arti ini ditunjang oleh bacaan kedua mautihi yaitu
mautihim (kematian mereka)
sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Ubayy (Tafsir Ibnu Jarir, VI hlm. 13).
Orang-orang Yahudi percaya bahwa mereka membunuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di atas tiang salib, karena dengan
demikian mereka ingin membuktikan beliau bukan
seorang nabi yang benar. Orang Kristen percaya bahwa beliau telah wafat di atas tiang salib dan hal itu menyebabkan mereka telah menganut akidah
“Penebusan dosa”.
Hubungan Kisah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
dengan
Mukjizat Nabi Yunus a.s.
Peristiwa selamatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari kematian terkutuk di atas tiang
salib tersebut memiliki persamaan dengan dengan peristiwa selamatnya Nabi Yunus a.s. dari dalam
perut ikan besar yang telah menelan
beliau. Berikut firman-Nya mengenai Nabi Yunus a.s.:
وَ اِنَّ یُوۡنُسَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ؕ اِذۡ اَبَقَ
اِلَی الۡفُلۡکِ الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿﴾ۙ
فَسَاہَمَ فَکَانَ مِنَ الۡمُدۡحَضِیۡنَ ﴿﴾ۚ فَالۡتَقَمَہُ الۡحُوۡتُ وَ ہُوَ مُلِیۡمٌ﴿﴾ فَلَوۡ لَاۤ اَنَّہٗ
کَانَ مِنَ الۡمُسَبِّحِیۡنَ ﴿﴾ۙ لَلَبِثَ فِیۡ بَطۡنِہٖۤ
اِلٰی یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ۚؒ فَنَبَذۡنٰہُ
بِالۡعَرَآءِ وَ ہُوَ
سَقِیۡمٌ ﴿﴾ۚ وَ اَنۡۢبَتۡنَا
عَلَیۡہِ شَجَرَۃً مِّنۡ یَّقۡطِیۡنٍ ﴿﴾ۚ وَ
اَرۡسَلۡنٰہُ اِلٰی مِائَۃِ اَلۡفٍ اَوۡ یَزِیۡدُوۡنَ ﴿﴾ۚ فَاٰمَنُوۡا
فَمَتَّعۡنٰہُمۡ اِلٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ؕ فَاسۡتَفۡتِہِمۡ اَلِرَبِّکَ الۡبَنَاتُ وَ لَہُمُ الۡبَنُوۡنَ
﴿﴾ۙ
Dan sesungguhnya Yunus benar-benar termasuk salah seorang dari
para rasul. Ketika ia
lari ke kapal yang penuh muatan. Lalu ia ikut berundi dengan orang-orang
lain, lalu ia termasuk orang-orang
yang dilempar ke laut. Maka seekor
ikan paus menelannya ketika ia sedang menyesali diri. Maka jika ia bukan di antara orang-orang yang
mensucikan Tuhan, niscaya ia
akan tetap tinggal di dalam perut ikan paus itu hingga hari kebangkitan.
Kemudian Kami melempar-kannya ke
tanah kosong, sedang ia dalam
keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan
atas tanah itu sebatang pohon dari pohon labu. Dan Kami
mengutus dia kepada seratus ribu orang atau lebih, maka mereka beriman karena itu Kami memberikan kepada me-reka
kesejahteraan hidup hingga waktu lama.(Yunus [10]:140-149).
Sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ditangkap dan kemudian dipakukan pada tiang salib, diceritakan dalam Bible
ada beberapa pemuka agama Yahudi yang
meminta kepada beliau untuk
memperlihatkan mukjizat yang mendukung
kebenaran pendakwaan beliau
sebagai Mesias (Mesiah/Al-Masih) yang kedatangannya mereka tunggu-tunggu.
Sebenarnya kalau Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus)
benar-benar memiliki berbagai mukjizat
yang luar biasa -- yang nyaris menyamai kekuasaan Allah Swt. -- sebagaimana yang
umumnya dipercayai oleh umat Kristen dan juga umat Islam, mestinya Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. melakukannya, tetapi
dalam kenyataannya tidak demikian. Bahkan terhadap tuntutan para pemuka agama Yahudi tersebut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menjawab bahwa
beliau hanya akan memperlihatlan Tanda (mukjizat)
Nabi Yunus a.s.:
Pada waktu
iyu berkatalah beberapa ahli Taurat
dan orang Farisi kepada Yesus:
“Guru, kami ingin melihat suatu tanda
dari padamu”. Tetapi jawabnya kepada mereka: “Angkatan (generasi) yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda.
Tetapi kepada mereka tidak akan
diberikan tanda selain tanda nabi
Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal
di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga anak
manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan
bangkit bersama angkatan (generasi) ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang
Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang
ada di sini lebih dari pada Yunus!” (Matius 12:38-41).
Nubuatan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) mengenai tanda (mukjizat) Nabi Yunus a.s. tersebut
merupakan bukti bahwa – walau pun
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mempercayai
sesuai takdir Ilahi akan mengalami peristiwa mengerikan dipakukan di tiang
salib oleh para pemuka Yahudi
yang menentang keras pendakwaan
beliau sebagai Kristus
(Mesiah/Al-Masih) -- tetapi beliau pun meyakini
bahwa beliau akan selamat dari kematian terkutuk di tiang salib sebagaimana selamatnya Nabi Yunus a.s. dari kematian yang hina
di dalam perut ikan besar yang
menelan beliau, sebagai akibat beliau
telah memperlihatkan kekurangsabaran
menghadapi penentangan sementara
kaumnya terhadap peringatan yang
beliau kemukakan kepada mereka tentang azab
Ilahi jika mereka terus-menerus mendustakan
dan menentang beliau.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 27 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar