بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 168
Golongan Ahli
Kitab (Yahudi dan Kristen) yang
Beriman kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya
telah dikemukakan mengenai 3 macam kemusyrian
yang dihadapi oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam kedudukan beliau saw.
sebagai “bayyinah” (bukti yang
nyata), firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ لَمۡ یَکُنِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ
اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ مُنۡفَکِّیۡنَ حَتّٰی
تَاۡتِیَہُمُ الۡبَیِّنَۃُ ۙ﴿﴾ رَسُوۡلٌ مِّنَ
اللّٰہِ یَتۡلُوۡا صُحُفًا مُّطَہَّرَۃً
ۙ﴿﴾ فِیۡہَا کُتُبٌ
قَیِّمَۃٌ ؕ﴿﴾
Aku
baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Orang-orang
kafir dari Ahli-kitab dan orang-orang
musyrik- tidak akan berhenti dari kekafiran hingga datang kepada mereka bukti yang nyata, yaitu
seorang rasul dari Allah yang
membacakan lembaran-lembaran suci, yang di
dalamnya ada perintah-perintah abadi. (Al-Bayyinah
[98]:1-4).
Bayyinah (Bukti yang
Nyata)
Kedatangan “bayyinah” (bukti yang nyata) – Nabi Besar Muhammad saw. – tersebut
karena telah terjadi masa fatrah (terhentinya)
pengutusan rasul-rasul Allah,
firman-Nya:
یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلُنَا یُبَیِّنُ لَکُمۡ عَلٰی فَتۡرَۃٍ
مِّنَ الرُّسُلِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا جَآءَنَا مِنۡۢ بَشِیۡرٍ وَّ لَا
نَذِیۡرٍ ۫ فَقَدۡ جَآءَکُمۡ بَشِیۡرٌ وَّ نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی
کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿٪﴾
Hai Ahlul Kitab, sungguh telah datang kepada kamu Rasul Kami yang
menjelaskan syariat
kepadamu pada masa jeda pengutusan
rasul-rasul, supaya kamu tidak mengatakan: “Tidak pernah datang kepada kami
seorang pemberi kabar gembira dan tidak pula seorang pemberi peringatan.”
Padahal sungguh telah datang kepadamu
seorang pembawa kabar gembira dan
pemberi peringatan, dan Allah Maha
kuasa atas segala sesuatu. (Māidah [5]:20).
Akibat dari masa fatrah tersebut maka
berbagai macam keburukan dalam
kehidupan umat manusia – termasuk umat beragama -- telah mencapai puncaknya
(QS.30:42-44), termasuk terjadinya penyimpangan “millat” (agama) yang diwariskan oleh nabi Ibrahim a.s. kepada
keturunan beliau a.s. di kalangan Bani Israil, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا کُوۡنُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ
نَصٰرٰی تَہۡتَدُوۡا ؕ قُلۡ بَلۡ
مِلَّۃَ اِبۡرٰہٖمَ حَنِیۡفًا ؕ وَ مَا
کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan mereka
berkata: “Jadilah kamu Yahudi atau Nasrani, barulah kamu akan mendapat petunjuk.”
Katakanlah: “Tidak, bahkan turutilah
agama Ibrahim yang
lurus, dan ia
sekali-kali bukan dari golongan
orang-orang musyrik.” (Al-Baqarah [2]:136).
Firman-Nya
lagi:
اَمۡ تَقُوۡلُوۡنَ اِنَّ اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ وَ یَعۡقُوۡبَ وَ الۡاَسۡبَاطَ کَانُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ
نَصٰرٰی ؕ قُلۡ ءَاَنۡتُمۡ اَعۡلَمُ اَمِ اللّٰہُ ؕ وَ مَنۡ
اَظۡلَمُ مِمَّنۡ کَتَمَ شَہَادَۃً عِنۡدَہٗ مِنَ
اللّٰہِ ؕ وَ مَا
اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ تِلۡکَ اُمَّۃٌ قَدۡ خَلَتۡ ۚ لَہَا مَا
کَسَبَتۡ وَ لَکُمۡ مَّا
کَسَبۡتُمۡ ۚ وَ لَا
تُسۡـَٔلُوۡنَ
عَمَّا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ﴿﴾
Ataukah kamu
berkata: “Sesungguhnya Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan keturunannya
adalah Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah
Allah?” Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian
dari Allah yang ada padanya? Dan Allah sekali-kali tidak lengah
terhadap apa yang kamu kerjakan. Itulah umat yang telah berlalu, bagi mereka apa yang mereka usahakan dan bagi kamu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan dimintai tanggungjawab mengenai apa pun yang
senantiasa mereka kerjakan. (Al-Baqarah [2]:141-142).
Kaum Yahudi dan Kristen secara tidak langsung telah diberitahukan, bagaimana
keadaan Nabi Ibrahim a.s. . dan putra-putra
beliau, seperti dinyatakan oleh mereka -- bahwa keselamatan
itu monopoli mereka semata-mata -- sebab beliau-beliau itu hidup pada masa sebelum Nabi Musa a.s., yaitu
ketika agama Yahudi dan Kristen belum berwujud.
“Syarrul-Bariyyah” (Seburuk-buruk Makhluk)
Kaum
Yahudi dan Kristen diperingatkan pula
bahwa adanya mereka keturunan nabi-nabi
Allah tidak ada gunanya bagi mereka. Mereka akan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka sendiri karena tiada orang
yang harus memikul beban orang lain
(QS.6:165).
Karena keadaan golongan Ahli
Kitab tersebut telah menganggap diri mereka sebagai golongan yang memonopoli
kebenaran – padahal dalam
kenyataannya mereka telah menyimpang dari millat (agama) yang diwariskan Nabi Ibrahim
a.s., Nabi Ya’qub a.s. (QS.2:131-135;
QS.6:162-164; QS.22:78-79; QS.87:15-20), demikian pula telah menyimpang dari dari ajaran Taurat dan Injil yang dibawa oleh Nabi
Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.2:98-99)
– karena itu ketika Nabi Besar Muhammad saw. diutus sebagai penggenapan nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam Kitab-kitab suci mereka
sebagai bayyinah (bukti yang
nyata) maka mereka telah mendustakan dan menentang beliau saw., firman-Nya:
وَ مَا
تَفَرَّقَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ
اِلَّا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا
جَآءَتۡہُمُ الۡبَیِّنَۃُ ؕ﴿﴾ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا
اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ یُقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوا الزَّکٰوۃَ وَ
ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ ؕ﴿﴾
Dan orang-orang
yang diberi Kitab tidak berpecah-belah kecuali setelah datang kepada mereka bayyinah (bukti yang nyata). Padahal
mereka tidak diperintahkan melainkan
supaya beribadah kepada Allah dengan tulus
ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan lurus, serta mendirikan
shalat dan membayar zakat, dan
itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah
[98]:5-6).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai akibat buruk dari pendustaan dan penentangan
terhadap Nabi Besar Muhammad saw. tersebut:
اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ
اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ فِیۡ
نَارِ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ شَرُّ الۡبَرِیَّۃِ
ؕ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang kafir dari antara Ahlikitab dan orang-orang
musyrik akan berada dalam Api Jahannam,
mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk. (Al-Bayyinah
[98]:7).
Pernyataan
keras Allah Swt. tersebut membantah pendakwaan golongan Ahli Kitab sebagai orang-orang yang dicintai
Allah, firman-Nya:
وَ قَالَتِ
الۡیَہُوۡدُ وَ النَّصٰرٰی نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ
قُلۡ فَلِمَ یُعَذِّبُکُمۡ بِذُنُوۡبِکُمۡ
ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ
یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ
الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ ﴿ ﴾
Dan orang-orang Yahudi serta Nasrani berkata: ”Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah: “Jika benar demikian mengapa Dia mengazab kamu karena
dosa-dosamu? Tidak, bahkan kamu
adalah manusia-manusia biasa dari antara mereka yang telah Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehen-daki dan Dia mengazab siapa yang Dia kehendaki." Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan seluruh langit dan bumi dan apa pun yang ada di antara keduanya,
dan kepada-Nya-lah kembali segala sesuatu. (Māidah
[5]:19).
“Khayrul-Bariyyah”
(Sebaik-baik Makhluk) & Rombongan “Jin”
(Orang-orang
Yahudi) yang Beriman kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Dari Al-Quran diketahui, bahwa di kalangan Ahli Kitab pun – baik dari kalangan kaum
Yahudi mau pun Kristen -- banyak terdapat orang-orang yang berfitrat baik, dan mereka
itu beriman kepada Nabi Besar
Muhammad saw. sebagai menjadi Muslim,
sehingga mereka itu pun seperti juga
para Sahabah Nabi Besar Muhammad saw. menjadi “khayrul- bariyyah” (sebaaik-baik makhluk), firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ خَیۡرُ الۡبَرِیَّۃِ
ؕ﴿ ﴾ جَزَآؤُہُمۡ
عِنۡدَ رَبِّہِمۡ جَنّٰتُ عَدۡنٍ تَجۡرِیۡ
مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَاۤ
اَبَدًا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ
وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ ذٰلِکَ لِمَنۡ خَشِیَ رَبَّہٗ ﴿ ﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itu sebaik-baik makhluk. Ganjaran mereka ada di sisi Tuhan mereka, kebun-kebun
abadi, yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya untuk selama-lamanya. Allah
ridha kepada mereka dan mereka pun
ridha kepada-Nya. Itulah balasan bagi orang yang takut kepada Tuhan-nya. (Al-Bayyinah [98]:8-9).
Berikut ini adalah kesaksian Al-Quran
mengenai golongan Ahli Kitab yang berfitrat baik lalu mereka beriman
kepada pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya kepada Nabi Besar
Muhammad saw.:
وَ اِذۡ
صَرَفۡنَاۤ اِلَیۡکَ نَفَرًا مِّنَ
الۡجِنِّ یَسۡتَمِعُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ ۚ فَلَمَّا حَضَرُوۡہُ قَالُوۡۤا اَنۡصِتُوۡا ۚ فَلَمَّا قُضِیَ وَلَّوۡا اِلٰی
قَوۡمِہِمۡ مُّنۡذِرِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا
یٰقَوۡمَنَاۤ اِنَّا سَمِعۡنَا
کِتٰبًا اُنۡزِلَ مِنۡۢ بَعۡدِ مُوۡسٰی مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ
یَدَیۡہِ یَہۡدِیۡۤ اِلَی الۡحَقِّ وَ
اِلٰی طَرِیۡقٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾ یٰقَوۡمَنَاۤ
اَجِیۡبُوۡا دَاعِیَ اللّٰہِ وَ
اٰمِنُوۡا بِہٖ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ مِّنۡ
ذُنُوۡبِکُمۡ وَیُجِرۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ
اَلِیۡمٍ ﴿﴾ وَ مَنۡ لَّا
یُجِبۡ دَاعِیَ اللّٰہِ فَلَیۡسَ
بِمُعۡجِزٍ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَیۡسَ لَہٗ
مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اَوۡلِیَآءُ ؕ اُولٰٓئِکَ فِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Kami hadapkan
kepada engkau segolongan dari jin yang ingin mendengarkan Al-Quran, maka
tatkala mereka hadir kepadanya
mereka berkata: "Diamlah dan
dengarkanlah!" Maka tatkala telah
selesai mereka kembali kepada kaum
mereka untuk memberi
peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum
kami, sesungguhnya kami telah mendengar suatu Kitab yang telah
diturunkan sesudah Musa menggenapi apa yang ada sebelumnya dan memimpin kepada kebenaran serta kepada jalan yang lurus. Hai
kaum kami, sambutlah penyeru kepada
Allah dan berimanlah kepadanya, Dia akan mengampuni
dosa-dosa kamu, dan Dia akan
melin-dungi kamu dari azab yang pedih. Dan
barangsiapa tidak menyambut penyeru kepada
Allah, maka ia tidak dapat melemahkannya di bumi
dan tidak ada baginya
pelindung-pelindung selain Dia,
mereka itu dalam kesesatan yang
nyata." (Al-Ahqāf [46]:30-33)
Golongan jin yang diisyaratkan dalam ayat ini
adalah orang-orang Yahudi dari Nashibin, atau seperti sumber lain
mengatakan, adalah orang-orang Yahudi
dari Maushal atau Ninewe, Irak. Karena takut akan penentangan dari orang-orang Mekkah,
mereka menjumpai Nabi Besar Muhammad saw. pada waktu
malam, dan setelah mendengarkan pembacaan
Al-Quran dan penjelasan Nabi Besar Muhammad saw. mereka masuk Islam dan menyampaikan agama baru itu kepada kaum mereka yang
juga dengan suka hati menerimanya (Bayan, jilid ke-8).
Ayat 31
menunjukkan bahwa golongan jin yang disebut dalam ayat sebelumnya adalah orang-orang Yahudi, sebab mereka
mengatakan tentang Al-Quran sebagai
"Kitab yang telah diturunkan sesudah
Musa", yakni:
قَالُوۡا یٰقَوۡمَنَاۤ اِنَّا
سَمِعۡنَا کِتٰبًا اُنۡزِلَ مِنۡۢ بَعۡدِ مُوۡسٰی مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ
یَدَیۡہِ یَہۡدِیۡۤ اِلَی الۡحَقِّ وَ
اِلٰی طَرِیۡقٍ مُّسۡتَقِیۡم
Mereka
berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya
kami telah mendengar
suatu Kitab yang telah diturunkan sesudah Musa menggenapi apa yang ada sebelumnya dan memimpin kepada kebenaran serta kepada jalan yang lurus.”
Rombongan “Jin” Lainnya (Orang-orang Kristen)
yang Beriman
kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Dalam firman-Nya berikut ini
golongan jin tersebut menyinggung masalah itikad sesat “Tuhan punya anak”, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan jin para pemuka agama Kristen, yang kemudian beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.
serta menjadi Muslim:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿ۙ﴾ قُلۡ اُوۡحِیَ
اِلَیَّ اَنَّہُ اسۡتَمَعَ
نَفَرٌ مِّنَ الۡجِنِّ فَقَالُوۡۤا
اِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡاٰنًا عَجَبًا
ۙ﴿﴾ یَّہۡدِیۡۤ اِلَی الرُّشۡدِ فَاٰمَنَّا بِہٖ ؕ وَ لَنۡ
نُّشۡرِکَ بِرَبِّنَاۤ اَحَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ تَعٰلٰی جَدُّ
رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَۃً وَّ لَا وَلَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ کَانَ یَقُوۡلُ سَفِیۡہُنَا عَلَی اللّٰہِ
شَطَطًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ
اَنۡ لَّنۡ تَقُوۡلَ الۡاِنۡسُ وَ
الۡجِنُّ عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ کَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ
یَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الۡجِنِّ فَزَادُوۡہُمۡ رَہَقًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہُمۡ ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ
لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ اَحَدًا
ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا
لَمَسۡنَا السَّمَآءَ فَوَجَدۡنٰہَا
مُلِئَتۡ حَرَسًا شَدِیۡدًا وَّ شُہُبًا
ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا کُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡہَا مَقَاعِدَ
لِلسَّمۡعِ ؕ فَمَنۡ یَّسۡتَمِعِ
الۡاٰنَ یَجِدۡ لَہٗ شِہَابًا
رَّصَدًا ۙ﴿﴾
وَّ اَنَّا لَا نَدۡرِیۡۤ
اَشَرٌّ اُرِیۡدَ بِمَنۡ فِی
الۡاَرۡضِ اَمۡ اَرَادَ بِہِمۡ رَبُّہُمۡ
رَشَدًا ﴿ۙ﴾
وَّ اَنَّا مِنَّا الصّٰلِحُوۡنَ وَ
مِنَّا دُوۡنَ ذٰلِکَ ؕ کُنَّا طَرَآئِقَ
قِدَدًا ﴿ۙ﴾
وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ اَنۡ
لَّنۡ نُّعۡجِزَ اللّٰہَ فِی الۡاَرۡضِ وَ
لَنۡ نُّعۡجِزَہٗ ہَرَبًا ﴿ۙ﴾ وَّ اَنَّا لَمَّا
سَمِعۡنَا الۡہُدٰۤی اٰمَنَّا بِہٖ ؕ
فَمَنۡ یُّؤۡمِنۡۢ بِرَبِّہٖ فَلَا یَخَافُ بَخۡسًا وَّ لَا رَہَقًا ﴿ۙ﴾ وَّ اَنَّا مِنَّا
الۡمُسۡلِمُوۡنَ وَ مِنَّا الۡقٰسِطُوۡنَ ؕ فَمَنۡ اَسۡلَمَ فَاُولٰٓئِکَ تَحَرَّوۡا رَشَدًا ﴿﴾ وَ اَمَّا
الۡقٰسِطُوۡنَ فَکَانُوۡا
لِجَہَنَّمَ حَطَبًا﴿ۙ﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Katakanlah: “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya serombongan
jin mendengarkan Al-Quran,
lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengar Al-Quran
yang me-nakjubkan. Al-Quran itu memberi petunjuk kepada kebenaran, maka kami telah beriman kepadanya. Dan kami tidak
akan pernah menyekutukan seseorang dengan Tuhan kami, dan
sesungguhnya Maha Luhur Keagungan Tuhan
kami, Dia sekali-kali tidak beristri dan tidak
pula beranak, dan sesungguhnya orang-orang bodoh di antara kami berkata
dusta berlebihan terhadap Allah, dan sesungguhnya kami
me-nyangka ins (manusia) dan jin tidak
akan pernah mengatakan perkataan dusta
terhadap Allah. Dan sesungguhnya ada beberapa orang dari ins (manusia)
yang meminta perlindungan kepada beberapa orang dari jin maka menambah
ke-sombongan mereka. Dan sesungguhnya mereka
menyangka sebagaimana kamu juga menyangka bahwa Allah
tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul, dan
sesungguhnya kami benar-benar telah
berusaha menyentuh langit tetapi kami
mendapatkannya penuh dengan penjagaan yang kuat dan nyala api. Dan sesungguhnya kami biasa menduduki beberapa tempat duduknya untuk mendengarkan,
tetapi sekarang barangsiapa berusaha
men-dengarkan ia tentu akan mendapat-kan
di sana bintang menyala yang mengintai. Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan dikehendaki untuk orang di bumi,
ataukah Tuhan mereka menghendaki
petunjuk kepada mereka. Dan sesungguhnya di antara kami sebagian ada orang-orang saleh dan sebagian dari kami sebaliknya. Kami mengikuti jalan-jalan yang berbeda. Dan sesungguhnya kami meyakini bahwa kami tidak
akan pernah dapat menggagalkan Allah di bumi, dan kami tidak akan pernah dapat menghindarkannya dengan melarikan diri. Dan sesungguhnya tatkala kami mendengar petunjuk kami
beriman kepadanya. Dan barangsiapa
beriman kepada Tuhan-nya maka ia
tidak takut berkurang haknya dan tidak pula takut ketidakadilan. Dan sesungguhnya di antara kami sebagian ada yang berserah
diri dan sebagian dari kami ada yang
menyimpang dari kebenaran. Dan barangsiapa
berserah diri maka mereka itulah yang mencari jalan lurus. Dan adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
maka mereka itu menjadi bahan bakar
Jahannam, (Al-Jin [72]:1-16).
Isyarat ayat 2 mengenai
jin mungkin tertuju kepada segolongan orang Yahudi dari Nashibin. Mereka bukan bangsa
Arab dan karena mereka itu orang-orang
asing maka mereka disebut “jin”,
yang berarti antara lain orang asing (Lexicon
Lane). Peristiwa yang disebut dalam ayat ini nampaknya lain (berbeda) dari
peristiwa yang disebut dalam QS.46:30-33, meskipun ayat ini dianggap oleh
beberapa sumber menunjuk kepada ayat-ayat itu, sebab kata-kata yang diucapkan
oleh “jin” dalam ayat ini mempunyai
kemiripan dengan kata-kata yang diucapkan oleh segolongan jin yang disebut dalam QS.46:30-33.
Ayat 3 menunjukkan
bahwa “serombongan jin” itu adalah orang-orang
Kristen yang berpegang kepada Tauhid
atau orang-orang Yahudi, yang
bersekutu erat dengan mereka atau -- yang karena ada di bawah pengaruh mereka –
baik dalam sikap dan hubungan dengan paham-paham Kristen.
Ayat 7 Karena kata rijāl hanya dipakai
mengenai manusia, ayat ini
menunjukkan bahwa “serombongan jin”
yang tersebut dalam ayat ini dan dalam Surah Al-Ahqāf itu adalah manusia
dan bukan suatu jenis makhluk lain
mana pun. Kata Arab jin di sini, dapat berarti orang-orang besar dan berpengaruh,
dan ins – orang-orang rendah dan hina, yang dengan mengikuti golongan yang
tersebut pertama (jin) dan mencari lindungan mereka itu, meningkatkan
kesombongan dan keangkuhan mereka (jin).
Itikad Sesat Lā Nabiyya Ba’dahu (Tidak ada
Lagi Nabi Sesudahnya) &
Najasyi (Raja) Abessinia yang Beriman kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Ayat 8 وَّ اَنَّہُمۡ ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ
لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ اَحَدًا -- “Dan sesungguhnya mereka menyangka sebagaimana kamu juga
menyangka bahwa Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul” -- semenjak
zaman Nabi Yusuf a.s. orang-orang Yahudi
tidak mempercayai lagi kedatangan rasul Allah mana pun sesudah beliau, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ
جَآءَکُمۡ یُوۡسُفُ مِنۡ قَبۡلُ بِالۡبَیِّنٰتِ فَمَا زِلۡتُمۡ فِیۡ شَکٍّ
مِّمَّا جَآءَکُمۡ بِہٖ ؕ حَتّٰۤی
اِذَا ہَلَکَ قُلۡتُمۡ لَنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ مِنۡۢ بَعۡدِہٖ رَسُوۡلًا ؕ کَذٰلِکَ یُضِلُّ اللّٰہُ مَنۡ
ہُوَ مُسۡرِفٌ مُّرۡتَابُۨ ﴿ۚۖ﴾ الَّذِیۡنَ
یُجَادِلُوۡنَ فِیۡۤ اٰیٰتِ اللّٰہِ
بِغَیۡرِ سُلۡطٰنٍ اَتٰہُمۡ ؕ کَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ عِنۡدَ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ؕ کَذٰلِکَ یَطۡبَعُ اللّٰہُ
عَلٰی کُلِّ قَلۡبِ
مُتَکَبِّرٍ جَبَّارٍ ﴿﴾
Dan sungguh benar-benar telah datang kepada kamu Yusuf
sebelum ini dengan bukti-bukti yang
nyata, tetapi kamu selalu dalam
keraguan dari apa yang dengannya dia datang kepadamu, hingga apabila ia telah mati kamu berkata: “Allah tidak akan per-nah
mengutus seorang rasul pun sesudahnya.”
Demikianlah Allah
me-nyesatkan barangsiapa yang melampaui
batas, yang ragu-ragu. Yaitu orang-orang yang bertengkar mengenai Tanda-tanda
Allah tanpa dalil yang datang kepada me-reka. Sangat besar kebencian di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman, demikianlah Allah mencap setiap hati orang sombong lagi sewenang-senang. (Al-Mu’min [35-36).
Nabi-nabi telah senantiasa datang ke dunia
semenjak waktu yang jauh silam (QS.7:35-37), tetapi begitu busuknya pikiran orang-orang — setiap kali datang seorang nabi baru, mereka menolak dan menentangnya
(QS.36:31) dan ketika ia wafat maka orang-orang
yang beriman kepada nabi Allah itu
berkata bahwa tidak ada nabi akan datang
lagi dan pintu wahyu telah tertutup
untuk selama-lamanya. Dengan demikian benarlah firman-Nya sebelum ini mengenai
itikad sesat Lā nabiyya ba’dahu -- وَّ
اَنَّہُمۡ ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ اَنۡ
لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ اَحَدًا -- “Dan sesungguhnya mereka menyangka sebagaimana kamu juga
menyangka bahwa Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul”
(QS.72:8).
Salah satu contoh pembesar kaum – yakni
golongan jin – dari kalangan orang Nasrani yang beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. yang tidak terpengaruh oleh itikad sesat Lā nabiyya ba’dahu tersebut adalah
Najasyi (Negus) Ethiopia, firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ
النَّاسِ عَدَاوَۃً لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الۡیَہُوۡدَ وَ الَّذِیۡنَ اَشۡرَکُوۡا
ۚ وَ لَتَجِدَنَّ اَقۡرَبَہُمۡ
مَّوَدَّۃً لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا
الَّذِیۡنَ قَالُوۡۤا اِنَّا نَصٰرٰی ؕ ذٰلِکَ بِاَنَّ مِنۡہُمۡ قِسِّیۡسِیۡنَ وَ
رُہۡبَانًا وَّ اَنَّہُمۡ لَا یَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾
Niscaya
engkau benar-benar akan mendapati
manusia yang paling keras permusuhannya terhadap orang- orang yang beriman
adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang
yang mempersekutukan Allah. Dan niscaya engkau benar-benar akan mendapati orang yang paling dekat
kecintaannya terhadap orang-orang yang beriman adalah mereka yang berkata: “Sesungguhnya
kami orang-orang Nasrani.” Hal demikian itu
karena di antara mereka ada
pendeta-pendeta, rahib-rahib, dan juga mereka tidak sombong. (Al-Māidah
[5]:83).
Qissis berarti: kepala
atau penghulu umat Kristen di bidang pengetahuan dan ilmu; cendekiawan Kristen
yang telah mencari dan meraih ilmu besar; orang yang cerdas lagi berilmu (Lexicon Lane). Ruhban adalah kata jamak dari rahib
yang berarti: pertapa, rahib Kristen; agamawan yang mengasingkan diri; seorang
yang mengabdikan diri untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dan upacara-upacara
keagamaan dalam suatu bilik kecil atau biara (Lexicon Lane).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar