Senin, 08 Juli 2013

Golongan "Ahli Kitab" (Yahudi dan Kristen) yang Beriman kepada Nabi Besar Muhammad Saw.




 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 168

Golongan Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen)  yang Beriman kepada Nabi Besar Muhammad Saw. 
     
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab sebelumnya telah  dikemukakan mengenai 3 macam  kemusyrian yang dihadapi oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam kedudukan beliau saw. sebagai “bayyinah” (bukti yang nyata),  firman-Nya: 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  لَمۡ  یَکُنِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا  مِنۡ  اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ مُنۡفَکِّیۡنَ حَتّٰی تَاۡتِیَہُمُ  الۡبَیِّنَۃُ ۙ﴿﴾  رَسُوۡلٌ مِّنَ اللّٰہِ یَتۡلُوۡا صُحُفًا مُّطَہَّرَۃً  ۙ﴿﴾  فِیۡہَا کُتُبٌ قَیِّمَۃٌ ؕ﴿﴾ 
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Orang-orang kafir dari Ahli-kitab dan orang-orang musyrik- tidak akan berhenti dari kekafiran hingga datang kepada mereka bukti yang nyata, yaitu  seorang rasul dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran suci,  yang di dalamnya ada perintah-perintah abadi.  (Al-Bayyinah [98]:1-4).

Bayyinah (Bukti yang Nyata)

     Kedatangan “bayyinah” (bukti yang nyata) – Nabi Besar Muhammad saw. – tersebut karena telah terjadi masa fatrah (terhentinya) pengutusan rasul-rasul Allah, firman-Nya:  
   یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ  رَسُوۡلُنَا یُبَیِّنُ لَکُمۡ عَلٰی  فَتۡرَۃٍ  مِّنَ الرُّسُلِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا جَآءَنَا مِنۡۢ بَشِیۡرٍ وَّ لَا نَذِیۡرٍ ۫ فَقَدۡ جَآءَکُمۡ بَشِیۡرٌ وَّ نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿٪﴾
Hai Ahlul Kitab, sungguh telah datang kepada kamu Rasul Kami yang  menjelaskan syariat kepadamu  pada masa jeda pengutusan rasul-rasul, supaya kamu tidak mengatakan: “Tidak pernah datang kepada kami  seorang pemberi kabar gembira dan tidak pula seorang pemberi peringatan.”  Padahal sungguh  telah datang kepadamu seorang pembawa kabar gembira  dan pemberi peringatan, dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. (Māidah [5]:20).
   Akibat dari masa fatrah tersebut   maka berbagai macam keburukan dalam kehidupan umat manusia – termasuk umat beragama -- telah mencapai puncaknya (QS.30:42-44), termasuk terjadinya  penyimpangan “millat” (agama) yang diwariskan oleh nabi Ibrahim a.s. kepada keturunan beliau a.s.  di kalangan Bani Israil, firman-Nya:
وَ قَالُوۡا کُوۡنُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰی تَہۡتَدُوۡا ؕ قُلۡ بَلۡ مِلَّۃَ  اِبۡرٰہٖمَ  حَنِیۡفًا ؕ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ ﴾
Dan mereka berkata:  Jadilah kamu Yahudi atau Nasrani, barulah kamu akan mendapat petunjuk.” Katakanlah: “Tidak, bahkan turutilah agama Ibrahim  yang lurus,  dan  ia sekali-kali bukan dari golongan  orang-orang musyrik.” (Al-Baqarah [2]:136).
Firman-Nya lagi:
اَمۡ  تَقُوۡلُوۡنَ  اِنَّ  اِبۡرٰہٖمَ  وَ اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ وَ یَعۡقُوۡبَ وَ الۡاَسۡبَاطَ کَانُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰی ؕ قُلۡ ءَاَنۡتُمۡ  اَعۡلَمُ اَمِ اللّٰہُ ؕ وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنۡ کَتَمَ شَہَادَۃً عِنۡدَہٗ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ تِلۡکَ اُمَّۃٌ  قَدۡ خَلَتۡ ۚ لَہَا مَا کَسَبَتۡ وَ لَکُمۡ مَّا کَسَبۡتُمۡ ۚ وَ لَا تُسۡـَٔلُوۡنَ عَمَّا  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ﴿﴾
Ataukah kamu berkata: “Sesungguhnya  Ibrahim, Isma’il,  Ishaq, Ya’qub dan keturunannya adalah Yahudi atau Nasrani?”  Katakanlah: “Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah  Allah?” Dan  siapakah  yang lebih zalim  daripada orang yang menyembunyikan kesaksian  dari Allah yang ada padanya? Dan Allah sekali-kali  tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.   Itulah umat yang telah berlalu, bagi mereka apa yang  mereka usahakan  dan bagi kamu apa yang kamu usahakan, dan kamu  tidak akan dimintai  tanggungjawab mengenai apa pun yang senantiasa mereka kerjakan. (Al-Baqarah [2]:141-142).
    Kaum Yahudi dan Kristen secara tidak langsung telah diberitahukan, bagaimana keadaan Nabi Ibrahim a.s. . dan putra-putra beliau, seperti dinyatakan oleh mereka -- bahwa  keselamatan itu monopoli mereka semata-mata -- sebab beliau-beliau itu hidup pada masa sebelum Nabi Musa a.s., yaitu ketika agama Yahudi dan Kristen belum berwujud.

Syarrul-Bariyyah” (Seburuk-buruk Makhluk)

   Kaum Yahudi dan Kristen diperingatkan pula bahwa adanya mereka keturunan nabi-nabi Allah tidak ada gunanya bagi mereka. Mereka akan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka sendiri karena tiada orang yang harus memikul beban orang lain (QS.6:165).
Karena keadaan golongan Ahli Kitab tersebut telah menganggap diri mereka sebagai golongan  yang memonopoli kebenaran – padahal dalam kenyataannya mereka telah menyimpang dari millat (agama) yang diwariskan  Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ya’qub a.s.  (QS.2:131-135; QS.6:162-164; QS.22:78-79; QS.87:15-20), demikian pula telah menyimpang dari dari ajaran Taurat dan Injil yang dibawa oleh  Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  (QS.2:98-99) – karena itu ketika Nabi Besar Muhammad saw. diutus sebagai penggenapan nubuatan-nubuatan  yang terdapat dalam Kitab-kitab suci mereka  sebagai bayyinah (bukti yang nyata)  maka mereka telah mendustakan dan menentang beliau saw., firman-Nya:
وَ مَا تَفَرَّقَ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ  اِلَّا مِنۡۢ  بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ  الۡبَیِّنَۃُ ؕ﴿﴾ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا لِیَعۡبُدُوا اللّٰہَ مُخۡلِصِیۡنَ لَہُ  الدِّیۡنَ ۬ۙ حُنَفَآءَ وَ یُقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ یُؤۡتُوا الزَّکٰوۃَ وَ ذٰلِکَ دِیۡنُ الۡقَیِّمَۃِ ؕ﴿﴾
Dan  orang-orang yang diberi Kitab tidak berpecah-belah kecuali setelah datang kepada mereka bayyinah (bukti yang nyata).   Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan  kepada-Nya dan dengan lurus, serta mendirikan shalat dan membayar zakat, dan itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah [98]:5-6).
      Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai akibat buruk dari pendustaan dan penentangan terhadap Nabi Besar Muhammad saw. tersebut:  
اِنَّ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ وَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ فِیۡ  نَارِ جَہَنَّمَ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ شَرُّ الۡبَرِیَّۃِ ؕ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang  kafir dari antara Ahlikitab dan orang-orang musyrik akan berada dalam Api Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk. (Al-Bayyinah [98]:7).
     Pernyataan  keras Allah Swt. tersebut membantah pendakwaan  golongan Ahli Kitab  sebagai orang-orang  yang dicintai Allah, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ  وَ النَّصٰرٰی  نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ قُلۡ فَلِمَ یُعَذِّبُکُمۡ  بِذُنُوۡبِکُمۡ ؕ بَلۡ  اَنۡتُمۡ  بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ ﴿ ﴾
Dan orang-orang Yahudi serta Nasrani berkata:  Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah: “Jika benar demikian mengapa Dia mengazab kamu karena dosa-dosamu? Tidak, bahkan kamu adalah manusia-manusia biasa dari antara mereka yang telah Dia ciptakan.  Dia mengampuni siapa yang Dia kehen-daki dan Dia mengazab siapa yang Dia kehendaki." Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan seluruh langit dan bumi dan apa pun yang ada di antara keduanya, dan kepada-Nya-lah  kembali segala sesuatu. (Māidah [5]:19).

Khayrul-Bariyyah” (Sebaik-baik Makhluk) & Rombongan “Jin
 (Orang-orang Yahudi) yang   Beriman kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
    
    Dari Al-Quran diketahui, bahwa di kalangan Ahli Kitab pun – baik dari kalangan kaum Yahudi mau pun Kristen -- banyak terdapat orang-orang yang berfitrat baik,  dan mereka itu beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. sebagai menjadi Muslim, sehingga mereka itu pun seperti juga   para Sahabah Nabi Besar  Muhammad saw. menjadi “khayrul- bariyyah” (sebaaik-baik makhluk), firman-Nya:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ اُولٰٓئِکَ ہُمۡ خَیۡرُ الۡبَرِیَّۃِ ؕ﴿ ﴾  جَزَآؤُہُمۡ عِنۡدَ  رَبِّہِمۡ جَنّٰتُ عَدۡنٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَاۤ  اَبَدًا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ ذٰلِکَ لِمَنۡ خَشِیَ رَبَّہٗ ﴿ ﴾
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itu sebaik-baik makhluk.   Ganjaran mereka ada di sisi Tuhan mereka,  kebun-kebun abadi, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah balasan bagi orang yang takut kepada Tuhan-nya. (Al-Bayyinah [98]:8-9).
      Berikut ini adalah kesaksian Al-Quran mengenai golongan Ahli Kitab yang berfitrat baik lalu  mereka beriman kepada  pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ اِذۡ صَرَفۡنَاۤ  اِلَیۡکَ نَفَرًا مِّنَ الۡجِنِّ یَسۡتَمِعُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ ۚ فَلَمَّا حَضَرُوۡہُ قَالُوۡۤا  اَنۡصِتُوۡا ۚ فَلَمَّا قُضِیَ وَلَّوۡا اِلٰی قَوۡمِہِمۡ  مُّنۡذِرِیۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا یٰقَوۡمَنَاۤ  اِنَّا سَمِعۡنَا کِتٰبًا  اُنۡزِلَ مِنۡۢ  بَعۡدِ مُوۡسٰی مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡہِ یَہۡدِیۡۤ  اِلَی الۡحَقِّ وَ اِلٰی طَرِیۡقٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾  یٰقَوۡمَنَاۤ  اَجِیۡبُوۡا دَاعِیَ اللّٰہِ  وَ اٰمِنُوۡا بِہٖ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ  مِّنۡ ذُنُوۡبِکُمۡ  وَیُجِرۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  وَ مَنۡ  لَّا یُجِبۡ دَاعِیَ اللّٰہِ  فَلَیۡسَ بِمُعۡجِزٍ فِی  الۡاَرۡضِ وَ لَیۡسَ لَہٗ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اَوۡلِیَآءُ ؕ اُولٰٓئِکَ فِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ﴿﴾
Dan ingatlah ketika  Kami hadapkan kepada engkau segolongan dari jin  yang ingin mendengarkan Al-Quran, maka tatkala mereka hadir kepadanya mereka berkata: "Diamlah dan dengarkanlah!"  Maka tatkala telah selesai mereka kembali kepada kaum mereka untuk memberi peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya  kami telah mendengar suatu Kitab yang telah diturunkan sesudah Musa  menggenapi apa yang ada sebelumnya dan  memimpin kepada kebenaran serta kepada jalan yang lurus.  Hai  kaum kami, sambutlah penyeru kepada Allah dan berimanlah kepadanya, Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Dia akan melin-dungi kamu dari azab yang pedih.   Dan barangsiapa tidak menyambut penyeru kepada Allah,  maka ia tidak dapat melemahkannya di bumi dan tidak ada baginya pelindung-pelindung selain Dia,  mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (Al-Ahqāf [46]:30-33)
   Golongan jin yang diisyaratkan dalam ayat ini adalah orang-orang Yahudi dari Nashibin, atau seperti sumber lain mengatakan, adalah orang-orang Yahudi dari Maushal atau Ninewe, Irak. Karena takut akan penentangan dari orang-orang Mekkah, mereka menjumpai Nabi Besar Muhammad saw.  pada waktu malam, dan setelah mendengarkan pembacaan Al-Quran dan penjelasan Nabi Besar Muhammad saw. mereka masuk Islam dan menyampaikan agama baru itu kepada kaum mereka yang juga dengan suka hati menerimanya (Bayan, jilid ke-8).  
      Ayat 31  menunjukkan bahwa golongan jin yang disebut dalam ayat sebelumnya adalah orang-orang Yahudi, sebab mereka mengatakan tentang Al-Quran sebagai "Kitab yang telah diturunkan sesudah Musa", yakni:
قَالُوۡا یٰقَوۡمَنَاۤ  اِنَّا سَمِعۡنَا کِتٰبًا  اُنۡزِلَ مِنۡۢ  بَعۡدِ مُوۡسٰی مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡہِ یَہۡدِیۡۤ  اِلَی الۡحَقِّ وَ اِلٰی طَرِیۡقٍ مُّسۡتَقِیۡم
Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya  kami telah mendengar suatu Kitab yang telah diturunkan sesudah Musa  menggenapi apa yang ada sebelumnya dan  memimpin kepada kebenaran serta kepada jalan yang lurus.”

 Rombongan “Jin” Lainnya  (Orang-orang Kristen)
 yang   Beriman kepada Nabi Besar Muhammad Saw.

       Dalam firman-Nya  berikut ini  golongan jin  tersebut menyinggung masalah itikad sesat “Tuhan punya anak”, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan jin  para pemuka agama Kristen, yang kemudian beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. serta menjadi Muslim:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿ۙ﴾  قُلۡ  اُوۡحِیَ  اِلَیَّ  اَنَّہُ  اسۡتَمَعَ  نَفَرٌ مِّنَ الۡجِنِّ فَقَالُوۡۤا  اِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡاٰنًا عَجَبًا  ۙ﴿﴾  یَّہۡدِیۡۤ  اِلَی الرُّشۡدِ فَاٰمَنَّا بِہٖ ؕ وَ لَنۡ نُّشۡرِکَ بِرَبِّنَاۤ   اَحَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّہٗ  تَعٰلٰی جَدُّ  رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَۃً وَّ لَا وَلَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّہٗ  کَانَ یَقُوۡلُ سَفِیۡہُنَا عَلَی اللّٰہِ شَطَطًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ  اَنۡ  لَّنۡ تَقُوۡلَ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا ۙ﴿﴾  وَّ  اَنَّہٗ کَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ یَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ  مِّنَ  الۡجِنِّ فَزَادُوۡہُمۡ  رَہَقًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّہُمۡ  ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ  اَنۡ  لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ  اَحَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا لَمَسۡنَا السَّمَآءَ  فَوَجَدۡنٰہَا مُلِئَتۡ حَرَسًا شَدِیۡدًا وَّ  شُہُبًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا کُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡہَا مَقَاعِدَ لِلسَّمۡعِ ؕ فَمَنۡ  یَّسۡتَمِعِ الۡاٰنَ  یَجِدۡ لَہٗ  شِہَابًا  رَّصَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا لَا  نَدۡرِیۡۤ  اَشَرٌّ  اُرِیۡدَ بِمَنۡ فِی الۡاَرۡضِ اَمۡ  اَرَادَ بِہِمۡ  رَبُّہُمۡ  رَشَدًا ﴿ۙ﴾  وَّ اَنَّا مِنَّا الصّٰلِحُوۡنَ وَ مِنَّا دُوۡنَ ذٰلِکَ ؕ  کُنَّا طَرَآئِقَ قِدَدًا ﴿ۙ﴾  وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ  اَنۡ  لَّنۡ نُّعۡجِزَ اللّٰہَ  فِی  الۡاَرۡضِ وَ  لَنۡ  نُّعۡجِزَہٗ  ہَرَبًا ﴿ۙ﴾  وَّ اَنَّا لَمَّا سَمِعۡنَا  الۡہُدٰۤی اٰمَنَّا بِہٖ ؕ فَمَنۡ یُّؤۡمِنۡۢ  بِرَبِّہٖ  فَلَا یَخَافُ بَخۡسًا وَّ لَا رَہَقًا ﴿ۙ﴾   وَّ اَنَّا مِنَّا  الۡمُسۡلِمُوۡنَ وَ مِنَّا الۡقٰسِطُوۡنَ ؕ فَمَنۡ  اَسۡلَمَ فَاُولٰٓئِکَ تَحَرَّوۡا  رَشَدًا ﴿﴾  وَ  اَمَّا  الۡقٰسِطُوۡنَ فَکَانُوۡا  لِجَہَنَّمَ حَطَبًا﴿ۙ﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Katakanlah: “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya  serombongan jin  mendengarkan Al-Quran, lalu  mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengar Al-Quran yang me-nakjubkan. Al-Quran itu memberi petunjuk kepada kebenaran, maka kami telah beriman kepadanya. Dan kami  tidak akan pernah menyekutukan seseorang dengan Tuhan kami, dan sesungguhnya Maha Luhur Keagungan Tuhan kami, Dia sekali-kali tidak beristri dan tidak pula beranak, dan sesungguhnya  orang-orang bodoh di antara kami berkata dusta berlebihan terhadap Allah, dan sesungguhnya  kami me-nyangka ins (manusia) dan jin   tidak akan pernah mengatakan perkataan  dusta terhadap Allah.  Dan sesungguhnya   ada beberapa orang dari ins (manusia)  yang meminta perlindungan kepada beberapa orang dari jin maka  menambah ke-sombongan mereka. Dan sesungguhnya mereka menyangka sebagaimana kamu juga menyangka bahwa  Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul, dan sesungguhnya kami benar-benar telah berusaha menyentuh langit  tetapi kami mendapatkannya penuh dengan penjagaan yang kuat dan nyala api. Dan sesungguhnya kami biasa menduduki beberapa tempat duduknya untuk mendengarkan, tetapi sekarang  barangsiapa  berusaha men-dengarkan  ia tentu akan mendapat-kan di sana bintang menyala yang mengintai. Dan  sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan dikehendaki untuk orang di bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki petunjuk kepada mereka. Dan sesungguhnya di antara kami sebagian ada orang-orang saleh dan sebagian dari kami sebaliknya. Kami mengikuti jalan-jalan yang berbeda.  Dan sesungguhnya kami meyakini bahwa kami   tidak akan pernah dapat menggagalkan Allah di bumi, dan kami tidak akan pernah dapat menghindarkannya  dengan melarikan diri.  Dan sesungguhnya tatkala kami mendengar petunjuk  kami beriman kepadanya. Dan barangsiapa beriman kepada Tuhan-nya maka ia tidak takut berkurang haknya dan tidak pula takut ketidakadilan. Dan sesungguhnya di antara kami sebagian ada yang berserah diri dan sebagian dari kami ada yang menyimpang dari kebenaran. Dan barangsiapa berserah diri maka mereka itulah yang mencari jalan lurus. Dan adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran maka mereka itu menjadi bahan bakar Jahannam, (Al-Jin [72]:1-16).
  Isyarat ayat 2  mengenai jin  mungkin tertuju kepada segolongan orang Yahudi dari Nashibin. Mereka bukan bangsa Arab dan karena mereka itu orang-orang asing maka mereka disebut “jin”, yang berarti antara lain orang asing (Lexicon Lane). Peristiwa yang disebut dalam ayat ini nampaknya lain (berbeda) dari peristiwa yang disebut dalam QS.46:30-33, meskipun ayat ini dianggap oleh beberapa sumber menunjuk kepada ayat-ayat itu, sebab kata-kata yang diucapkan oleh “jin” dalam ayat ini mempunyai kemiripan dengan kata-kata yang diucapkan oleh segolongan jin yang disebut dalam QS.46:30-33.
  Ayat 3  menunjukkan bahwa “serombongan jin” itu adalah orang-orang Kristen yang berpegang kepada Tauhid atau orang-orang Yahudi, yang bersekutu erat dengan mereka atau -- yang karena ada di bawah pengaruh mereka – baik dalam sikap dan hubungan dengan paham-paham Kristen.
  Ayat 7 Karena kata rijāl hanya dipakai mengenai manusia, ayat ini menunjukkan bahwa “serombongan jin” yang tersebut dalam ayat ini dan dalam Surah Al-Ahqāf itu adalah manusia dan bukan suatu jenis makhluk lain mana pun. Kata Arab jin di sini, dapat berarti orang-orang besar dan berpengaruh, dan ins – orang-orang rendah dan hina, yang dengan mengikuti golongan yang tersebut pertama (jin) dan mencari lindungan mereka itu, meningkatkan kesombongan dan keangkuhan mereka (jin).

Itikad Sesat Lā Nabiyya Ba’dahu (Tidak ada Lagi Nabi Sesudahnya) &
Najasyi (Raja) Abessinia yang Beriman kepada Nabi Besar Muhammad Saw.

 Ayat 8 وَّ اَنَّہُمۡ  ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ  اَنۡ  لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ  اَحَدًا -- “Dan sesungguhnya mereka menyangka sebagaimana kamu juga menyangka bahwa  Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul” -- semenjak zaman Nabi Yusuf a.s. orang-orang Yahudi tidak mempercayai lagi kedatangan rasul  Allah mana pun sesudah beliau, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ جَآءَکُمۡ یُوۡسُفُ مِنۡ قَبۡلُ بِالۡبَیِّنٰتِ فَمَا زِلۡتُمۡ فِیۡ  شَکٍّ  مِّمَّا جَآءَکُمۡ بِہٖ ؕ حَتّٰۤی  اِذَا ہَلَکَ قُلۡتُمۡ لَنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ  رَسُوۡلًا ؕ کَذٰلِکَ یُضِلُّ اللّٰہُ مَنۡ ہُوَ  مُسۡرِفٌ مُّرۡتَابُۨ ﴿ۚۖ﴾  الَّذِیۡنَ یُجَادِلُوۡنَ فِیۡۤ  اٰیٰتِ اللّٰہِ بِغَیۡرِ سُلۡطٰنٍ اَتٰہُمۡ ؕ کَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ عِنۡدَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ کَذٰلِکَ یَطۡبَعُ اللّٰہُ  عَلٰی کُلِّ  قَلۡبِ مُتَکَبِّرٍ  جَبَّارٍ ﴿﴾
Dan sungguh benar-benar telah datang kepada kamu Yusuf sebelum ini dengan bukti-bukti yang nyata, tetapi kamu selalu dalam keraguan dari apa yang dengannya dia datang kepadamu, hingga apabila ia telah mati  kamu berkata: “Allah  tidak akan per-nah mengutus seorang rasul pun sesudahnya.” Demikianlah Allah me-nyesatkan  barangsiapa yang melampaui batas, yang ragu-ragu. Yaitu orang-orang yang bertengkar mengenai  Tanda-tanda Allah tanpa dalil yang datang kepada me-reka. Sangat besar kebencian di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman, demikianlah Allah mencap setiap  hati orang sombong lagi  sewenang-senang. (Al-Mu’min [35-36).
   Nabi-nabi telah senantiasa datang ke dunia semenjak waktu yang jauh silam (QS.7:35-37), tetapi begitu busuknya pikiran orang-orang — setiap kali datang seorang nabi baru, mereka menolak dan menentangnya (QS.36:31) dan ketika ia wafat maka orang-orang yang beriman kepada nabi  Allah itu berkata bahwa tidak ada nabi akan datang lagi dan pintu wahyu telah tertutup untuk selama-lamanya. Dengan demikian benarlah firman-Nya sebelum ini mengenai itikad sesat Lā nabiyya ba’dahu --   وَّ اَنَّہُمۡ  ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ  اَنۡ  لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ  اَحَدًا -- “Dan sesungguhnya mereka menyangka sebagaimana kamu juga menyangka bahwa  Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul” (QS.72:8).
 Salah satu contoh pembesar kaum  – yakni golongan jin – dari kalangan orang Nasrani yang beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.  yang tidak terpengaruh   oleh itikad sesat Lā nabiyya ba’dahu tersebut  adalah Najasyi (Negus) Ethiopia, firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
 لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَۃً لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الۡیَہُوۡدَ وَ الَّذِیۡنَ اَشۡرَکُوۡا ۚ وَ لَتَجِدَنَّ  اَقۡرَبَہُمۡ مَّوَدَّۃً  لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ قَالُوۡۤا اِنَّا نَصٰرٰی ؕ ذٰلِکَ بِاَنَّ مِنۡہُمۡ قِسِّیۡسِیۡنَ وَ رُہۡبَانًا وَّ اَنَّہُمۡ لَا یَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾  
Niscaya engkau benar-benar akan mendapati manusia yang paling keras permusuhannya terhadap orang- orang yang beriman adalah  orang-orang Yahudi dan orang-orang yang mempersekutukan Allah. Dan niscaya engkau benar-benar akan mendapati orang yang paling dekat kecintaannya terhadap orang-orang yang beriman adalah  mereka yang berkata:  Sesungguhnya kami orang-orang Nasrani.” Hal demikian itu  karena di antara mereka ada pendeta-pendeta,   rahib-rahib, dan juga mereka tidak sombong. (Al-Māidah [5]:83).
      Qissis berarti: kepala atau penghulu umat Kristen di bidang pengetahuan dan ilmu; cendekiawan Kristen yang telah mencari dan meraih ilmu besar; orang yang cerdas lagi berilmu (Lexicon Lane).  Ruhban adalah kata jamak dari rahib yang berarti: pertapa, rahib Kristen; agamawan yang mengasingkan diri; seorang yang mengabdikan diri untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dan upacara-upacara keagamaan dalam suatu bilik kecil atau biara (Lexicon Lane).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  16 Juni  2013  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar