Selasa, 30 Juli 2013

Persamaan Pengalaman "Mati Suri" Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Nabi Yunus a.s.




 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 182

Persamaan   Pengalaman  "Mati Suri" Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Nabi Yunus a.s.      
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma




Dalam akhir Bab sebelumnya  telah  dikemukakan  mengenai  kesabaran yang diperagakan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Ayyub a.s.,   firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kesabaran para Rasul Allah secara umum:

فَاصۡبِرۡ کَمَا صَبَرَ اُولُوا الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ وَ لَا تَسۡتَعۡجِلۡ  لَّہُمۡ ؕ کَاَنَّہُمۡ یَوۡمَ یَرَوۡنَ مَا یُوۡعَدُوۡنَ ۙ لَمۡ  یَلۡبَثُوۡۤا اِلَّا سَاعَۃً  مِّنۡ نَّہَارٍ ؕ بَلٰغٌ ۚ فَہَلۡ یُہۡلَکُ  اِلَّا  الۡقَوۡمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾

Maka bersabarlah engkau seperti  orang-orang yang memiliki keteguhan hati dari antara rasul-rasul telah bersabar, dan janganlah engkau minta azab itu dipercepat bagi mereka. Pada hari ketika mereka melihat apa yang telah diancamkan kepada mereka, seolah-olah tidak pernah tinggal kecuali hanya sesaat pada siang hari. Peringatan ini telah disampaikan, dan tidak ada yang akan dibinasakan selain orang-orang  fasiq (durhaka). (Al-Ahqaf [46]:36).
      Sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ditangkap dan kemudian dipakukan pada tiang salib, diceritakan dalam Bible ada beberapa pemuka agama Yahudi yang meminta kepada beliau untuk memperlihatkan mukjizat yang mendukung kebenaran pendakwaan beliau sebagai  Mesias (Mesiah/Al-Masih) yang kedatangannya mereka tunggu-tunggu.
   Sebenarnya kalau  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) benar-benar memiliki berbagai mukjizat yang luar biasa  -- yang nyaris menyamai kekuasaan Allah Swt. -- sebagaimana yang umumnya dipercayai oleh umat Kristen dan juga umat Islam, mestinya Nabi Isa Ibnu  Maryam a.s. melakukannya, tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Bahkan terhadap tuntutan para pemuka agama Yahudi tersebut  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menjawab bahwa beliau hanya akan memperlihatlan Tanda (mukjizat) Nabi Yunus a.s.:
Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padamu”. Tetapi jawabnya kepada mereka: “Angkatan (generasi) yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian  juga anak manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan (generasi) ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” (Matius 12:38-41).
   Nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) mengenai  tanda (mukjizat) Nabi Yunus a.s. tersebut merupakan bukti bahwa – walau pun Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mempercayai  sesuai takdir Ilahi akan mengalami peristiwa mengerikan dipakukan di tiang salib oleh para pemuka Yahudi yang menentang keras pendakwaan beliau sebagai Kristus (Mesiah/Al-Masih)  -- tetapi beliau pun  meyakini bahwa beliau akan selamat dari kematian terkutuk di tiang salib sebagaimana selamatnya Nabi Yunus a.s. dari kematian  yang hina  di dalam perut ikan besar yang menelan beliau, sebagai akibat  beliau telah memperlihatkan kekurangsabaran menghadapi penentangan sementara kaumnya terhadap peringatan yang beliau kemukakan kepada mereka tentang azab Ilahi  jika mereka terus-menerus  mendustakan dan menentang beliau.
   Allah Swt. di dalam Al-Quran telah berfirman bahwa hanya orang-orang beriman sajalah yang takut terhadap “makar Allah Swt.”, sedangkan orang-orang kafir merasa aman dari “makar Allah Swt.,  karena itu mereka merupakan “orang-orang yang rugi”, firman-Nya:
اَفَاَمِنَ اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ  یَّاۡتِیَہُمۡ  بَاۡسُنَا بَیَاتًا  وَّ ہُمۡ  نَآئِمُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَوَ  اَمِنَ  اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا ضُحًی  وَّ ہُمۡ  یَلۡعَبُوۡنَ ﴿﴾  اَفَاَمِنُوۡا مَکۡرَ اللّٰہِ ۚ فَلَا  یَاۡمَنُ مَکۡرَ اللّٰہِ   اِلَّا الۡقَوۡمُ  الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah penduduk negeri-negeri ini merasa aman dari  kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari selagi mereka tidur? Ataukah penduduk negeri-negeri ini  merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka, waktu matahari naik sepenggalah sedangkan mereka bermain-main? Apakah mereka merasa aman dari makar Allah? Maka tidak ada yang merasa dirinya aman dari makar Allah kecuali kaum yang rugi. (Al-A’rāf [7]:98-99).
Kata-kata “Ahlul-qurā” menunjuk kepada kota Mekkah dan kota-kota lainnya di Hijaz. Artinya, yaitu: “Tidakkah kaum Mekkah dan lain-lain mengambil pelajaran dari nasib buruk bangsa ‘Ād, Tsamūd, umat Nabi Luth a.s.., dan pula umat Nabi Syu’aib a.s.?”

“Duel Makar” Melalui “Penyaliban”

Perlu diketahui bahwa pada mada pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. dari kalangan Bani Adam (QS.7:35-37) maka sebagaimana yang diprediksi oleh para malaikat -- mengenai kemunculan orang-orang yang berbuat kerusakan dan menumpahkan darah  di muka bumi yang dilakukan oleh para penentang Khalifah Allah (QS.2:31-35) – pada waktu itu senantiasa terjadi “duel makar” antara “makar buruk” yang dilakukan  para penentang Rasul Allah dengan “makar tandingan” Allah Swt. yang mengutus Rasul Allah tersebut. Dan  dari “duel makar” tersebut yang muncul sebagai pemenang adalah pihak Khalifah Allah atau Rasul Allah, firman-Nya:
وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ  الۡجِبَالُ ﴿﴾  فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ  رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾   
Dan sungguh  mereka telah melakukan makar mereka, tetapi makar mereka ada di sisi Allah,  dan jika sekali pun  makar mereka dapat memindahkan gunung-gunung. Maka janganlah engkau sama sekali menyangka  bahwa  Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan (Ibrahim [14]:47-48). Lihat pula QS.3:53-55; QS.8:31; QS.13:43; QS.27:51.
    Begitu juga halnya ketika Allah Swt. mengutus Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pun telah terjadi “duel makar” antara makar buruk para pemuka agama Yahudi  -- yang bermaksud membunuh  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban -- dengan makar tandingan Allah Swt., yang  sekali pun benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sempat dipakukan di tiang salib selama 3 jam pada hari Jum’at sore, tetapi Allah Swt. sesuai janji-Nya dengan cara-cara yang sangat mysterius telah menyelamatkan beliau dari kematian terkutuk di tiang salib sebagaimana yang dikehendaki oleh para pemuka agama Yahudi tersebut.

Menggelincirkan “Orang-orang yang Berhati Bengkok”

     “Duel makar” melalui  “tiang salib” tersebut benar-benar  telah membuat banyak pihak yang tergelincir, terutama mereka yang dalam hatinya ada penyakit atau kebengkokan, firman-Nya:
وَّ قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ  اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ  اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ  یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ  بَلۡ رَّفَعَہُ اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara biasa dan tidak pula mematikannya melalui penyaliban, akan tetapi ia disamarkan  kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya  orang-orang yang berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini,  mereka tidak memiliki  pengetahuan yang pasti mengenai ini melainkan menuruti dugaan belaka dan mereka tidak  yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah meng-angkatnya kepada-Nya dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (Al-Nisa [4]:158-159).
     Mā shalabū hu artinya  “mereka tidak menyebabkan kematian dia pada tiang salib”, sebab shalab itu cara membunuh yang terkenal. Orang berkata Shalaba al-lish-sha, yakni “ia membunuh pencuri itu dengan memakunya pada tiang salib”. Ayat itu tidak mengingkari kenyataan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  dipakukan ke tiang salib, tetapi menyangkal bahwa beliau mati terkutuk di atas tiang salib itu sebagaimana yang direncanakan oleh para pemuka agama Yahudi.
  Kata-kata syubbiha lahum artinya: Nabi Isa ibnu Mryam  a.s. ditampakkan kepada orang-orang Yahudi seperti orang yang mati disalib; atau hal kematian Nabi Isa a.s. menjadi samar atau menjadi teka-teki kepada mereka. Syubbiha 'alaihi al-amru, artinya hal itu dibuat kalang-kabut, samar atau teka-teki kepadanya (Lane).
  Ungkapan, mā qatalū hu yaqīnan, artinya: (1) mereka tidak membunuh dia dengan nyata; (2) mereka tidak mengubah  dugaan mereka  jadi keyakinan, yakni  pengetahuan mereka mengenai kematian Nabi Isa a.s. pada tiang salib tidak demikian pastinya sampai tidak ada suatu celah keraguan pun dalam pikiran mereka bahwa mereka benar-benar telah membunuh beliau.
  Dalam hal ini kata ganti hu dalam qatalūhu menunjuk kepada kata benda zhann (dugaan). Orang-orang Arab berkata qatalasy-syai’a khubran, yakni ia memperoleh pengetahuan sepenuhnya dan pasti mengenai hal itu supaya menia-dakan segala kemungkinan untuk meragukan hal itu (Lexicon Lane, Lisan-ul-‘Arab, dan Al-Mufradat).

Hakikat Doa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di taman Getsemani
    Allah Swt. dalam Al-Quran berfirman mengenai adanya “duel makar” antara “makar buruk” para pemuka agama Yahudi dengan “makar tandingan” yang dirancang Allah Swt.:
فَلَمَّاۤ  اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ﴿﴾  رَبَّنَاۤ  اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾   وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka tatkala Isa merasa ada kekafiran pada mereka yakni kaumnya ia berkata: ”Siapakah penolong-penolongku  dalam urusan Allah?” Para hawari berkata: “Kamilah para penolong urusan Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah  diri.  “Ya Tuhan kami, kami ber-iman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama   orang-orang yang menjadi saksi. Dan mereka,  yakni musuh Al-Masih, merancang makar  buruk  dan Allah pun merancang makar  tandingan  dan Allah sebaik-baik Perancang makar.  (Āli ‘Imran [3]:53-55). 
      Orang-orang Yahudi telah merencanakan supaya Nabi Isa ibnu Maryam a.s. harus mati terkutuk di atas salib untuk membuktikan  kedustaan  pendakwaan beliau sebagai Al-Masih   (Ulangan 21:24), tetapi rencana Allah Swt.  adalah beliau harus selamat dari kematian terkutuk semacam itu.
     Rencana (makar buruk) orang-orang Yahudi gagal dan rencana Ilahi (makar tandingan Allah Swt.) berhasil, sebab  Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  tidak mati di atas salib, melainkan diturunkan dalam keadaan hidup, dan wafat secara wajar di Kashmir dalam usia  sangat lanjut (120 tahun), dan jauh dari tempat beliau mengalami peristiwa penyaliban  di Palestina (QS.3:56-57; QS.23:51).
 Mengisyaratkan kepada “rasa takut” atau “tidak aman” yang dirasakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam menghadapi  makar Allah Swt. itulah maka beliau  telah berdoa secara khusus   dengan penuh rasa sedih dan  takut di taman Getsemani:
26:36 Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." 26:37 Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus  serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih  dan gentar, 26:38 lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih,   seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku. " 26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini  lalu   dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. " 26:40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?   26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:  roh memang penurut, tetapi daging lemah." 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" 26:43 Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. 26:44 Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. 26:45 Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya   sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. 26:46 Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat." (Matius 26:36-43).

Eli, Eli, lama sabachtani  - Allah-Ku, Allah-Ku,
mengapa Engkau meningggalkan aku?”
        
     Makar tandingan yang dirancang Allah Swt. benar-benar sangat halus serta mysterius  sehingga sampat saat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di pakukan di tiang salib pun beliau  sama sekali tidak mengerti mengapa Allah Swt. seakan-akan membiarkan beliau harus menderita dipakukan di atas salib, sehingga dalam kesedihannya yang memuncak beliau berteriak: “Eli, Eli, lama sabachtani  - Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meningggalkan aku?”:
Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?"  Artinya:  Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?  (Matius 27:38-46).
    Dengan demikian benarlah pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya sebelumnya bahwa hanya orang-orang beriman sajalah yang merasa takut terhadap  makar Allah Swt.:
اَفَاَمِنَ اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ  یَّاۡتِیَہُمۡ  بَاۡسُنَا بَیَاتًا  وَّ ہُمۡ  نَآئِمُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَوَ  اَمِنَ  اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا ضُحًی  وَّ ہُمۡ  یَلۡعَبُوۡنَ ﴿﴾ اَفَاَمِنُوۡا مَکۡرَ اللّٰہِ ۚ فَلَا  یَاۡمَنُ مَکۡرَ اللّٰہِ   اِلَّا الۡقَوۡمُ  الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah penduduk negeri-negeri ini merasa aman dari  kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari selagi mereka tidurAtaukah penduduk negeri-negeri ini  merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka, waktu matahari naik sepenggalah sedangkan mereka bermain-main? Apakah mereka merasa aman dari makar Allah? Maka tidak ada yang merasa dirinya aman dari makar Allah kecuali kaum yang rugi. (Al-A’rāf [7]:98-99).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  26 Juni  2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar