بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 182
Persamaan Pengalaman "Mati Suri" Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Nabi Yunus
a.s.
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
فَاصۡبِرۡ
کَمَا صَبَرَ اُولُوا الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ وَ لَا تَسۡتَعۡجِلۡ لَّہُمۡ ؕ کَاَنَّہُمۡ یَوۡمَ یَرَوۡنَ مَا یُوۡعَدُوۡنَ
ۙ لَمۡ یَلۡبَثُوۡۤا اِلَّا سَاعَۃً مِّنۡ نَّہَارٍ ؕ بَلٰغٌ ۚ فَہَلۡ
یُہۡلَکُ اِلَّا الۡقَوۡمُ
الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Maka bersabarlah engkau seperti orang-orang
yang memiliki keteguhan hati dari antara rasul-rasul telah bersabar, dan janganlah engkau minta azab itu
dipercepat bagi mereka. Pada hari
ketika mereka melihat apa yang telah diancamkan kepada mereka, seolah-olah tidak pernah tinggal kecuali hanya sesaat
pada siang hari. Peringatan ini telah disampaikan, dan tidak ada yang akan dibinasakan selain
orang-orang fasiq (durhaka). (Al-Ahqaf
[46]:36).
Sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ditangkap dan kemudian dipakukan pada tiang salib, diceritakan dalam Bible
ada beberapa pemuka agama Yahudi yang
meminta kepada beliau untuk
memperlihatkan mukjizat yang
mendukung kebenaran pendakwaan beliau
sebagai Mesias (Mesiah/Al-Masih) yang kedatangannya mereka tunggu-tunggu.
Sebenarnya kalau Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus)
benar-benar memiliki berbagai mukjizat
yang luar biasa -- yang nyaris menyamai kekuasaan Allah Swt. -- sebagaimana yang
umumnya dipercayai oleh umat Kristen dan juga umat Islam, mestinya Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. melakukannya, tetapi
dalam kenyataannya tidak demikian. Bahkan terhadap tuntutan para pemuka agama Yahudi tersebut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menjawab bahwa
beliau hanya akan memperlihatlan Tanda (mukjizat)
Nabi Yunus a.s.:
Pada waktu
itu berkatalah beberapa ahli Taurat
dan orang Farisi kepada Yesus:
“Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari
padamu”. Tetapi jawabnya kepada mereka: “Angkatan (generasi) yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda.
Tetapi kepada mereka tidak akan
diberikan tanda selain tanda nabi
Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal
di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga anak
manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan
bangkit bersama angkatan (generasi) ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang
Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya
yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” (Matius 12:38-41).
Nubuatan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) mengenai tanda
(mukjizat) Nabi Yunus a.s. tersebut merupakan bukti bahwa – walau pun Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mempercayai sesuai takdir
Ilahi akan mengalami peristiwa mengerikan
dipakukan di tiang salib oleh para pemuka Yahudi yang menentang keras pendakwaan beliau sebagai Kristus (Mesiah/Al-Masih) -- tetapi beliau pun meyakini
bahwa beliau akan selamat dari kematian terkutuk di tiang salib sebagaimana selamatnya Nabi Yunus a.s. dari kematian yang hina
di dalam perut ikan besar yang
menelan beliau, sebagai akibat beliau
telah memperlihatkan kekurangsabaran
menghadapi penentangan sementara
kaumnya terhadap peringatan yang
beliau kemukakan kepada mereka tentang azab
Ilahi jika mereka terus-menerus mendustakan
dan menentang beliau.
Allah Swt. di dalam Al-Quran telah
berfirman bahwa hanya orang-orang beriman sajalah yang takut terhadap “makar
Allah Swt.”, sedangkan orang-orang kafir
merasa aman dari “makar Allah Swt., karena itu mereka merupakan “orang-orang yang
rugi”, firman-Nya:
اَفَاَمِنَ
اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا بَیَاتًا وَّ ہُمۡ
نَآئِمُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَوَ
اَمِنَ اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ
یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا ضُحًی وَّ
ہُمۡ یَلۡعَبُوۡنَ ﴿﴾ اَفَاَمِنُوۡا
مَکۡرَ اللّٰہِ ۚ فَلَا یَاۡمَنُ مَکۡرَ
اللّٰہِ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah penduduk
negeri-negeri ini merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka di malam hari selagi mereka tidur? Ataukah penduduk
negeri-negeri ini merasa
aman dari kedatangan
siksaan Kami kepada mereka, waktu matahari naik sepenggalah sedangkan mereka
bermain-main? Apakah mereka merasa
aman dari makar Allah? Maka tidak
ada yang merasa dirinya aman dari makar Allah kecuali kaum yang rugi. (Al-A’rāf [7]:98-99).
Kata-kata “Ahlul-qurā”
menunjuk kepada kota Mekkah dan kota-kota lainnya di Hijaz. Artinya, yaitu:
“Tidakkah kaum Mekkah dan lain-lain mengambil
pelajaran dari nasib buruk bangsa
‘Ād, Tsamūd, umat Nabi Luth a.s.., dan pula
umat Nabi Syu’aib a.s.?”
“Duel Makar”
Melalui “Penyaliban”
Perlu diketahui bahwa pada
mada pengutusan Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan Allah Swt.
dari kalangan Bani Adam (QS.7:35-37)
maka sebagaimana yang diprediksi oleh
para malaikat -- mengenai kemunculan orang-orang yang berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di muka
bumi yang dilakukan oleh para penentang Khalifah
Allah (QS.2:31-35) – pada waktu itu senantiasa terjadi “duel makar” antara “makar buruk” yang dilakukan
para penentang Rasul Allah
dengan “makar tandingan” Allah Swt.
yang mengutus Rasul Allah tersebut.
Dan dari “duel makar” tersebut yang muncul sebagai pemenang adalah pihak Khalifah
Allah atau Rasul Allah,
firman-Nya:
وَ قَدۡ
مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ
لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ الۡجِبَالُ ﴿﴾ فَلَا تَحۡسَبَنَّ
اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ رُسُلَہٗ ؕ
اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ
ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾
Dan sungguh
mereka telah melakukan makar mereka, tetapi makar mereka ada di sisi Allah, dan jika sekali pun makar mereka dapat memindahkan gunung-gunung.
Maka janganlah engkau sama sekali
menyangka bahwa Allah akan
menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya Allah
Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan (Ibrahim [14]:47-48).
Lihat pula QS.3:53-55; QS.8:31; QS.13:43; QS.27:51.
Begitu juga halnya ketika Allah Swt. mengutus
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pun telah terjadi “duel makar” antara makar buruk para pemuka agama
Yahudi -- yang bermaksud membunuh
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban
-- dengan makar tandingan Allah
Swt., yang sekali pun benar Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. sempat dipakukan di
tiang salib selama 3 jam pada
hari Jum’at sore, tetapi Allah Swt. sesuai janji-Nya
dengan cara-cara yang sangat mysterius telah menyelamatkan beliau dari kematian
terkutuk di tiang salib sebagaimana yang dikehendaki oleh para pemuka agama Yahudi tersebut.
Menggelincirkan “Orang-orang yang
Berhati Bengkok”
“Duel makar” melalui “tiang salib” tersebut benar-benar telah membuat banyak pihak yang tergelincir, terutama mereka yang dalam hatinya ada penyakit atau kebengkokan,
firman-Nya:
وَّ
قَوۡلِہِمۡ اِنَّا قَتَلۡنَا الۡمَسِیۡحَ عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ رَسُوۡلَ اللّٰہِ
ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ وَ مَا صَلَبُوۡہُ وَ لٰکِنۡ شُبِّہَ لَہُمۡ ؕ وَ اِنَّ الَّذِیۡنَ اخۡتَلَفُوۡا فِیۡہِ لَفِیۡ
شَکٍّ مِّنۡہُ ؕ مَا لَہُمۡ بِہٖ مِنۡ عِلۡمٍ
اِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَ مَا قَتَلُوۡہُ یَقِیۡنًۢا ﴿﴾ۙ بَلۡ رَّفَعَہُ
اللّٰہُ اِلَیۡہِ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ عَزِیۡزًا حَکِیۡمًا ﴿﴾
Dan karena
ucapan mereka: “Sesungguhnya kami
telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya secara
biasa dan tidak pula mematikannya
melalui penyaliban, akan tetapi ia disamarkan kepada
mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya orang-orang yang
berselisih dalam hal ini niscaya ada dalam keraguan mengenai ini, mereka tidak memiliki pengetahuan yang pasti mengenai ini
melainkan menuruti dugaan belaka
dan mereka tidak yakin telah membunuhnya. Bahkan Allah telah meng-angkatnya kepada-Nya
dan Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (Al-Nisa
[4]:158-159).
Mā shalabū hu artinya “mereka tidak menyebabkan kematian dia pada
tiang salib”, sebab shalab itu cara membunuh
yang terkenal. Orang berkata Shalaba al-lish-sha, yakni “ia membunuh
pencuri itu dengan memakunya pada tiang salib”. Ayat itu tidak mengingkari
kenyataan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dipakukan
ke tiang salib, tetapi menyangkal bahwa beliau mati terkutuk
di atas tiang salib itu sebagaimana
yang direncanakan oleh para pemuka
agama Yahudi.
Kata-kata syubbiha lahum artinya: Nabi
Isa ibnu Mryam a.s. ditampakkan kepada
orang-orang Yahudi seperti orang yang
mati disalib; atau hal kematian Nabi Isa a.s. menjadi samar atau menjadi teka-teki kepada mereka. Syubbiha 'alaihi al-amru, artinya
hal itu dibuat kalang-kabut, samar atau teka-teki kepadanya (Lane).
Ungkapan, mā qatalū hu yaqīnan,
artinya: (1) mereka tidak membunuh dia dengan nyata; (2) mereka tidak
mengubah dugaan mereka jadi keyakinan, yakni pengetahuan
mereka mengenai kematian Nabi Isa
a.s. pada tiang salib tidak demikian pastinya sampai tidak ada suatu celah keraguan pun dalam pikiran mereka bahwa
mereka benar-benar telah membunuh
beliau.
Dalam hal ini kata ganti hu dalam qatalūhu
menunjuk kepada kata benda zhann (dugaan). Orang-orang Arab berkata qatalasy-syai’a
khubran, yakni ia memperoleh pengetahuan sepenuhnya dan pasti mengenai hal
itu supaya menia-dakan segala kemungkinan untuk meragukan hal itu (Lexicon Lane, Lisan-ul-‘Arab, dan Al-Mufradat).
Hakikat
Doa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di
taman Getsemani
Allah Swt.
dalam Al-Quran berfirman mengenai adanya “duel
makar” antara “makar buruk” para pemuka agama Yahudi dengan “makar
tandingan” yang dirancang Allah Swt.:
فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ
اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ
اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا
الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَکَرُوۡا وَ
مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka
tatkala Isa merasa ada kekafiran pada mereka yakni kaumnya
ia berkata: ”Siapakah penolong-penolongku
dalam urusan Allah?”
Para hawari berkata: “Kamilah para penolong urusan Allah.
Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
berserah diri. “Ya
Tuhan kami, kami ber-iman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami
mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama
orang-orang yang menjadi saksi. Dan mereka, yakni musuh Al-Masih, merancang makar buruk dan Allah
pun merancang makar tandingan dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Āli ‘Imran
[3]:53-55).
Orang-orang Yahudi telah merencanakan supaya Nabi Isa ibnu Maryam a.s. harus mati terkutuk di atas salib untuk membuktikan kedustaan pendakwaan beliau sebagai Al-Masih (Ulangan
21:24), tetapi rencana Allah Swt. adalah
beliau harus selamat dari kematian terkutuk semacam itu.
Rencana (makar buruk) orang-orang
Yahudi gagal dan rencana Ilahi (makar
tandingan Allah Swt.) berhasil, sebab
Nabi Isa ibnu Maryam a.s. tidak
mati di atas salib, melainkan diturunkan
dalam keadaan hidup, dan wafat secara
wajar di Kashmir dalam usia sangat
lanjut (120 tahun), dan jauh dari tempat beliau mengalami peristiwa penyaliban di Palestina (QS.3:56-57; QS.23:51).
Mengisyaratkan kepada “rasa takut” atau “tidak aman”
yang dirasakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam menghadapi makar Allah Swt. itulah maka beliau
telah berdoa secara
khusus dengan penuh rasa sedih dan takut
di taman Getsemani:
26:36 Maka sampailah Yesus
bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah
di sini, sementara Aku pergi ke sana
untuk berdoa." 26:37 Dan Ia
membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, 26:38 lalu
kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku. "
26:39 Maka
Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. " 26:40
Setelah itu Ia kembali kepada
murid-murid-Nya itu dan mendapati
mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam
dengan Aku? 26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging
lemah." 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin
lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" 26:43 Dan
ketika Ia kembali pula, Ia mendapati
mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. 26:44 Ia
membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa
untuk ketiga kalinya dan mengucapkan
doa yang itu juga. 26:45
Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang
dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. 26:46 Bangunlah, marilah kita pergi. Dia
yang menyerahkan Aku sudah dekat." (Matius 26:36-43).
“Eli, Eli, lama sabachtani -
Allah-Ku, Allah-Ku,
mengapa Engkau meningggalkan
aku?”
Makar
tandingan yang dirancang Allah Swt. benar-benar
sangat halus serta mysterius sehingga sampat saat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
di pakukan di tiang salib pun beliau
sama sekali tidak mengerti
mengapa Allah Swt. seakan-akan membiarkan beliau harus menderita dipakukan di atas salib, sehingga dalam kesedihannya yang memuncak beliau
berteriak: “Eli, Eli, lama sabachtani - Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meningggalkan aku?”:
Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah
kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di sana menghujat
Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau
merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari,
selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"
Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua
mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi
diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun
dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada
Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya!
Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." Bahkan penyamun-penyamun
yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. Kira-kira
jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:38-46).
Dengan
demikian benarlah pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya sebelumnya bahwa hanya
orang-orang beriman sajalah yang merasa takut terhadap makar Allah Swt.:
اَفَاَمِنَ
اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا بَیَاتًا وَّ ہُمۡ
نَآئِمُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَوَ
اَمِنَ اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ
یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا ضُحًی وَّ
ہُمۡ یَلۡعَبُوۡنَ ﴿﴾ اَفَاَمِنُوۡا
مَکۡرَ اللّٰہِ ۚ فَلَا یَاۡمَنُ مَکۡرَ
اللّٰہِ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah penduduk negeri-negeri
ini merasa aman dari kedatangan
siksaan Kami kepada mereka di malam hari selagi mereka tidur? Ataukah
penduduk negeri-negeri ini merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka, waktu matahari naik sepenggalah sedangkan mereka bermain-main?
Apakah mereka merasa aman dari makar Allah?
Maka tidak ada yang merasa dirinya aman
dari makar Allah kecuali kaum yang
rugi. (Al-A’rāf [7]:98-99).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar