Jumat, 12 Juli 2013

Hubungan "Golongan Jins" dan "golongan Ins (Manusia) dengan Penganut Faham "Kapitalisme" dan" Sosialisme" (Komunisme)




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 169

Hubungan “Golongan Jin” dan “Golongan Ins (Manusia)” dengan Penganut Faham Kapitalisme dan Sosialisme (Komunisme)      
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam akhir Bab sebelumnya telah  dikemukakan mengenai 2 golongan jin  -- yakni golongan Ahli Kitab atau orang-orang Yahudi -- yang secara sembunyi-sembunyi bertemu dengan Nabi Besar Muhammad saw. di Mekkah pada pada waktu malam kemudian mereka beriman setelah mendengar wahyu Al-Quran yang ditilawatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw.,  firman-Nya:
وَ اِذۡ صَرَفۡنَاۤ  اِلَیۡکَ نَفَرًا مِّنَ الۡجِنِّ یَسۡتَمِعُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ ۚ فَلَمَّا حَضَرُوۡہُ قَالُوۡۤا  اَنۡصِتُوۡا ۚ فَلَمَّا قُضِیَ وَلَّوۡا اِلٰی قَوۡمِہِمۡ  مُّنۡذِرِیۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا یٰقَوۡمَنَاۤ  اِنَّا سَمِعۡنَا کِتٰبًا  اُنۡزِلَ مِنۡۢ  بَعۡدِ مُوۡسٰی مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡہِ یَہۡدِیۡۤ  اِلَی الۡحَقِّ وَ اِلٰی طَرِیۡقٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾  یٰقَوۡمَنَاۤ  اَجِیۡبُوۡا دَاعِیَ اللّٰہِ  وَ اٰمِنُوۡا بِہٖ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ  مِّنۡ ذُنُوۡبِکُمۡ  وَیُجِرۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  وَ مَنۡ  لَّا یُجِبۡ دَاعِیَ اللّٰہِ  فَلَیۡسَ بِمُعۡجِزٍ فِی  الۡاَرۡضِ وَ لَیۡسَ لَہٗ مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اَوۡلِیَآءُ ؕ اُولٰٓئِکَ فِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ﴿﴾
Dan ingatlah ketika  Kami hadapkan kepada engkau segolongan dari jin  yang ingin mendengarkan Al-Quran, maka tatkala mereka hadir kepadanya mereka berkata: "Diamlah dan dengarkanlah!"  Maka tatkala telah selesai mereka kembali kepada kaum mereka untuk memberi peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya  kami telah mendengar suatu Kitab yang telah diturunkan sesudah Musa  menggenapi apa yang ada sebelumnya dan  memimpin kepada kebenaran serta kepada jalan yang lurus.  Hai  kaum kami, sambutlah penyeru kepada Allah dan berimanlah kepadanya, Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Dia akan melin-dungi kamu dari azab yang pedihDan barangsiapa tidak menyambut penyeru kepada Allah,  maka ia tidak dapat melemahkannya di bumi dan tidak ada baginya pelindung-pelindung selain Dia,  mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (Al-Ahqāf [46]:30-33).
   Golongan jin yang diisyaratkan dalam ayat ini adalah orang-orang Yahudi dari Nashibin, atau seperti sumber lain mengatakan, adalah orang-orang Yahudi dari Maushal atau Ninewe, Irak. Karena takut akan penentangan dari orang-orang Mekkah, mereka menjumpai Nabi Besar Muhammad saw.  pada waktu malam, dan setelah mendengarkan pembacaan Al-Quran dan penjelasan Nabi Besar Muhammad saw. mereka masuk Islam dan menyampaikan agama baru itu kepada kaum mereka yang juga dengan suka hati menerimanya (Bayan, jilid ke-8).  
      Ayat 31  menunjukkan bahwa golongan jin yang disebut dalam ayat sebelumnya adalah orang-orang Yahudi, sebab mereka mengatakan tentang Al-Quran sebagai "Kitab yang telah diturunkan sesudah Musa", yakni:
قَالُوۡا یٰقَوۡمَنَاۤ  اِنَّا سَمِعۡنَا کِتٰبًا  اُنۡزِلَ مِنۡۢ  بَعۡدِ مُوۡسٰی مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡہِ یَہۡدِیۡۤ  اِلَی الۡحَقِّ وَ اِلٰی طَرِیۡقٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ
Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya  kami telah mendengar suatu Kitab yang telah diturunkan sesudah Musa  menggenapi apa yang ada sebelumnya dan  memimpin kepada kebenaran serta kepada jalan yang lurus.”

Orang-orang Kristen yang Beriman
Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.

        Dalam firman-Nya  berikut ini  golongan jin  tersebut menyinggung masalah itikad sesat “Tuhan punya anak”, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan jin  para pemuka agama Kristen, yang kemudian beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. serta menjadi Muslim:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿ۙ﴾  قُلۡ  اُوۡحِیَ  اِلَیَّ  اَنَّہُ  اسۡتَمَعَ  نَفَرٌ مِّنَ الۡجِنِّ فَقَالُوۡۤا  اِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡاٰنًا عَجَبًا  ۙ﴿﴾  یَّہۡدِیۡۤ  اِلَی الرُّشۡدِ فَاٰمَنَّا بِہٖ ؕ وَ لَنۡ نُّشۡرِکَ بِرَبِّنَاۤ   اَحَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّہٗ  تَعٰلٰی جَدُّ  رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَۃً وَّ لَا وَلَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّہٗ  کَانَ یَقُوۡلُ سَفِیۡہُنَا عَلَی اللّٰہِ شَطَطًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ  اَنۡ  لَّنۡ تَقُوۡلَ الۡاِنۡسُ وَ الۡجِنُّ عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا ۙ﴿﴾  وَّ  اَنَّہٗ کَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ یَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ  مِّنَ  الۡجِنِّ فَزَادُوۡہُمۡ  رَہَقًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّہُمۡ  ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ  اَنۡ  لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ  اَحَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا لَمَسۡنَا السَّمَآءَ  فَوَجَدۡنٰہَا مُلِئَتۡ حَرَسًا شَدِیۡدًا وَّ  شُہُبًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا کُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡہَا مَقَاعِدَ لِلسَّمۡعِ ؕ فَمَنۡ  یَّسۡتَمِعِ الۡاٰنَ  یَجِدۡ لَہٗ  شِہَابًا  رَّصَدًا ۙ﴿﴾  وَّ اَنَّا لَا  نَدۡرِیۡۤ  اَشَرٌّ  اُرِیۡدَ بِمَنۡ فِی الۡاَرۡضِ اَمۡ  اَرَادَ بِہِمۡ  رَبُّہُمۡ  رَشَدًا ﴿ۙ﴾  وَّ اَنَّا مِنَّا الصّٰلِحُوۡنَ وَ مِنَّا دُوۡنَ ذٰلِکَ ؕ  کُنَّا طَرَآئِقَ قِدَدًا ﴿ۙ﴾  وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ  اَنۡ  لَّنۡ نُّعۡجِزَ اللّٰہَ  فِی  الۡاَرۡضِ وَ  لَنۡ  نُّعۡجِزَہٗ  ہَرَبًا ﴿ۙ﴾  وَّ اَنَّا لَمَّا سَمِعۡنَا  الۡہُدٰۤی اٰمَنَّا بِہٖ ؕ فَمَنۡ یُّؤۡمِنۡۢ  بِرَبِّہٖ  فَلَا یَخَافُ بَخۡسًا وَّ لَا رَہَقًا ﴿ۙ﴾   وَّ اَنَّا مِنَّا  الۡمُسۡلِمُوۡنَ وَ مِنَّا الۡقٰسِطُوۡنَ ؕ فَمَنۡ  اَسۡلَمَ فَاُولٰٓئِکَ تَحَرَّوۡا  رَشَدًا ﴿﴾  وَ  اَمَّا  الۡقٰسِطُوۡنَ فَکَانُوۡا  لِجَہَنَّمَ حَطَبًا﴿ۙ﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Katakanlah: “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya  serombongan jin  mendengarkan Al-Quran, lalu  mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengar Al-Quran yang me-nakjubkan. Al-Quran itu memberi petunjuk kepada kebenaran, maka kami telah beriman kepadanya. Dan kami  tidak akan pernah menyekutukan seseorang dengan Tuhan kami, dan sesungguhnya Maha Luhur Keagungan Tuhan kami, Dia sekali-kali tidak beristri dan tidak pula beranak, dan sesungguhnya  orang-orang bodoh di antara kami berkata dusta berlebihan terhadap Allah, dan sesungguhnya  kami me-nyangka ins (manusia) dan jin   tidak akan pernah mengatakan perkataan  dusta terhadap Allah.  Dan sesungguhnya   ada beberapa orang dari ins (manusia)  yang meminta perlindungan kepada beberapa orang dari jin maka  menambah ke-sombongan mereka. Dan sesungguhnya mereka menyangka sebagaimana kamu juga menyangka bahwa  Allah tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul, dan sesungguhnya kami benar-benar telah berusaha menyentuh langit  tetapi kami mendapatkannya penuh dengan penjagaan yang kuat dan nyala api. Dan sesungguhnya kami biasa menduduki beberapa tempat duduknya untuk mendengarkan, tetapi sekarang  barangsiapa berusaha mendengarkan  ia tentu akan mendapat-kan di sana bintang menyala yang mengintai. Dan  sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan dikehendaki untuk orang di bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki petunjuk kepada mereka. Dan sesungguhnya di antara kami sebagian ada orang-orang saleh dan sebagian dari kami sebaliknya. Kami mengikuti jalan-jalan yang berbeda.  Dan sesungguhnya kami meyakini bahwa kami   tidak akan pernah dapat menggagalkan Allah di bumi, dan kami tidak akan pernah dapat mehindarkannya  dengan melarikan diri.  Dan sesungguhnya tatkala kami mendengar petunjuk  kami beriman kepadanya. Dan barangsiapa beriman kepada Tuhan-nya maka ia tidak takut berkurang haknya dan tidak pula takut ketidakadilan. Dan sesungguhnya di antara kami sebagian ada yang berserah diri dan sebagian dari kami ada yang menyimpang dari kebenaran. Dan ba-rangsiapa berserah diri maka mereka itulah yang mencari jalan lurus. Dan adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran maka mereka itu menjadi bahan bakar Jahannam, (Al-Jin [72]:1-16).
    Isyarat ayat 2  mengenai jin  mungkin tertuju kepada segolongan orang Yahudi dari Nashibin. Mereka bukan bangsa Arab dan karena mereka itu orang-orang asing maka mereka disebut “jin”, yang berarti antara lain orang asing (Lexicon Lane). Peristiwa yang disebut dalam ayat ini nampaknya lain (berbeda) dari peristiwa yang disebut dalam QS.46:30-33, meskipun ayat ini dianggap oleh beberapa sumber menunjuk kepada ayat-ayat itu, sebab kata-kata yang diucapkan oleh “jin” dalam ayat ini mempunyai kemiripan dengan kata-kata yang diucapkan oleh segolongan jin yang disebut dalam QS.46:30-33.
  Ayat 3  menunjukkan bahwa “serombongan jin” itu adalah orang-orang Kristen yang berpegang kepada Tauhid atau orang-orang Yahudi, yang bersekutu erat dengan mereka atau -- yang karena ada di bawah pengaruh mereka – baik dalam sikap dan hubungan dengan paham-paham Kristen.
  Ayat 7 Karena kata rijāl hanya dipakai mengenai manusia, ayat ini menunjukkan bahwa “serombongan jin” yang tersebut dalam ayat ini dan dalam Surah Al-Ahqāf itu adalah manusia dan bukan suatu jenis makhluk lain mana pun. Kata Arab jin di sini, dapat berarti orang-orang besar dan berpengaruh, dan ins – orang-orang rendah dan hina, yang dengan mengikuti golongan yang tersebut pertama (jin) dan mencari lindungan mereka itu, meningkatkan kesombongan dan keangkuhan mereka (jin).
   Salah satu contoh pembesar kaum  – yakni golongan jin – dari kalangan orang Nasrani yang beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.  yang tidak terpengaruh   oleh itikad sesat Lā nabiyya ba’dahu tersebut  adalah Najasyi (Negus) Ethiopia, firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
 لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَۃً لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الۡیَہُوۡدَ وَ الَّذِیۡنَ اَشۡرَکُوۡا ۚ وَ لَتَجِدَنَّ  اَقۡرَبَہُمۡ مَّوَدَّۃً  لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ قَالُوۡۤا اِنَّا نَصٰرٰی ؕ ذٰلِکَ بِاَنَّ مِنۡہُمۡ قِسِّیۡسِیۡنَ وَ رُہۡبَانًا وَّ اَنَّہُمۡ لَا یَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾ 
Niscaya engkau benar-benar akan mendapati manusia yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah  orang-orang Yahudi dan orang-orang yang mempersekutukan Allah. Dan niscaya engkau benar-benar akan mendapati orang yang paling dekat kecintaannya terhadap orang-orang yang beriman adalah  mereka yang berkata:  Sesungguhnya kami orang-orang Nasrani.” Hal demikian itu  karena di antara mereka ada pendeta-pendeta,   rahib-rahib, dan juga mereka tidak sombong. (Al-Māidah [5]:83).
       Qissis berarti: kepala atau penghulu umat Kristen di bidang pengetahuan dan ilmu; cendekiawan Kristen yang telah mencari dan meraih ilmu besar; orang yang cerdas lagi berilmu (Lexicon Lane).  Ruhban adalah kata jamak dari rahib yang berarti: pertapa, rahib Kristen; agamawan yang mengasingkan diri; seorang yang mengabdikan diri untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dan upacara-upacara keagamaan dalam suatu bilik kecil atau biara (Lexicon Lane).

Perbedaan Sikap Kisra Iran dan Kaisar Rumawi
Terhadap Surat Dakwah Nabi Besar Muhammad Saw.

       Tetapi keadaan demikian tidak berlangsung lama. Di tempat lain Al-Quran memperingatkan umat Islam bahwa mereka ditakdirkan akan mengalami penderitaan paling berat dari tangan orang-orang Kristen  -- yakni Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) -- yang akan menyerang mereka dari segala penjuru (QS.21:97; QS.17:5-9). Di dalam hadits pun ada kabar-kabar gaib tentang ini.
Ayat ini  berlaku hanya bagi orang-orang Kristen di zaman  Nabi Besar Muhammad saw.. Sejarah menunjang kesimpulan ini bahwa Najasyi, raja Kristen dari Abesinia, memberikan perlindungan kepada pengungsi-pengungsi kaum Islam; dan Muqauqas, Raja-muda Kristen dari Mesir, mempersembahkan hadiah-hadiah kepada  Nabi Besar Muhammad saw..  
      Sikap merendah nampaknya  merupakan salah satu ciri khas orang-orang Kristen dahulu. Hal ini terbukti dari cara penerimaan Raja (Kisra) Persia, seorang penyembah berhala, terhadap surat  Nabi Besar Muhammad saw.  yang sangat berbeda     dengan cara penerimaan Heraclius, raja Kerajaan Romawi Timur yang menganut agama Kristen.
      Raja Persia mencabik-cabik surat itu, sedang Heraclius menerimanya dengan takzim dan bahkan menunjukkan juga sekilas kecenderungan hati terhadap Islam, firman-Nya: 
وَ  اِذَا سَمِعُوۡا مَاۤ  اُنۡزِلَ  اِلَی الرَّسُوۡلِ تَرٰۤی اَعۡیُنَہُمۡ تَفِیۡضُ مِنَ  الدَّمۡعِ مِمَّا عَرَفُوۡا مِنَ الۡحَقِّ ۚ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ  اٰمَنَّا فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَا لَنَا لَا نُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ وَ مَا جَآءَنَا مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ نَطۡمَعُ اَنۡ  یُّدۡخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ  الۡقَوۡمِ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾  فَاَثَابَہُمُ اللّٰہُ بِمَا قَالُوۡا جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ وَ ذٰلِکَ  جَزَآءُ   الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿﴾   وَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ  اُولٰٓئِکَ  اَصۡحٰبُ  الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾   
Dan apabila mereka mendengar apa yang diturunkan kepada Rasul ini, engkau melihat mata mereka mengucurkan air mata  karena mereka telah mengenal kebenaran. Mereka berkata:  Ya Tuhan kami, kami telah beriman maka catatlah ka-mi di antara orang-orang yang menjadi saksi.  Dan mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang telah datang kepada kami, sedangkan kami  mendambakan sekali supaya Tuhan memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang shalih?” Disebabkan ucapan mereka, maka Allah  memberi ganjaran kepada mereka yaitu   kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan itulah ganjaran    orang-orang yang berbuat ihsan. Ada pun  orang-orang yang kafir  dan mendustakan Ayat-ayat (Tanda-tanda) Kami mereka itu  penghuni neraka Jahim. (Al-Māidah [5]:83-87).

Sikap Takzim (Hormat) Negus (Najasi) Abessinia &
Hiraclius – Kaisar Romawi

        Ayat 84   telah dikenakan pula teristimewa kepada Najasyi. Ketika Ja’far bin Abi Thalib r.a.  --  saudara misan  Nabi Besar Muhammad saw.  dan juru bicara untuk para pengungsi kaum Muslimin di Abesinia -- membacakan padanya ayat-ayat permulaan Surah Maryam, nampak sekali hati Najasyi tergerak, dan air mata mengalir  ke pipinya dan ia berkata dengan suara lirih penuh haru bahwa tak ubah seperti itulah kepercayaannya mengenai Nabi Isa ibnu Maryam a.s.  dan bahwa ia memandang beliau, sedikit pun tidak lebih dari itu (Hisyam).
      Dengan demikian jelaslah bahwa penggunaan kata  jin  di dalam Al-Quran sama sekali tidak ada hubungannya dengan golongan “makhluk halus” yang lazim disebut jin, melainkan  mengisyaratkan kepada  segolongan manusia, yang dalam kaumnya menduduki posisi penting sebagai pemuka kaum atau pemuka agama  (QS.9-30-31), sedangkan para pengikutnya disebut golongan ins (QS.6:113, 129-131; QS.7:39-40, 180; QS.41:26-30).
    Kata jin dan ins pun  dapat mengisyaratkan kepada golongan  penganut kapitalisme dan golongan sosialisme (QS.55:34)  yang pada awalnya mereka (penganut Sosialisme) itu pun adalah penganut agama Kristen -- sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
سَنَفۡرُغُ   لَکُمۡ  اَیُّہَ  الثَّقَلٰنِ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾  یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ ﴿ۚ﴾   فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾  یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا  تَنۡتَصِرٰنِ ﴿ۚ﴾
Segera Kami akan menghadapi kamu, hai dua golongan yang kuat.  Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan?  Hai golongan jin dan ins (manusia), jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya  kecuali dengan kekuatan.   Maka  nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan?   Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala api  dan leburan tembaga,  lalu kamu berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri.    (Al-Rahmān [55]:32-36).
  Ats-tsaqalān  pada ayat سَنَفۡرُغُ   لَکُمۡ  اَیُّہَ  الثَّقَلٰنِ -- “segera Kami akan menghadapi kamu, hai dua golongan yang kuat“ berarti:  dua jenis barang yang berat (Lexicon Lane), dapat berarti “ins” (manusia) dan “jin”, sebagaimana diperlihatkan oleh seluk-beluk kalimatnya (konteks-nya), atau orang-orang Arab dan orang-orang bukan Arab.

Penganut Faham Kapitalisme dan Faham Sosialisme &
Upaya Menjelajah  Ruang Angkasa

  Atau dalam bahasa politik dewasa ini,  dua blok besar” – Rusia atau Cina dan sekutu-sekutu mereka di satu pihak, dan Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya di pihak lain; atau kata itu dapat diartikan kelas (golongan) kapitalis dan kelas (golongan) buruh (proletar), yang kemudian menjadi  satu blok kekuatan yang menganut faham komunisme atau  sosialisme yang menjadi lawan  golongan penganut kapitalisme.  
 Dari cara kedua blok besar itu bertingkah laku nampaknya sewaktu-waktu mereka dapat terlibat dalam sengketa maut yang akan menghancur-leburkan seluruh karya manusia yang dilakukan dari abad ke abad untuk mengembangkan seni dan ilmu pengetahuan dapat menyebabkan kehidupan di atas bumi ini, nyaris tiada. Ayat ini nampaknya   mengandung peringatan akan kemungkinan itu,  yakni dengan terjadinya 2 Perang Dunia I &  II serta kemungkinan meletusnya Perang Dunia III atau Perang Nuklir.
  Sehubungan ayat sebelumnya, ayat 34    یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  -  Hai golongan jin dan ins (manusia)“ telah diberi bermacam-macam penafsiran. Menurut suatu penafsiran, para ilmuwan dan para ahli filsafat yang membanggakan diri mengenai kemajuan besar yang telah dicapai mereka dalam bidang ilmu duniawi telah diberitahu, bahwa kendati pun betapa besarnya kemajuan yang mungkin telah dicapai mereka dalam pengetahuan dan ilmu, mereka tidak dapat memahami semua hukum alam yang mengatur alam semesta ini dengan sepenuhnya. Betapa pun mereka berusaha, mereka tidak akan berhasil dalam pencarian mereka.
 Menurut penafsiran lain, ayat ini memperingatkan orang-orang berdosa; “Biarkanlah mereka memberanikan diri menembus batas-batas langit dan bumi, mereka tidak akan mampu menentang hukum-hukum Ilahi tanpa mendapat hukuman, dan mereka tidak akan dapat meloloskan diri dari azab Ilahi. “ 
Ayat ini dapat juga mengisyaratkan kepada pembuatan roket-roket, sputnik-sputnik, dan sebagainya; dengan alat-alat tersebut orang-orang Rusia dan Amerika berusaha mencapai benda-benda langit. Mereka diberitahu, bahwa paling-paling mereka hanya akan dapat mencapai beberapa planet terdekat dari bumi, tetapi jagat-jagat raya kepunyaan Tuhan tidak mungkin dapat dijelajahi seluruhnya.
Ayat 36  menunjuk kepada azab paling dahsyat lagi menakutkan, yang akan menimpa kedua blok yang bermusuhan itu. Dunia rupa-rupanya berdiri di tepi jurang api yang berkobar-kobar dengan dahsyatnya dan nyala apinya mengancam akan menghanguskan seluruh peradaban manusia.  Ayat   
  یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا  تَنۡتَصِرٰنِ ﴿ۚ﴾
Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala api  dan leburan tembaga,  lalu kamu berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri  (Al-Rahmān [55]:36).
     Betapa jelasnya gambaran tentang azab yang diancamkan  kepada kedua golongan jin  dan ins tersebut   pada setelah masa pengutusan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) – yakni Al-Masih Mau’ud a.s. -- di Akhir Zaman  ini berupa  terjadinya   Perang Dunia I dan II, dan ancaman Perang Dunia III atau Perang Nuklir.

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  17 Juni  2013  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar