بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah
Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 169
Hubungan “Golongan Jin” dan “Golongan Ins
(Manusia)” dengan Penganut Faham Kapitalisme
dan Sosialisme (Komunisme)
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
Dalam akhir Bab sebelumnya
telah dikemukakan mengenai 2 golongan jin
-- yakni golongan Ahli Kitab
atau orang-orang Yahudi -- yang
secara sembunyi-sembunyi bertemu
dengan Nabi Besar Muhammad saw. di Mekkah pada pada waktu malam kemudian mereka beriman setelah mendengar wahyu Al-Quran yang ditilawatkan oleh
Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ اِذۡ
صَرَفۡنَاۤ اِلَیۡکَ نَفَرًا مِّنَ
الۡجِنِّ یَسۡتَمِعُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ ۚ فَلَمَّا حَضَرُوۡہُ قَالُوۡۤا اَنۡصِتُوۡا ۚ فَلَمَّا قُضِیَ وَلَّوۡا اِلٰی
قَوۡمِہِمۡ مُّنۡذِرِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا یٰقَوۡمَنَاۤ اِنَّا سَمِعۡنَا کِتٰبًا اُنۡزِلَ مِنۡۢ بَعۡدِ مُوۡسٰی مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ
یَدَیۡہِ یَہۡدِیۡۤ اِلَی الۡحَقِّ وَ
اِلٰی طَرِیۡقٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾ یٰقَوۡمَنَاۤ اَجِیۡبُوۡا دَاعِیَ اللّٰہِ وَ اٰمِنُوۡا بِہٖ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ مِّنۡ ذُنُوۡبِکُمۡ وَیُجِرۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾ وَ مَنۡ لَّا
یُجِبۡ دَاعِیَ اللّٰہِ فَلَیۡسَ
بِمُعۡجِزٍ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَیۡسَ لَہٗ
مِنۡ دُوۡنِہٖۤ اَوۡلِیَآءُ ؕ اُولٰٓئِکَ فِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Kami hadapkan
kepada engkau segolongan dari jin yang ingin mendengarkan Al-Quran, maka
tatkala mereka hadir kepadanya
mereka berkata: "Diamlah dan
dengarkanlah!" Maka tatkala telah
selesai mereka kembali kepada kaum
mereka untuk memberi
peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum
kami, sesungguhnya kami telah mendengar suatu Kitab yang telah
diturunkan sesudah Musa menggenapi apa yang ada sebelumnya dan memimpin kepada kebenaran serta kepada jalan yang lurus. Hai
kaum kami, sambutlah penyeru kepada
Allah dan berimanlah kepadanya, Dia akan mengampuni
dosa-dosa kamu, dan Dia akan
melin-dungi kamu dari azab yang pedih. Dan barangsiapa tidak menyambut penyeru kepada Allah, maka ia
tidak dapat melemahkannya di bumi dan tidak
ada baginya pelindung-pelindung selain Dia,
mereka itu dalam kesesatan yang
nyata." (Al-Ahqāf [46]:30-33).
Golongan jin yang diisyaratkan dalam ayat ini
adalah orang-orang Yahudi dari Nashibin, atau seperti sumber lain
mengatakan, adalah orang-orang Yahudi
dari Maushal atau Ninewe, Irak. Karena takut akan penentangan dari orang-orang Mekkah,
mereka menjumpai Nabi Besar Muhammad saw. pada waktu
malam, dan setelah mendengarkan pembacaan
Al-Quran dan penjelasan Nabi Besar Muhammad saw. mereka masuk Islam dan menyampaikan agama baru itu kepada kaum mereka yang
juga dengan suka hati menerimanya (Bayan, jilid ke-8).
Ayat 31
menunjukkan bahwa golongan jin yang disebut dalam ayat sebelumnya adalah orang-orang Yahudi, sebab mereka
mengatakan tentang Al-Quran sebagai
"Kitab yang telah diturunkan sesudah
Musa", yakni:
قَالُوۡا یٰقَوۡمَنَاۤ اِنَّا
سَمِعۡنَا کِتٰبًا اُنۡزِلَ مِنۡۢ بَعۡدِ مُوۡسٰی مُصَدِّقًا لِّمَا بَیۡنَ
یَدَیۡہِ یَہۡدِیۡۤ اِلَی الۡحَقِّ وَ
اِلٰی طَرِیۡقٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ
Mereka
berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya
kami telah mendengar
suatu Kitab yang telah diturunkan sesudah Musa menggenapi apa yang ada sebelumnya dan memimpin kepada kebenaran serta kepada jalan yang lurus.”
Orang-orang Kristen yang Beriman
Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Dalam firman-Nya berikut ini
golongan jin tersebut menyinggung masalah itikad sesat “Tuhan punya anak”, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan jin para pemuka agama Kristen, yang kemudian beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.
serta menjadi Muslim:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿ۙ﴾ قُلۡ اُوۡحِیَ
اِلَیَّ اَنَّہُ اسۡتَمَعَ
نَفَرٌ مِّنَ الۡجِنِّ فَقَالُوۡۤا
اِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡاٰنًا عَجَبًا
ۙ﴿﴾ یَّہۡدِیۡۤ
اِلَی الرُّشۡدِ فَاٰمَنَّا بِہٖ ؕ وَ لَنۡ نُّشۡرِکَ بِرَبِّنَاۤ اَحَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ
تَعٰلٰی جَدُّ رَبِّنَا مَا
اتَّخَذَ صَاحِبَۃً وَّ لَا وَلَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ
کَانَ یَقُوۡلُ سَفِیۡہُنَا عَلَی اللّٰہِ شَطَطًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ
اَنۡ لَّنۡ تَقُوۡلَ الۡاِنۡسُ وَ
الۡجِنُّ عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہٗ
کَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ یَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ مِّنَ
الۡجِنِّ فَزَادُوۡہُمۡ رَہَقًا
ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّہُمۡ
ظَنُّوۡا کَمَا ظَنَنۡتُمۡ
اَنۡ لَّنۡ یَّبۡعَثَ اللّٰہُ اَحَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا لَمَسۡنَا السَّمَآءَ فَوَجَدۡنٰہَا مُلِئَتۡ حَرَسًا شَدِیۡدًا وَّ شُہُبًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا کُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡہَا مَقَاعِدَ
لِلسَّمۡعِ ؕ فَمَنۡ یَّسۡتَمِعِ
الۡاٰنَ یَجِدۡ لَہٗ شِہَابًا
رَّصَدًا ۙ﴿﴾ وَّ اَنَّا لَا نَدۡرِیۡۤ
اَشَرٌّ اُرِیۡدَ بِمَنۡ فِی
الۡاَرۡضِ اَمۡ اَرَادَ بِہِمۡ رَبُّہُمۡ
رَشَدًا ﴿ۙ﴾ وَّ اَنَّا مِنَّا
الصّٰلِحُوۡنَ وَ مِنَّا دُوۡنَ ذٰلِکَ ؕ
کُنَّا طَرَآئِقَ قِدَدًا ﴿ۙ﴾ وَّ اَنَّا ظَنَنَّاۤ
اَنۡ لَّنۡ نُّعۡجِزَ اللّٰہَ فِی
الۡاَرۡضِ وَ لَنۡ نُّعۡجِزَہٗ
ہَرَبًا ﴿ۙ﴾ وَّ اَنَّا لَمَّا
سَمِعۡنَا الۡہُدٰۤی اٰمَنَّا بِہٖ ؕ
فَمَنۡ یُّؤۡمِنۡۢ بِرَبِّہٖ فَلَا یَخَافُ بَخۡسًا وَّ لَا رَہَقًا ﴿ۙ﴾ وَّ اَنَّا مِنَّا الۡمُسۡلِمُوۡنَ وَ مِنَّا الۡقٰسِطُوۡنَ ؕ
فَمَنۡ اَسۡلَمَ فَاُولٰٓئِکَ
تَحَرَّوۡا رَشَدًا ﴿﴾ وَ
اَمَّا الۡقٰسِطُوۡنَ
فَکَانُوۡا لِجَہَنَّمَ حَطَبًا﴿ۙ﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Katakanlah: “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya serombongan
jin mendengarkan Al-Quran,
lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengar Al-Quran
yang me-nakjubkan. Al-Quran itu memberi petunjuk kepada kebenaran, maka kami telah beriman kepadanya. Dan kami tidak
akan pernah menyekutukan seseorang dengan Tuhan kami, dan
sesungguhnya Maha Luhur Keagungan Tuhan
kami, Dia sekali-kali tidak beristri
dan tidak pula beranak, dan sesungguhnya orang-orang
bodoh di antara kami berkata dusta berlebihan terhadap Allah, dan sesungguhnya kami
me-nyangka ins (manusia) dan jin tidak
akan pernah mengatakan perkataan dusta
terhadap Allah. Dan sesungguhnya ada beberapa orang dari ins (manusia)
yang meminta perlindungan kepada beberapa orang dari jin maka menambah
ke-sombongan mereka. Dan sesungguhnya mereka
menyangka sebagaimana kamu juga menyangka bahwa Allah
tidak akan pernah membangkitkan seorang rasul, dan
sesungguhnya kami benar-benar telah
berusaha menyentuh langit tetapi kami
mendapatkannya penuh dengan penjagaan yang kuat dan nyala api. Dan sesungguhnya kami biasa menduduki beberapa tempat duduknya untuk mendengarkan,
tetapi sekarang barangsiapa berusaha
mendengarkan ia tentu akan mendapat-kan
di sana bintang menyala yang mengintai. Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan dikehendaki untuk orang di bumi,
ataukah Tuhan mereka menghendaki
petunjuk kepada mereka. Dan sesungguhnya di antara kami sebagian ada orang-orang saleh dan sebagian dari kami sebaliknya. Kami mengikuti jalan-jalan yang berbeda. Dan sesungguhnya kami meyakini bahwa kami tidak
akan pernah dapat menggagalkan Allah di bumi, dan kami tidak akan pernah dapat mehindarkannya dengan melarikan diri. Dan sesungguhnya tatkala kami mendengar petunjuk kami
beriman kepadanya. Dan barangsiapa
beriman kepada Tuhan-nya maka ia
tidak takut berkurang haknya dan tidak pula takut ketidakadilan. Dan sesungguhnya di antara kami sebagian ada yang berserah
diri dan sebagian dari kami ada yang
menyimpang dari kebenaran. Dan ba-rangsiapa
berserah diri maka mereka itulah yang mencari jalan lurus. Dan adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
maka mereka itu menjadi bahan bakar
Jahannam, (Al-Jin [72]:1-16).
Isyarat ayat 2
mengenai jin mungkin tertuju kepada segolongan orang Yahudi dari Nashibin. Mereka bukan bangsa
Arab dan karena mereka itu orang-orang
asing maka mereka disebut “jin”,
yang berarti antara lain orang asing (Lexicon
Lane). Peristiwa yang disebut dalam ayat ini nampaknya lain (berbeda) dari
peristiwa yang disebut dalam QS.46:30-33, meskipun ayat ini dianggap oleh
beberapa sumber menunjuk kepada ayat-ayat itu, sebab kata-kata yang diucapkan
oleh “jin” dalam ayat ini mempunyai
kemiripan dengan kata-kata yang diucapkan oleh segolongan jin yang disebut dalam QS.46:30-33.
Ayat 3 menunjukkan
bahwa “serombongan jin” itu adalah orang-orang
Kristen yang berpegang kepada Tauhid
atau orang-orang Yahudi, yang
bersekutu erat dengan mereka atau -- yang karena ada di bawah pengaruh mereka –
baik dalam sikap dan hubungan dengan paham-paham Kristen.
Ayat 7 Karena kata rijāl hanya dipakai
mengenai manusia, ayat ini
menunjukkan bahwa “serombongan jin”
yang tersebut dalam ayat ini dan dalam Surah Al-Ahqāf itu adalah manusia
dan bukan suatu jenis makhluk lain
mana pun. Kata Arab jin di sini, dapat berarti orang-orang besar dan berpengaruh,
dan ins – orang-orang rendah dan hina, yang dengan mengikuti golongan yang
tersebut pertama (jin) dan mencari lindungan mereka itu, meningkatkan kesombongan
dan keangkuhan mereka (jin).
Salah satu contoh pembesar kaum – yakni
golongan jin – dari kalangan orang Nasrani yang beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. yang tidak terpengaruh oleh itikad sesat Lā nabiyya ba’dahu tersebut adalah
Najasyi (Negus) Ethiopia, firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ
النَّاسِ عَدَاوَۃً لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الۡیَہُوۡدَ وَ الَّذِیۡنَ اَشۡرَکُوۡا
ۚ وَ لَتَجِدَنَّ اَقۡرَبَہُمۡ
مَّوَدَّۃً لِّلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا
الَّذِیۡنَ قَالُوۡۤا اِنَّا نَصٰرٰی ؕ ذٰلِکَ بِاَنَّ مِنۡہُمۡ قِسِّیۡسِیۡنَ وَ
رُہۡبَانًا وَّ اَنَّہُمۡ لَا یَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾
Niscaya
engkau benar-benar akan mendapati
manusia yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman
adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang
yang mempersekutukan Allah. Dan niscaya engkau benar-benar akan mendapati orang yang paling dekat
kecintaannya terhadap orang-orang yang beriman adalah mereka yang berkata: “Sesungguhnya
kami orang-orang Nasrani.” Hal demikian itu
karena di antara mereka ada
pendeta-pendeta, rahib-rahib, dan juga mereka tidak sombong. (Al-Māidah
[5]:83).
Qissis berarti: kepala
atau penghulu umat Kristen di bidang pengetahuan dan ilmu; cendekiawan Kristen
yang telah mencari dan meraih ilmu besar; orang yang cerdas lagi berilmu (Lexicon Lane). Ruhban adalah kata jamak dari rahib
yang berarti: pertapa, rahib Kristen; agamawan yang mengasingkan diri; seorang
yang mengabdikan diri untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dan upacara-upacara
keagamaan dalam suatu bilik kecil atau biara (Lexicon Lane).
Perbedaan Sikap Kisra Iran
dan Kaisar Rumawi
Terhadap Surat Dakwah Nabi
Besar Muhammad Saw.
Tetapi
keadaan demikian tidak berlangsung lama. Di tempat lain Al-Quran memperingatkan umat Islam bahwa mereka ditakdirkan akan mengalami penderitaan paling berat dari tangan orang-orang Kristen -- yakni Gog
(Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) -- yang
akan menyerang mereka dari segala
penjuru (QS.21:97; QS.17:5-9). Di dalam hadits pun ada kabar-kabar gaib tentang ini.
Ayat ini berlaku hanya bagi orang-orang Kristen di zaman Nabi Besar Muhammad saw.. Sejarah menunjang
kesimpulan ini bahwa Najasyi, raja
Kristen dari Abesinia, memberikan perlindungan
kepada pengungsi-pengungsi kaum Islam; dan Muqauqas,
Raja-muda Kristen dari Mesir, mempersembahkan hadiah-hadiah kepada Nabi Besar Muhammad saw..
Sikap merendah nampaknya merupakan
salah satu ciri khas orang-orang
Kristen dahulu. Hal ini terbukti dari cara
penerimaan Raja (Kisra) Persia, seorang penyembah
berhala, terhadap surat Nabi Besar
Muhammad saw. yang sangat
berbeda dengan cara penerimaan Heraclius, raja Kerajaan Romawi Timur yang menganut
agama Kristen.
Raja Persia mencabik-cabik surat itu, sedang Heraclius menerimanya dengan takzim dan bahkan menunjukkan juga
sekilas kecenderungan hati terhadap Islam, firman-Nya:
وَ اِذَا سَمِعُوۡا مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَی
الرَّسُوۡلِ تَرٰۤی اَعۡیُنَہُمۡ تَفِیۡضُ مِنَ الدَّمۡعِ مِمَّا
عَرَفُوۡا مِنَ الۡحَقِّ ۚ یَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَاۤ اٰمَنَّا فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا لَنَا لَا نُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ وَ مَا جَآءَنَا مِنَ
الۡحَقِّ ۙ وَ نَطۡمَعُ اَنۡ یُّدۡخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ الۡقَوۡمِ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾ فَاَثَابَہُمُ اللّٰہُ بِمَا قَالُوۡا جَنّٰتٍ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ وَ ذٰلِکَ جَزَآءُ الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا وَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ الۡجَحِیۡمِ ﴿﴾
Dan apabila mereka mendengar apa yang
diturunkan kepada Rasul ini, engkau melihat mata mereka mengucurkan air mata karena mereka
telah mengenal kebenaran. Mereka berkata: ”Ya Tuhan kami, kami telah beriman maka catatlah ka-mi di antara
orang-orang yang menjadi saksi. Dan mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah
dan kepada kebenaran yang telah datang kepada kami, sedangkan kami mendambakan sekali supaya Tuhan memasukkan
kami ke dalam golongan orang-orang yang shalih?” Disebabkan ucapan mereka, maka Allah memberi ganjaran kepada mereka yaitu
kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan itulah ganjaran
orang-orang yang berbuat ihsan. Ada pun orang-orang
yang kafir dan mendustakan Ayat-ayat (Tanda-tanda) Kami mereka itu penghuni
neraka Jahim. (Al-Māidah [5]:83-87).
Sikap Takzim (Hormat) Negus
(Najasi) Abessinia &
Hiraclius – Kaisar Romawi
Ayat 84 telah dikenakan pula teristimewa kepada
Najasyi. Ketika Ja’far bin Abi Thalib r.a. -- saudara misan Nabi Besar Muhammad saw. dan juru
bicara untuk para pengungsi kaum Muslimin di Abesinia -- membacakan padanya
ayat-ayat permulaan Surah Maryam,
nampak sekali hati Najasyi tergerak,
dan air mata mengalir ke pipinya dan ia berkata dengan suara lirih
penuh haru bahwa tak ubah seperti itulah kepercayaannya mengenai Nabi Isa ibnu
Maryam a.s. dan bahwa ia
memandang beliau, sedikit pun tidak lebih dari itu (Hisyam).
Dengan demikian jelaslah bahwa penggunaan
kata jin di dalam Al-Quran sama sekali tidak ada
hubungannya dengan golongan “makhluk halus” yang lazim disebut jin, melainkan mengisyaratkan kepada segolongan manusia, yang dalam kaumnya menduduki posisi penting sebagai pemuka kaum atau pemuka agama (QS.9-30-31), sedangkan
para pengikutnya disebut golongan ins (QS.6:113, 129-131; QS.7:39-40, 180;
QS.41:26-30).
Kata jin
dan ins pun dapat mengisyaratkan kepada golongan penganut kapitalisme
dan golongan sosialisme
(QS.55:34) yang pada awalnya mereka (penganut
Sosialisme) itu pun adalah penganut agama
Kristen -- sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
سَنَفۡرُغُ لَکُمۡ
اَیُّہَ الثَّقَلٰنِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ
اٰلَآءِ رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ
﴿﴾ یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ تَنۡفُذُوۡا مِنۡ اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا تَنۡفُذُوۡنَ اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ
اٰلَآءِ رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ
﴿﴾ یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ
نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا تَنۡتَصِرٰنِ
﴿ۚ﴾
Segera Kami
akan menghadapi kamu, hai dua golongan
yang kuat. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua dustakan? Hai
golongan jin dan ins (manusia), jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus
batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak
dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua dustakan? Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala
api dan leburan tembaga, lalu kamu
berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri. (Al-Rahmān [55]:32-36).
Ats-tsaqalān
pada ayat سَنَفۡرُغُ لَکُمۡ اَیُّہَ
الثَّقَلٰنِ -- “segera
Kami akan menghadapi kamu, hai dua golongan yang kuat“ berarti: dua jenis barang yang berat (Lexicon Lane), dapat berarti “ins” (manusia) dan “jin”, sebagaimana diperlihatkan oleh seluk-beluk kalimatnya
(konteks-nya), atau orang-orang Arab
dan orang-orang bukan Arab.
Penganut Faham Kapitalisme dan Faham Sosialisme &
Upaya Menjelajah Ruang Angkasa
Atau dalam bahasa politik dewasa ini, “dua
blok besar” – Rusia atau Cina dan sekutu-sekutu mereka di satu pihak, dan Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya
di pihak lain; atau kata itu dapat diartikan kelas (golongan) kapitalis dan kelas (golongan) buruh (proletar), yang kemudian menjadi satu
blok kekuatan yang menganut faham komunisme
atau sosialisme
yang menjadi lawan golongan penganut kapitalisme.
Dari cara kedua blok besar itu bertingkah laku
nampaknya sewaktu-waktu mereka dapat terlibat dalam sengketa maut yang akan menghancur-leburkan
seluruh karya manusia yang dilakukan
dari abad ke abad untuk mengembangkan seni
dan ilmu pengetahuan dapat
menyebabkan kehidupan di atas bumi
ini, nyaris tiada. Ayat ini
nampaknya mengandung peringatan akan kemungkinan itu, yakni dengan terjadinya 2 Perang Dunia I
& II serta kemungkinan meletusnya
Perang Dunia III atau Perang Nuklir.
Sehubungan ayat sebelumnya, ayat 34 یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ - “Hai
golongan jin dan ins (manusia)“ telah diberi
bermacam-macam penafsiran. Menurut suatu penafsiran, para ilmuwan dan para ahli
filsafat yang membanggakan diri mengenai kemajuan
besar yang telah dicapai mereka dalam bidang ilmu duniawi telah diberitahu, bahwa kendati pun betapa besarnya kemajuan yang mungkin telah dicapai mereka dalam pengetahuan dan ilmu, mereka tidak dapat memahami semua hukum alam yang mengatur alam semesta
ini dengan sepenuhnya. Betapa pun mereka berusaha, mereka tidak akan berhasil dalam pencarian
mereka.
Menurut penafsiran lain,
ayat ini memperingatkan orang-orang
berdosa; “Biarkanlah mereka memberanikan diri menembus batas-batas langit dan
bumi, mereka tidak akan mampu menentang hukum-hukum
Ilahi tanpa mendapat hukuman, dan
mereka tidak akan dapat meloloskan diri dari azab Ilahi. “
Ayat ini dapat juga mengisyaratkan kepada pembuatan roket-roket,
sputnik-sputnik, dan sebagainya; dengan alat-alat tersebut orang-orang Rusia
dan Amerika berusaha mencapai benda-benda langit. Mereka diberitahu, bahwa
paling-paling mereka hanya akan dapat mencapai beberapa planet terdekat dari
bumi, tetapi jagat-jagat raya kepunyaan Tuhan tidak mungkin dapat dijelajahi
seluruhnya.
Ayat
36 menunjuk kepada azab paling dahsyat lagi menakutkan, yang akan menimpa
kedua blok yang bermusuhan itu. Dunia rupa-rupanya berdiri di tepi jurang api yang berkobar-kobar dengan dahsyatnya
dan nyala apinya mengancam akan
menghanguskan seluruh peradaban
manusia. Ayat
یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ
نُحَاسٌ فَلَا تَنۡتَصِرٰنِ ﴿ۚ﴾
“Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala
api dan leburan tembaga, lalu kamu
berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri” (Al-Rahmān [55]:36).
Betapa jelasnya gambaran tentang azab yang diancamkan kepada kedua golongan jin dan ins tersebut pada setelah masa pengutusan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) – yakni Al-Masih Mau’ud a.s. -- di Akhir Zaman ini berupa
terjadinya Perang Dunia I dan II, dan ancaman Perang Dunia III atau Perang Nuklir.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar