Senin, 15 Juli 2013

Ajaran Al-Quran Mengenai Cara Mempersiapkan Diri dari Kemungkinan Serangan Musuh




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 171

Ajaran Al-Quran Mengenai Cara Mempersiapkan Diri dari Kemungkinan Serangan Musuh
           
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam   Bab sebelumnya telah  dikemukakan mengenai dua kekuatan duniawi yang dihadapi oleh Nabi Besar Muhammad saw. pada pengutusan beliau saw. yang pertama di Makkah, yaitu (1) Imperium Rumawi atau Byzantium, yang dipimpin oleh Kaisar Hiraclius yang menganut agama Kristen,  dan (2) Imperium Persia yang dipimpin Kisra (Chosru) penyembah api. Yang dikenal dengan sebutan  kaum Majusi.
     Pada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yang kedua secara ruhani  di Akhir Zaman  (QS.62:3-4) -- berupa kedatangan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) dengan sebutan yang berbeda-beda -- dua kekuatan besar yang dihadapi beliau saw. adalah  golongan  jin dan ins (manusia), yang  dapat mengisyaratkan kepada (1)  Blok Barat    penganut faham Kapitalisme yang beragama Kristen, (2)  Blok Timur penganut faham  Sosialisme (QS.55:34) --  yang pada awalnya mereka   itu pun adalah penganut agama Kristen kemudian menjadi penganut Atheisme -- sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
سَنَفۡرُغُ   لَکُمۡ  اَیُّہَ  الثَّقَلٰنِ ﴿ۚ﴾  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾  یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ ﴿ۚ﴾   فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾  یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا  تَنۡتَصِرٰنِ ﴿ۚ﴾
Segera Kami akan menghadapi kamu, hai dua golongan yang kuat.  Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan?  Hai golongan jin dan ins (manusia), jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya  kecuali dengan kekuatan. Maka  nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu  berdua dustakan?  Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala api  dan leburan tembaga,  lalu kamu berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri.    (Al-Rahmān [55]:32-36).

Kenyataan Sejarah yang Menimpa Imperium Romawi (Byzantium) dan Imperium Persia

      Kenyataan sejarah membuktikan bahwa – sesuai dengan sikap yang diperlihatkan kedua pemimpin imperium tersebut terhadap surat da’wah Nabi Besar Muhammad saw. yang mengajak para penguasa dunia tersebut kepada Islam (Tauhid Ilahi) – maka sesuai itulah nasib akhir dari kejayaan duniawi mereka. Contohnya:
    (1) Karena Kaisar Hiraclius telah memperlihatkan sikap takzim terhadap “surat  dakwah” yang dikirim Nabi Besar Muhammad saw., ketika kekuasaan umat Islam bangkit  maka Kaisar Hiraclius hanya kehilangan wilayah kekuasaannya di negeri-negeri Afrika Utara,     termasuk Mesir  dan Kanaan (Palestina   -- yang mencakup Suriah dan Iraq, -- tetapi wilayah kerajaannya yang  utama  tetap aman -- sehingga genaplah janji Allah Swt. berikut ini mengenai pewarisan “negeri  yang dijanjikan” (Kanaan/Palestina) kepada “hamba-hamba-Nya yang shaleh” pada masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a.,  firman-Nya:
وَ لَقَدۡ کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا لِّقَوۡمٍ  عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ  وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾   قُلۡ اِنَّمَا یُوۡحٰۤی  اِلَیَّ  اَنَّمَاۤ  اِلٰـہُکُمۡ  اِلٰہٌ وَّاحِدٌ ۚ فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan  sungguh Kami benar-benar telah menuliskan dalam  Kitab Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih.   Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah.   Dan  Kami sekali-kali tidak mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.  Katakanlah: “Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya  Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa, maka kepada-Nya hendaknya kamu berserah diri” (An-Anbiya [21]:106-109).
       (2)   Penguasa Imperium   Persia – yakni Kisra/Chosru II –   bukan saja tidak   menghormati utusan khusus Nabi Besar Muhammad saw. yang membawa “surat da’wah Islam” tersebut, bahkan dengan takabur telah merobek-robek “surat da’wah” tersebut, maka nasib kekuasaannya pun seperti “surat da’wah” yang dirobek-robeknya, yakni  ia bukan saja telah dibunuh oleh anaknya sendiri yang menganggap ayahnya telah melakukan berbagai tindakan zalim, bahkan pada masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a. istana kerajaan Persia pun jatuh ke tangan umat Islam.
   Lalu bagaimana halnya dengan yang akan terjadi pada masa pengutusan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud Rasul Akhir Zaman, dalam hal ini adalah Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah? Firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾  
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha BijaksanaItulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).
      Tugas suci  Nabi Besar Muhammad saw.   meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada beliau saw., sebab untuk kedatangan (pengutusan) beliau saw. di tengah-tengah orang-orang Arab yang buta huruf itu leluhur beliau, Nabi Ibrahim a.s.  telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:130).
 Mengenai keempat macam tugas Nabi Besar Muhammad saw. tersebut, pada hakikatnya tidak ada Pembaharu dapat benar-benar berhasil dalam misinya kecuali jika ia:
(1) Menyiapkan dengan contoh mulia dan quat-qudsiahnya (daya pensuciannya), suatu jemaat (jama’ah) yang pengikut-pengikutnya terdiri dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula:
(2)  mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas ajarannya itu, 
(3) kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa lain.
(4) Didikan yang Nabi Besar Muhammad saw.   berikan kepada para pengikut beliau saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan filsafat ajaran beliau   saw. menimbulkan dalam diri mereka keyakinan iman, dan contoh mulia beliau saw. (QS.33:22) menciptakan di dalam diri mereka kesucian hati. Kenyataan-dasar agama itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini.

Kaum “Ākharīna Minhum” &
Salman Al-Farisi r.a. Termasuk “Ahli Bait

  Mengenai ayat  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ  --  “dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka” mengisyaratkan bahwa ajaran  Nabi Besar Muhammad saw. (agama Islam/Al-Quran) ditujukan bukan kepada bangsa Arab belaka -- yang di tengah-tengah bangsa itu beliau dibangkitkan -- melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada keturunan (generasi) demi keturunan manusia yang akan datang hingga kiamat.
  Atau ayat  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ    ini dapat juga berarti bahwa  Nabi Besar Muhammad saw.  akan dibangkitkan lagi  di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut (sahabah) semasa hidup beliau saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, tertuju kepada pengutusan  Nabi Besar Muhammad saw. untuk kedua kali secara ruhani dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan)  di Akhir Zaman ini. Sehubungan dengan hal tersebut Abu Hurairah r.a.  berkata:
 “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw.,  ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata  Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” – Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw. meletakkan tangan beliau saw. pada Salman dan bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari, Tafsir Surah Al-Jumu’ah).
      Hadits Nabi Besar Muhammad saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi.  Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang atas perintah Allah Swt. mendakwakan sebagai Al-Masih Mau’ud a.s.,  dari pihak laki-laki  adalah dari keturunan Parsi, sedang dari pihak perempuan beliau a.s. masih termasuk Ahli Bait Nabi Besar Muhammad saw. dari jalur  Sayyidah Fatimah az Zahra r.a. dan Sayyidin Ali bin Abi Thalib r.a. dari Imam Hassan r.a.. Itulah sebabnya dalam satu kesempatan Nabi Besar Muhammad saw. telah menyatakan bahwa “Salman termasuk ahli bait  beliau saw.
      Hadits Nabi Besar Muhammad saw. lainnya menyebutkan  bahwa pada saat kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s.   ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap  (Baihaqi).
      Jadi, Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud  Al-Masih Mau’ud a.s., yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., guna mewujudkan kemenangan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:  
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).

Persiapan yang Harus Dilakukan Nabi Besar Muhammad Saw.  dan Umat Islam  Guna Menghadapi Musuh-musuh Lain   di Masa Mendatang

      Namun perlu diketahui,  bahwa pada masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yang pertama pada 14 abad yang lalu, perjuangan yang beliau saw. lakukan bukan hanya perjuangan  atau  jihad secara  ruhani saja, tetapi juga jihad secara jasmani dalam bentuk peperangan secara fisik, seperti    Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandak dan Perang Hunain, yang pada umumnya adalah melawan agresi orang-orang musyrik bangsa Arab.
    Walau pun peperangan melawan  imperium kerajaan Rumawi (Byzantium) dan imperium kerajaan Parsi tidak terjadi pada masa hidup Nabi Besar Muhammad saw., namun kepada  saw. Allah Swt. telah memberikan isyarat mengenai adanya  bahaya besar yang harus dihadapi oleh beliau saw. dan umat Islam di masa datang -- sebagai “musuh lain” atau “musuh berikutnya” --  yang harus mereka hadapi,  yang untuk itu umat Islam harus mempersiapkan diri mereka, firman-Nya: 
وَ لَا یَحۡسَبَنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا سَبَقُوۡا ؕ اِنَّہُمۡ  لَا  یُعۡجِزُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَعِدُّوۡا لَہُمۡ مَّا اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ قُوَّۃٍ وَّ مِنۡ رِّبَاطِ الۡخَیۡلِ تُرۡہِبُوۡنَ بِہٖ عَدُوَّ اللّٰہِ وَ عَدُوَّکُمۡ  وَ اٰخَرِیۡنَ مِنۡ دُوۡنِہِمۡ ۚ لَا تَعۡلَمُوۡنَہُمۡ ۚ اَللّٰہُ یَعۡلَمُہُمۡ ؕ وَ مَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَیۡءٍ  فِیۡ  سَبِیۡلِ  اللّٰہِ  یُوَفَّ اِلَیۡکُمۡ  وَ  اَنۡتُمۡ  لَا  تُظۡلَمُوۡنَ﴿﴾ 
Dan orang-orang kafir janganlah  menyangka bahwa  mereka akan dapat mendahului rencana Allah, sesungguhnya mereka tidak akan dapat menggagalkan  rencana-Nya.  Dan  persiapkanlah untuk menghadapi mereka sejauh kesang-gupan kamu berupa kekuatan  dan kuda-kuda yang ditambat di garis depan untuk berperang, yang dengan itu kamu dapat menggentarkan musuh Allah, musuh kamu, dan musuh yang lain di samping mereka yang tidak kamu ketahui, tetapi Allah mengetahui mereka. Dan  apa pun yang kamu belanjakan di jalan Allah  akan dibayar penuh kepadamu dan kamu tidak akan diperlakukan dengan zalim. (Al-An’ām [6]:60-61).
     Quwwah dalam ayat  وَ اَعِدُّوۡا لَہُمۡ مَّا اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ قُوَّۃٍ  -- “Dan  persiapkanlah untuk menghadapi mereka sejauh kesanggupan kamu berupa kekuatan,“ berarti segenap kekuatan yang ada pada orang-orang Islam, termasuk segala macam senjata  dan sebagainya.
Mengenai makna kata “ribath” dalam ayat  وَّ مِنۡ رِّبَاطِ الۡخَیۡلِ -- “dan kuda-kuda yang ditambat di garis depan untuk berperang” dalam Surah berikut ini Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اصۡبِرُوۡا وَ صَابِرُوۡا وَ رَابِطُوۡا ۟ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ  تُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Wahai orang-orang yang  beriman bersabarlah, tingkatkanlah kesabaran serta bersiap-siagalah  di perbatasan dan bertakwalah kepada Allāh supaya kamu berhasil. (Ali ‘Imran [3]:201).

Pentingnya Penempatan Pasukan Tempur yang Siaga di Perbatasan Negeri

    Rābithū berarti:  “gigih dalam perlawanan musuh kamu”; atau “ikatlah kuda kamu dalam keadaan siap-siaga di tapal batas”; atau “lazimkanlah diri kamu tekun dan rajin dalam menjalankan kewajiban terhadap agamamu”; atau “jagalah waktu shalat” (Lexicon Lane).
     Kelima syarat untuk kemenangan yang disebut dalam ayat ini ialah: (1) memperlihatkan kesabaran dan kegigihan; (2) memperlihatkan kesabaran dan keteguhan hati lebih besar daripada musuh; (3) melazimkan diri dengan senantiasa tekun dan rajin dalam mengkhidmati agama dan masyarakat (4) senantiasa berjaga-jaga dengan waspada di perbatasan untuk tujuan pertahanan dan serangan; dan (5) menempuh kehidupan yang shalih.  
     Ribāth berarti pula hati manusia. Jadi orang-orang beriman dalam firman-Nya tersebut  diperintahkan untuk senantiasa berada dalam keadaan siap-siaga dan berjaga-jaga untuk memerangi musuh-musuh di dalam dan di luar.
     Dengan demikian  ayat وَ اَعِدُّوۡا لَہُمۡ مَّا اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ قُوَّۃٍ وَّ مِنۡ رِّبَاطِ الۡخَیۡلِ  -- “Dan  persiapkanlah untuk menghadapi mereka sejauh kesanggupan kamu berupa kekuatan  dan kuda-kuda yang ditambat di garis depan untuk berperang“, ayat ini memberitahu kepada orang-orang Islam bahwa persiapan yang tepatguna merupakan ikhtiar paling baik untuk mencegah perang dan memerintahkan mereka supaya jangan hanya puas dengan sejumlah pasukan yang memadai untuk pertahanan di dalam negeri saja, tetapi harus menempatkan lasykar yang cukup besar di perbatasan-perbatasan.
     Bukan hanya itu saja, tetapi juga umat Islam harus menampilkan  diri dengan baik, yakin dan dengan energi demikian rupa, sehingga تُرۡہِبُوۡنَ بِہٖ عَدُوَّ اللّٰہِ وَ عَدُوَّکُمۡ  وَ اٰخَرِیۡنَ مِنۡ دُوۡنِہِمۡ  --  yang dengan itu kamu dapat menggentarkan musuh Allah, musuh kamu, dan musuh yang lain di samping mereka”;   لَا تَعۡلَمُوۡنَہُمۡ ۚ اَللّٰہُ یَعۡلَمُہُمۡ  -- “yang tidak kamu ketahui, tetapi Allah mengetahui mereka.” Yakni musuh di daerah-daerah yang jauh dari tempat pertempuran akan sangat terkesan dan merasa  gentar  oleh persiapan perang dan kesiap-siagaan umat Islam,  sehingga mereka mengurungkan segala niat mereka untuk memerangi umat Islam.
    Ayat  selanjutnya وَ مَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَیۡءٍ  فِیۡ  سَبِیۡلِ  اللّٰہِ  یُوَفَّ اِلَیۡکُمۡ  وَ  اَنۡتُمۡ  لَا  تُظۡلَمُوۡنَ -- “Dan  apa pun yang kamu belanjakan di jalan Allah  akan dibayar penuh kepadamu dan kamu tidak akan diperlakukan dengan zalim”, hal  ini mengisyaratkan pula kepada pentingnya membelanjakan harta sebanyak-banyaknya untuk peperangan.

Nubuatan Mengenai Keberadaan Musuh di Masa Depan

     Jadi  ayat  تُرۡہِبُوۡنَ بِہٖ عَدُوَّ اللّٰہِ وَ عَدُوَّکُمۡ  وَ اٰخَرِیۡنَ مِنۡ دُوۡنِہِمۡ    --  yang dengan itu kamu dapat menggentarkan musuh Allah, musuh kamu, dan musuh yang lain di samping mereka”;   لَا تَعۡلَمُوۡنَہُمۡ ۚ اَللّٰہُ یَعۡلَمُہُمۡ  -- “yang tidak kamu ketahui, tetapi Allah mengetahui mereka    mengandung satu nubuatan dan peringatan bagi orang-orang beriman (umat Islam), dan nubuatan itu ialah bahwa  orang-orang musyrik di Arab bukanlah satu-satunya musuh mereka, masih banyak kaum-kaum lainnya yang akan menyerang mereka di masa akan datang yang dekat. Nubuatan itu menunjuk kepada Kerajaan-kerajaan Bizantina dan Persia yang harus dihadapi oleh orang-orang Islam, segera sesudah  Nabi Besar Muhammad saw.   wafat.
       Nabi Besar Muhammad saw. telah melaksanaan firman Allah Swt. tersebut ketika mendengar berita adanya pasukan asing di perbatasan sebelah utara, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَا لَکُمۡ  اِذَا قِیۡلَ لَکُمُ انۡفِرُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اثَّاقَلۡتُمۡ  اِلَی الۡاَرۡضِ ؕ اَرَضِیۡتُمۡ بِالۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا مِنَ الۡاٰخِرَۃِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا فِی الۡاٰخِرَۃِ  اِلَّا قَلِیۡلٌ ﴿﴾  اِلَّا تَنۡفِرُوۡا یُعَذِّبۡکُمۡ عَذَابًا اَلِیۡمًا ۬ۙ  وَّ یَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَیۡرَکُمۡ وَ لَا تَضُرُّوۡہُ شَیۡئًا ؕ وَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Wahai orang-orang yang beriman, apa yang terjadi atas diri kamu bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah di jalan Allah", kamu lebih berat  ke bumi? Adakah kamu  lebih menyukai kehidupan duniawi daripada ukhrawi? Padahal  kesenangan hidup di dunia ini hanya sedikit dibandingkan dengan di akhirat.    Jika kamu tidak berangkat untuk berjihad, Dia akan mengazab kamu dengan azab yang pedih dan akan mengganti kamu dengan kaum   lain dan kamu tidak akan dapat merugikan Dia sedikit pun, dan Allah berkuasa atas segala sesuatu. (At-Taubah [9]:38-39).
     Yang dimaksudkan kalimat انۡفِرُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اثَّاقَلۡتُمۡ  اِلَی الۡاَرۡضِ -- “Berangkatlah di jalan Allah", kamu lebih berat  ke bumi?” ialah gerakan militer ke Tabuk, sebuah kota kecil yang terletak hampir di pertengahan jalan antara Medinah dan Damsyik. Telah disampaikan berita kepada Nabi Besar Muhammad saw.  bahwa orang-orang Yunani dari Kerajaan Romawi Timur --  yang dikenal sebagai orang-orang Romawi --  telah berhimpun di perbatasan Siria.
    Dengan memimpin suatu pasukan yang berjumlah sekitar 30.000  Nabi Besar Muhammad saw meninggalkan Medinah pada tahun kesembilan Hijrah. Oleh sebab banyak kesusahan yang harus diderita oleh tentara Islam dalam perjalanan yang jauh lagi sulit itu, maka tentara itu mendapat julukan Jaisy ul-’Usrah, yaitu  “pasukan yang menderita”.
      Walau pun pada saat itu tidak sampai terjadi pertempuran, namun dengan melihat keberanian Nabi Besar Muhammad saw. dan pasukan Muslim yang beliau saw. pimpin telah membuat niat pasukan Rumawi tersebut dibatalkan.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  19 Juni  2013  

1 komentar:

  1. یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اصۡبِرُوۡا وَ صَابِرُوۡا وَ رَابِطُوۡا ۟ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ

    Kalau boleh koreksi sedikit: Kutipan ayat di atas adalah ayat terakhir surat Ali Imran, yaitu ayat 200. Tidak ada ayat 201. Maaf, terima kasih, salaam . .

    BalasHapus