بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 171
Ajaran
Al-Quran Mengenai Cara Mempersiapkan Diri dari Kemungkinan Serangan Musuh
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab
sebelumnya telah dikemukakan mengenai dua kekuatan duniawi yang dihadapi oleh
Nabi Besar Muhammad saw. pada pengutusan
beliau saw. yang pertama di Makkah,
yaitu (1) Imperium Rumawi atau Byzantium, yang dipimpin oleh Kaisar
Hiraclius yang menganut agama Kristen,
dan (2) Imperium Persia yang dipimpin Kisra (Chosru) penyembah api. Yang dikenal dengan sebutan kaum
Majusi.
Pada pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yang
kedua secara ruhani di Akhir Zaman (QS.62:3-4) -- berupa kedatangan Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) dengan
sebutan yang berbeda-beda -- dua kekuatan
besar yang dihadapi beliau saw. adalah
golongan jin dan ins (manusia),
yang dapat mengisyaratkan kepada (1) Blok
Barat penganut faham Kapitalisme yang beragama Kristen, (2) Blok
Timur penganut faham Sosialisme (QS.55:34) -- yang pada awalnya mereka itu pun
adalah penganut agama Kristen kemudian
menjadi penganut Atheisme -- sehubungan dengan hal tersebut Allah
Swt. berfirman:
سَنَفۡرُغُ لَکُمۡ
اَیُّہَ الثَّقَلٰنِ ﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾
یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ
اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ
تَنۡفُذُوۡا مِنۡ اَقۡطَارِ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا
تَنۡفُذُوۡنَ اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ
﴿ۚ﴾ فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ ﴿﴾
یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا تَنۡتَصِرٰنِ ﴿ۚ﴾
Segera Kami
akan menghadapi kamu, hai dua golongan
yang kuat. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua dustakan?
Hai golongan jin dan ins (manusia), jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus
batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak
dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan. Maka nikmat-nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu
berdua dustakan? Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala
api dan leburan tembaga, lalu kamu
berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri. (Al-Rahmān [55]:32-36).
Kenyataan Sejarah yang Menimpa Imperium Romawi (Byzantium) dan Imperium
Persia
Kenyataan sejarah membuktikan bahwa –
sesuai dengan sikap yang diperlihatkan kedua pemimpin imperium tersebut terhadap surat
da’wah Nabi Besar Muhammad saw. yang mengajak para penguasa dunia tersebut kepada Islam
(Tauhid Ilahi) – maka sesuai itulah nasib akhir dari kejayaan duniawi mereka.
Contohnya:
(1) Karena
Kaisar Hiraclius telah memperlihatkan sikap takzim
terhadap “surat dakwah” yang dikirim Nabi Besar Muhammad
saw., ketika kekuasaan umat Islam
bangkit maka Kaisar Hiraclius hanya kehilangan wilayah kekuasaannya di negeri-negeri
Afrika Utara, termasuk Mesir dan Kanaan
(Palestina -- yang mencakup Suriah dan
Iraq, -- tetapi wilayah kerajaannya yang
utama tetap aman -- sehingga
genaplah janji Allah Swt. berikut ini mengenai pewarisan “negeri yang dijanjikan” (Kanaan/Palestina) kepada
“hamba-hamba-Nya yang shaleh” pada
masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a.,
firman-Nya:
وَ لَقَدۡ
کَتَبۡنَا فِی الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّکۡرِ
اَنَّ الۡاَرۡضَ یَرِثُہَا عِبَادِیَ الصّٰلِحُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ہٰذَا لَبَلٰغًا
لِّقَوۡمٍ عٰبِدِیۡنَ ﴿﴾ؕ وَ مَاۤ اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا
رَحۡمَۃً لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ اِنَّمَا یُوۡحٰۤی اِلَیَّ اَنَّمَاۤ اِلٰـہُکُمۡ اِلٰہٌ وَّاحِدٌ ۚ فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah menuliskan dalam
Kitab Zabur sesudah pemberi peringatan itu, bahwa negeri itu akan diwarisi oleh
hamba-hamba-Ku yang shalih. Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu amanat bagi kaum yang beribadah.
Dan
Kami sekali-kali tidak mengutus
engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Katakanlah: “Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku,
bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa, maka kepada-Nya hendaknya kamu berserah diri” (An-Anbiya
[21]:106-109).
(2)
Penguasa Imperium Persia – yakni Kisra/Chosru II – bukan saja tidak menghormati utusan khusus Nabi Besar
Muhammad saw. yang membawa “surat da’wah Islam” tersebut, bahkan dengan takabur
telah merobek-robek “surat da’wah” tersebut, maka nasib kekuasaannya pun
seperti “surat da’wah” yang dirobek-robeknya,
yakni ia bukan saja telah dibunuh oleh anaknya sendiri yang
menganggap ayahnya telah melakukan berbagai tindakan
zalim, bahkan pada masa Khalifah Umar bin Khaththab r.a. istana kerajaan Persia pun jatuh ke
tangan umat Islam.
Lalu bagaimana halnya dengan yang akan
terjadi pada masa pengutusan kedua kali
secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud Rasul Akhir Zaman, dalam hal ini adalah Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
Pendiri Jemaat Ahmadiyah? Firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara
mereka, yang membacakan kepada
mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[63]:3-5).
Tugas suci Nabi Besar
Muhammad saw. meliputi penunaian keempat macam kewajiban mulia yang disebut dalam ayat
ini. Tugas agung dan mulia itulah yang dipercayakan kepada beliau saw., sebab
untuk kedatangan (pengutusan) beliau saw. di tengah-tengah orang-orang Arab yang buta
huruf itu leluhur beliau, Nabi Ibrahim a.s. telah memanjatkan doa beberapa ribu tahun yang
lampau ketika dengan disertai putranya, Nabi Isma’il a.s., beliau mendirikan dasar (pondasi) Ka’bah (QS.2:130).
Mengenai keempat macam
tugas Nabi Besar Muhammad saw. tersebut, pada hakikatnya tidak ada Pembaharu dapat benar-benar berhasil
dalam misinya kecuali jika ia:
(1) Menyiapkan dengan contoh
mulia dan quat-qudsiahnya (daya
pensuciannya), suatu jemaat (jama’ah)
yang pengikut-pengikutnya terdiri
dari orang-orang mukhlis, patuh, dan bertakwa, yang kepada mereka itu mula-mula:
(2) mengajarkan cita-cita dan asas-asas ajarannya serta mengajarkan falsafat, arti, dan kepentingan cita-cita dan asas-asas
ajarannya itu,
(3) kemudian mengirimkan pengikut-pengikutnya ke luar negeri untuk
mendakwahkan ajaran itu kepada bangsa
lain.
(4) Didikan yang Nabi Besar Muhammad saw. berikan kepada para pengikut beliau saw. memperluas dan mempertajam kecerdasan mereka, dan filsafat ajaran beliau saw.
menimbulkan dalam diri mereka keyakinan
iman, dan contoh mulia beliau saw.
(QS.33:22) menciptakan di dalam diri mereka kesucian
hati. Kenyataan-dasar agama
itulah yang diisyaratkan oleh ayat ini.
Kaum “Ākharīna Minhum” &
Salman Al-Farisi r.a. Termasuk “Ahli Bait”
Mengenai ayat
وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ -- “dan
juga akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka”
mengisyaratkan bahwa ajaran Nabi Besar Muhammad saw. (agama
Islam/Al-Quran) ditujukan bukan kepada bangsa
Arab belaka -- yang di tengah-tengah bangsa itu beliau dibangkitkan -- melainkan
kepada seluruh bangsa bukan-Arab
juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman
beliau saw., melainkan juga kepada keturunan
(generasi) demi keturunan manusia
yang akan datang hingga kiamat.
Atau ayat وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ ini dapat juga berarti bahwa Nabi Besar Muhammad saw. akan dibangkitkan
lagi di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut (sahabah) semasa
hidup beliau saw.. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang
termasyhur, tertuju kepada pengutusan
Nabi Besar Muhammad saw. untuk kedua
kali secara ruhani dalam wujud Al-Masih
Mau’ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) di Akhir
Zaman ini. Sehubungan dengan hal tersebut Abu Hurairah r.a. berkata:
“Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk
bersama Rasulullah saw., ketika Surah Jumu’ah diturunkan. Saya minta
keterangan kepada Rasulullah saw.: “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum
lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” – Salman
al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami. Setelah saya
berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw. meletakkan tangan
beliau saw. pada Salman dan bersabda:
“Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini
pasti akan menemukannya.” (Bukhari,
Tafsir Surah Al-Jumu’ah).
Hadits Nabi Besar Muhammad saw. ini
menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi. Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang atas
perintah Allah Swt. mendakwakan sebagai Al-Masih
Mau’ud a.s., dari pihak laki-laki adalah
dari keturunan Parsi, sedang dari
pihak perempuan beliau a.s. masih termasuk Ahli
Bait Nabi Besar Muhammad saw. dari jalur
Sayyidah Fatimah az Zahra r.a. dan Sayyidin Ali bin Abi Thalib r.a. dari
Imam Hassan r.a.. Itulah sebabnya
dalam satu kesempatan Nabi Besar Muhammad saw. telah menyatakan bahwa “Salman termasuk ahli bait beliau saw.”
Hadits Nabi Besar Muhammad saw. lainnya
menyebutkan bahwa pada saat kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. ketika tidak
ada yang tertinggal di dalam Al-Quran
kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap (Baihaqi).
Jadi,
Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar
Muhammad saw. dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s., yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., guna mewujudkan
kemenangan Islam yang kedua kali di
Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar supaya Dia
memenangkannya atas semua agama, walaupun orang
musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Persiapan yang Harus
Dilakukan Nabi Besar Muhammad Saw. dan
Umat Islam Guna Menghadapi Musuh-musuh
Lain di Masa Mendatang
Namun perlu diketahui, bahwa pada masa pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. yang pertama pada 14 abad yang lalu, perjuangan yang beliau saw.
lakukan bukan hanya perjuangan atau jihad secara ruhani
saja, tetapi juga jihad secara jasmani
dalam bentuk peperangan secara fisik,
seperti Perang Badar, Perang Uhud,
Perang Khandak dan Perang Hunain, yang pada umumnya adalah
melawan agresi orang-orang musyrik bangsa Arab.
Walau pun peperangan melawan imperium
kerajaan Rumawi (Byzantium) dan imperium
kerajaan Parsi tidak terjadi pada masa hidup Nabi Besar Muhammad saw.,
namun kepada saw. Allah Swt. telah
memberikan isyarat mengenai
adanya bahaya besar yang harus dihadapi oleh beliau saw. dan umat Islam di
masa datang -- sebagai “musuh lain” atau “musuh berikutnya” -- yang harus mereka hadapi, yang untuk itu umat Islam harus mempersiapkan
diri mereka, firman-Nya:
وَ لَا یَحۡسَبَنَّ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا سَبَقُوۡا ؕ اِنَّہُمۡ لَا یُعۡجِزُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَعِدُّوۡا لَہُمۡ مَّا
اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ قُوَّۃٍ وَّ مِنۡ رِّبَاطِ
الۡخَیۡلِ تُرۡہِبُوۡنَ بِہٖ عَدُوَّ اللّٰہِ
وَ عَدُوَّکُمۡ وَ اٰخَرِیۡنَ مِنۡ دُوۡنِہِمۡ ۚ لَا تَعۡلَمُوۡنَہُمۡ ۚ اَللّٰہُ یَعۡلَمُہُمۡ ؕ وَ مَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَیۡءٍ فِیۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ یُوَفَّ اِلَیۡکُمۡ وَ اَنۡتُمۡ لَا تُظۡلَمُوۡنَ﴿﴾
Dan orang-orang kafir janganlah menyangka bahwa mereka
akan dapat mendahului rencana Allah, sesungguhnya mereka tidak akan dapat menggagalkan rencana-Nya. Dan persiapkanlah
untuk menghadapi mereka
sejauh kesang-gupan kamu berupa kekuatan dan kuda-kuda
yang ditambat di garis depan untuk berperang, yang dengan itu kamu dapat menggentarkan musuh
Allah, musuh kamu, dan musuh yang
lain di samping mereka yang tidak kamu ketahui, tetapi Allah mengetahui mereka. Dan
apa pun yang kamu belanjakan di jalan Allah akan dibayar penuh kepadamu dan kamu tidak
akan diperlakukan dengan zalim. (Al-An’ām [6]:60-61).
Quwwah dalam ayat وَ اَعِدُّوۡا لَہُمۡ مَّا
اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ قُوَّۃٍ --
“Dan persiapkanlah untuk menghadapi
mereka sejauh kesanggupan kamu berupa
kekuatan,“ berarti segenap kekuatan
yang ada pada orang-orang Islam, termasuk segala macam senjata dan sebagainya.
Mengenai makna kata “ribath”
dalam ayat وَّ مِنۡ رِّبَاطِ الۡخَیۡلِ -- “dan kuda-kuda yang
ditambat di garis depan untuk berperang” dalam Surah berikut ini
Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اصۡبِرُوۡا وَ صَابِرُوۡا وَ رَابِطُوۡا ۟
وَ اتَّقُوا اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ
تُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Wahai
orang-orang yang beriman bersabarlah, tingkatkanlah kesabaran serta bersiap-siagalah
di perbatasan dan bertakwalah kepada Allāh supaya kamu
berhasil. (Ali ‘Imran [3]:201).
Pentingnya Penempatan Pasukan
Tempur yang Siaga di Perbatasan Negeri
Rābithū
berarti: “gigih dalam perlawanan musuh
kamu”; atau “ikatlah kuda kamu dalam keadaan siap-siaga di tapal batas”; atau “lazimkanlah
diri kamu tekun dan rajin dalam menjalankan kewajiban terhadap agamamu”; atau “jagalah
waktu shalat” (Lexicon Lane).
Kelima
syarat untuk kemenangan yang disebut
dalam ayat ini ialah: (1) memperlihatkan kesabaran dan kegigihan; (2)
memperlihatkan kesabaran dan keteguhan hati lebih besar daripada musuh; (3)
melazimkan diri dengan senantiasa tekun dan rajin dalam mengkhidmati agama dan
masyarakat (4) senantiasa berjaga-jaga dengan waspada di perbatasan untuk
tujuan pertahanan dan serangan; dan (5) menempuh kehidupan yang shalih.
Ribāth berarti pula hati manusia. Jadi orang-orang beriman dalam firman-Nya tersebut diperintahkan
untuk senantiasa berada dalam keadaan siap-siaga
dan berjaga-jaga untuk memerangi musuh-musuh di dalam dan di luar.
Dengan demikian ayat وَ اَعِدُّوۡا لَہُمۡ مَّا
اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ قُوَّۃٍ وَّ مِنۡ رِّبَاطِ الۡخَیۡلِ -- “Dan persiapkanlah
untuk menghadapi mereka
sejauh kesanggupan kamu berupa kekuatan dan kuda-kuda
yang ditambat di garis depan untuk berperang“, ayat ini memberitahu
kepada orang-orang Islam bahwa persiapan
yang tepatguna merupakan ikhtiar paling baik untuk mencegah perang dan memerintahkan mereka
supaya jangan hanya puas dengan
sejumlah pasukan yang memadai untuk pertahanan di dalam negeri saja, tetapi harus menempatkan lasykar yang cukup besar
di perbatasan-perbatasan.
Bukan hanya itu saja, tetapi juga umat Islam harus menampilkan diri dengan baik,
yakin dan dengan energi demikian rupa, sehingga تُرۡہِبُوۡنَ بِہٖ عَدُوَّ اللّٰہِ
وَ عَدُوَّکُمۡ وَ اٰخَرِیۡنَ مِنۡ دُوۡنِہِمۡ -- “yang dengan itu kamu dapat menggentarkan musuh Allah, musuh kamu, dan musuh yang lain di samping mereka”; لَا تَعۡلَمُوۡنَہُمۡ ۚ اَللّٰہُ یَعۡلَمُہُمۡ -- “yang tidak kamu ketahui, tetapi Allah mengetahui
mereka.” Yakni musuh di
daerah-daerah yang jauh dari tempat pertempuran akan sangat terkesan dan merasa gentar oleh persiapan
perang dan kesiap-siagaan umat
Islam, sehingga mereka mengurungkan segala niat mereka untuk memerangi umat Islam.
Ayat selanjutnya وَ مَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَیۡءٍ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ یُوَفَّ اِلَیۡکُمۡ وَ اَنۡتُمۡ لَا تُظۡلَمُوۡنَ -- “Dan apa
pun yang kamu belanjakan di jalan Allah
akan dibayar penuh kepadamu dan kamu tidak akan diperlakukan dengan
zalim”, hal ini mengisyaratkan pula
kepada pentingnya membelanjakan harta sebanyak-banyaknya
untuk peperangan.
Nubuatan Mengenai Keberadaan Musuh
di Masa Depan
Jadi ayat تُرۡہِبُوۡنَ بِہٖ عَدُوَّ اللّٰہِ
وَ عَدُوَّکُمۡ وَ اٰخَرِیۡنَ مِنۡ دُوۡنِہِمۡ -- “yang
dengan itu kamu dapat menggentarkan
musuh Allah, musuh kamu, dan musuh
yang lain di samping mereka”; لَا تَعۡلَمُوۡنَہُمۡ ۚ اَللّٰہُ یَعۡلَمُہُمۡ -- “yang tidak kamu ketahui, tetapi Allah mengetahui
mereka” mengandung satu nubuatan dan peringatan
bagi orang-orang beriman (umat Islam), dan nubuatan
itu ialah bahwa orang-orang musyrik di Arab bukanlah satu-satunya musuh mereka, masih banyak kaum-kaum lainnya yang akan menyerang mereka di masa akan datang yang
dekat. Nubuatan itu menunjuk kepada Kerajaan-kerajaan Bizantina dan Persia yang harus dihadapi oleh
orang-orang Islam, segera sesudah Nabi
Besar Muhammad saw. wafat.
Nabi Besar Muhammad saw. telah
melaksanaan firman Allah Swt. tersebut ketika mendengar berita adanya pasukan asing di perbatasan sebelah
utara, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَا
لَکُمۡ اِذَا قِیۡلَ لَکُمُ انۡفِرُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
اثَّاقَلۡتُمۡ اِلَی الۡاَرۡضِ ؕ اَرَضِیۡتُمۡ بِالۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا مِنَ الۡاٰخِرَۃِ ۚ فَمَا
مَتَاعُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا فِی الۡاٰخِرَۃِ اِلَّا قَلِیۡلٌ ﴿﴾ اِلَّا تَنۡفِرُوۡا یُعَذِّبۡکُمۡ
عَذَابًا اَلِیۡمًا ۬ۙ وَّ یَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَیۡرَکُمۡ وَ لَا تَضُرُّوۡہُ شَیۡئًا ؕ وَ
اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Wahai orang-orang yang beriman, apa yang
terjadi atas diri kamu bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah di jalan Allah", kamu lebih berat ke bumi?
Adakah kamu lebih menyukai kehidupan duniawi
daripada ukhrawi? Padahal kesenangan hidup di dunia ini hanya sedikit
dibandingkan dengan di akhirat. Jika
kamu tidak berangkat untuk
berjihad, Dia akan mengazab kamu
dengan azab yang pedih dan akan mengganti
kamu dengan kaum lain dan kamu tidak akan dapat merugikan Dia sedikit
pun, dan Allah berkuasa atas segala
sesuatu. (At-Taubah [9]:38-39).
Yang dimaksudkan kalimat انۡفِرُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اثَّاقَلۡتُمۡ اِلَی الۡاَرۡضِ -- “Berangkatlah di jalan Allah", kamu lebih berat ke bumi?” ialah gerakan militer ke Tabuk, sebuah kota kecil yang terletak
hampir di pertengahan jalan antara Medinah dan Damsyik. Telah disampaikan
berita kepada Nabi Besar Muhammad saw. bahwa orang-orang Yunani dari Kerajaan
Romawi Timur -- yang dikenal sebagai
orang-orang Romawi -- telah berhimpun di
perbatasan Siria.
Dengan memimpin suatu pasukan
yang berjumlah sekitar 30.000 Nabi Besar
Muhammad saw meninggalkan Medinah pada tahun kesembilan
Hijrah. Oleh sebab banyak kesusahan
yang harus diderita oleh tentara Islam dalam perjalanan yang jauh lagi sulit
itu, maka tentara itu mendapat julukan Jaisy ul-’Usrah, yaitu “pasukan yang menderita”.
Walau pun pada saat itu tidak
sampai terjadi pertempuran, namun dengan melihat keberanian Nabi Besar Muhammad saw. dan pasukan Muslim yang beliau saw. pimpin telah membuat niat pasukan Rumawi tersebut dibatalkan.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19 Juni 2013
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اصۡبِرُوۡا وَ صَابِرُوۡا وَ رَابِطُوۡا ۟ وَ اتَّقُوا اللّٰہَ لَعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ
BalasHapusKalau boleh koreksi sedikit: Kutipan ayat di atas adalah ayat terakhir surat Ali Imran, yaitu ayat 200. Tidak ada ayat 201. Maaf, terima kasih, salaam . .