بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 174
Terwujudnya Kejayaan Islam Kedua Kali di Akhir Zaman oleh Al-Masih Mau’ud a.s. dengan Cara-cara
Damai
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
Dalam Bab sebelumnya telah
dikemukakan pembahasan mengenai tujuan pemberian izin perang kepada Nabi Besar Muhammad saw., karena pada masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. adalah masa
diturunkannya wahyu Al-Quran sebagai syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4) maka untuk memelihara eksitensi agama dan umat Islam, setelah peristiwa hijrah Nabi Besar Muhammad saw.
terpaksa harus melakukan perang secara fisik sebagai upaya mempertahankan diri dari kezaliman
pihak lawan yang berusaha untuk menghancurkan
missi suci beliau saw., firman-Nya:
اُذِنَ
لِلَّذِیۡنَ یُقٰتَلُوۡنَ بِاَنَّہُمۡ ظُلِمُوۡا ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ
عَلٰی نَصۡرِہِمۡ لَقَدِیۡرُۨ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ
اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ
بِغَیۡرِ حَقٍّ اِلَّاۤ اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ
لَا دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ لَّہُدِّمَتۡ صَوَامِعُ وَ
بِیَعٌ وَّ صَلَوٰتٌ وَّ مَسٰجِدُ یُذۡکَرُ فِیۡہَا اسۡمُ اللّٰہِ کَثِیۡرًا ؕ وَ
لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Diizinkan berperang bagi mereka yang telah diperangi, karena mereka telah dizalimi, dan
sesungguhnya Allah berkuasa menolong
mereka. Yaitu orang-orang
yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa haq hanya karena mereka berkata: “Tuhan kami Allah.” Dan seandainya Allah tidak menangkis sebagian manusia oleh sebagian yang lain
niscaya akan hancur biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadah, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah, dan
Allah pasti akan menolong siapa
yang me-nolong-Nya, sesungguhnya Allah
Maha Kuasa, Maha Perkasa. (Al-Hājj [22]:40-41).
Kejayaan Duniawi Bangsa-bangsa
Kristen dari Barat
Namun berbeda dengan jihad di masa pengutusannya yang pertama -- yakni
terpaksa Nabi Besar Muhammad saw. melakukan perang secara fisik untuk membela diri (QS.22:40-41) – pada
pengutusan beliau saw. yang kedua di Akhir Zaman peperangan yang dilakukan
oleh mazhar (bayangan) beliau saw.,
yaitu Al-Masih Mau’ud a.s., adalah
“perang ruhani” mengemukakan dalil-dalil
kesempurnaan Al-Quran dan akhlak terpuji Nabi Besar Muhammad saw. (QS.15:10;
QS.33:22).
Kenapa demikian? Sebab Nabi Besar
Muhammad saw. telah diberitahu Allah Swt. dalam Al-Quran, bahwa pada akhir perjalanan sejarah “Ashhābul Kahf” (Para Penghuni Gua), generasi penerus mereka akan meraih puncak kekuasaan dan kekayaan
duniawi, termasuk dalam bidang
militer, sehingga tidak akan ada pihak lain – termasuk umat Islam – yang memiliki kekuatan
duniawi untuk menghadapi Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) atau kekuatan duniawi Dajjal tersebut, firman-Nya:
وَ تَحۡسَبُہُمۡ اَیۡقَاظًا وَّ ہُمۡ رُقُوۡدٌ ٭ۖ وَّ نُقَلِّبُہُمۡ ذَاتَ
الۡیَمِیۡنِ وَ ذَاتَ
الشِّمَالِ ٭ۖ وَ کَلۡبُہُمۡ بَاسِطٌ
ذِرَاعَیۡہِ بِالۡوَصِیۡدِ ؕ لَوِ
اطَّلَعۡتَ عَلَیۡہِمۡ لَوَلَّیۡتَ مِنۡہُمۡ
فِرَارًا وَّ لَمُلِئۡتَ مِنۡہُمۡ رُعۡبًا ﴿﴾
Dan
engkau menyangka mereka itu bangun padahal mereka
itu tidur, dan Kami membolik-balikkan mereka ke kanan dan
ke kiri, dan anjing mereka sedang menjulurkan kedua kaki-depannya di halaman
gua itu. Seandainya engkau menyaksi-kan
mereka niscaya engkau akan berbalik dari mereka untuk melarikan diri dan
niscaya engkau akan dipenuhi oleh rasa takut terhadap mereka. (Al-Kahf
[18]:19).
Kata-kata “Seandainya engkau menyaks-kan mereka niscaya
engkau akan berbalik dari mereka untuk melarikan diri dan niscaya engkau akan
dipenuhi oleh rasa takut terhadap mereka” merupakan pemberitahuan Allah Swt. kepada Nabi
Besar Muhammad saw., yang menunjuk
kepada masa di Akhir Zaman ketika bangsa-bangsa Kristen dari barat akan
memperoleh kekuasaan politik yang besar.
Al-Quran menubuatkan hakikat ini ratusan tahun sebelumnya,
ketika bangsa-bangsa Kristen masih
terbenam dalam “tidur lelap ratusan tahun”,
sehingga daya cipta yang betapa pun kaya dan luasnya tidak dapat meramalkan kekuasaan dan kemuliaan yang akan
dicapai oleh bangsa-bangsa itu sesudahnya.
Ayat ini berisikan gambaran khas mengenai kekuasaan bangsa-bangsa barat di atas
negeri-negeri sebelah timur dan selatan, cara
hidup mereka yang khusus dan rasa
takut, serta keseganan yang
bangsa ini timbulkan di tengah-tengah
rakyat-rakyat yang mendiami daerah-daerah tersebut.
Penyebaran Gog (Ya’juj) dan Magog
(Ma’juj)
Ke Seluruh Wilayah Dunia
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai penyebaran
mereka ke seluruh dunia yang dimulai dengan mengirim armada
perdagangan (ekonomi) ke berbagai wilayah dunia, termasuk ke Nusantara:
وَ کَذٰلِکَ
بَعَثۡنٰہُمۡ لِیَتَسَآءَلُوۡا بَیۡنَہُمۡ ؕ قَالَ قَآئِلٌ مِّنۡہُمۡ کَمۡ
لَبِثۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَبِثۡنَا
یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ ؕ قَالُوۡا رَبُّکُمۡ
اَعۡلَمُ بِمَا لَبِثۡتُمۡ ؕ فَابۡعَثُوۡۤا اَحَدَکُمۡ
بِوَرِقِکُمۡ ہٰذِہٖۤ اِلَی الۡمَدِیۡنَۃِ فَلۡیَنۡظُرۡ اَیُّہَاۤ اَزۡکٰی طَعَامًا فَلۡیَاۡتِکُمۡ بِرِزۡقٍ
مِّنۡہُ وَ لۡـیَؔتَلَطَّفۡ وَ لَا
یُشۡعِرَنَّ بِکُمۡ
اَحَدًا﴿﴾
Dan
demikianlah Kami bangkitkan mereka supaya mereka saling
bertanya di antara mereka. Salah seorang dari mereka berkata: "Berapa lamakah kamu tinggal?" Mereka menjawab: "Kami
telah tinggal sehari atau sebagian dari hari." Yang lain berkata:
"Tuhan kamu lebih mengetahui lamanya kamu tinggal.
Maka suruhlah sekarang salah
seorang dari antara kamu dengan mata uangmu ini ke kota dan hendaklah ia
memperhatikan siapa dari antara mereka mempunyai bahan makanan terbaik
dan hendaklah ia membawa kepadamu rezeki
darinya. Dan hendaklah ia
bersikap lemah-lembut, dan ia
jangan memberitahukan mengenai kamu kepada siapa pun. (Al-Kahf
[18]:20).
Ayat ini nampaknya menunjuk kepada bangsa-bangsa Kristen dari barat,
sesudah mereka menyebar ke seluruh
dunia. Kata-kata “Kami membangkitkan
mereka”, mengisyaratkan kepada kemajuan
besar yang bangsa-bangsa itu telah ditakdirkan
mencapainya di masa yang akan datang.
Kata-kata, Salah seorang dari mereka
berkata: “Berapa lamakah kamu telah
tinggal?" mengandung arti bahwa bangsa-bangsa
Kristen dari Barat bangkit dan menyingkirkan jauh-jauh kemalasan mereka. Kebangkitan kesadaran
ini telah terjadi di masa peperangan
salib, ketika raja-raja Inggris, Perancis, dan Jerman bersatu padu
memperjuangkan tujuan bersama, dan
seluruh Eropa bergabung mengadakan serangan bersama terhadap umat Islam,
untuk merenggut tanah suci (Kanaan/Palestina) dari tangan mereka.
Menurut muhawarah bahasa Arab “dari hari atau sebagian hari” menunjuk
kepada masa yang tidak tentu. Di tempat lain (QS.20:103-104) Al-Quran telah
menetapkan 1000 tahun, yang selama itu bangsa-bangsa Kristen dari barat itu
tetap tinggal dalam keadaan tidur atau
tanpa kegiatan.
“Perang Ruhani” yang Dipimpin “Imam Mahdi a.s. &
Peringatan Allah Swt.
kepada Umat Islam
Kata ''sepuluh
hari" dalam QS.20:103-104 dipergunakan untuk menyatakan sepuluh abad, dan kata-kata "bermata biru" dalam ayat-ayat
tersebut menunjuk kepada bangsa-bangsa
barat yang pada umumnya bermata biru.
Ini merupakan kenyataan sejarah yang cukup dikenal, bahwa dasar-dasar kekuasaan
Inggris di Timur diletakkan pada permulaan abad
ketujuh belas ("March of Man"). Masa ini
mendekati 1000 tahun sesudah Nabi Besar Muhammad saw..
Jadi, karena pada masa puncak kemunduran yang terjadi di kalangan umat Islam, pada masa itulah bangsa-bangsa
Kristen dari Barat sedang berada pada puncak
kejayaan duniawi mereka, oleh karena itu menurut Nabi Besar Muhammad saw.
hanya Imam Mahdi a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. sajalah yang
dengan “kekuatan doanya” akan dapat
menaklukan fitnah Dajjal yang
disebar-luaskan Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) tersebut.
Perjuangan
(jihad) secara ruhani itulah yang
dilaksanakan oleh Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan
para Khalifatul
Masih di Akhir Zaman ini,
karena di Akhir Zaman ini tidak ada
lagi “perang Agama” yang memerlukan sarana-sarana peperangan secara fisik pula – yang dalam kenyataan semua
sarana militer tercanggih tersebut
dimiliki oleh negara-negara Barat atau Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj).
Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa
keadaan umat Islam (Bani Isma’il) akan memiliki
persamaan dengan Bani
Israil (Yahudi dan Nashrani) seperti “persamaan sepasang sepatu” – dalam
hal kebaikannya mau pun dalam keburukannya – contohnya, di kalangan Bani Israil terdapat
nabi yang membawa syariat
yaitu Nabi Musa a.s. dan diakhiri dengan
kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
demikian pula di kalangan Bani Isma’il
pun terdapat “Nabi yang seperti Musa”
yaitu Besar Muhammad saw. (QS.46:11; Ulangan 18-15-19) dan terdapat “Nabi
yang seperti Isa Ibu Maryam a.s.” atau “misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.” (QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud a.s. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s, Pendiri Jemaat
Ahmadiyah.
Demikian pula dalam
hal keburukannya pun terdapat persamaan,
misalnya di kalangan Bani Israil
banyak orang-orang suci di kalangan mereka – yakni para nabi --
yang menderita oleh perbuatan
zalim para pemuka agama mereka yang haus darah dan haus kekuasaan dengan mengatasnamakan agama (QS.2:89-91; Matius
23:1-39), demikian pula di kalangan Bani
Isma’il (umat Islam) pun banyak para
wali Allah yang mengalami perlakuan zalim dari para pemuka agama Islam yang tidak mengenai kedalaman makrifat Ilahi yang mereka miliki,
seperti contohnya para wali besar: Syeikh Abdul Qadir Jailani, Imam Ghazali,
Ibnu ‘Arabi dll.
Peringatan Allah Swt. kepada Umat Islam
Itulah sebabnya Allah Swt. dalam Al-Quran telah memperingatkan umat Islam agar mereka tidak melakukan keburukan yang sama terhadap Nabi Besar
Muhammad saw. (nabi yang seperti Musa) mau pun terhadap “nabi yang seperti Isa Ibnu Maryam” yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
seperti yang dilakukan para pemuka agama
di kalangan Bani Israil terhadap para
nabi mereka, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَکُوۡنُوۡا
کَالَّذِیۡنَ اٰذَوۡا مُوۡسٰی فَبَرَّاَہُ
اللّٰہُ مِمَّا قَالُوۡا ؕ وَ کَانَ عِنۡدَ اللّٰہِ وَجِیۡہًا ﴿ؕ﴾یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا
اللّٰہَ وَ قُوۡلُوۡا قَوۡلًا سَدِیۡدًا ﴿ۙ﴾ یُّصۡلِحۡ لَکُمۡ اَعۡمَالَکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ
ؕ وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu
seperti orang-orang yang telah menyusahkan Musa, tetapi Allah
membersihkannya dari apa yang mereka katakana, dan ia di sisi Allah adalah orang yang
terhormat. Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah
dan ucapkanlah perkataan yang jujur.
Dia akan memperbaiki bagi kamu amal-amalmu dan akan mengampuni bagi kamu dosa-dosamu. Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia akan meraih kemenangan besar. (Al-Ahzab
[33]:70-72).
Ādzahu berarti, ia melakukan atau
mengatakan apa yang tidak disenanginya atau yang dibencinya, mengganggu atau
menjengkelkan atau melukai perasaan dia. . Nabi Musa a.s. . telah dijadikan sasaran fitnahan-fitnahan berat, antara lain:
(1) Qarun (Qorah) menghasut seorang perempuan
mengada-adakan tuduhan terhadap beliau bahwa beliau pernah mengadakan hubungan
gelap dengan dirinya.
(2) Karena timbul iri hati
melihat semakin meningkatnya pengaruh Nabi Harun di tengah kaum beliau, Nabi
Musa a.s. berusaha membunuh Nabi Harun a.s..
(3) Beliau mengidap penyakit lepra dan rajasinga atau syphilis.
(4) Samiri menuduh beliau berbuat syirik.
(4) Adik perempuan beliau sendiri melemparkan
tuduhan palsu terhadap beliau (Bilangan 12:1).
Kemudian umat Islam di Akhir Zaman ini pun diperingatkan pula untuk tidak melakukan
makar-buruk seperti yang dilakukan
para pemuka kaum Yahudi kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.3:53-55),
terhadap “misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.” (QS.43:58) – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.— bahkan mereka diperintahkan agar mengikuti
sikap para hawari (pengikut) Nabi Isa Ibnu Maryam, firman-Nya:
وَ لَمَّا
ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ
اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ
لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ
قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan
apabila Ibnu Maryam dikemukakan sebagai
misal tiba-tiba kaum engkau
meneriakkan penentangan terhadapnya, dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau
melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka
adalah kaum yang biasa berbantah. (Az-Zukhruf [43]:58-59).
Shadda (yashuddu) berarti: ia menghalangi dia dari
sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia mengajukan sanggahan (protes)
(Aqrab-al-Mawarid). 2683.
Kedatangan Al-Masih a.s. adalah
tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan
kenabian untuk selama-lamanya.
Orang yang Seperti
(Misal) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Terwujudnya Kejayaan Islam
yang Kedua Kali
Karena matsal berarti
sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat
ini, di samping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa
bila kaum Nabi Besar Muhammad saw. —
yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan dibangkitkan
di antara mereka untuk memperbaharui mereka
dan mengembalikan kejayaan ruhani
mereka yang telah hilang, maka daripada bergembira
atas kabar gembira itu malah mereka berteriak
mengajukan protes.
Jadi, ayat ini dapat dianggap
mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. untuk
kedua kalinya dalam wujud orang lain yang semisal
(seperti) beliau namun muncul dari kalangan pengikut
Nabi Besar Muhammad saw. yakni dari kalangan umat Islam (Bani Isma’il), bukan dari kalangan Bani Israil sebagaimana yang keliru
difahami oleh umumnya umat Islam.
Itulah sebabnya Allah Swt. telah
memperingatkan umat Islam untuk tidak mengulangi
kedurhakaan yang telah dilakukan para pemuka
agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ
اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ
مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ
اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ
قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ
اللّٰہِ فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡۢ
بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ
کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی
عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang
beriman, jadilah kamu penolong-penolong
Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam
berkata kepada pengikut-pengikutnya,
“Siapakah penolong-penolongku di jalan
Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Ash-Shaff
[61]:15).
Dari ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang
terhadap mereka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menyampaikan tablighnya – kaum Parisi,
kaum Saduki, dan kaum Essenes – Nabi Isa ibnu Maryam a.s. termasuk
golongan terakhir (kaum Essenes)sebelum beliau diutus sebagai rasul Allah.
Kaum Essenes adalah kaum
yang sangat bertakwa, hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan
melewatkan waktu mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama
manusia. Dari kaum inilah berasal bagian besar dari para pengikut beliau di
masa permulaan (“The Dead Sea Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The
Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para Penolong” oleh Eusephus.
Kata-kata penutup Surah ini sungguh sarat
dengan nubuatan. Sepanjang zaman para
pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
telah menikmati kekuatan dan kekuasaan atas musuh abadi mereka – kaum
Yahudi. Mereka telah menegakkan dan memerintah kerajaan-kerajaan luas dan perkasa,
sedang kaum Yahudi tetap merupakan kaum yang cerai-berai sehingga mendapat julukan “the Wandering Jew” (“Yahudi Pengembara”).
Demikian juga halnya dengan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. dengan Jemaat
Ahmadiyah telah ditakdirkan Allah
Swt. untuk mengalami hal yang sama sehingga kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini benar-benar akan terwujud
sebagaimana firman-Nya berikut ini:
ہُوَ الَّذِیۡۤ
اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak
me-nyukai. (Ash-Shaff [61]:10)
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena
untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih
Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau semua
agama muncul dan keunggulan Islam
di atas semua agama akan menjadi
kepastian.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar