Kamis, 18 Juli 2013

Terwujudnya Kejayaan Islam Kedua Kali di Akhir Zaman oleh Al-Masih Mau'ud a.s. dengan Cara-cara Damai




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 174

Terwujudnya Kejayaan Islam Kedua Kali  di Akhir Zaman  oleh Al-Masih Mau’ud a.s. dengan Cara-cara Damai
           
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Bab sebelumnya telah  dikemukakan pembahasan mengenai  tujuan pemberian izin perang kepada Nabi Besar Muhammad saw.,  karena pada masa pengutusan  Nabi Besar Muhammad saw. adalah masa diturunkannya wahyu Al-Quran sebagai syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4)  maka untuk memelihara eksitensi agama dan umat Islam,   setelah peristiwa hijrah Nabi Besar Muhammad saw.  terpaksa  harus melakukan perang secara fisik sebagai upaya mempertahankan diri dari kezaliman pihak lawan yang berusaha untuk menghancurkan missi suci beliau saw., firman-Nya:
اُذِنَ لِلَّذِیۡنَ یُقٰتَلُوۡنَ بِاَنَّہُمۡ ظُلِمُوۡا ؕ وَ اِنَّ  اللّٰہَ  عَلٰی  نَصۡرِہِمۡ  لَقَدِیۡرُۨ  ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ  بِغَیۡرِ  حَقٍّ اِلَّاۤ  اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ لَا دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ لَّہُدِّمَتۡ صَوَامِعُ وَ بِیَعٌ وَّ صَلَوٰتٌ وَّ مَسٰجِدُ یُذۡکَرُ فِیۡہَا اسۡمُ اللّٰہِ کَثِیۡرًا ؕ وَ لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Diizinkan berperang bagi mereka yang telah diperangi, karena mereka telah dizalimi, dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka. Yaitu orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa haq  hanya karena mereka berkata: “Tuhan kami Allah. Dan seandainya Allah tidak menangkis   sebagian manusia oleh sebagian yang lain niscaya akan hancur  biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama  Allah,    dan  Allah pasti akan menolong siapa yang me-nolong-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa, Maha Perkasa. (Al-Hājj [22]:40-41).

Kejayaan Duniawi Bangsa-bangsa Kristen dari Barat

   Namun berbeda dengan jihad  di masa pengutusannya yang pertama -- yakni terpaksa Nabi Besar Muhammad saw. melakukan perang secara fisik  untuk membela diri (QS.22:40-41) – pada pengutusan beliau saw. yang  kedua di Akhir Zaman peperangan yang dilakukan oleh mazhar (bayangan) beliau saw., yaitu Al-Masih Mau’ud a.s., adalah “perang ruhani” mengemukakan dalil-dalil kesempurnaan Al-Quran dan akhlak terpuji  Nabi Besar Muhammad saw. (QS.15:10; QS.33:22).
      Kenapa demikian? Sebab Nabi Besar Muhammad saw. telah diberitahu Allah Swt. dalam Al-Quran,  bahwa pada akhir perjalanan sejarah “Ashhābul Kahf” (Para Penghuni Gua), generasi penerus mereka akan meraih puncak   kekuasaan dan kekayaan duniawi, termasuk dalam bidang militer, sehingga tidak akan ada pihak lain – termasuk umat Islam – yang memiliki kekuatan duniawi  untuk menghadapi Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) atau kekuatan duniawi Dajjal tersebut, firman-Nya:
وَ تَحۡسَبُہُمۡ اَیۡقَاظًا وَّ ہُمۡ رُقُوۡدٌ ٭ۖ وَّ نُقَلِّبُہُمۡ ذَاتَ الۡیَمِیۡنِ وَ ذَاتَ الشِّمَالِ ٭ۖ وَ کَلۡبُہُمۡ بَاسِطٌ ذِرَاعَیۡہِ  بِالۡوَصِیۡدِ ؕ لَوِ اطَّلَعۡتَ عَلَیۡہِمۡ لَوَلَّیۡتَ مِنۡہُمۡ فِرَارًا  وَّ  لَمُلِئۡتَ مِنۡہُمۡ  رُعۡبًا ﴿﴾
Dan engkau menyangka mereka itu bangun  padahal mereka itu tidur,  dan Kami membolik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, dan anjing mereka sedang menjulurkan kedua kaki-depannya di halaman gua itu. Seandainya engkau menyaksi-kan mereka niscaya engkau akan berbalik dari mereka untuk melarikan diri dan niscaya engkau akan dipenuhi oleh rasa takut terhadap mereka.  (Al-Kahf [18]:19).
Kata-kata “Seandainya engkau menyaks-kan mereka niscaya engkau akan berbalik dari mereka untuk melarikan diri dan niscaya engkau akan dipenuhi oleh rasa takut terhadap mereka” merupakan pemberitahuan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw.,  yang menunjuk kepada masa  di Akhir Zaman ketika bangsa-bangsa Kristen dari barat akan memperoleh kekuasaan politik yang besar.
Al-Quran menubuatkan hakikat ini ratusan tahun sebelumnya, ketika bangsa-bangsa Kristen masih terbenam dalam “tidur lelap ratusan tahun”, sehingga daya cipta yang betapa pun kaya dan luasnya tidak dapat meramalkan kekuasaan dan kemuliaan yang akan dicapai oleh bangsa­-bangsa itu  sesudahnya.
Ayat ini berisikan gambaran khas mengenai kekuasaan bangsa-bangsa barat di atas negeri-negeri sebelah timur dan selatan, cara hidup mereka yang khusus dan rasa takut, serta keseganan yang bangsa ini timbulkan di tengah­-tengah rakyat-rakyat yang mendiami daerah-daerah tersebut.

Penyebaran Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj)
Ke Seluruh Wilayah Dunia

Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  penyebaran mereka ke seluruh dunia yang dimulai dengan mengirim  armada perdagangan (ekonomi) ke berbagai wilayah dunia, termasuk ke Nusantara:
وَ کَذٰلِکَ بَعَثۡنٰہُمۡ  لِیَتَسَآءَلُوۡا  بَیۡنَہُمۡ ؕ قَالَ قَآئِلٌ مِّنۡہُمۡ کَمۡ لَبِثۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَبِثۡنَا یَوۡمًا اَوۡ بَعۡضَ یَوۡمٍ ؕ قَالُوۡا رَبُّکُمۡ  اَعۡلَمُ بِمَا لَبِثۡتُمۡ ؕ فَابۡعَثُوۡۤا اَحَدَکُمۡ بِوَرِقِکُمۡ ہٰذِہٖۤ  اِلَی الۡمَدِیۡنَۃِ فَلۡیَنۡظُرۡ  اَیُّہَاۤ   اَزۡکٰی  طَعَامًا فَلۡیَاۡتِکُمۡ بِرِزۡقٍ مِّنۡہُ  وَ لۡـیَؔ‍‍‍تَلَطَّفۡ وَ لَا  یُشۡعِرَنَّ  بِکُمۡ  اَحَدًا﴿﴾
Dan demikianlah Kami  bangkitkan mereka supaya mereka saling bertanya di antara mereka. Salah seorang dari mereka berkata:  "Berapa lamakah kamu tinggal?" Mereka menjawab:  "Kami telah tinggal sehari atau sebagian dari hari." Yang lain ber­kata: "Tuhan kamu  lebih mengetahui lamanya kamu tinggal. Maka suruhlah sekarang salah seorang dari antara kamu dengan mata uangmu ini ke kota dan hendaklah ia memperhatikan  siapa dari antara  mereka mempunyai bahan makanan terbaik  dan hendaklah ia membawa kepadamu rezeki  darinya. Dan hendaklah ia bersikap lemah-lembut, dan ia jangan memberitahukan  mengenai kamu kepada siapa pun. (Al-Kahf [18]:20).   
       Ayat ini nampaknya menunjuk kepada bangsa-bangsa Kristen dari barat, sesudah mereka menyebar ke seluruh dunia. Kata-kata “Kami membangkitkan mereka”, mengisyaratkan kepada kemajuan besar yang bangsa-bangsa itu telah ditakdirkan mencapainya di masa yang akan datang.
     Kata-kata, Salah seorang dari mereka berkata: “Berapa lamakah kamu telah tinggal?" mengandung arti bahwa bangsa-bangsa Kristen dari Barat bangkit dan menyingkirkan jauh-jauh kemalasan mereka. Kebangkitan kesadaran ini telah terjadi di masa peperangan salib, ketika raja-raja Inggris, Perancis, dan Jerman bersatu padu memperjuangkan tujuan bersama, dan seluruh Eropa bergabung mengadakan serangan bersama terhadap umat Islam, untuk merenggut   tanah suci (Kanaan/Palestina) dari tangan mereka.
      Menurut muhawarah bahasa Arab “dari hari atau sebagian hari” menunjuk kepada masa yang tidak tentu. Di tempat lain (QS.20:103-104) Al-Quran telah menetapkan 1000 tahun, yang selama itu bangsa­-bangsa Kristen dari barat itu tetap tinggal  dalam keadaan tidur atau tanpa kegiatan.

“Perang Ruhani”  yang Dipimpin “Imam Mahdi a.s. &
Peringatan Allah Swt. kepada Umat Islam

    Kata ''sepuluh hari" dalam QS.20:103-104 dipergunakan untuk menyatakan sepuluh abad, dan kata-kata "bermata biru" dalam ayat-ayat tersebut menunjuk kepada bangsa-bangsa barat yang pada umumnya bermata biru. Ini merupakan kenyataan sejarah yang cukup dikenal, bahwa dasar-dasar kekuasaan Inggris di Timur diletakkan pada permulaan abad ketujuh belas ("March of Man"). Masa ini mendekati 1000 tahun sesudah Nabi Besar Muhammad saw..
     Jadi, karena pada masa puncak kemunduran yang terjadi di kalangan umat Islam, pada masa itulah bangsa-bangsa Kristen dari Barat sedang berada pada puncak kejayaan duniawi mereka, oleh karena itu menurut Nabi Besar Muhammad saw. hanya Imam Mahdi a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. sajalah yang dengan “kekuatan doanya” akan dapat menaklukan fitnah Dajjal yang disebar-luaskan Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) tersebut.
     Perjuangan (jihad) secara ruhani itulah yang dilaksanakan oleh Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan para Khalifatul Masih di Akhir Zaman ini, karena di Akhir Zaman ini tidak ada lagi “perang Agama” yang memerlukan sarana-sarana peperangan secara fisik pula – yang dalam kenyataan semua sarana militer tercanggih tersebut dimiliki oleh negara-negara Barat  atau Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj).
      Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa keadaan umat Islam  (Bani Isma’il) akan  memiliki  persamaan dengan   Bani Israil (Yahudi dan Nashrani) seperti “persamaan sepasang sepatu” – dalam hal kebaikannya mau pun dalam keburukannya – contohnya, di kalangan Bani Israil  terdapat  nabi yang membawa syariat yaitu Nabi Musa a.s.  dan diakhiri dengan kedatangan Nabi Isa Ibnu  Maryam a.s., demikian pula di kalangan Bani Isma’il pun terdapat “Nabi yang seperti Musa” yaitu  Besar Muhammad saw.  (QS.46:11; Ulangan 18-15-19) dan terdapat  Nabi yang seperti Isa Ibu Maryam a.s.” atau “misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.” (QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud a.s.  yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s, Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
      Demikian pula   dalam  hal keburukannya pun  terdapat persamaan, misalnya di kalangan Bani Israil banyak  orang-orang suci di kalangan mereka – yakni para nabi --  yang menderita  oleh perbuatan zalim  para pemuka agama mereka yang haus darah dan haus kekuasaan dengan mengatasnamakan agama (QS.2:89-91; Matius 23:1-39), demikian pula di kalangan Bani Isma’il (umat Islam)  pun banyak para wali Allah yang mengalami perlakuan zalim dari para pemuka agama Islam yang tidak mengenai kedalaman makrifat Ilahi yang mereka miliki, seperti contohnya para wali besar: Syeikh Abdul Qadir Jailani, Imam Ghazali, Ibnu ‘Arabi dll.

Peringatan Allah Swt. kepada Umat Islam

      Itulah sebabnya Allah Swt.  dalam Al-Quran telah memperingatkan umat Islam agar mereka tidak melakukan keburukan yang sama terhadap Nabi Besar Muhammad saw. (nabi yang seperti Musa) mau pun terhadap “nabi yang seperti Isa Ibnu Maryam” yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., seperti yang dilakukan  para pemuka agama di kalangan Bani Israil terhadap para nabi mereka,   firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اٰذَوۡا مُوۡسٰی فَبَرَّاَہُ  اللّٰہُ مِمَّا قَالُوۡا ؕ وَ کَانَ عِنۡدَ اللّٰہِ  وَجِیۡہًا  ﴿ؕ﴾یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰہَ وَ قُوۡلُوۡا  قَوۡلًا  سَدِیۡدًا  ﴿ۙ﴾  یُّصۡلِحۡ  لَکُمۡ  اَعۡمَالَکُمۡ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ  فَقَدۡ  فَازَ  فَوۡزًا عَظِیۡمًا ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang yang telah menyusahkan  Musa,  tetapi Allah membersihkannya dari apa yang mereka katakana, dan ia di sisi Allah adalah orang yang terhormat.  Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang jujur.   Dia akan memperbaiki bagi kamu amal-amalmu dan akan mengampuni bagi kamu dosa-dosamu. Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia akan meraih kemenangan besar. (Al-Ahzab [33]:70-72).
     Ādzahu berarti, ia melakukan atau mengatakan apa yang tidak disenanginya atau yang dibencinya, mengganggu atau menjengkelkan atau melukai perasaan dia.  . Nabi Musa a.s. .  telah dijadikan sasaran fitnahan-fitnahan berat, antara lain:
  (1) Qarun (Qorah) menghasut seorang perempuan mengada-adakan tuduhan terhadap beliau bahwa beliau pernah mengadakan hubungan gelap dengan dirinya.
   (2) Karena timbul iri hati melihat semakin meningkatnya pengaruh Nabi Harun di tengah kaum beliau, Nabi Musa a.s. berusaha membunuh Nabi Harun a.s..
    (3) Beliau mengidap penyakit lepra dan rajasinga atau syphilis. (4) Samiri menuduh beliau berbuat syirik.
   (4) Adik perempuan beliau sendiri melemparkan tuduhan palsu terhadap beliau (Bilangan 12:1).
   Kemudian  umat Islam di Akhir Zaman ini pun diperingatkan pula untuk tidak melakukan makar-buruk seperti yang dilakukan para pemuka kaum Yahudi  kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.3:53-55),   terhadap “misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.” (QS.43:58) – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.— bahkan mereka diperintahkan agar mengikuti sikap  para hawari (pengikut) Nabi Isa Ibnu Maryam, firman-Nya:  
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ  مَثَلًا  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila   Ibnu Maryam dikemukakan  sebagai misal tiba-tiba kaum engkau meneriakkan  penentangan  terhadapnya,  dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah.  (Az-Zukhruf [43]:58-59).
     Shadda (yashuddu) berarti: ia menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia mengajukan sanggahan (protes) (Aqrab-al-Mawarid). 2683. Kedatangan Al-Masih a.s.  adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya.

Orang yang Seperti (Misal) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Terwujudnya Kejayaan Islam yang Kedua Kali

     Karena matsal berarti sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat ini, di samping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa bila kaum Nabi Besar Muhammad saw. — yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan dibangkitkan di antara mereka untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang, maka daripada bergembira atas kabar gembira itu malah mereka berteriak  mengajukan protes.
    Jadi, ayat ini dapat dianggap mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    untuk kedua kalinya dalam wujud orang lain  yang semisal (seperti) beliau namun muncul dari kalangan pengikut Nabi Besar Muhammad saw. yakni dari kalangan umat Islam (Bani Isma’il), bukan dari kalangan Bani Israil sebagaimana yang keliru difahami oleh umumnya umat Islam.
    Itulah sebabnya Allah Swt. telah memperingatkan umat Islam untuk tidak mengulangi kedurhakaan yang telah dilakukan para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪﴾

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada  pengikut-pengikutnya, “Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi  orang-orang yang menang. (Ash-Shaff [61]:15).
 Dari ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang terhadap mereka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  menyampaikan tablighnya – kaum Parisi, kaum Saduki, dan kaum Essenes – Nabi Isa ibnu Maryam a.s. termasuk golongan terakhir (kaum Essenes)sebelum beliau diutus sebagai rasul Allah.
  Kaum Essenes adalah kaum yang sangat bertakwa, hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama manusia. Dari kaum inilah berasal bagian besar dari para pengikut beliau di masa permulaan (“The Dead Sea Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para  Penolong” oleh Eusephus.
 Kata-kata penutup Surah ini sungguh sarat dengan nubuatan. Sepanjang zaman para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menikmati kekuatan dan kekuasaan atas musuh abadi mereka – kaum Yahudi. Mereka telah menegakkan dan memerintah kerajaan-kerajaan luas dan perkasa, sedang kaum Yahudi tetap merupakan kaum yang cerai-berai sehingga mendapat julukan “the Wandering Jew” (“Yahudi Pengembara”).
 Demikian juga halnya dengan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. dengan Jemaat Ahmadiyah telah ditakdirkan Allah Swt. untuk mengalami hal yang sama sehingga kejayaan Islam yang kedua kali  di Akhir Zaman ini benar-benar akan terwujud sebagaimana firman-Nya berikut ini:
  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak me-nyukai. (Ash-Shaff [61]:10)
  Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.


 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  22 Juni  2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar