بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 183
Perbedaan
Kesetiaan Para Sahabat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan Para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw. ketika Menghadapi Bahaya
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
Dalam
akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan
mengenai “rasa takut” atau “tidak aman”
yang dirasakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam menghadapi makar Allah
Swt. itulah maka beliau telah berdoa secara khusus dengan penuh rasa sedih dan takut di taman Getsemani:
26:36 Maka
sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada
murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa."
26:37 Dan Ia
membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, 26:38 lalu kata-Nya
kepada mereka: "Hati-Ku
sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku. "
26:39 Maka Ia maju
sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. " 26:40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan
mendapati mereka sedang tidur. Dan
Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging
lemah." 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin
lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" 26:43 Dan ketika Ia
kembali pula, Ia mendapati mereka sedang
tidur, sebab mata mereka sudah berat. 26:44 Ia membiarkan
mereka di situ lalu pergi dan berdoa
untuk ketiga kalinya dan mengucapkan
doa yang itu juga. 26:45 Sesudah itu
Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. 26:46 Bangunlah, marilah kita pergi. Dia
yang menyerahkan Aku sudah dekat." (Matius 26:36-43).
“Eli, Eli, lama sabachtani -
Allah-Ku, Allah-Ku,
mengapa Engkau meningggalkan
aku?”
Makar
tandingan yang dirancang Allah Swt. benar-benar
sangat halus serta mysterius sehingga sampat saat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
di pakukan di tiang salib pun beliau
sama sekali tidak mengerti
mengapa Allah Swt. seakan-akan membiarkan beliau harus menderita dipakukan di atas salib, sehingga dalam kesedihannya yang memuncak beliau
berteriak: “Eli, Eli, lama sabachtani - Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meningggalkan aku?”:
Bersama dengan Dia
disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di
sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata:
"Hai Engkau yang mau merubuhkan
Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu
jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka
berkata: "Orang lain Ia selamatkan,
tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia
turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya
pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya!
Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan
bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. Mulai dari jam dua belas
kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan
suara nyaring: "Eli, Eli, lama
sabakhtani?"* Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku? (Matius 27:38-46).
Dengan demikian benarlah pernyataan
Allah Swt. dalam firman-Nya sebelumnya bahwa hanya orang-orang beriman sajalah yang merasa takut terhadap “makar” Allah
Swt.:
اَفَاَمِنَ
اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا بَیَاتًا وَّ ہُمۡ
نَآئِمُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَوَ اَمِنَ
اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا ضُحًی وَّ ہُمۡ
یَلۡعَبُوۡنَ ﴿﴾ اَفَاَمِنُوۡا مَکۡرَ اللّٰہِ ۚ فَلَا یَاۡمَنُ مَکۡرَ اللّٰہِ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah penduduk
negeri-negeri ini merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka di malam hari selagi mereka tidur? Ataukah penduduk negeri-negeri ini merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka, waktu matahari naik sepenggalah sedangkan mereka bermain-main?
Apakah mereka merasa aman dari makar Allah?
Maka tidak ada yang merasa dirinya aman
dari makar Allah kecuali kaum yang
rugi. (Al-A’rāf [7]:98-99).
“Duel Makar” Pada Masa Pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.
“Duel makar” antara “makar buruk” para penentang Rasul Allah dengan “makar
tandingan” Allah Swt. tersebut terjadi juga pada masa pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw., namun berbeda dengan kegelisahan
para Rasul Allah sebelumnya – termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – Nabi Besar
Muhammad saw. berkenaan dengan keselamatan jiwa (diri) beliau saw.
tidak pernah memperlihatkan kegelisahan, firman-Nya:
وَ اِذۡ
یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ
یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ
اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ
الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika orang-orang kafir merancang
makar terhadap engkau, supaya mereka dapat me-nangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang makar
tandingan, dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Al-Anfāl
[8]:31).
Ayat ini mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun
Nadwah (Balai Permusyawaratan) di Mekkah. Ketika mereka melihat bahwa semua
usaha mereka mencegah berkembangnya
aliran kepercayaan baru (agama Islam) gagal,
dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim
yang mampu meninggalkan Mekkah telah hijrah ke Medinah dan mereka sudah jauh
dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota berkumpul di Darun Nadwah untuk membuat rencana ke arah usaha terakhir guna menghabisi
Islam.
Sesudah diadakan pertimbangan
mendalam, terpikir oleh mereka satu rencana,
ialah sejumlah orang-orang muda dari
berbagai kabilah Quraisy harus secara serempak menyergap Nabi Besar
Muhammad saw. lalu membunuh beliau saw., sebagaimana yang juga sebelumnya makar buruk yang sama telah dilakukan
para pemuka kaum Tsamud terhadap Nabi
Shaleh a.s. (QS.27:46-54).
Tetapi tanpa setahu orang Nabi Besar Muhammad saw. meninggalkan
rumah tengah malam buta, ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, berlindung
di Gua Tsur bersama-sama Abubakar Shiddiq r.a., sahabat beliau yang setia, dan akhirnya sampai
di Medinah dengan selamat.
Demikian pula ketika para pemburu kedua “pelarian” dari
Mekkah tersebut telah sampai pula di depan gua Tsur, karena keadaan saat itu
sangat rawan sampai-sampai Abubakar Shiddiq r.a. merasa sangat gelisah, karena seandainya saja para
pemburu mereka itu mau menundukkan pandangan mereka ke arah bawah kaki mereka
pasti mereka akan dapat melihat kedua
orang yang bersembunyi di dalam gua tersebut.
Perbedaan Sikap Petrus dengan Sikap Abubakar Shiddiq r.a.
Terhadap “Guru” Masing-masing Ketika dalam Bahaya
Namun demikian, berbeda dengan Abubakar
Shiddiq r.a. yang sangat gelisah,
keadaan Nabi Besar Muhammad saw. benar-benar sangat tenang bahkan beliau
saw. meyakinkan sahabat setia beliau saw.
tersebut agar jangan gelisah, firman-Nya:
اِلَّا تَنۡصُرُوۡہُ
فَقَدۡ نَصَرَہُ اللّٰہُ اِذۡ اَخۡرَجَہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ثَانِیَ اثۡنَیۡنِ اِذۡ ہُمَا فِی
الۡغَارِ اِذۡ یَقُوۡلُ
لِصَاحِبِہٖ لَا تَحۡزَنۡ
اِنَّ اللّٰہَ
مَعَنَا ۚ فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ
سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ وَ اَیَّدَہٗ بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا وَ جَعَلَ کَلِمَۃَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوا السُّفۡلٰی ؕ وَ کَلِمَۃُ اللّٰہِ ہِیَ الۡعُلۡیَا ؕ وَ
اللّٰہُ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ﴿﴾
Jika kamu tidak menolongnya maka sungguh Allah telah menolongnya ketika ia (Rasulullah) diusir oleh orang-orang
kafir, sedangkan ia kedua dari yang
dua ketika keduanya berada dalam gua, lalu ia berkata kepada temannya: “Janganlah engkau sedih sesungguhnya Allah
beserta kita”, lalu Allah menurunkan keten-teraman-Nya kepadanya
dan meno-longnya dengan
lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya,
dan Dia menjadikan perkataan
orang-orang yang kafir itu rendah sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi, dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (At-Taubah
[9]:40).
Kata pengganti nama hī (nya) dalam anak kalimat “ketenteraman-Nya kepadanya”
dapat mengisyaratkan kepada Abubakar
r.a., karena selama itu Nabi Besar Muhammad saw. sendiri senantiasa dalam keadaan setenang-tenangnya. Sedangkan kata
pengganti “nya” dalam anak kalimat “menolongnya” bagaimanapun juga
mengisyaratkan kepada Nabi Besar
Muhammad saw.. Dipergunakannya kata-kata
pengganti nama (hī) dengan cara berpencaran ini, dikenal sebagai Intisyar
al-Dhama’ir dan sudah lazim dalam bahasa Arab. Lihat QS.48:10.
Yang
dimaksud oleh ayat ini ialah hijrah Nabi Besar Muhammad saw.. dari
Mekkah ke Medinah ketika beliau didampingi oleh Abubakar a.s. berlindung di sebuah gua yang disebut Tsur. Ayat ini menjelaskan martabat ruhani amat tinggi Abubakar a.s., yang telah disebut sebagai “salah satu di antara dua orang” dengan
disertai Allah Swt. dan Allah Swt. Sendiri meredakan rasa ketakutannya.
Telah tercatat dalam sejarah
bahwa ketika berada dalam gua Abubakar r.a.
mulai menangis, dan ketika ditanya oleh Nabi Besar Muhammad saw.. mengapa
beliau menangis, beliau menjawab:
“Saya tidak
menangis untuk hidupku, ya Rasulullāh, sebab jika saya mati, ini hanya
menyangkut satu jiwa saja, tetapi jika Anda mati, ini akan merupakan kematian
Islam dan kematian seluruh umat Islam.” (Zurqani).
Bandingkan kesetiaan dan kecintaan
Abubakar Shiddiq r.a. – yang merupakan Sahabat
utama Nabi Besar Muhammad saw. – terhadap Nabi Besar Muhammad saw., dengan pengingkaran Petrus yang juga merupakan murid utama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(Yesus Kristus), pada saat Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. ditangkap tentara Romawi
dan para pemuka agama Yahudi, akibat pengkhianatan Yudas Iskariot, murid Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. lainnya dari
12 orang murid pilihan beliau (Matius 26:30-56 & 66-75).
“Perut Ikan Besar” & “Perut Bumi”
Kembali kepada topik bahasan mengenai persamaan
Nabi Yunus a.s. dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam hal keduanya mengalami peristiwa “mati suri”
(pingsan berat), firman-Nya:
وَ اِنَّ یُوۡنُسَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ؕ اِذۡ
اَبَقَ اِلَی الۡفُلۡکِ
الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿﴾ۙ فَسَاہَمَ فَکَانَ مِنَ
الۡمُدۡحَضِیۡنَ ﴿﴾ۚ فَالۡتَقَمَہُ الۡحُوۡتُ وَ ہُوَ مُلِیۡمٌ﴿﴾ فَلَوۡ لَاۤ
اَنَّہٗ کَانَ مِنَ
الۡمُسَبِّحِیۡنَ ﴿﴾ۙ لَلَبِثَ فِیۡ بَطۡنِہٖۤ
اِلٰی یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ۚؒ فَنَبَذۡنٰہُ
بِالۡعَرَآءِ وَ ہُوَ
سَقِیۡمٌ ﴿﴾ۚ وَ اَنۡۢبَتۡنَا
عَلَیۡہِ شَجَرَۃً مِّنۡ یَّقۡطِیۡنٍ ﴿﴾ۚ وَ اَرۡسَلۡنٰہُ
اِلٰی مِائَۃِ اَلۡفٍ اَوۡ
یَزِیۡدُوۡنَ ﴿﴾ۚ فَاٰمَنُوۡا فَمَتَّعۡنٰہُمۡ اِلٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ؕ فَاسۡتَفۡتِہِمۡ
اَلِرَبِّکَ الۡبَنَاتُ وَ لَہُمُ الۡبَنُوۡنَ ﴿﴾ۙ
Dan sesungguhnya Yunus benar-benar termasuk salah seorang dari
para rasul. Ketika ia
lari ke kapal yang penuh muatan. Lalu ia ikut berundi dengan orang-orang
lain, lalu ia termasuk orang-orang
yang dilempar ke laut. Maka seekor
ikan paus menelannya ketika ia sedang menyesali diri. Maka jika ia bukan di antara orang-orang yang
mensucikan Tuhan, niscaya ia
akan tetap tinggal di dalam perut ikan paus itu hingga hari kebangkitan.
Kemudian Kami melemparkannya ke
tanah kosong, sedang ia dalam
keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan
atas tanah itu sebatang pohon dari pohon labu. Dan Kami mengutus dia kepada seratus ribu orang atau lebih, maka mereka beriman karena itu Kami memberikan kepada me-reka kesejahteraan
hidup hingga waktu lama.(Yunus [10]:140-149).
Kemudian berkenaan tuntutan
para pemuka agama Yahudi agar
memperlihatkan suatu Tanda (mukjizat) kepada mereka, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menjawab bahwa
beliau hanya akan memperlihatlan Tanda (mukjizat)
Nabi Yunus a.s.:
Pada waktu
itu berkatalah beberapa ahli Taurat
dan orang Farisi kepada Yesus:
“Guru, kami ingin melihat suatu tanda
dari padamu”. Tetapi jawabnya kepada mereka: “Angkatan (generasi) yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda.
Tetapi kepada mereka tidak akan
diberikan tanda selain tanda nabi
Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal
di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga anak
manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan
bangkit bersama angkatan (generasi) ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang
Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya
yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” (Matius 12:38-41).
Nubuatan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) mengenai tanda
(mukjizat) Nabi Yunus a.s. tersebut merupakan bukti bahwa – walau pun Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mempercayai sesuai takdir
Ilahi akan mengalami peristiwa mengerikan
dipakukan di tiang salib oleh para pemuka Yahudi yang menentang keras pendakwaan beliau sebagai Kristus (Mesiah/Al-Masih) -- tetapi beliau pun meyakini
bahwa beliau akan selamat dari kematian terkutuk di tiang salib sebagaimana selamatnya Nabi Yunus a.s. dari kematian yang hina
di dalam perut ikan besar yang
menelan beliau, sebagai akibat beliau
telah memperlihatkan kekurangsabaran
menghadapi penentangan sementara
kaumnya terhadap peringatan yang
beliau kemukakan kepada mereka tentang azab
Ilahi jika mereka terus-menerus mendustakan
dan menentang beliau.
Ketidakyakinan Para pemuka Yahudi
bahwa
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus
Kristus) Mati di Tiang Salib
Jadi, dengan memperhatikan secara seksama jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus
Kristus) berkenaan dengan mukjizat yang dialami Nabi Yunus a.s. –
dan beliau pun akan mengalami hal
yang sama, hanya saja peristiwa “mati suri” yang dialami Nabi Yunus a.s.
adalah berada dalam perut ikan besar
selama 3 hari 3 malam di laut,
sedangkan “mati suri” (pingsan berat)
yang dialami oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) adalah berada dalam
“perut bumi” atau “kuburan khusus”
berupa sebuah rongga (gua) yang cukup
besar, yang di dalamnya tubuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. -- yang
sebelumnya telah dilumuri “marham Isa” (salep Isa) guna mempercepat kesembuhan luka-luka akibat
penyiksaan saat penyaliban lalu dibalut
dengan kain kafan oleh Nicodemus dan
Yusuf Arimatea – diletakkan di dalam
“kuburan” atau “perut bumi” tersebut (Matius 27:57-61).
Pembungkusan dengan kain kafan putih itulah yang kemudian pada
kain kafan tersebut timbul suatu reaksi
kimia yang menghasilkan semacam lukisan
seluruh tubuh Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s., lengkap dengan bekas lumuran darah
segar, yang membuktikan bahwa ketika
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. secara tergesa-gesa diturunkan dari tiang salib pada hari Jum’at sore beliau masih hidup, beliau hanya mengalami “pingsan berat” atau “mati
suri”, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Yunus a.s. dalam perut ikan besar. Dengan demikian benarlah jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kepada para pemuka agama
Yahudi bahwa beliau akan memperlihatkan “mukjizat” Nabi Yunus a.s..
Karena para pemuka Yahudi tidak yakin
mengenai “kematian Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. di tiang salib” (QS.4:158-159), maka mereka meminta Pilatus agar
menempatkan para penjaga “kuburan” beliau dengan alasan untuk menjaga
kebenaran perkataan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. bahwa beliau “ia akan bangkit dari antara orang-orang mati”:
Menjelang
malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea,
yang bernama Yusuf dan yang telah
menjadi murid Yesus juga. Ia pergi
menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus memerintahkan untuk menyerahkannya
kepadanya. Dan Yusufpun mengambil mayat itu, mengapaninya
dengan kain lenan yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya
yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu, dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia. Tetapi Maria
Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di depan kubur itu.
Kubur Yesus
dijaga
Keesokan
harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang
Farisi bersama-sama menghadap Pilatus,
dan mereka
berkata: "Tuan, kami ingat,
bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya
berkata: Sesudah tiga
hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu
sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati,
sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka
memeterai kubur itu dan menjaganya. (Matius 27:57-66).
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 27 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar