Selasa, 30 Juli 2013

Perbedaan Kesetiaan Para Sahabat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan Para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw. ketika Menghadapi Bahaya




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 183

   Perbedaan Kesetiaan Para Sahabat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan Para Sahabat Nabi Besar Muhammad saw. ketika Menghadapi Bahaya
           
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Dalam akhir Bab sebelumnya  telah  dikemukakan  mengenai   rasa takut” atau “tidak aman” yang dirasakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam menghadapi   makar Allah Swt. itulah maka beliau  telah berdoa secara khusus   dengan penuh rasa sedih dan  takut di taman Getsemani:
26:36 Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." 26:37 Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus  serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih   dan gentar, 26:38 lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih,   seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku. " 26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini  lalu   dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. " 26:40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?   26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:  roh memang penurut, tetapi daging lemah." 26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" 26:43 Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. 26:44 Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. 26:45 Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya   sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. 26:46 Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat." (Matius 26:36-43).

Eli, Eli, lama sabachtani  - Allah-Ku, Allah-Ku,
mengapa Engkau meningggalkan aku?”

    Makar tandingan yang dirancang Allah Swt. benar-benar sangat halus serta mysterius  sehingga sampat saat Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di pakukan di tiang salib pun beliau  sama sekali tidak mengerti mengapa Allah Swt. seakan-akan membiarkan beliau harus menderita dipakukan di atas salib, sehingga dalam kesedihannya yang memuncak beliau berteriak: “Eli, Eli, lama sabachtani  - Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meningggalkan aku?”:

Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.  Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?"* Artinya:  Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?  (Matius 27:38-46).
   Dengan demikian benarlah pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya sebelumnya bahwa hanya orang-orang beriman sajalah yang merasa takut terhadap “makar” Allah Swt.:
اَفَاَمِنَ اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ  یَّاۡتِیَہُمۡ  بَاۡسُنَا بَیَاتًا  وَّ ہُمۡ  نَآئِمُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَوَ  اَمِنَ  اَہۡلُ الۡقُرٰۤی اَنۡ یَّاۡتِیَہُمۡ بَاۡسُنَا ضُحًی  وَّ ہُمۡ  یَلۡعَبُوۡنَ ﴿﴾ اَفَاَمِنُوۡا مَکۡرَ اللّٰہِ ۚ فَلَا  یَاۡمَنُ مَکۡرَ اللّٰہِ   اِلَّا الۡقَوۡمُ  الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah penduduk negeri-negeri ini merasa aman dari  kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari selagi mereka tidur?  Ataukah penduduk negeri-negeri ini  merasa aman dari  kedatangan siksaan Kami kepada mereka, waktu matahari naik sepenggalah sedangkan mereka bermain-main? Apakah mereka merasa aman dari makar Allah? Maka tidak ada yang merasa dirinya aman dari makar Allah kecuali kaum yang rugi. (Al-A’rāf [7]:98-99).

“Duel Makar” Pada  Masa Pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.

    “Duel makar” antara “makar buruk” para penentang Rasul Allah dengan  makar tandingan” Allah Swt. tersebut terjadi juga pada masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., namun berbeda dengan kegelisahan para Rasul Allah sebelumnya – termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – Nabi Besar Muhammad saw.  berkenaan dengan keselamatan jiwa (diri) beliau saw. tidak pernah  memperlihatkan kegelisahan, firman-Nya:
وَ اِذۡ یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ  اللّٰہُ  ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika orang-orang kafir merancang makar  terhadap engkau, supaya mereka dapat me-nangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau.    Mereka merancang makar buruk, dan Allah pun merancang  makar tandingan, dan Allah sebaik-baik  Perancang makar. (Al-Anfāl [8]:31).
   Ayat ini mengisyaratkan kepada musyawarah rahasia yang diadakan di Darun Nadwah (Balai Permusyawaratan) di Mekkah. Ketika mereka melihat bahwa semua usaha mereka mencegah berkembangnya aliran kepercayaan baru  (agama Islam)  gagal, dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim yang mampu meninggalkan Mekkah telah   hijrah ke Medinah dan mereka sudah jauh dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota berkumpul di Darun Nadwah untuk membuat rencana ke arah usaha terakhir guna menghabisi Islam.
    Sesudah diadakan pertimbangan mendalam, terpikir oleh mereka satu rencana, ialah sejumlah orang-orang muda dari berbagai kabilah Quraisy harus secara serempak menyergap  Nabi Besar Muhammad saw.  lalu membunuh beliau  saw., sebagaimana yang juga sebelumnya makar buruk yang sama telah dilakukan para pemuka kaum Tsamud  terhadap Nabi Shaleh a.s. (QS.27:46-54).
      Tetapi tanpa setahu orang  Nabi Besar Muhammad saw.     meninggalkan rumah tengah malam buta, ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, berlindung di Gua Tsur bersama-sama   Abubakar Shiddiq r.a., sahabat beliau yang setia, dan akhirnya sampai di Medinah dengan selamat.
Demikian pula  ketika para pemburu kedua “pelarian” dari Mekkah tersebut telah sampai pula di depan gua Tsur, karena keadaan saat itu sangat rawan sampai-sampai Abubakar Shiddiq r.a. merasa sangat gelisah, karena seandainya saja para pemburu mereka itu mau menundukkan pandangan mereka ke arah bawah kaki mereka pasti mereka akan dapat melihat  kedua orang yang bersembunyi di dalam gua tersebut.

Perbedaan Sikap Petrus dengan Sikap Abubakar Shiddiq r.a. 
Terhadap “Guru” Masing-masing Ketika dalam Bahaya

     Namun demikian, berbeda dengan Abubakar Shiddiq r.a. yang sangat gelisah, keadaan Nabi Besar Muhammad saw. benar-benar sangat tenang bahkan beliau saw.  meyakinkan sahabat setia beliau  saw. tersebut agar jangan gelisah, firman-Nya:
اِلَّا تَنۡصُرُوۡہُ فَقَدۡ  نَصَرَہُ  اللّٰہُ  اِذۡ اَخۡرَجَہُ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا ثَانِیَ اثۡنَیۡنِ اِذۡ ہُمَا فِی الۡغَارِ اِذۡ یَقُوۡلُ لِصَاحِبِہٖ لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ مَعَنَا ۚ فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ وَ اَیَّدَہٗ  بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا وَ جَعَلَ کَلِمَۃَ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوا السُّفۡلٰی ؕ وَ کَلِمَۃُ  اللّٰہِ ہِیَ الۡعُلۡیَا ؕ وَ اللّٰہُ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ﴿﴾
Jika kamu tidak menolongnya maka  sungguh Allah  telah menolongnya ketika ia (Rasulullah) diusir oleh orang-orang kafir, sedangkan ia kedua dari yang dua ketika keduanya berada dalam gua, lalu ia berkata kepada temannya: “Janganlah engkau sedih sesungguhnya Allah beserta kita”, lalu  Allah menurunkan keten-teraman-Nya kepadanya dan meno-longnya dengan lasykar-lasykar yang kamu tidak melihatnya,  dan Dia menjadikan perkataan orang-orang yang kafir itu rendah sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi, dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  (At-Taubah [9]:40).
   Kata pengganti nama  (nya) dalam anak kalimat “ketenteraman-Nya kepadanya” dapat mengisyaratkan kepada   Abubakar r.a.,  karena selama itu  Nabi Besar Muhammad saw.  sendiri senantiasa dalam keadaan setenang-tenangnya. Sedangkan kata pengganti “nya” dalam anak kalimat “menolongnya” bagaimanapun juga mengisyaratkan kepada  Nabi Besar Muhammad saw..  Dipergunakannya kata-kata pengganti nama () dengan cara berpencaran ini, dikenal sebagai Intisyar al-Dhama’ir dan sudah lazim dalam bahasa Arab. Lihat QS.48:10.
     Yang dimaksud oleh ayat ini ialah hijrah  Nabi Besar Muhammad saw..   dari Mekkah ke Medinah ketika beliau didampingi oleh   Abubakar a.s.  berlindung di sebuah gua yang disebut Tsur. Ayat ini menjelaskan martabat ruhani amat tinggi  Abubakar a.s., yang telah disebut sebagai “salah satu di antara dua orang” dengan disertai Allah Swt.   dan  Allah Swt.   Sendiri meredakan rasa ketakutannya.
      Telah tercatat dalam sejarah bahwa ketika berada dalam gua  Abubakar r.a. mulai menangis, dan ketika ditanya oleh  Nabi Besar Muhammad saw..    mengapa beliau menangis, beliau menjawab:
“Saya tidak menangis untuk hidupku, ya Rasulullāh, sebab jika saya mati, ini hanya menyangkut satu jiwa saja, tetapi jika Anda mati, ini akan merupakan kematian Islam dan kematian seluruh umat Islam.” (Zurqani).
    Bandingkan kesetiaan dan kecintaan Abubakar Shiddiq r.a. – yang merupakan Sahabat utama Nabi Besar Muhammad saw. – terhadap Nabi Besar Muhammad saw., dengan   pengingkaran Petrus yang juga merupakan murid utama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus), pada saat  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. ditangkap tentara Romawi dan para pemuka agama Yahudi,  akibat pengkhianatan Yudas Iskariot, murid Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  lainnya dari 12  orang murid  pilihan beliau (Matius 26:30-56 & 66-75).

“Perut Ikan Besar”  & “Perut Bumi”

      Kembali kepada  topik bahasan mengenai  persamaan Nabi Yunus a.s. dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam hal  keduanya mengalami peristiwa “mati suri” (pingsan berat), firman-Nya:
وَ  اِنَّ یُوۡنُسَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ؕ   اِذۡ   اَبَقَ  اِلَی الۡفُلۡکِ الۡمَشۡحُوۡنِ ﴿﴾ۙ  فَسَاہَمَ فَکَانَ مِنَ الۡمُدۡحَضِیۡنَ ﴿﴾ۚ   فَالۡتَقَمَہُ  الۡحُوۡتُ وَ ہُوَ  مُلِیۡمٌ﴿﴾  فَلَوۡ لَاۤ  اَنَّہٗ  کَانَ مِنَ الۡمُسَبِّحِیۡنَ ﴿﴾ۙ  لَلَبِثَ فِیۡ  بَطۡنِہٖۤ  اِلٰی یَوۡمِ یُبۡعَثُوۡنَ ﴿﴾ۚؒ  فَنَبَذۡنٰہُ  بِالۡعَرَآءِ  وَ  ہُوَ  سَقِیۡمٌ ﴿﴾ۚ  وَ اَنۡۢبَتۡنَا عَلَیۡہِ شَجَرَۃً مِّنۡ یَّقۡطِیۡنٍ ﴿﴾ۚ  وَ اَرۡسَلۡنٰہُ  اِلٰی مِائَۃِ  اَلۡفٍ اَوۡ یَزِیۡدُوۡنَ ﴿﴾ۚ  فَاٰمَنُوۡا  فَمَتَّعۡنٰہُمۡ   اِلٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ؕ  فَاسۡتَفۡتِہِمۡ  اَلِرَبِّکَ الۡبَنَاتُ وَ لَہُمُ الۡبَنُوۡنَ ﴿﴾ۙ
Dan sesungguhnya Yunus  benar-benar termasuk salah seorang dari para rasul.   Ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan.   Lalu ia ikut berundi dengan orang-orang lain, lalu ia termasuk orang-orang yang dilempar ke laut.   Maka seekor ikan paus menelannya ketika ia sedang menyesali diri.   Maka jika ia bukan di antara orang-orang yang mensucikan Tuhan, niscaya ia akan tetap tinggal di dalam perut ikan paus itu hingga hari kebangkitan. Kemudian Kami melemparkannya ke tanah kosong, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan atas tanah itu sebatang pohon dari pohon labu. Dan Kami mengutus dia kepada seratus ribu orang atau lebih, maka mereka beriman karena itu Kami memberikan kepada me-reka kesejahteraan hidup hingga waktu lama.(Yunus [10]:140-149).
    Kemudian berkenaan  tuntutan para pemuka agama Yahudi  agar memperlihatkan suatu Tanda (mukjizat) kepada mereka,  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menjawab bahwa beliau hanya akan memperlihatlan Tanda (mukjizat) Nabi Yunus a.s.:
Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padamu”. Tetapi jawabnya kepada mereka: “Angkatan (generasi) yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian  juga anak manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan (generasi) ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” (Matius 12:38-41).
      Nubuatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) mengenai  tanda (mukjizat) Nabi Yunus a.s. tersebut merupakan bukti bahwa – walau pun Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mempercayai  sesuai takdir Ilahi akan mengalami peristiwa mengerikan dipakukan di tiang salib oleh para pemuka Yahudi yang menentang keras pendakwaan beliau sebagai Kristus (Mesiah/Al-Masih)  -- tetapi beliau pun  meyakini bahwa beliau akan selamat dari kematian terkutuk di tiang salib sebagaimana selamatnya Nabi Yunus a.s. dari kematian  yang hina  di dalam perut ikan besar yang menelan beliau, sebagai akibat  beliau telah memperlihatkan kekurangsabaran menghadapi penentangan sementara kaumnya terhadap peringatan yang beliau kemukakan kepada mereka tentang azab Ilahi  jika mereka terus-menerus  mendustakan dan menentang beliau.

Ketidakyakinan Para pemuka Yahudi bahwa
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) Mati di Tiang Salib

    Jadi, dengan memperhatikan secara seksama jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus)  berkenaan dengan mukjizat yang dialami Nabi Yunus a.s. – dan beliau pun akan mengalami hal yang sama, hanya saja peristiwa “mati suri” yang dialami Nabi Yunus a.s. adalah berada dalam perut ikan besar selama 3 hari 3 malam di laut, sedangkan “mati suri” (pingsan berat) yang dialami oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) adalah berada dalam “perut bumi” atau “kuburan khusus” berupa sebuah rongga (gua) yang cukup besar, yang di dalamnya  tubuh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  -- yang  sebelumnya telah dilumuri “marham Isa” (salep Isa)   guna mempercepat kesembuhan luka-luka  akibat penyiksaan saat penyaliban   lalu dibalut dengan kain kafan oleh  Nicodemus dan Yusuf Arimatea – diletakkan di dalam  “kuburan” atau “perut bumi” tersebut (Matius 27:57-61).
   Pembungkusan dengan kain kafan putih itulah yang kemudian pada kain kafan tersebut timbul suatu reaksi kimia yang menghasilkan semacam lukisan seluruh tubuh  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., lengkap dengan bekas lumuran darah segar, yang membuktikan  bahwa ketika Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. secara tergesa-gesa  diturunkan dari tiang salib pada hari Jum’at sore beliau masih hidup, beliau hanya mengalami “pingsan berat” atau “mati suri”, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Yunus a.s. dalam perut ikan besar.  Dengan demikian benarlah jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. kepada para pemuka agama Yahudi bahwa beliau akan memperlihatkan “mukjizat” Nabi Yunus a.s..
    Karena para pemuka Yahudi tidak yakin mengenai “kematian Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib” (QS.4:158-159), maka mereka meminta Pilatus agar menempatkan para penjaga “kuburan” beliau dengan alasan untuk menjaga kebenaran  perkataan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  bahwa beliau  “ia akan bangkit dari antara orang-orang mati”:
Menjelang malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah menjadi murid Yesus juga.  Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus memerintahkan untuk menyerahkannya kepadanya.  Dan Yusufpun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih,   lalu membaringkannya di dalam kuburnya   yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu, dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia.  Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di depan kubur itu.
Kubur Yesus dijaga
Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus,  dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit.   Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia,   lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama."  Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga   bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya."  Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai   kubur   itu dan menjaganya. (Matius 27:57-66).   

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  27 Juni  2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar