Sabtu, 27 Juli 2013

Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Besar Muhammad Saw. Pemberantas Kemusyrikan & Penegak Tauhid Ilahi Terbesar




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 178

  Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Besar Muhammad Saw. Pemberantas Kemusyrikan & Penegak Tauhid Ilahi Terbesar   
           
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Bab sebelumnya telah  dikemukakan  mengenai  berpalingnya kaum Yahudi dan Nasrani (Kristen) dari millat (agama)   yang diwariskan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ya’qub a.s. kepada keturunannya. Sikap hanīf  berkenaan dengan tauhid Ilahi yang diperagakan oleh Nabi Ibrahim a.s.  tersebut  dalam Surah-surah Al-Quran yang lain disebut “millah Ibrahim”, firman-Nya:
وَ مَنۡ یَّرۡغَبُ عَنۡ مِّلَّۃِ  اِبۡرٰہٖمَ  اِلَّا مَنۡ سَفِہَ نَفۡسَہٗ ؕ وَ لَقَدِ اصۡطَفَیۡنٰہُ فِی الدُّنۡیَا ۚ وَ اِنَّہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ  لَمِنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾ اِذۡ قَالَ لَہٗ رَبُّہٗۤ  اَسۡلِمۡ ۙ قَالَ اَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ وَصّٰی بِہَاۤ اِبۡرٰہٖمُ  بَنِیۡہِ وَ یَعۡقُوۡبُ ؕ یٰبَنِیَّ  اِنَّ اللّٰہَ اصۡطَفٰی لَکُمُ الدِّیۡنَ فَلَا تَمُوۡتُنَّ  اِلَّا وَ اَنۡتُمۡ  مُّسۡلِمُوۡنَ﴿﴾ؕ  اَمۡ کُنۡتُمۡ  شُہَدَآءَ  اِذۡ حَضَرَ یَعۡقُوۡبَ الۡمَوۡتُ ۙ اِذۡ  قَالَ لِبَنِیۡہِ مَا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِیۡ ؕ قَالُوۡا نَعۡبُدُ اِلٰہَکَ وَ اِلٰـہَ اٰبَآئِکَ اِبۡرٰہٖمَ  وَ  اِسۡمٰعِیۡلَ وَ  اِسۡحٰقَ  اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚۖ وَّ نَحۡنُ لَہٗ مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan siapakah yang berpaling dari  agama Ibrahim selain orang yang memperbodoh dirinya sendiri? Dan  sungguh  Kami  benar-benar telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya di akhirat pun dia termasuk orang-orang yang saleh.   Ingatlah ketika Tuhan-nya berfirman kepadanya: “Berserah dirilah”, ia berkata:  Aku telah berserah diri kepada Tuhan seluruh  alam.”  Dan Ibrahim mewasiatkan yang demikian kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya’qub seraya  berkata: “Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kamu,  maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri.” Ataukah  kamu hadir  saat kematian menjelang Ya’qub ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apakah yang akan kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhan eng-kau dan Tuhan bapak-bapak engkau:  Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq, yaitu Tuhan Yang Esa, dan hanya  kepada-Nya kami berserah  diri.”   Itulah umat yang telah berlalu, baginya apa yang mereka usahakan dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan dimintai tanggungjawab mengenai apa yang senantiasa mereka kerjakan. (Al-Baqarah [2]:131-135).

Makna Hanīf dan Shibghah

    Sejalan dengan berlalunya waktu (masa) yang panjang maka wasiyat Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Yaqub a.s.  terhadap anak-keturunannya tersebut menganai “millat Nabi Ibrahim a.s.” tersebut kemudian berubah sepenuhnya, firman-Nya: 
وَ قَالُوۡا کُوۡنُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰی تَہۡتَدُوۡا ؕ قُلۡ بَلۡ مِلَّۃَ  اِبۡرٰہٖمَ  حَنِیۡفًا ؕ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾
Dan mereka berkata:  Jadilah kamu Yahudi atau Nasrani, barulah kamu akan mendapat petunjuk.” Katakanlah: “Tidak, bahkan turutilah agama Ibrahim  yang lurus,  dan  ia sekali-kali bukan dari golongan  orang-orang musyrik.” (Al-Baqarah [2]:136).
    Hanīf berarti: (1) orang yang berpaling dari kesesatan lalu memilih petunjuk (Al-Mufradat); (2) orang yang dengan tetapnya mengikuti agama yang benar dan tidak pernah menyimpang darinya; (3) orang yang hatinya condong kepada Islam dengan sempurna dan tetap teguh di dalamnya (Lexicon Lane); (4) orang yang mengikuti agama Nabi Ibrahim a.s. (Aqrab-al-Mawarid); (5) orang yang beriman kepada semua nabi (Tafsir Ibnu Katsir).
     Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai “millat” Nabi Ibrahim a.s. yang diwarisi oleh Nabi Besar Muhammad saw. dan para pengikut sejati beliau saw. dari kalangan Bani Isma’il yakni umat Islam di zaman awal: 
قُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا بِاللّٰہِ وَ مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡنَا وَ مَاۤ اُنۡزِلَ  اِلٰۤی  اِبۡرٰہٖمَ  وَ  اِسۡمٰعِیۡلَ وَ  اِسۡحٰقَ وَ یَعۡقُوۡبَ وَ الۡاَسۡبَاطِ وَ مَاۤ اُوۡتِیَ مُوۡسٰی وَ عِیۡسٰی وَ مَاۤ اُوۡتِیَ النَّبِیُّوۡنَ مِنۡ  رَّبِّہِمۡ ۚ  لَا نُفَرِّقُ بَیۡنَ اَحَدٍ مِّنۡہُمۡ ۫ۖ وَ نَحۡنُ لَہٗ مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ اٰمَنُوۡا بِمِثۡلِ مَاۤ  اٰمَنۡتُمۡ  بِہٖ فَقَدِ اہۡتَدَوۡا ۚ وَ اِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّمَا ہُمۡ فِیۡشِقَاقٍ ۚ فَسَیَکۡفِیۡکَہُمُ اللّٰہُ ۚ وَ ہُوَ السَّمِیۡعُ  الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾ؕ صِبۡغَۃَ اللّٰہِ ۚ وَ مَنۡ اَحۡسَنُ مِنَ اللّٰہِ صِبۡغَۃً  ۫ وَّ نَحۡنُ لَہٗ عٰبِدُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah oleh kamu: “Kami  beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami,   kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq,   Ya’qub dan keturunannya, dan beriman kepada yang diberikan kepada Musa,  Isa, dan kepada apa yang diberikan kepada para nabi  dari Tuhan mereka, kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” Lalu jika mereka beriman sebagaimana kamu telah beriman kepadanya maka sungguh mereka telah mendapat petunjuk, dan  jika mereka berpaling  maka sesungguhnya mereka dalam permusuhan terhadap kamu, tetapi Allah segera mencukupi engkau untuk menghadapi mereka, dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.   Katakanlah: “Kami menganut agama Allah, dan siapakah yang lebih baik daripada Allah dalam mengajarkan agama, dan kepada-Nya kami beribadah.”  (Al-Baqarah [2]:137-139).
      Kata “anak keturunannya  di sini menunjuk kepada kedua belas suku Bani Israil yang masing-masing disebut menurut nama kedua belas putra Nabi Ya’qub a.s.,  — Rubin, Simeon, Levi, Yehuda, Isakhar, Zebulon, Yusuf, Benyamin, Dan, Naftali, Gad dan Asyer (Kejadian 35:23-26, 49: 28).
   Hal itu sungguh menambah semarak keagungan Islam karena Islamlah satu-satunya agama yang mengakui nabi semua bangsa, sedangkan agama-agama lain membatasi kenabian hanya pada lingkungannya masing-masing. Sewajarnya Al-Quran hanya menyebut nama nabi-nabi yang dikenal oleh orang-orang Arab saja yang kepadanya pertama-tama ajaran Islam (Al-Quran) diberikan, tetapi Al-Quran membuat pernyataan umum yang maksudnya: “Tiada kaum yang kepadanya tidak pernah diutus seorang Pemberi peringatan” (QS.35:25).
       Kata-kata, “Kami tidak membedakan seorang di antara mereka” berarti bahwa seorang Muslim tidak membeda-bedakan berbagai nabi Allah dalam hal kenabian. Kata-kata itu hendaknya jangan dianggap mengandung arti bahwa semua nabi itu taraf keruhaniannya sama,  paham demikian itu bertentangan dengan pernyataan Allah Swt. dalam QS.2:254: “Inilah rasul-rasul di antara mereka yang telah Kami lebihkan beberapa di antara mereka di atas yang lain.”
       Kalimat “Lalu jika mereka beriman sebagaimana kamu telah beriman  kepadanya maka sungguh mereka telah mendapat petunjuk, “ orang-orang Islam diperingatkan di sini, jika orang-orang Yahudi dan Kristen sepakat dengan orang-orang Islam dalam anggapan bahwa agama itu bukan turunan, melainkan sebagai penerimaan atas semua petunjuk wahyu, maka tidak ada perbedaan yang pokok antara mereka, jika tidak demikian maka cara berfikir mereka jauh berbeda dan jurang lebar memisahkan mereka  serta tanggung jawab atas perpecahan serta permusuhan yang terjadi sebagai akibatnya terletak pada kaum Yahudi dan Kristen dan tidak pada kaum Muslim.
      Shibghah berarti: celup atau warna; macam atau ragam atau sifat sesuatu; agama; peraturan hukum; pembaptisan. Shibghatallāh berarti: agama Allāh; sifat yang dianugerahkan Alllah Swt.   kepada manusia (Aqrab-al-Mawarid). Agama itu disebut demikian karena agama mewarnai manusia seperti celup atau warna mewarnai sesuatu.
      Shibghah dipakai di sini sebagai pelengkap kata kerja yang mahzuf (tidak disebut karena telah diketahui). Menurut tata bahasa Arab, kadang-kadang bila ada satu kehendak keras untuk membujuk seseorang melakukan sesuatu pekerjaan tertentu, maka kata kerjanya ditinggalkan dan hanya tujuannya saja yang disebut. Maka kata-kata seperti na’khudzu (kami telah mengambil) atau nattabi’u (kami telah mengikuti) dapat dianggap sudah diketahui dan anak kalimat itu akan berarti “kami telah menerima atau kami telah menganut agama sebagaimana Tuhan menghendaki supaya kami menerima atau mengikutinya.

Bantahan  Telak Allah Swt.  &
Ke-Muslim-an Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw.

     Sehubungan dengan perkataan kaum Yahudi dan Kristen  dalam firman-Nya sebelum ini: 
وَ قَالُوۡا کُوۡنُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰی تَہۡتَدُوۡا ؕ قُلۡ بَلۡ مِلَّۃَ  اِبۡرٰہٖمَ  حَنِیۡفًا ؕ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾
Dan mereka berkata:  Jadilah kamu Yahudi atau Nasrani, barulah kamu akan mendapat petunjuk.” Katakanlah: “Tidak, bahkan turutilah agama Ibrahim  yang lurus,  dan  ia sekali-kali bukan dari golongan  orang-orang musyrik.” (Al-Baqarah [2]:136).
      Allah  Swt. selanjutnya mematahkan kekeliruan mereka  yang telah berpaling dari “millat” Nabi Ibrahim a.s. tersebut:
قُلۡ اَتُحَآجُّوۡنَنَا فِی اللّٰہِ وَ ہُوَ رَبُّنَا وَ رَبُّکُمۡ ۚ وَ لَنَاۤ اَعۡمَالُنَا وَ لَکُمۡ اَعۡمَالُکُمۡ ۚ وَ نَحۡنُ لَہٗ  مُخۡلِصُوۡنَ ﴿﴾ۙ اَمۡ  تَقُوۡلُوۡنَ  اِنَّ  اِبۡرٰہٖمَ  وَ اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ وَ یَعۡقُوۡبَ وَ الۡاَسۡبَاطَ کَانُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰی ؕ قُلۡ ءَاَنۡتُمۡ  اَعۡلَمُ اَمِ اللّٰہُ ؕ وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنۡ کَتَمَ شَہَادَۃً عِنۡدَہٗ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  تِلۡکَ اُمَّۃٌ  قَدۡ خَلَتۡ ۚ لَہَا مَا کَسَبَتۡ وَ لَکُمۡ مَّا کَسَبۡتُمۡ ۚ وَ لَا تُسۡـَٔلُوۡنَ عَمَّا  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾٪
Katakanlah:  Apakah kamu  memperdebatkan mengenai Allah dengan kami, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu juga? Dan  bagi kami amal kami dan bagi kamu amal kamu, dan hanya bagi-Nya kami   mengikhlaskan diri.”  Ataukah kamu berkata: “Sesungguhnya  Ibrahim, Isma’il,  Ishaq, Ya’qub dan keturunannya adalah Yahudi atau Nasrani?”  Katakanlah: “Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah  Allah?” Dan siapakah  yang lebih zalim daripada orang yang me-nyembunyikan kesaksian  dari Allah yang ada padanya? Dan Allah sekali-kali  tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Itulah umat yang telah berlalu, bagi mereka apa yang  mereka usahakan  dan bagi kamu apa yang kamu usahakan,  dan kamu  tidak akan dimintai  tanggungjawab mengenai apa pun yang senantiasa mereka kerjakan. Al-Baqarah [2]:140-142).
     Kaum Yahudi dan Kristen secara tidak langsung telah diberitahukan, bagaimana keadaan Nabi Ibrahim a.s.  dan putra-putra (keturunan) beliau, seperti dinyatakan oleh mereka, keselamatan itu monopoli mereka semata-mata, sebab beliau-beliau hidup pada masa sebelum Nabi Musa a.s.  yaitu ketika agama Yahudi dan Kristen belum berwujud (belum ada).
     Kaum Yahudi dan Kristen diperingatkan pula bahwa adanya mereka keturunan nabi-nabi Allah tidak ada gunanya bagi mereka. Mereka akan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka sendiri karena tiada orang yang harus memikul beban orang lain (QS.6:165).
       Berikut adalah pewarisan sempurna “millat” (agama) -- atau “sikap beragama  yang diperagakan Nabi Ibrahim a.s.  -- oleh Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
قُلۡ  اِنَّنِیۡ ہَدٰىنِیۡ رَبِّیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ۬ۚ دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ  اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا ۚ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾   قُلۡ  اِنَّ صَلَاتِیۡ  وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ   لِلّٰہِ   رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ  لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا  اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ 
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk oleh Tuhan-ku kepada jalan lurus, agama yang teguh,  agama (millat) Ibrahim yang lurus dan dia bukanlah dari orang-orang musyrik.” Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, pengorbananku,  kehidupan-ku, dan  kematianku  hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh  alam,   tidak ada sekutu bagi-Nya, untuk itulah aku diperintahkan,  dan akulah orang pertama  yang berserah diri.  (Al-An’ām [6]:162-164)
  Shalat, korban, hidup, dan mati meliputi seluruh bidang amal perbuatan manusia; dan  Nabi Besar Muhammad saw. disuruh menyatakan bahwa semua segi kehidupan di dunia ini dipersembahkan oleh beliau saw. kepada Allah Swt.,  semua amal ibadah beliau saw. dipersembahkan kepada  Allah Swt.,  semua pengorbanan dilakukan beliau untuk Dia; segala penghidupan dihibahkan beliau saw. untuk berbakti kepada-Nya, maka bila di jalan agama beliau saw. mencari maut (kematian), itu pun guna meraih keridhaan-Nya.

Islam dan Muslim   adalah Nama yang Sejak Awal Agama Ilahi Diwahyukan
kepada Para Rasul Allah dan Nama Para Pemeluknya

Benarlah firman-Nya berikut ini mengenai “millat” Nabi Ibrahim a.s. dan hubungannya dengan diturunkan-Nya agama terakhir dan tersempurna (QS.5:4) yang diberi nama ISLAM dan penganutnya disebut  MUSLIM yang  artinya “orang-orang yang sepenuhnya berserah diri” kepada Allah Swt.:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا ارۡکَعُوۡا  وَ اسۡجُدُوۡا وَ اعۡبُدُوۡا رَبَّکُمۡ وَ افۡعَلُوا الۡخَیۡرَ لَعَلَّکُمۡ  تُفۡلِحُوۡنَ﴿ۚٛ﴾  وَ جَاہِدُوۡا فِی اللّٰہِ حَقَّ جِہَادِہٖ ؕ ہُوَ اجۡتَبٰىکُمۡ وَ مَا جَعَلَ عَلَیۡکُمۡ فِی الدِّیۡنِ مِنۡ حَرَجٍ ؕ مِلَّۃَ  اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ وَ فِیۡ ہٰذَا  لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ ۚۖ فَاَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman,   rukuklah kamu, sujudlah, sembahlah Tuhan kamu, dan berbuatlah kebaikan supaya kamu memperoleh kebahagiaan.   Dan berjihadlah kamu di jalan Allah  dengan jihad  yang sebenar-benarnya, Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran pada kamu dalam urusan agama,  ikutilah millat (agama) bapak kamu, Ibrahim, Dia telah memberi kamu nama Muslimin da-hulu dan dalam Kitab ini,  supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu  dan supaya kamu menjadi saksi atas umat manusia. Maka dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan berpegang teguhlah kepada Allah. Dia Pelindung kamu  maka Dia-lah sebaik-baik Pelindung  dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hajj [22]:78-79).
   Jihad itu ada dua macam: (a) Jihad melawan keinginan-keinginan dan kecenderungan buruk manusia sendiri, dan (b) jihad melawan musuh-musuh kebenaran yang meliputi pula berperang untuk membela diri. Jihad macam pertama dapat dinamakan “Jihad dalam Allah” dan yang terakhir “Jihad di jalan Allah”. Nabi Besar Muhammad saw. telah menamakan jihad yang pertama itu sebagai jihad besar (jihad kabir) dan yang kedua sebagai jihad kecil (jihad saghir).
      Kata-kata “Dia telah memberi kamu nama Muslimin, dahulu dan dalam Kitab ini,” menunjuk kepada nubuatan Yesaya: “maka engkau akan disebut dengan nama yang baharu, yang akan ditentukan oleh firman Tuhan .....” (Yesaya 62:2 dan 65:15). Isyarat dalam kata-kata  “dan dalam Kitab ini” ditujukan kepada doa  Nabi Ibrahim a.s.  yang dikutip dalam Al-Quran, yaitu: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua ini hamba yang menyerahkan diri kepada Engkau, dan juga dari anak-cucu kami jadikanlah satu umat yang tunduk kepada Engkau.” (QS.2:129).

 Perumpamaan  Keadaan Para Penyembah “Berhala

  Ayat-ayat penutup Surah Al-Hajj tersebut diawali oleh firman-Nya berkenaan perumpamaan mengenai lemahnya “tuhan-tuhan palsu” (berhala-berhala) yang disembah oleh orang-orang yang musyrik, yang untuk tujuan menghapuskan syirik (kemusyrikan) tersebut Allah Swt. telah mengutus para Rasul Allah guna menegakkan Tauhid Ilahi yang sejati  dan guna memperkenalkan “Tuhan yang Hakiki” yakni Allah Swt., yang keberadaan-Nya serta Kemaha-sempurnaan Sifat-sifat-Nya diyakini oleh para Rasul Allah, teruatama  svoleh Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ  فَاسۡتَمِعُوۡا لَہٗ  ؕ اِنَّ الَّذِیۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ لَنۡ یَّخۡلُقُوۡا ذُبَابًا وَّ لَوِ اجۡتَمَعُوۡا  لَہٗ ؕ وَ اِنۡ یَّسۡلُبۡہُمُ الذُّبَابُ شَیۡئًا لَّا یَسۡتَنۡقِذُوۡہُ  مِنۡہُ ؕ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَ الۡمَطۡلُوۡبُ ﴿﴾  مَا قَدَرُوا اللّٰہَ حَقَّ قَدۡرِہٖ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾  اَللّٰہُ یَصۡطَفِیۡ مِنَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  رُسُلًا وَّ مِنَ النَّاسِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ سَمِیۡعٌۢ  بَصِیۡرٌ ﴿ۚ﴾   یَعۡلَمُ مَا بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ مَا خَلۡفَہُمۡ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ ﴿﴾
Hai manusia, suatu tamsil (perumpamaan) telah dikemukakan maka dengarlah tamsil itu. Sesungguhnya mereka yang kamu seru selain Allah tidak dapat menjadikan seekor lalat, walau pun mereka itu bergabung untuk itu. Dan seandainya  lalat itu menyambar sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sangat lemah yang meminta dan yang diminta. Mereka sekali-kali tidak dapat menilai kekuasaan Allah dengan sebenar-benarnya, sesungguhnya Allah Mahakuat, Maha Perkasa. Allah memilih rasul-rasul dari antara malaikat-malaikat dan dari antara manusia, sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.  Dia mengetahui apa pun  yang di hadapan mereka dan apa pun yang di belakang mereka, dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan (Al-Hajj [22]:74-78).
     Ayat ini menerangkan kepada orang-orang kafir, bahwa tuhan-tuhan mereka sama sekali tidak mempunyai kekuasaan dan tidak berdaya, dan betapa bodohnya mereka untuk menyembah tuhan-tuhan itu.
      Kenyataan, bahwa orang-orang musyrik menjatuhkan derajat mereka sendiri ke tingkat yang begitu rendah, hingga mereka menyembah patung-patung — berhala-berhala yang terbuat dari kayu dan batu — menunjukkan, bahwa mereka mempunyai anggapan yang sangat keliru mengenai kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Tuhan Yang Maha Kuasa, Al-Khāliq (Maha Pencipta) Yang Agung.

Kekeliruan Para Penyembah “Manusia yang Dipertuhankan”

      Pada hakikatnya, semua kepercayaan yang mengakui adanya banyak tuhan dan semua anggapan-anggapan musyrik adalah timbul dari pandangan yang lemah dan keliru, bahwa kekuatan-kekuatan dan Sifat-sifat Tuhan terbatas dan mempunyai kekurangan seperti halnya manusia.
     Oleh karena itu betapa kelirunya orang-orang yang telah “mempertuhankan manusia  yang tidak luput dari berbagai kekurangan dan kelemahan, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾  اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾   یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair  adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” Demikian itulah perkataan mereka de-ngan mulutnya, mereka  meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipa-lingkan dari TauhidMereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, padahal  mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau-pun orang-orang kafir tidak menyukai.  Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama walau pun orang-orang musyrik tidak me-nyukainya. (At Taubah [9]:30-33). 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  26 Juni  2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar