Senin, 22 Juli 2013

Penjelasan Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a,s.) Mengenai Makna "Kedatangan Kedua Kali Nabi Elia a.s." yaitu Nabi Yahya a.s. (Yohanes Pembaptis)




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt 


Bab 176

  Penjelasan Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) Mengenai Makna “Kedatangan Kedua Kali Nabi Elia a.s.”  yaitu Nabi Yahya a.s. (Yohanes Pembaptis)
           
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

Dalam Bab sebelumnya telah  dikemukakan  mengenai “empat burung” Nabi Ibrahim a.s. (QS.2:161) yang mengisyaratkan kepada kebangkitan dan kejatuhan akhlak dan ruhani yang terjadi di kalangan keturunan  Nabi Ibrahim a.s. – yakni di kalangan Bani Israil dan di kalangan Bani Isma’il – masing-masing mengalami dua kali masa kejayaan dan dua kali masa kemunduran, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اَرِنِیۡ  کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ  قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” Dia ber-firman: “Apakah engkau tidak percaya?” Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya hatiku tenteram.”  Dia berfirman: “Jika   demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah mereka kepada engkau, kemudian letakkanlah setiapburung itu di atas tiap-tiap gunung lalu panggillah mereka, niscaya mereka dengan cepat akan datang kepada engkau, dan Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).
      Perbedaan antara iman dan ithminan (hati dalam keadaan tenteram) ialah, dalam keadaan pertama, orang hanya percaya bahwa Allah Swt. dapat berbuat sesuatu, sedangkan dalam keadaan kedua (ithminan) orang mendapat kepastian bahwa sesuatu dapat pula berlaku atas dirinya. Nabi Ibrahim a.s. sungguh beriman (percaya) bahwa Allah Swt.  dapat menghidupkan yang sudah mati, tetapi apa yang diinginkan beliau ialah kepuasan pribadi untuk mengetahui apakah Allah Swt.  akan berbuat demikian untuk keturunan beliau,  karena Allah Swt. telah menjadikan beliau sebagai imam bagi umat manusia (QS.2:125).

Makna “Empat Burung” Nabi Ibrahim a.s.

    Menunjuk kepada ayat yang ada dalam bahasan Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan telah bersabda: “Kita lebih layak menaruh syak (keraguan) daripada  Ibrahim” (Muslim). Kata syak  berarti keinginan keras yang tersembunyi, menunggu dengan penuh harapan akan sempurnanya keinginan itu, sebab, Nabi Besar Muhammad saw.   tidak pernah ragu-ragu mengenai janji atau apa pun perbuatan Allah Swt..   Hal itu menunjukkan bahwa pertanyaan   Nabi Ibrahim a.s. tidak terdorong oleh keraguan, tetapi hanya oleh kedambaan yang sangat sehingga timbul keyakinan  dan   kepastian  bahwa pernyataan Allah Swt. mengenai keturunan beliau   -- baik dari kalangan Bani Israil  mau pun Bani Isma’il – terbukti kebenarannya.
     Shurtu al ghushna ilayya berarti  “saya mencondongkan dahan itu kepadaku sendiri” (Lexicon Lane). Kata depan ila menentukan arti kata shurhunna dalam artian mencondongkan atau melekatkan dan bukan memotong, seperti yang secara keliru difahami mengenai ayat tersebut, yakni Nabi Ibrahim a.s. telah memotong-motong keempat ekor burung tersebut, lalu  bagian-bagian potongan burung tersebut diletakkan di setiap puncak gunung dan ketika dipanggil oleh Nabi Ibrahim a.s. maka potongan-potongan  tubuh burung tersebut menyatu kembali.
     Juz’ berarti suku, sebagian atau sesuatu. Jadi, bila sesuatu terdiri atas atau meliputi suatu rombongan, kata “bagian” akan berarti tiap-tiap anggotanya. Ini adalah suatu kasyaf (penglihatan ruhani) Nabi  Ibrahim a.s. Dengan “mengambil empat ekor burung”,  maknanya ialah keturunan beliau akan bangkit dan jatuh sebanyak empat kali (QS.17:5-9).
     Peristiwa itu disaksikan dua kali di tengah-tengah kaum Bani Israil melalui Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.; dan terulang lagi dua kali di tengah-tengah Bani Isma’il  yakni para pengikut  Nabi Besar Muhammad saw.    yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim  a.s.  melalui Nabi Isma’il a.s..
   Kekuatan (kekuasaan)  kaum Yahudi yang adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s. melalui Nabi Ishaq a.s. — hancur dua kali: pertama kali oleh Nebukadnezar dan kemudian oleh Titus (QS.17:5-8. Encyclopaedia Britannica  pada Jews), dan tiap-tiap kali Allah Swt.  membangkitkan kembali sesudah keruntuhan mereka; kebangkitan kedua kalinya terlaksana oleh Konstantin, Maharaja Roma, yang memeluk agama Kristen.
     Demikian pula kekuatan (kekuasaan) Islam, setelah mengalami kebangkitan ruhani yang pertama melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. atau “Nabi yang seperti Musa” (Ulangan 18:15-19; QS.46:11), sebagai hukuman Allah Swt. pertama-tama  pada 1258 M umat Islam dengan hebat digoncang ketika Bagdad jatuh saat menghadapi pasukan-pasukan  Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan, anak dari Jenghis Khan, tetapi  segera dapat pulih kembali sesudah pukulan yang meremukkan itu. Para pemenang berubah menjadi golongan yang kalah dan cucu Hulaku, perebut Bagdad, masuk Islam.

Pelepasan Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) dari
“Pemenjaraannya Selama 1000 Tahun”

      Keruntuhan kedua datang kemudian, ketika kemunduran umum dan menyeluruh dialami oleh kaum Muslimin dalam bidang ruhani dan bidang politik  – sebagai akibat bangkitnya bangsa-bangsa Kristen dari Barat, yang  disebut pelepasan Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) dari “pemenjaraannya selama 1000 tahun” (Wahyu 20:7:10; QS.18:96-102; QS.21:97).
     Ada pun ebangkitan Islam yang kedua (QS.61:10) sedang dilaksanakan oleh kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani (QS.62:3-4) dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. atau “misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
    Dengan demikian genaplah jumlah “4 burung” Nabi Ibrahim a.s., yakni di kalangan  Bani Israil  (1) Nabi Musa a.s. dan (2) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.; sedangkan di kalangan Bani Isma’il (umat Islam) (3)  Misal Nabi Musa a.s. yakni Nabi Besar Muhammad saw., dan (4)  Misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s..
     Apabila benar bahwa Rasul Akhir Zaman yang akan datang  adalah kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari Bani Israil, maka jumlah “burung” Nabi Ibrahim a.s. bukan “empat burung” melainkan hanya “tiga burung”, hal ini bukan saja tidak sesuai dengan pernyataan Allah Swt. dalam QS.2:261 tetapi juga merupakan penghinaan besar kepada  Nabi Besar Muhammad saw., agama Islam, dan  kepada  umat Islam,   yang diyakini umat Islam sebagai Rasul Allah yang paling sempurna (QS.33:41); sebagai agama terakhir dan tersempurna (QS.5:4) serta sebagai “umat yang terbaik” bagi kepentingan umat manusia (QS.2:144; QS.3:111), sekan-akan benar bahwa Nabi Besar Muhammad saw. adalah seorang Rasul yang abtar (terputus keturunannya – QS.108-14), baik keturunan secara jasmani mau pun keturunan  secara ruhani.
     Berikut adalah firman Allah Swt. mengenai   empat kali kebangkitan   dan kemunduran keturunan Nabi Ibrahim a.s. dari kalangan Bani Israil dan Bani Isma’il:
وَ قَضَیۡنَاۤ  اِلٰی بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ فِی الۡکِتٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِی الۡاَرۡضِ مَرَّتَیۡنِ  وَ لَتَعۡلُنَّ  عُلُوًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾  فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ  عِبَادًا  لَّنَاۤ   اُولِیۡ  بَاۡسٍ  شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ وَعۡدًا  مَّفۡعُوۡلًا ﴿﴾  ثُمَّ رَدَدۡنَا لَکُمُ الۡکَرَّۃَ عَلَیۡہِمۡ وَ اَمۡدَدۡنٰکُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ جَعَلۡنٰکُمۡ  اَکۡثَرَ  نَفِیۡرًا ﴿﴾  اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ  لِیَسُوۡٓءٗا  وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ  لِیُتَبِّرُوۡا مَا عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾ 
Dan   telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Niscaya  kamu akan melakukan kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang sangat besar. Apabila datang saat sempurnanya janji yang pertama dari kedua janji itu,  Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu merupakan suatu janji yang pasti terlaksana.  Kemudian Kami mengembalikan lagi kepadamu kekuatan untuk melawan mereka, dan Kami membantu kamu dengan harta dan anak-anak, dan  Kami menjadikan kelompok kamu lebih besar dari sebelumnya. Jika kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan  bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk  maka itu untuk dirimu sendiri. Lalu bila datang saat sempurnanya janji yang kedua itu Kami membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada pemimpin-pemimpin kamu  dan supaya mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali pertama, dan supaya mereka menghancurluluhkan segala yang telah me-reka kuasai.   (Bani Israil [17]:5-8).

Kisah Nabi Ilyas a.s.  dan Kaumnya & 
Makna “Kedatangan Kedua Kali Nabi Elia a.s.”

      Demikianlah beberapa khazanah yang terkandung dalam Surah Ash-Shāffāt mengenai Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. yang merupakan pokok pembahasan dalam beberapa Bab sebelum ini,  firman-Nya:
وَ لَقَدۡ مَنَنَّا عَلٰی مُوۡسٰی وَ ہٰرُوۡنَ ﴿﴾ۚ   وَ نَجَّیۡنٰہُمَا وَ قَوۡمَہُمَا مِنَ الۡکَرۡبِ الۡعَظِیۡمِ  ﴿﴾ۚ وَ نَصَرۡنٰہُمۡ فَکَانُوۡا ہُمُ الۡغٰلِبِیۡنَ ﴿﴾ۚ  وَ اٰتَیۡنٰہُمَا الۡکِتٰبَ الۡمُسۡتَبِیۡنَ ﴿﴾ۚ  وَ ہَدَیۡنٰہُمَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ﴿﴾ۚ  وَ تَرَکۡنَا عَلَیۡہِمَا فِی الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ۙ  سَلٰمٌ  عَلٰی مُوۡسٰی وَ ہٰرُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّا کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّہُمَا مِنۡ عِبَادِنَا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾

Dan  sungguh  Kami benar-benar telah memberikan nikmat kepada Musa dan Harun. Dan Kami menyelamatkan mereka berdua dan kaumnya dari kesusahan yang besar.  Dan Kami menolong mereka maka mereka itulah yang menang. Dan Kami memberikan kepada mereka berdua Kitab yang menjadikan segala sesuatu jelas,  Dan Kami memberi mereka berdua petunjuk ke  jalan lurus. Dan Kami meninggalkan nama baik bagi mereka berdua di antara umat-umat yang akan datang.  Selamat sejahteralah atas Musa dan Harun!  Sesungguhnya demikianlah Kami mengganjar orang-orang yang berbuat ihsan. Sesungguhnya keduanya termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (Ash-Shāffāt [37]:115-123).
      Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai Nabi Ilyas a.s. – yang merupakan Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.:
وَ  اِنَّ  اِلۡیَاسَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ؕ اِذۡ  قَالَ  لِقَوۡمِہٖۤ   اَلَا  تَتَّقُوۡنَ ﴿﴾  اَتَدۡعُوۡنَ بَعۡلًا وَّ تَذَرُوۡنَ  اَحۡسَنَ الۡخَالِقِیۡنَ ﴿﴾ۙ  اللّٰہَ  رَبَّکُمۡ وَ رَبَّ اٰبَآئِکُمُ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾  فَکَذَّبُوۡہُ  فَاِنَّہُمۡ  لَمُحۡضَرُوۡنَ﴿﴾ۙ  اِلَّا عِبَادَ  اللّٰہِ  الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿﴾  وَ تَرَکۡنَا عَلَیۡہِ  فِی الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ۙ  سَلٰمٌ  عَلٰۤی  اِلۡ یَاسِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّا کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّہٗ  مِنۡ عِبَادِنَا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Dan  sesungguhnya  Ilyas  benar-benar seorang dari para rasul.   Ketika ia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa?  Apakah kamu menyeru Ba’al, dan kamu meninggalkan sebaik-baik Pencipta?  Yakni Allah, Tuhan kamu dan Tuhan bapak-bapak kamu dahulu?” Maka mereka mendustakannya, karena itu niscaya mereka diseret ke neraka, kecuali hamba-hamba Allah yang tulus ikhlas.   Dan Kami meninggalkan nama baik baginya di antara umat-umat yang akan datang.   Selamat sejahteralah atas Ilyas dan kaumnya!  Sesungguhnya demikianlah Kami mengganjar orang-orang yang berbuat ihsan.   Sesungguhnya dia  termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (Ash-Shāffāt [37]:124-133).
     Nabi Ilyas a.s. hidup kira-kira 900 tahun sebelum Masehi. Beliau berasal dari Gilead, tempat di tepi sebelah timur sungai Yordan. Jubah beliau diambil oleh Elisya (Jews  Encyclopaedia,  dan Bibel - I Raja-raja 17:1).
        Ba’al itu nama sebuah berhala kaum Nabi Ilyas a.s. (1 Raja-raja 18:16-18). Kaum itu penyembah matahari. Ba’al dapat juga dikenakan kepada dewa matahari yang disembah oleh kaum sebuah kota di Siria yang sekarang disebut Bal Bekh (Lexicon  Lane).
       Ilyāsīn mungkin bentuk lain dari Ilyas, seperti Sinīn (QS.95:3) bentuk lain dari Sina’ (QS.23:21), atau karena dalam bentuk jamak dari Ilyas, kata itu dapat berarti Ilyas dan kaumnya.
      Dalam Kitab Maleakhi terdapat nubuatan mengenai kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Yesus Kristus, yang kedatangannya akan didahului  oleh kedatangan Nabi Elia a.s.:
Ingatlah kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hambaKu, di gunung Horeb untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum. Sesungguhnya Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang kedatangan hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya  jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah (Maleakhi 4:4-6).
       Menurut keterangan Bible,  Nabi Elia a.s. yang datang 900 tahun sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) telah terangkat (naik) ke langit, sehingga tentu kepercayaan mengenai kedatangannya yang kedua kali  tersebut adalah “turun dari langit”:
Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke surga dalam angin badai” (II Raja-raja 2:11).

Penjelasan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus) Tentang
“Kedatangan Kedua Kali Nabi Elia a.s.”

    Menjelang kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.. atau Yesus Kristus sebagai Al-Masih atau Mesiah (Mesias),  di kalangan  para penganut agama Yahudi terdapat  nubuatan kedatangan 3 orang nabi Allah, yakni (1) Nabi itu atau Nabi yang seperti Musa; (2) Kedatangan kedua kali Elia, dan (3) kedatangan Yesus Kristus atau Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Al-Masih (Masiah/Mesias):
Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: “Siapakah engkau?” Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias”. Lalu mereka bertanya kepadanya: “Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “Bukan!” “Engkau nabi yang akan datang?” Dan ia menjawab: “Bukan!” Maka kata mereka kepadanya: “Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?” Jawabnya: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskan jalan Tuhan! Seperti yang telah dikatakan Nabi Yesaya”. (Yohanes 1:19-23).
      Ketika Nabi isa Ibnu Maryam a.s. atau Yesus Kristus mendakwakan sebagai Mesiah atau Mesias atau Al-Masih,  para pemuka agama Yahudi protes keras dengan dalih bahwa Nabi Elia a.s. belum turun dari langit, padahal merupakan pendahulu  atau perintis kedatangan Mesias.  Mengenai hal tersebut Injil Matius menjelaskan:
Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk mapakah kamu pergi? Melihat orang  orang yang berpakaian halus. Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan aku berkata kepadamu, bahkan lebih daripada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: “Lihatlah, Aku menyuruh utusanKu mendahului engkau; ia akan mempersiapkan jalanmu di hadapanmu.” Aku berkata kepada kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar daripadanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes, dan – jika kamu mau menerimanya – ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar. (Matius 11:7-15).
      Dari keterangan Yesus atau Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut jelaslah,  bahwa yang dimaksud dengan kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. menjelang  pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Mesias adalah  Yohanes Pembaptis atau Nabi Yahya a.s. bin Nabi Zakaria a.s., yang dilahirkan sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.3:36-42; QS.19:1-16).
Penjelasan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut merupakan tafsir  mengenai makna “kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.” yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh kaum Yahudi, kaum Nasrani (Kristen) dan umat Islam di Akhir Zaman ini, bahwa  yang dimaksud dengan kedatangan kedua kali seorang rasul (nabi) Allah maknanya adalah orang lain  yang  memiliki banyak persamaan dengan rasul Allah tersebut atau  misal dari rasul Allah tersebut,  firman-Nya:
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ  مَثَلًا  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ  لَکَ  اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal tiba-tiba kaum engkau meneriakkan  penentangan  terhadapnya,  dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak menyebutkan hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah.  (Az-Zukhruf [43]:58-59).
Shadda (yashuddu) berarti: ia menghalangi dia dari sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia mengajukan sanggahan (protes) (Aqrab-al-Mawarid). 2683. Kedatangan Al-Masih a.s.  adalah tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan kenabian untuk selama-lamanya.

Orang yang Seperti (Misal) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Komentar Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.)

     Karena matsal berarti sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat ini, di samping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa bila kaum Nabi Besar Muhammad saw. — yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan dibangkitkan di antara mereka untuk memperbaharui mereka dan mengembalikan kejayaan ruhani mereka yang telah hilang, maka daripada bergembira atas kabar gembira itu malah mereka berteriak  mengajukan protes.
     Jadi, ayat ini dapat dianggap mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    untuk kedua kalinya dalam wujud orang lain  yang semisal (seperti) beliau namun muncul dari kalangan pengikut Nabi Besar Muhammad saw. yakni dari kalangan umat Islam (Bani Isma’il) – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. --  bukan dari kalangan Bani Israil sebagaimana yang keliru difahami oleh umumnya umat Islam.
    Sangat menarik komentar Yesus (Nabi Isa Ibnu Mayam a.s.) mengenai kebengkokan hati para penentang  rasul Allah dari zaman ke zaman:
Dengan apakah akan kuumpamakan angkatan (generasi) ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya:
Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari
Kami menyanyikan kudung duka, tetapi kamu tidak berkabung”
Karena  Yohanes datang, ia tidak makan dan tidak minum, dan mereka berkata: “Ia kerasukan setan.” Kemudian “anak manusia” (yakni Yesus  – pen.), ia makan dan minum, dan mereka berkata: “Lihat ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.” Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya ( Matius 11:16-19).
Benarlah firman Allah Swt. dalam Al-Quran:
یٰحَسۡرَۃً عَلَی الۡعِبَادِ ۚؑ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ  اِلَّا  کَانُوۡا بِہٖ  یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿﴾
Wahai sangat disesalkan atas hamba-hamba itu,  sekali-kali tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya. (Yā Sīn [36]:31).
      Kata-kata dalam ayat ini penuh dengan kerawanan. Tuhan Yang Maha Kuasa Sendiri agaknya seolah-olah sangat masygul atas penolakan dan ejekan manusia terhadap para nabi-Nya. Sementara para nabi  Allah menanggung kesedihan dan derita untuk kaumnya, maka kaumnya itu membalas kesedihan mereka itu dengan penghinaan dan ejekan.

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar,  24 Juni  2013 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar