بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 176
Penjelasan
Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) Mengenai Makna “Kedatangan Kedua Kali Nabi Elia a.s.” yaitu Nabi Yahya a.s. (Yohanes Pembaptis)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab sebelumnya telah
dikemukakan mengenai “empat
burung” Nabi Ibrahim a.s. (QS.2:161) yang mengisyaratkan kepada kebangkitan dan
kejatuhan akhlak dan ruhani yang terjadi di kalangan keturunan Nabi Ibrahim a.s. – yakni di kalangan Bani
Israil dan di kalangan Bani Isma’il – masing-masing mengalami dua kali masa kejayaan dan dua kali masa kemunduran, firman-Nya:
وَ اِذۡ
قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اَرِنِیۡ کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ قَالَ
اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ
قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً
مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ
مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ
اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhan-ku, perlihatkan
kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” Dia
ber-firman: “Apakah engkau tidak percaya?”
Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku
tanyakan supaya hatiku tenteram.”
Dia berfirman: “Jika demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu jinakkanlah mereka
kepada engkau, kemudian letakkanlah
setiapburung itu di atas tiap-tiap gunung lalu panggillah mereka, niscaya mereka dengan cepat akan datang kepada
engkau, dan Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).
Perbedaan antara iman
dan ithminan (hati dalam keadaan tenteram) ialah, dalam keadaan pertama, orang hanya percaya bahwa Allah Swt. dapat
berbuat sesuatu, sedangkan dalam keadaan kedua (ithminan) orang mendapat kepastian bahwa sesuatu dapat pula berlaku atas dirinya. Nabi Ibrahim a.s. sungguh beriman (percaya) bahwa Allah Swt. dapat
menghidupkan yang sudah mati, tetapi apa yang diinginkan beliau ialah kepuasan pribadi untuk mengetahui apakah
Allah Swt. akan berbuat demikian untuk keturunan beliau, karena Allah Swt. telah menjadikan beliau
sebagai imam bagi umat manusia
(QS.2:125).
Makna “Empat Burung” Nabi Ibrahim a.s.
Menunjuk kepada ayat yang ada
dalam bahasan Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan telah bersabda: “Kita lebih
layak menaruh syak (keraguan)
daripada Ibrahim” (Muslim). Kata syak berarti keinginan
keras yang tersembunyi, menunggu dengan penuh harapan akan sempurnanya keinginan itu, sebab, Nabi Besar
Muhammad saw. tidak pernah ragu-ragu mengenai janji atau apa pun perbuatan Allah Swt.. Hal itu menunjukkan bahwa
pertanyaan Nabi Ibrahim a.s. tidak
terdorong oleh keraguan, tetapi hanya
oleh kedambaan yang sangat sehingga
timbul keyakinan dan kepastian bahwa pernyataan Allah Swt. mengenai keturunan
beliau -- baik dari kalangan Bani Israil mau pun Bani
Isma’il – terbukti kebenarannya.
Shurtu
al ghushna ilayya berarti “saya
mencondongkan dahan itu kepadaku sendiri” (Lexicon
Lane). Kata depan ila menentukan arti kata shurhunna
dalam artian mencondongkan atau melekatkan dan bukan memotong, seperti yang secara
keliru difahami mengenai ayat tersebut, yakni Nabi Ibrahim a.s. telah memotong-motong keempat ekor burung
tersebut, lalu bagian-bagian potongan burung tersebut diletakkan di
setiap puncak gunung dan ketika dipanggil
oleh Nabi Ibrahim a.s. maka potongan-potongan
tubuh burung tersebut menyatu
kembali.
Juz’ berarti suku, sebagian atau
sesuatu. Jadi, bila sesuatu terdiri atas atau meliputi suatu rombongan, kata
“bagian” akan berarti tiap-tiap anggotanya. Ini adalah suatu kasyaf (penglihatan ruhani) Nabi Ibrahim a.s. Dengan “mengambil empat ekor burung”,
maknanya ialah keturunan beliau
akan bangkit dan jatuh sebanyak empat kali
(QS.17:5-9).
Peristiwa itu disaksikan dua kali di tengah-tengah kaum Bani Israil melalui Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.;
dan terulang lagi dua kali di tengah-tengah Bani
Isma’il yakni para pengikut Nabi Besar Muhammad saw. yang
merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s.
melalui Nabi Isma’il a.s..
Kekuatan (kekuasaan) kaum Yahudi yang adalah keturunan Nabi
Ibrahim a.s. melalui Nabi Ishaq a.s. — hancur dua kali: pertama
kali oleh Nebukadnezar dan kemudian oleh Titus
(QS.17:5-8. Encyclopaedia Britannica
pada Jews),
dan tiap-tiap kali Allah Swt. membangkitkan kembali sesudah keruntuhan mereka; kebangkitan kedua
kalinya terlaksana oleh Konstantin,
Maharaja Roma, yang memeluk agama Kristen.
Demikian pula kekuatan (kekuasaan)
Islam, setelah mengalami kebangkitan
ruhani yang pertama melalui pengutusan Nabi
Besar Muhammad saw. atau “Nabi yang
seperti Musa” (Ulangan 18:15-19; QS.46:11), sebagai
hukuman Allah Swt. pertama-tama
pada 1258 M umat Islam dengan hebat digoncang ketika Bagdad jatuh saat menghadapi pasukan-pasukan Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan, anak dari Jenghis Khan, tetapi segera dapat pulih kembali sesudah pukulan
yang meremukkan itu. Para pemenang
berubah menjadi golongan yang kalah dan cucu
Hulaku, perebut Bagdad, masuk Islam.
Pelepasan Gog (Ya’juj)
dan Magog (Ma’juj) dari
“Pemenjaraannya Selama 1000 Tahun”
Keruntuhan kedua datang kemudian,
ketika kemunduran umum dan menyeluruh dialami oleh kaum Muslimin dalam bidang ruhani dan bidang politik – sebagai
akibat bangkitnya bangsa-bangsa Kristen
dari Barat, yang disebut pelepasan Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) dari “pemenjaraannya selama 1000 tahun” (Wahyu
20:7:10; QS.18:96-102; QS.21:97).
Ada pun ebangkitan Islam yang kedua (QS.61:10) sedang dilaksanakan oleh kedatangan
kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani (QS.62:3-4) dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. atau “misal Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) yakni Mirza
Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
Dengan demikian genaplah jumlah
“4 burung” Nabi Ibrahim a.s., yakni di kalangan
Bani Israil (1) Nabi Musa a.s. dan (2) Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s.; sedangkan di kalangan Bani Isma’il (umat Islam) (3) Misal
Nabi Musa a.s. yakni Nabi Besar Muhammad saw., dan (4) Misal Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s..
Apabila benar bahwa Rasul Akhir Zaman yang akan datang adalah kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dari Bani Israil, maka jumlah “burung” Nabi
Ibrahim a.s. bukan “empat burung”
melainkan hanya “tiga burung”, hal
ini bukan saja tidak sesuai dengan
pernyataan Allah Swt. dalam QS.2:261 tetapi juga merupakan penghinaan besar
kepada Nabi Besar Muhammad saw., agama
Islam, dan kepada umat
Islam, yang diyakini umat Islam sebagai Rasul
Allah yang paling sempurna (QS.33:41); sebagai agama terakhir dan tersempurna
(QS.5:4) serta sebagai “umat yang terbaik”
bagi kepentingan umat manusia
(QS.2:144; QS.3:111), sekan-akan benar bahwa Nabi Besar Muhammad saw. adalah
seorang Rasul yang abtar (terputus
keturunannya – QS.108-14), baik keturunan secara jasmani mau pun keturunan
secara ruhani.
Berikut adalah firman Allah Swt.
mengenai empat kali kebangkitan dan kemunduran
keturunan Nabi Ibrahim a.s. dari kalangan Bani
Israil dan Bani Isma’il:
وَ قَضَیۡنَاۤ اِلٰی بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ فِی
الۡکِتٰبِ
لَتُفۡسِدُنَّ فِی الۡاَرۡضِ
مَرَّتَیۡنِ وَ لَتَعۡلُنَّ عُلُوًّا کَبِیۡرًا ﴿﴾ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ اُوۡلٰىہُمَا
بَعَثۡنَا عَلَیۡکُمۡ عِبَادًا
لَّنَاۤ اُولِیۡ بَاۡسٍ شَدِیۡدٍ فَجَاسُوۡا خِلٰلَ الدِّیَارِ ؕ وَ کَانَ
وَعۡدًا مَّفۡعُوۡلًا ﴿﴾ ثُمَّ رَدَدۡنَا لَکُمُ الۡکَرَّۃَ عَلَیۡہِمۡ وَ اَمۡدَدۡنٰکُمۡ بِاَمۡوَالٍ وَّ بَنِیۡنَ وَ
جَعَلۡنٰکُمۡ اَکۡثَرَ نَفِیۡرًا ﴿﴾ اِنۡ اَحۡسَنۡتُمۡ اَحۡسَنۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ ۟ وَ اِنۡ اَسَاۡتُمۡ فَلَہَا ؕ فَاِذَا جَآءَ وَعۡدُ الۡاٰخِرَۃِ لِیَسُوۡٓءٗا وُجُوۡہَکُمۡ وَ لِیَدۡخُلُوا
الۡمَسۡجِدَ کَمَا دَخَلُوۡہُ اَوَّلَ مَرَّۃٍ وَّ لِیُتَبِّرُوۡا مَا
عَلَوۡا تَتۡبِیۡرًا ﴿﴾
Dan telah
Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Niscaya kamu akan melakukan
kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang sangat
besar.” Apabila datang saat sempurnanya janji yang pertama dari kedua
janji itu, Kami membangkitkan untuk menghadapi kamu
hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat, dan mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah,
dan itu merupakan suatu janji yang pasti
terlaksana. Kemudian Kami mengembalikan lagi kepadamu kekuatan
untuk melawan mereka, dan Kami
membantu kamu dengan harta dan anak-anak, dan Kami
menjadikan kelompok kamu lebih besar dari sebelumnya. Jika kamu berbuat ihsan, kamu berbuat ihsan bagi dirimu
sendiri, dan jika kamu berbuat buruk maka
itu untuk dirimu sendiri. Lalu bila datang saat sempurnanya janji
yang kedua itu Kami membangkitkan lagi hamba-hamba Kami yang lain supaya mereka mendatangkan kesusahan kepada
pemimpin-pemimpin kamu dan supaya
mereka memasuki masjid seperti pernah mereka memasukinya pada kali pertama,
dan supaya mereka menghancurluluhkan
segala yang telah me-reka kuasai. (Bani Israil [17]:5-8).
Kisah Nabi Ilyas a.s. dan Kaumnya &
Makna “Kedatangan Kedua Kali Nabi
Elia a.s.”
Demikianlah beberapa khazanah yang terkandung dalam Surah Ash-Shāffāt mengenai Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. yang
merupakan pokok pembahasan dalam beberapa Bab sebelum ini, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ
مَنَنَّا عَلٰی مُوۡسٰی وَ ہٰرُوۡنَ ﴿﴾ۚ وَ نَجَّیۡنٰہُمَا وَ قَوۡمَہُمَا مِنَ
الۡکَرۡبِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ۚ وَ نَصَرۡنٰہُمۡ فَکَانُوۡا ہُمُ
الۡغٰلِبِیۡنَ ﴿﴾ۚ وَ اٰتَیۡنٰہُمَا
الۡکِتٰبَ الۡمُسۡتَبِیۡنَ ﴿﴾ۚ وَ
ہَدَیۡنٰہُمَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ﴿﴾ۚ وَ تَرَکۡنَا عَلَیۡہِمَا فِی الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ۙ سَلٰمٌ عَلٰی
مُوۡسٰی وَ ہٰرُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّا کَذٰلِکَ
نَجۡزِی الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّہُمَا مِنۡ عِبَادِنَا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah memberikan nikmat kepada Musa dan Harun. Dan Kami
menyelamatkan mereka berdua dan kaumnya dari kesusahan yang besar. Dan
Kami menolong mereka maka mereka itulah yang menang. Dan Kami memberikan kepada
mereka berdua Kitab yang menjadikan segala sesuatu jelas, Dan
Kami memberi mereka berdua petunjuk ke jalan lurus. Dan
Kami meninggalkan nama baik bagi mereka berdua di antara umat-umat yang
akan datang. Selamat sejahteralah atas
Musa dan Harun! Sesungguhnya demikianlah
Kami mengganjar orang-orang yang berbuat ihsan. Sesungguhnya keduanya termasuk hamba-hamba
Kami yang beriman. (Ash-Shāffāt [37]:115-123).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
Nabi Ilyas a.s. – yang merupakan Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan Bani
Israil setelah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.:
وَ اِنَّ
اِلۡیَاسَ لَمِنَ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ؕ اِذۡ قَالَ
لِقَوۡمِہٖۤ اَلَا تَتَّقُوۡنَ ﴿﴾ اَتَدۡعُوۡنَ بَعۡلًا وَّ تَذَرُوۡنَ اَحۡسَنَ الۡخَالِقِیۡنَ ﴿﴾ۙ اللّٰہَ
رَبَّکُمۡ وَ رَبَّ اٰبَآئِکُمُ
الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾ فَکَذَّبُوۡہُ فَاِنَّہُمۡ
لَمُحۡضَرُوۡنَ﴿﴾ۙ اِلَّا عِبَادَ اللّٰہِ
الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿﴾ وَ تَرَکۡنَا
عَلَیۡہِ فِی الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ۙ سَلٰمٌ
عَلٰۤی اِلۡ یَاسِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّا کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّہٗ مِنۡ
عِبَادِنَا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Dan sesungguhnya
Ilyas benar-benar seorang dari para rasul.
Ketika ia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa? Apakah kamu
menyeru Ba’al, dan kamu meninggalkan sebaik-baik Pencipta?
Yakni Allah, Tuhan kamu dan Tuhan bapak-bapak kamu dahulu?” Maka mereka mendustakannya, karena itu niscaya mereka diseret ke neraka, kecuali hamba-hamba Allah
yang tulus ikhlas. Dan Kami meninggalkan nama baik baginya
di antara umat-umat yang akan datang. Selamat
sejahteralah atas Ilyas dan kaumnya!
Sesungguhnya demikianlah Kami mengganjar orang-orang yang berbuat ihsan. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba Kami
yang beriman. (Ash-Shāffāt [37]:124-133).
Nabi Ilyas a.s. hidup
kira-kira 900 tahun sebelum Masehi. Beliau berasal dari Gilead, tempat di tepi
sebelah timur sungai Yordan. Jubah beliau diambil oleh Elisya (Jews
Encyclopaedia, dan
Bibel
- I Raja-raja 17:1).
Ba’al itu nama
sebuah berhala kaum Nabi Ilyas a.s.
(1 Raja-raja 18:16-18). Kaum
itu penyembah matahari. Ba’al dapat
juga dikenakan kepada dewa matahari
yang disembah oleh kaum sebuah kota di Siria yang sekarang disebut Bal Bekh (Lexicon Lane).
Ilyāsīn
mungkin bentuk lain dari Ilyas, seperti Sinīn (QS.95:3) bentuk
lain dari Sina’ (QS.23:21), atau karena dalam bentuk jamak dari Ilyas,
kata itu dapat berarti Ilyas dan kaumnya.
Dalam Kitab Maleakhi terdapat nubuatan
mengenai kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. atau Yesus Kristus, yang kedatangannya akan didahului oleh kedatangan Nabi Elia a.s.:
Ingatlah
kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hambaKu, di gunung Horeb
untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum.
Sesungguhnya Aku akan mengutus Nabi Elia
kepadamu menjelang kedatangan hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka
ia akan membuat bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak
kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku
datang memukul bumi sehingga musnah (Maleakhi 4:4-6).
Menurut
keterangan Bible, Nabi Elia a.s. yang
datang 900 tahun sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) telah terangkat (naik) ke langit, sehingga tentu kepercayaan
mengenai kedatangannya yang kedua kali tersebut adalah “turun dari langit”:
Sedang
mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba
datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke surga dalam angin
badai” (II Raja-raja 2:11).
Penjelasan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus) Tentang
“Kedatangan Kedua Kali Nabi Elia a.s.”
Menjelang kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.. atau
Yesus Kristus sebagai Al-Masih atau Mesiah (Mesias), di
kalangan para penganut agama Yahudi terdapat nubuatan
kedatangan 3 orang nabi Allah, yakni
(1) Nabi itu atau Nabi yang seperti Musa; (2) Kedatangan
kedua kali Elia, dan (3) kedatangan Yesus Kristus atau Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Al-Masih (Masiah/Mesias):
Dan inilah
kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan
orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: “Siapakah engkau?” Ia mengaku
dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias”. Lalu mereka bertanya
kepadanya: “Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “Bukan!”
“Engkau nabi yang akan datang?” Dan ia menjawab: “Bukan!” Maka kata mereka
kepadanya: “Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang
mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?” Jawabnya: “Akulah suara
orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskan jalan Tuhan! Seperti yang
telah dikatakan Nabi Yesaya”. (Yohanes 1:19-23).
Ketika Nabi isa Ibnu Maryam a.s. atau
Yesus Kristus mendakwakan sebagai Mesiah atau
Mesias atau Al-Masih, para pemuka agama
Yahudi protes keras dengan dalih
bahwa Nabi Elia a.s. belum turun dari langit, padahal
merupakan pendahulu atau perintis kedatangan Mesias. Mengenai hal
tersebut Injil Matius menjelaskan:
Setelah
murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu
tentang Yohanes: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang
digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk mapakah kamu pergi? Melihat
orang orang yang berpakaian halus. Orang
yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu
pergi? Melihat nabi? Benar, dan aku berkata kepadamu, bahkan lebih daripada
nabi. Karena tentang dia ada tertulis: “Lihatlah,
Aku menyuruh utusanKu mendahului engkau; ia akan mempersiapkan jalanmu di
hadapanmu.” Aku berkata kepada kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang
dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada
Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar
daripadanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga
diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan
kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes, dan – jika kamu mau
menerimanya – ialah Elia yang akan
datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar. (Matius 11:7-15).
Dari keterangan Yesus atau Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut
jelaslah, bahwa yang dimaksud dengan kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s.
menjelang pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Mesias adalah Yohanes
Pembaptis atau Nabi Yahya a.s. bin
Nabi Zakaria a.s., yang dilahirkan sebelum Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.3:36-42; QS.19:1-16).
Penjelasan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. tersebut merupakan tafsir mengenai makna “kedatangan kedua kali Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s.” yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh kaum Yahudi, kaum Nasrani (Kristen) dan umat
Islam di Akhir Zaman ini,
bahwa yang dimaksud dengan kedatangan kedua kali seorang rasul
(nabi) Allah maknanya adalah orang lain yang
memiliki banyak persamaan
dengan rasul Allah tersebut atau misal dari rasul Allah tersebut,
firman-Nya:
وَ لَمَّا
ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡۤاءَ
اٰلِہَتُنَا خَیۡرٌ اَمۡ ہُوَ ؕ مَا ضَرَبُوۡہُ
لَکَ اِلَّا جَدَلًا ؕ بَلۡ ہُمۡ
قَوۡمٌ خَصِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal
tiba-tiba kaum engkau meneriakkan penentangan terhadapnya, dan mereka berkata: "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah
dia?" Mereka tidak menyebutkan
hal itu kepada engkau melainkan perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah.
(Az-Zukhruf [43]:58-59).
Shadda (yashuddu) berarti: ia menghalangi dia dari
sesuatu, dan shadda (yashiddu) berarti: ia mengajukan sanggahan (protes)
(Aqrab-al-Mawarid). 2683.
Kedatangan Al-Masih a.s. adalah
tanda bahwa orang-orang Yahudi akan dihinakan dan direndahkan serta akan kehilangan
kenabian untuk selama-lamanya.
Orang yang Seperti
(Misal) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Komentar Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.)
Karena matsal berarti
sesuatu yang semacam dengan atau sejenis dengan yang lain (QS.6:39), ayat
ini, di samping arti yang diberikan dalam ayat ini, dapat pula berarti bahwa
bila kaum Nabi Besar Muhammad saw. —
yaitu kaum Muslimin — diberitahu bahwa orang lain seperti dan merupakan sesama
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan dibangkitkan
di antara mereka untuk memperbaharui mereka
dan mengembalikan kejayaan ruhani
mereka yang telah hilang, maka daripada bergembira
atas kabar gembira itu malah mereka berteriak
mengajukan protes.
Jadi, ayat ini dapat dianggap
mengisyaratkan kepada kedatangan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. untuk kedua kalinya dalam wujud orang lain yang semisal
(seperti) beliau namun muncul dari kalangan pengikut
Nabi Besar Muhammad saw. yakni dari kalangan umat Islam (Bani Isma’il) – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.
-- bukan dari kalangan Bani Israil sebagaimana yang keliru difahami oleh umumnya umat Islam.
Sangat menarik komentar Yesus (Nabi Isa Ibnu Mayam a.s.)
mengenai kebengkokan hati para
penentang rasul Allah dari zaman ke zaman:
Dengan
apakah akan kuumpamakan angkatan (generasi) ini? Mereka itu seumpama anak-anak
yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya:
“Kami meniup seruling
bagimu, tetapi kamu tidak menari
Kami menyanyikan kudung duka,
tetapi kamu tidak berkabung”
Karena Yohanes datang, ia tidak makan dan tidak minum, dan mereka berkata: “Ia kerasukan setan.” Kemudian “anak
manusia” (yakni Yesus – pen.), ia
makan dan minum, dan mereka berkata: “Lihat
ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.”
Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh
perbuatannya ( Matius 11:16-19).
Benarlah
firman Allah Swt. dalam Al-Quran:
یٰحَسۡرَۃً عَلَی الۡعِبَادِ ۚؑ مَا یَاۡتِیۡہِمۡ مِّنۡ رَّسُوۡلٍ
اِلَّا کَانُوۡا بِہٖ یَسۡتَہۡزِءُوۡنَ ﴿﴾
Wahai sangat disesalkan atas hamba-hamba itu,
sekali-kali tidak pernah datang kepada mereka seorang
rasul melainkan mereka senantiasa
mencemoohkannya. (Yā Sīn [36]:31).
Kata-kata dalam ayat ini
penuh dengan kerawanan. Tuhan Yang Maha Kuasa Sendiri agaknya seolah-olah
sangat masygul atas penolakan dan ejekan manusia terhadap para nabi-Nya.
Sementara para nabi Allah menanggung kesedihan dan derita
untuk kaumnya, maka kaumnya itu membalas kesedihan mereka itu dengan penghinaan dan ejekan.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 24 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar