بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Ash-Shāffāt
Bab 8
Pemeliharaan Alam Semesta dan Al-Quran oleh Allah Swt.
Oleh
Ki
Langlang Buana Kusuma
Dalam Bab 7 tengah dibahas firman Allah Swt.
mengenai adanya kesejajaran antara
alam semesta jasmani dengan alam ruhani, firman-Nya:
اِنَّا زَیَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنۡیَا بِزِیۡنَۃِۣ الۡکَوَاکِبِ ۙ﴿﴾ وَ حِفۡظًا مِّنۡ کُلِّ شَیۡطٰنٍ مَّارِدٍ ۚ﴿﴾
Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit yang
terdekat dengan hiasan bintang-bintang,
dan telah memeliharanya dari setiap syaitan durhaka. (Ash-Shaffat [37]:7-8).
Syaitan-syaitan itu terdiri dari dua
golongan: (a) musuh-musuh di dalam selimut jemaat kaum Muslimin sendiri,
seperti orang-orang munafik, dan
sebagainya, mereka itu disebut “syaitan durhaka,” seperti tersebut dalam
ayat ini, dan (b) musuh-musuh dari luar atau orang-orang kafir yang disebut sebagai “syaithanirrajim” (syaitan
yang terkutuk), Allah Swt . berfirman:
وَ لَقَدۡ جَعَلۡنَا فِی السَّمَآءِ بُرُوۡجًا وَّ
زَیَّنّٰہَا لِلنّٰظِرِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ حَفِظۡنٰہَا مِنۡ کُلِّ شَیۡطٰنٍ رَّجِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ اِلَّا
مَنِ اسۡتَرَقَ السَّمۡعَ فَاَتۡبَعَہٗ شِہَابٌ مُّبِیۡنٌ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah menjadikan gugusan-gugusan bintang di langit
dan Kami telah menghiasinya untuk
orang-orang yang melihat. Dan Kami
telah memeliharanya dari gangguan setiap syaitan yang terkutuk, melainkan jika ada orang yang mencuri dengar wahyu Ilahi dan memutarbalikkannya
maka ia dikejar kobaran nyala api
yang terang-benderang. (AL-Hijr [15]:17-19).
Pengaruh Baik Bintang-bintang
Sebagaimana dalam firman Allah
Swt. sebelumnya, demikian juga yang dimaksudkan di sini bukan semata-mata
keindahan pemandangan planit-planit
dan bintang-bintang yang nampak di
waktu malam. Tujuan agung yang
dipenuhi oleh kejadian benda-benda langit itu, disebut dalam ayat-ayat
berikutnya, seperti juga dalam QS.16:17 dan QS.67:6. dan dalam menjadi sempurnanya tujuan agung itulah terletak keindahan yang sesungguhnya dari
benda-benda langit itu.
Ayat
ini menunjukkan bahwa sebagaimana dalam alam
kebendaan, orang-orang yang berpembawaan
buruk mempunyai sedikit banyak tenaga
atau pengaruh, dan dapat mendatangkan
beberapa kemudaratan tertentu kepada
orang-orang lain, namun mereka sama sekali tidak dapat meluputkan orang-orang
dari nikmat-nikmat samawi (dari
langit), seperti pengaruh sehat dari bintang-bintang dan sebagainya,
demikian pula dalam alam keruhanian syaitan
(iblis) tidak mempunyai kekuasaan atas nabi-nabi
dan pengikut-pengikut mereka yang sejati (QS.15:37-43).
Surah AL-Hijr [15]:17-19 tersebut menunjuk
kepada kesejajaran antara alam kebendaan dan alam keruhanian, bahwa seperti halnya cakrawala alam jasmani didukung oleh adanya planit-planit dan bintang-bintang,
demikian pula cakrawala alam ruhani
didukung oleh adanya planit-planit
dan bintang-bintang yang terdiri dari
nabi-nabi dan mushlih-mushlih rabbani. Tiap-tiap
wujud mereka itu berperan sebagai perhiasan
bagi cakrawala alam keruhanian,
sebagaimana bintang-bintang dan planit-planit di langit memperindah dan
menghiasi cakrawala alam lahir ini.
Kata “syaitan” dalam ayat
yang sedang dibahas ini menunjuk kepada orang-orang
kafir tertentu, yang berkeinginan mencapai keakraban (kedekatan) dengan Allah Swt. tanpa mengikuti ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi
(QS.15:14-16). Terhadap orang-orang semacam itu memang langit keruhanian telah dijaga
dan pintu gerbangnya ditutup
erat-erat.
“Mencuri Kalam Ilahi” dapat mengandung arti perbuatan palsu orang-orang yang
berlagak mengemukakan ajaran-ajaran para
nabi sebagai ajaran dari mereka
sendiri. Mereka itu berusaha menipu
orang-orang agar mempercayai, bahwa nabi-nabi tidak membawa ajaran baru, dan bahwa mereka juga
mempunyai pengetahuan yang dimiliki
oleh para nabi.
Atau ayat itu dapat juga berarti, bahwa mereka
mengutip suatu bagian dari ajaran dengan jalan memisahkannya dari siaq-sabaq
(ujung pangkalnya) dan berusaha menyesatkan
orang-orang yang sederhana pikirannya, dengan memberikan penafsiran salah tentang kata-kata itu dan mengaburkan artinya.
Ayat-ayat Al-Quran yang Mutasyābihāt &
Orang yang Berhati Bengkok
Salah satu contoh orang-orang sesat seperti
itu yang dikemukakan Allah Swt. dalam Al-Quran adalah Samiri (QS.20:86-99), demikian juga Allah Swt. menyatakan dalam Al-Quran
bahwa orang-orang yang hatinya bengkok
membuat-buat tafsirannya yang
keliru dari ayat-ayat Al-Quran yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ
اُمُّ الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ
فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ
مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ وَ مَا یَعۡلَمُ تَاۡوِیۡلَہٗۤ
اِلَّا اللّٰہُ ۘؔ وَ
الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
﴿﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ
رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿﴾
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran kepada
engkau, di
antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat,
itulah pokok-pokok Al-Kitab, sedangkan yang
lain ayat-ayat mutasyābihāt. Adapun orang-orang
yang di dalam hatinya ada ke-bengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt karena ingin
menimbulkan fitnah dan ingin
mencari-cari takwilnya yang salah, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah, dan orang-orang
yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya,
semuanya berasal dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
menyimpangkan hati kami setelah Engkau
telah memberi kami petunjuk, dan anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah.
(Ali
‘Imran [3]:8-9).
Muhkam berarti: (1) hal yang telah
terjamin aman dari perobahan atau pergantian; (2) hal yang tidak mengandung
arti ganda atau kemungkinan ada keraguan; (3) hal yang jelas artinya dan pasti
dalam keterangan, dan (4) ayat yang merupakan ajaran khusus dari Al-Quran (Al-Mufradat dan Lexicon Lane).
Umm berarti:
(1) ibu; (2) sumber atau asal atau dasar sesuatu; (3) sesuatu yang merupakan
sarana pembantu dan penunjang, atau sarana islah (reformasi dan koreksi) untuk
orang lain; (4) sesuatu yang di sekitarnya benda-benda lain dihubungkan (Aqrab-ul-Mawarid dan Al-Mufradat).
Mutasyābih
dipakai mengenai: (1) ucapan, kalimat atau ayat yang memungkinkan adanya penafsiran yang berbeda, meskipun
selaras; (2) hal yang bagian-bagiannya mempunyai persamaan atau yang selaras
satu sama lain; (3) hal yang makna sebenarnya mengandung persamaan dengan
artian yang tidak dimaksudkan; (4) hal yang arti sebenarnya diketahui hanya
dengan menunjuk kepada apa yang disebut muhkam; (5) hal yang tidak dapat
dipahami dengan segera tanpa pengamatan
yang berulang-ulang; (6) sesuatu ayat yang berisi ajaran sesuai dengan atau
menyerupai apa yang dikandung oleh Kitab-kitab wahyu terlebih dahulu (Al-Mufradat).
Ta’wil berarti:
(1) penafsiran atau penjelasan; (2) terkaan mengenai arti suatu pidato atau
tulisan; (3) penyimpangan suatu pidato atau tulisan dari penafsiran yang benar;
(4) penafsiran suatu impian; (5) akhir, hasil atau akibat sesuatu (Lexicon Lane). Dalam ayat ini
kata ta’wil dijumpai dua kali, pada tempat pertama kata itu mengandung arti yang kedua atau yang
ketiga, sedangkan pada tempat kedua kata itu mempunyai arti yang pertama atau
yang kelima.
Perlu diketahui, bahwa pada
hakikatnya Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, karena itu ada juga
“syaitan-syaitan” yang berusaha
menjangkau hakikat-hakikat
keruhanian yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Quran, terutama ayat-ayat
yang mutasyabihat, tertapi akibatnya
adalah bukan saja membuat diri mereka menjadi tersesat tetapi juga orang-orang lain yang mempercayai penafsirannya (pemahamannya) yang
keliru.
Al-Quran Kitab Suci yang Terpelihara
Al-Quran Kitab Suci yang Terpelihara
Allah Swt. menyatakan bahwa hanya orang-orang yang disucikan-Nya sajalah
yang dapat menyentuh kandungan khazanah ruhani Al-Quran, terutama nabi Allah dan para wali Allah yang disebut mujaddid, firman-Nya:
فَلَاۤ اُقۡسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوۡمِ ﴿ۙ﴾ وَ اِنَّہٗ لَقَسَمٌ لَّوۡ تَعۡلَمُوۡنَ
عَظِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ کَرِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ﴾ لَّا یَمَسُّہٗۤ
اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ
مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ اَفَبِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ اَنۡتُمۡ مُّدۡہِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ تَجۡعَلُوۡنَ رِزۡقَکُمۡ
اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾
Maka Aku benar-benar bersumpah demi bintang-bintang berjatuhan. Dan
sesungguhnya itu benar-benar kesaksian agung, seandainya kamu
mengetahui. Sesungguhnya itu benar-benar
Al-Quran yang mulia, dalam suatu kitab yang sangat terpelihara, yang tidak dapat menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan, wahyu
yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Maka apakah terhadap firman
ini kamu menganggap sepele? Dan bahwa kamu dengan mendustakannya kamu menjadikannya sebagai rezekimu?
(Al-Wāqi’ah [56]:76-83).
Ayat 76 Allah Swt. bersumpah dengan dan berpegang kepada nujum -- yang selain artinya “bintang-bintang” -- juga berarti bagian-bagian Al-Quran (Lexicon Lane), sebagai bukti untuk mendukung pengakuan bahwa Al-Quran luar-biasa cocoknya untuk memenuhi tujuan besar di balik diciptakan-Nya manusia, demikian pula untuk membuktikan keberasalan Al-Quran sendiri dari Allah Swt..
Ayat 76 Allah Swt. bersumpah dengan dan berpegang kepada nujum -- yang selain artinya “bintang-bintang” -- juga berarti bagian-bagian Al-Quran (Lexicon Lane), sebagai bukti untuk mendukung pengakuan bahwa Al-Quran luar-biasa cocoknya untuk memenuhi tujuan besar di balik diciptakan-Nya manusia, demikian pula untuk membuktikan keberasalan Al-Quran sendiri dari Allah Swt..
Jika kata mawāqi’ diambil dalam arti tempat-tempat dan waktu
bintang-bintang berjatuhan, maka ayat ini bermakna bahwa telah merupakan hukum Ilahi (Sunnatullah) yang tidak
pernah salah, bahwa pada saat ketika
seorang mushlih rabbani (reformer)
atau seorang nabi Allah muncul maka
terjadi gejala meteorik yang hebat berupa
bintang-bintang berjatuhan
dalam jumlah luar biasa banyaknya, dan yang demikian itu telah terjadi juga di
masa Nabi Besar Muhammad Saw..
Kenyataan bahwa Al-Quran itu sebuah Kitab wahyu Ilahi yang terpelihara dan terjaga baik, merupakan tantangan
terbuka kepada seluruh dunia, tetapi selama 14 abad, tantangan itu tetap tidak terjawab atau tidak mendapat sambutan.
Tidak ada upaya yang telah disia-siakan para pengecam yang tidak bersahabat
untuk mencela kemurnian teksnya.
Tetapi semua daya upaya ke arah ini telah membawa kepada
satu-satunya hasil yang tidak terelakkan – walaupun tidak enak dirasakan oleh
musuh-musuh – bahwa kitab yang disodorkan oleh Nabi Besar Muhammad Saw. kepada dunia 14 abad yang lalu, telah sampai kepada kita tanpa
perubahan barang satu huruf pun (Williams
Muir). Benarlah firman-Nya
berikut ini:
اِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا الذِّکۡرَ وَ اِنَّا لَہٗ لَحٰفِظُوۡنَ
﴿﴾
Sesungguhnya
”Kamilah Yang menurunkan peringatan ini, dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya. (Al-Hijr [15]:10).
Pemeliharaan Allah Swt. atas Alam
Semesta dan Al-Quran
Makna kalimat “Sesungguhnya itu benar-benar
Al-Quran yang mulia, dalam suatu kitab yang sangat terpelihara,“ Al-Quran adalah sebuah Kitab yang sangat terpelihara dalam pengertian,
bahwa hanya orang-orang beriman yang hatinya bersih dapat meraih khazanah keruhanian seperti diterangkan
dalam ayat berikutnya.
Ayat ini pun dapat
berarti bahwa cita-cita dan asas-asas yang terkandung dalam Al-Quran itu tercantum di dalam kitab alam, yaitu cita-cita dan
asas-asas itu sepenuhnya serasi dengan hukum
alam. Seperti hukum alam, cita-cita dan asas-asas itu juga kekal dan tidak berubah
serta hukum-hukumnya tidak dapat dilanggar tanpa menerima hukuman.
(Bersambung)
Rujukan: The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar